Bab 30 — Ayo Hidup Bersama
(Sudut Pandang Orang Ketiga)
Bagi Madoka, Chinatsu merupakan
sosok yang tak bisa tergantikan.
Hanya dengan memikirkannya saja
sudah membantunya melupakan kesedihan masa lalu. Dan dengan menghabiskan
hari-hari bahagia bersamanya, Madoka menyadari bahwa dia masih hidup. Dia
mengerti bahwa perasaannya sangat berat, tapi dia meyakini kalau Chinatsu akan
menerimanya.
“… Oh?”
Kemudian tiba-tiba, pada suatu
hari.
Ketika dia mengunjungi Chinatsu
di rumahnya, Madoka tak sengaja melihat buku harian yang ditemukannya saat
dalam perjalanan ke kamar mandi. Itu adalah buku harian tanpa judul tertentu,
dan tampak baru, seolah-olah baru saja dibeli.
“… Aku tahu kalau aku seharusnya
tidak melakukan ini.”
Menarik kembali tangannya yang
terulur, Madoka menggelengkan kepalanya seolah-olah dia tidak boleh
melanjutkannya.
Tapi rasa penasaran sudah
menguasai dirinya dan dia menurunkan tangannya. Madoka memutuskan untuk meminta
maaf nanti atas apa yang dilihatnya, dan mulai membuka buku harian itu.
Di atasnya tertulis seruan
cinta untuk Madoka.
Tidak, dibilang seruan cinta
merupakan interpretasi Madoka yang berlebihan. Bisa dibilang buku harian itu
memuat tentang bagaimana Chinatsu memikirkan Madoka setiap hari dan bagaimana Ia
ingin menghabiskan waktunya bersamanya.
“…Ya ampun, Chinatsu-kun♪”
Madoka tidak pernah tahu bahwa
Chinatsu menulis buku harian seperti itu.
Ada banyak hari yang terlewat,
mungkin karena Ia menghabiskan banyak malam dengan Madoka akhir-akhir ini.
Tentu saja, ada juga gambaran tentang hal-hal yang terjadi sebelum Chinatsu
mulai berpacaran dengan Madoka.
“…Ah…”
Tulisan itu menggambarkan rasa
sakit yang pasti dirasakan Chinatsu saat Madoka masih menghabiskan waktu
bersama mantan pacarnya.
“……”
Mantannya sekarang adalah masa
lalu yang terlupakan. Tapi bukannya berarti itu tidak pernah terjadi. Tidak
diragukan lagi bahwa Chinatsu menderita tanpa sepengetahuan Madoka.
Yah, tidak ada yang bisa
dilakukan tentang masa-masa itu sekarang. Tapi bagi Madoka, Chinatsu sekarang
merupakan orang yang sangat penting. Itu sebabnya, bagaimanapun keadaannya,
Madoka tidak bisa memaafkan dirinya sendiri karena membuat Chinatsu sedikit
menderita.
“… Aku benar-benar idiot.
Bagaimana bisa aku tega melakukan ini?”
Seperti yang telah dikatakan
berkali-kali, Madoka pada masa itu masih belum mengenal Chinatsu, tetapi
sekarang Madoka tidak dapat membiarkan siapa pun menyiksa Chinatsu, apa pun
yang terjadi. Bahkan itu untuk dirinya sendiri, dan tidak peduli kapan pun itu.
“…Ya. Itu sebabnya aku harus
terus mencintai Chinatsu-kun mulai sekarang. Aku hanya bisa menebus dosa-dosaku
dengan hanya mencintainya dan hanya menjadi Madokanya.”
Chinatsu tidak pernah berpikir
sejauh itu, dan itu hanya lompatan keyakinan di pihak Madoka. Perasaannya yang berat
terhadap Chinatsu membuatnya mengambil tanggung jawab yang tidak perlu ini. Hal
itu juga kutukan yang melahirkan perasaan yang lebih kuat untuk Chinatsu, dan
membuatnya mengikatkan rantai kehidupan Chinatsu ke tubuhnya sendiri.
