Bab 31 — Aku Ingin Lebih Mencintaimu
“Kopi di sini katanya enak.”
“Ya, memang. Rasanya sangat
enak.”
Sekarang, aku sedang menghadapi
situasi yang sulit.
Aku sedang duduk di dalam kedai
kopi, dan lawan bicaraku adalah seorang pria dengan tubuh besar. Badannya lebih
tinggi dariku dan wajahnya sedikit tegas… Tapi suaranya lembut dan atmosfirnya
cukup, perbandingan terbalik yang sangat mengejutkan.
“Aku senang melihatmu seperti
ini, Chinatsu-kun.”
“Dengan senang hati… Um,
Kenji-san.”
Saiki Kenji-san, begitulah nama
pria tersebut.
Seperti yang bisa kalian
ketahui dari nama marganya… Pria ini adalah ayah Madoka-san. Kami bertemu
secara kebetulan dan Ia menunggu di depan gedung apartemenku.
“Senang bertemu denganmu, maaf
karena mendadak menemuimu seperti ini.”
Ketika pria berjas ini datang
untuk berbicara denganku, aku sangat terkejut. Kupikir aku mungkin tanpa sadar
ikut campur dalam sesuatu yang berbahaya… Aku dibuat takut setengah mati.
Namun, tak disangka-sangka
bahwa beliau adalah ayah Madoka-san, dan aku langsung diyakinkan, tapi…
“……?”
Ponselku bergetar, jadi aku
melihat ke layar dan melihat pesan dari Madoka-san yang menanyakan kapan aku
akan pulang. Biasanya aku sudah pulang ke rumah saat ini, dan aku tahu dari
pesannya bahwa dia merasa kesepian.
“Apa itu dari Madoka?”
“Ya. Dia bertanya kapan aku
akan pulang.”
“Haha, kamu benar-benar
dicintai oleh putriku.”
“…Haha.”
Aku sedikit malu dan menunduk
ke bawah.
Sekarang, mengapa Ia datang
saat ini? …Ini mungkin mengenai aku dan Madoka-san yang hidup bersama. Ayahku
memberi aku izin dengan syarat aku tidak mengabaikan kewajiban belajarku, tapi aku
belum mendengar pendapat Kenji-san tentang masalah tersebut.
“Yah, itu bukan terserahku.
Tolong tetap berada di sisi Madoka, dan jika itu yang dia inginkan, maka istriku
dan aku akan menghormatinya.”
“…Terima kasih banyak!”
“Namun…”
Kenji-san lalu mengacungkan
satu jari.
“Jangan abaikan tugas sekolahmu
sendiri, tidak ada gunanya tidak bisa fokus pada pelajaranmu sambil
menghabiskan waktu bersama Madoka.”
“Aku mengerti.”
Aku mengunyah kebahagiaan bisa
hidup dengan Madoka, tapi aku takkan mengabaikan kewajiban yang harus kulakukan.
“Yah, gadis itu juga sama dalam
hal ini, tapi kurasa aku tidak terlalu khawatir tentang itu. Mafuyu juga sama,
tapi dia mungkin takkan berkompromi untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.”
“Begitu ya… Hmm?”
Aku tahu apa arti ungkapan itu,
tapi apa artinya Mafuyu melakukan hal yang sama? Pada saat itu aku mengingat
apa yang dikatakan Madoka.
“Ayahku
juga sedikit payah untuk ibu.”
… Jadi begini yang dia maksud?
Kenji-san memiliki tubuh yang lebih
besar dan lebih kekar dariku, tetapi ketika aku membayangkan dia ditekan oleh
Mafuyu-san, yang memiliki tubuh kecil tapi memancarkan daya tarik lebih dari
wanita biasa… Ya, pemandangan itu agak lucu.
“Yah… Apa jangan-jangan,
Kenji-san juga menerima… Um…dari Mafuyu-san….”
“Serangan mesra?”
“Ya…?”
Lucu, seolah-olah ada huruf
katakana yang kurang tepat dari Kenji-san barusan melompat ke arahku…
Kenji-san meminum kopinya dan
berbicara padaku, terlepas dari kebingunganku atau tidak.
“Sejujurnya, kupikir aku juga
terkejut. Aku bertemu Mafuyu ketika aku masih di klub universitas… Kami
mengadakan sesi minum-minum dan aku merawatnya saat itu.”
“Heh…”
“Itu saja. Hanya itu yang diperlukan
baginya untuk menyukaiku dan mulai banyak berbicara denganku. Tidak, kupikir
itu lebih cenderung menggoda daripada berbicara denganku.”
“…Oh.”
“Sentuhan tubuh yang berlebihan
meningkat setiap hari, dan dia akan tersenyum pada rasa tersipuku setiap kali
dia melihatku. Ketika kamu sudah menyandang status mahasiswa, kamu sudah
terlihat seperti orang dewasa. Menurutmu apa yang dikatakan Mafuyu kepadaku di
tengah-tengah semua ini?”
“Memangnya apa yang dia
katakan…?”
Ya ampun, aku suka mendengar
cerita seperti ini.
Tanyaku sambil mencondongkan
tubuh ke depan dan Kenji-san mengangguk. Ia kemudian tersenyum bermasalah dan
mengatakan kepadaku,
“'Aku akan memanjakanmu,' katanya. Dengan senyum yang berderak dan
menggoda itu.”