“…Ah~♪”
Namun, bagian yang menyakitkan
hanyalah paruh pertama buku harian tersebut, dan di paruh kedua, guratan
tulisan Chinatsu menggambarkan hari-hari bahagia yang berlanjut hingga hari
ini.
Buku hariannya itu hanya berisi
banyak kata seperti “Aku senang menjadi
pacar Madoka-san" dan “Setiap
hari aku merasa sangat bahagia”. Hanya dengan melihatnya saja sudah membuat
hati Madoka dipenuhi dengan kegembiraan. Madoka sudah lama mengetahui dari
sikap Chinatsu, tapi buku harian yang ditulis dengan kata-katanya sendiri tanpa
campur tangan kehendak Madoka, takkan menunjukkan kebohongan apapun yang
terjadi.
“Buku harian, ya… aku belum
pernah menulisnya, tapi mungkin bagus untuk mencatat hari-hariku bersama
Chinatsu-kun seperti ini.”
Aku
akan segera menulis buku harian, pikir Madoka.
Yah, sementara dia asyik
membaca seperti itu, tentu saja Chinatsu akan kembali. Ia berjalan memasuki
ruangan, tapi Madoka masih belum menyadarinya sama sekali.
“Madoka-san?”
“!?”
Dia sangat terkejut sampai-sampai
jika dia seekor kucing, bulunya akan berdiri tegak. Madoka berbalik dengan
cepat ke arah Chinatsu, tetapi di tangannya ada buku hariannya. Bahkan sebelum
dia bisa terkesiap, kesalahannya membaca buku harian tanpa izin terungkap.
“Ahahaha, kamu sudah
melihatnya, ya?”
“Ma-Maafkan aku, Chinatsu-kun!
Aku tahu seharusnya aku tidak melakukan itu, tapi… Yah, mau tidak mau aku jadi penasaran.”
Chinatsu menertawakan
permintaan maaf putus asa Madoka, seraya mengatakan tidak apa-apa.
Chinatsu lalu dengan lembut
mengambil buku harian itu dan membalik-balik halaman.
“Aku tidak memiliki kegiatan
apa-apa setelah sampai di rumah, jadi kupikir alangkah baiknya untuk menulis
buku harian… Yah, walaupun sebagian besar isinya tentang Madoka, yang mungkin
itu sedikit aneh.”
"Itu sama sekali tidak
benar! Aku sangat senang merasakan perasaan kuat Chinatsu-kun kepadaku!”
Madoka memeluk Chinatsu
seolah-olah memberitahunya bahwa dia tidak merasa enggan sama sekali. Tidak
hanya baunya sangat harum setelah mandi, Chinatsu juga sangat hangat dan
membuat Madoka ingin tetap seperti ini selamanya.
“…Madoka-san…baumu wangi sekali.”
“Chinatsu-kun juga sama, baumu
lebih harum dariku♪”
Madoka membenamkan wajahnya di
rambut Chinatsu sambil mengendusnya. Dia menyadari sekali lagi bahwa wewangian
yang baik memiliki kekuatan untuk membuat perut bagian bawah berdenyut karena
kegembiraan.
“Silakan mandi, Madoka-san.”
“Ya, aku pergi mandi dulu.”
Belakangan ini, Chinatsu sering
tinggal di kamar Madoka, tapi terkadang Madoka juga datang ke kamarnya, sama
seperti hari ini. Semuanya tergantung pada suasana hatinya, tapi baru-baru ini,
Madoka ingin tinggal bersama Chinatsu.
“… Kira-kira apakah aku harus
membicarakan ini dengan serius bersama Yuika-san.”
Dia bergumam sambil menanggalkan
pakaiannya.
Berpindah bergantian di antara
kamar satu sama lain sih tidak ada masalah, tapi akan jauh lebih baik jika
mereka bisa tinggal di satu kamar. Mereka telah memutuskan untuk berkomitmen
satu sama lain untuk selamanya di masa depan, tapi Madoka ingin hidup bersama
sebagai langkah pertama mereka.
“… Tapi kemudian aku penasaran
apakah aku akan bisa bertahan dengan banyak hal.”
Tidak ada yang bisa ditahan
sekarang, tapi Madoka sedikit takut dengan apa yang akan terjadi jika dirinya
tinggal bersama Chinatsu yang sangat dicintainya. Mereka akan bersama dari pagi
hingga malam, dari bangun tidur hingga tidur kembali, belum lagi saat mereka
sekolah.
“Ah, itu tidak berbeda dengan
bagaimana aku menghabiskan liburanku sekarang. Maka tidak ada masalah.”
Madoka akhirnya sampai pada
suatu kesimpulan.
Madoka menganggukkan kepalanya
dan berkata bahwa meskipun mereka akan hidup bersama, tidak ada yang berbeda
dari cara mereka menghabiskan waktu sekarang, oleh karena itu takkan ada
masalah. Setelah membasuh badan, kepala dan rambutnya, Madoka berendam di bak
mandi.
“…Haa~♪”
Waktunya sudah memasuki musim
dingin, jadi ketika air panas menghangatkan tubuhnya terasa menyenangkan.
Madoka berpikir bahwa tidka enakan membuat Chinatsu menunggu terlalu lama, jadi
dia meninggalkan kamar mandi setelah waktu tertentu.
“Hei, Chinatsu-kun.”
“Iya, ada apa?”
“Umm, kenapa kita tidak mengambil
risiko dan hidup bersama saja?”
"Begitu ya, hidup bersama,
ya... Hidup bersama!!!?”
Chinatsu berseru terkejut
dengan lantang.
Karena itu usulan yang terlalu
mendadak, jadi wajar-wajar saja jika Chinatsu terkejut, tapi Madoka
memikirkannya dengan cepat dan yakin, jadi dia terus mengatakan bahwa tidak
apa-apa.
“Begini, meski kita tinggal di
kamar terpisah, tapi sepertinya kita sudah tinggal bersama. Kita bahkan makan
bersama dan tidur bersama sepanjang hari ini, iya ‘kan? Oleh karena itu aku
berpikir tidak ada salahnya bagi kita untuk hidup bersama sekarang ♪”
“…Kamu benar, sih.”
Sekarang adalah waktunya untuk
menyerang, dan Madoka akan menyerang lebih jauh lagi.
“Aku ingin hidup bersama
Chinatsu-kun. Dari pagi hingga malam, aku ingin berada di sisimu seperti
pasangan sungguhan. Bagaimana menurutmu?”
“… Itu… kedengarannya sangat
bagus. Tapi… Apa yang akan dikatakan orang tua kita?”
Madoka menganggapnya sebagai
tanda bahwa Chinatsu sudah menyetujui usulannya.
Yang tersisa hanyalah membujuk
orang tua mereka masing-masing, tapi anehnya, Madoka sama sekali tidak
khawatir. Rasanya seperti sebuah insting, sesuatu yang tidak bisa dia yakini,
tapi Madoka tidak bisa melihat masa depan kalau permintaan mereka akan ditolak.
“Yah, mari kita tanyakan dulu sebagai
usulan untuk saat ini.”
“Ya.”
Jadi Madoka memutuskan untuk
segera menelepon Yuika.
Yuika sepertinya sedang dalam
suasana hati yang sangat baik setelah menerima panggilan telepon dari Madoka.
“Yuika-san, bolehkah aku
memberikan usulan?”
[Aduh,
ada apa? Apa kamu ingin pindah dengan Chinatsu? Kami berdua mendukungnya, dan
jika orang tua Madoka-san setuju, maka tidak ada masalah, kok.]
“…Suu~”
Madoka menarik napas
dalam-dalam dan mengangkat kepalan tangannya ke atas langit.
“Kita berhasil, Chinatsu-kun!”
“…Aku senang dengan hasil ini, tapi
kelihatannya ibuku membuat keputusan dengan begitu mudah, ya?”
Satu-satunya orang yang tersisa
adalah orang tua Madoka, jadi Madoka segera menelepon.
Sangat gampang sekali melihat kegembiraan
Madoka ketika mendengar tanggapan seperti apa yang dia dapatkan dari orang
tuanya. Jadi, dalam artian tertentu, langkah baru mereka demi menuju masa depan
mulai semakin dekat.
Sebelumnya
|| Daftar isi || Selanjutnya