“…Ah~”
Begitu rupanya, Madoka-san
memang putri Mafuyu-san.
Aku diberi gambaran kasar
tentang bagaimana mereka bisa bersama, tetapi Kenji-san tidak memberi tahu aku
lebih dari itu. Aku tidak yakin apakah aku harus bertanya kepadanya tentang hal
ini atau tidak… Tapi aku memutuskan untuk mengambil risiko dan bertanya.
“Kenji-san… Apa kamu dimanjakan
oleh Mafuyu-san?”
“… Yah kadang-kadang. Karena
aku suaminya dan tidak aneh jika aku membutuhkan istriku untuk merawatku
setelah seharian bekerja keras.”
“Begitu ya. Yah… aku dibuat
untuk bermain bayi-bayian dan–”
“Uhuk! Uhuk!”
“… Maafkan aku.”
“Tidak, rupanya kamu adalah
temanku.”
Kami saling berjabat tangan
dengan erat. Mau tak mau aku merasa bahwa persahabatan yang aneh telah
berkembang di antara kami, dan aku sangat senang bisa mengenal Kenji-san.
Setelah itu, kami berbicara banyak tentang pasangan masing-masing.
“…Sepertinya aku sudah melupakan
sesuatu.”
“Maksudmu Madoka?”
“Ah…”
Ah, benar, aku bahkan belum
membalas satu pun pesan dari Madoka-san!
Aku segera mengeluarkan ponselku
dan mencoba mengirim pesan, tapi… Aku telah menerima banyak sekali pesan dari
Madoka-san.
“Permisi, aku akan menelepon
sebentar.”
“Ya.”
Ketika aku menelepon,
Madoka-san langsung menjawab.
[Chinatsu-kun,
kamu sedang ada dimana sekarang?]
“……”
Suaranya sangat gelap dan
gemetar sehingga kupikir Madoka-san mungkin menangis. Aku menjelaskan kepadanya
apa yang sedang aku lakukan, dan dia segera ceria kembali.
[Begitu,
kalau begitu semuanya salah Ayah... aku mengerti. Di situ masih ada Ayah,
bukan?]
“Ya, beliau masih ada di sini.”
[Bisakah kamu mengeraskan
speaker teleponnya?]
Karena itu kedai kopi, suaranya
disesuaikan sehingga hanya Kenji-san yang bisa mendengarnya.
“… Madoka?”
[Aku
benci Ayah.]
“……!?”
Ah, wajahnya yang kuat langsung
berubah menjadi penuh kesedihan…
Ketidaksukaan Madoka-san padaku
sekarang adalah tekanan yang cukup serius. Hal tersebut pasti terlintas dalam
pikiranku sampai-sampai aku ingin mati jika aku sendiri yang diberitahu itu.
[…
Maaf, Ayah, aku hanya bercanda. Bukannya aku ingin melihatmu, bukan hanya kamu
ingin melihat Chinatsu-kun, tapi kamu juga sangat mengkhawatirkanku, bukan?]
“Ma-Madoka!”
[Ah,
serius, jangan menangis! Cepat pulang dan biarkan Ibu menghiburmu.]
“…Te-Tentu.”
“……”
Aku tidak tahu harus mulai dari
mana.
Kami berjanji untuk berbicara
lagi, termasuk bersama Madoka-san, lalu Kenji-san dan aku berpisah. Aku
langsung kembali ke apartemen, dan saat aku memasuki ruangan, wajahku langsung diserang
oleh payudaranya.
“Wop!”
“Chi~nat~su~kun♪”
Karena keterlambatan dan waktu menunggu,
Madoka-san memelukku lebih kuat dari biasanya. Selain itu, sepertinya dia
baru-baru ini mempelajari cara terbaik untuk memelukku agar aku tidak menderita
saat dia melakukan ini… Sama sekali tidak menyakitkan.
“Aku tidak menyangka kamu akan
bertemu Ayah. Tapi aku mengerti, Ayah menyetujui kita, ‘kan?”
“…Ya. Sekarang sudah banyak
kemajuan dan sedikit menakutkan.”
“Benarkah? Justru sebaliknya,
itu membuktikan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi kita untuk
saling mencintai.”
“Itu memang salah satu cara
berpikir mengenai masalah ini.”
“Mm-hmm~♪”
…Nah, sekarang kita sudah
melakukan semua persiapan.
Aku harus membuat tekad baru.
Untuk berjalan dengan orang yang berharga ini selamanya… Tidak, aku sudah
membuat keputusan ini.
“Madoka-san.”
“Apa?”
“Aku ingin berada di sisimu
untuk waktu yang lama. Tolong jaga aku.”
“... Ya, tentu~♪”
Dia mencium bibirku dan mulai memelukku
lagi.
Banyak hal telah terjadi dalam
waktu singkat sejak aku bertemu Madoka-san, tapi aku pikir semuanya telah
bergerak ke arah yang benar untukku. Aku berharap kalau aku bisa lebih sering
berada di sisinya di masa depan… Aku juga ingin mencintainya layaknya dia
mencintaiku.
Sebelumnya
|| Daftar isi || Selanjutnya