Tonari no Onee-san Bab 32 Bahasa Indonesia

Bab 32 — Kebahagiaan Madoka

 

“Fufu...Ufufu~♪”

Madoka berada di puncak kebahagiaannya.

Dia mencoba menahannya tapi tidak bisa menahan tawanya, pipinya langsung mengendur dan senyum menyeramkan terbentuk di bibirnya. Hal tersebut bahkan membuat sahabatnya yang duduk di sebelahnya berpikir dia mungkin ingin menjaga jarak ... Tak perlu dikatakan, itu adalah senyuman yang dipenuhi dengan nafsu.

“Hei Madoka, apa yang sebenarnya terjadi?”

Maki dengan berani mendekati sahabatnya yang memiliki senyum menyeramkan di wajahnya.

Madoka tidak segera menanggapi pertanyaannya, dan ketika bahunya terguncang, dia akhirnya mengalihkan pandangannya ke arah Maki. Tatapan mereka saling bersilangan, dan mata Madoka mencerminkan citra Maki dengan sempurna. Saat mereka saling memandang seperti itu, Madoka masih tersenyum.

“Madoka akhirnya rusak, aaaaahhh!”

Madoka sudah seperti ini sejak dia tiba di universitas di pagi hari.

Dia tidak kehilangan kecantikan alaminya, tetapi jika ada seseorang yang berada di dekatnya, mereka bisa mendengar tawanya yang sedikit merinding. Setiap kali dia sepertinya mengingat sesuatu, pipinya akan memerah dan dia akan gelisah dan menggoyangkan tubuhnya dengan cara yang lucu, tapi kemudian dia akan mulai menyeringai dan tersenyum lagi.

“Aku tidak hancur, sembarangan saja. Aku masih sama seperti biasanya.”

“… Sebelah mananya yang masih sama?”

Yah, tapi mereka sepertinya bisa berbicara satu sama lain secara normal.

Meski pipi Madoka tetap longgar seperti biasa, wajar-wajar saja jika Maki penasaran dengan apa yang terjadi. Ketika dia bertanya kepada Madoka apa yang terjadi selama liburan, Madoka mengatakan kepadanya seolah mengatakan, “Aku senang kamu sudah bertanya.”

“Aku sudah memutuskan untuk tinggal bersama pacarku. Kami sudah berbicara dengan orang tua kami masing-masing.”

“…Heh. Bagus untukmu.”

Maki merasa lega mendapati bahwa itu lebih normal dari yang dia duga.

Hubungan Madoka dengan pria sebelumnya benar-benar terputus, dan Maki senang melihatnya begitu bahagia setelah berada dalam situasi yang terpojok.

...Aku yakin dia menyukainya, tapi dia juga terlihat sangat obsesif.

Maki bisa mengetahui hal ini karena dia telah mengamati kondisi Madoka. Dari setiap kata yang dia ucapkan, dia bisa merasakan keterikatan besar Madoka dan keinginan kuatnya untuk terus mencintai. Dia belum pernah melihat wajah pacar Madoka, tapi jika seseorang dicintai oleh wanita cantik seperti dirinya, perbudakan dalam jumlah tertentu itu justru merupakan sebuah hadiah.

“Sekarang tidak ada lagi yang bisa menghalangi kami. Aku bisa menjadi satu dengannya selamanya. Kami bisa saling menyentuh kapan saja, kami bisa berbicara satu sama lain, kami bisa bercinta… Ah, sungguh indah sekali~♪ Aku tidak sabar untuk pulang dan bercinta dengannya secepat mungkin~♪”

“… Wuaaah.”

Maki mulai menarik diri saat Madoka mengungkapkan ekstasinya… Responsnya pada umumnya serupa, meskipun tidak selalu demikian.

Sejak Madoka dan pacarnya, yang bahkan Maki tidak tahu wajahnya, mulai saling bertemu, dia mulai berubah. Ekspresi wajahnya menjadi lebih kaya dari sebelumnya, dan daya tarik pesonanya yang dia pancarkan menjadi lebih besar. Tak perlu dikatakan bahwa keberadaannya tidak ajaib, tetapi dia menjadi lebih menarik sebagai seorang wanita.

“… Memangnya pacarmu sebagus itu?”

“Tentu saja♪ aku tidak bisa memikirkan orang lain selain dirinya. Jika Ia menolakku, aku menjadi wanita tidak berharga.”

“Bukannya perasaanmu itu terlalu berat?”

“Ia juga menerimanya. Ia mengambil semua perasaanku ini dan memintaku untuk selalu ada untuknya. Ia berjanji untuk mencintaiku dan dicintai olehku selama sisa hidup kita.”

“… Begitu rupanya.”

Berat… Perasaan Madoka terlalu berat.

Seperti yang dikatakan sebelumnya, seseorang pasti akan bahagia dan beruntung sebagai pria yang dicintai oleh wanita cantik. Tapi Maki akan berbohong pada dirinya sendiri jika dia bilang kalau dia tidak takut. Maki sedikit khawatir apakah lelaki lain itu benar-benar bisa menerima cinta Madoka sampai ke hatinya.

Yah, itu bagus, dan Maki mengalihkan pandangannya dari Madoka.

“… Dia sepertinya sedang dalam suasana hati yang buruk di sana.”

Mantan pacar Madoka belum masuk universitas baru-baru ini, jadi dia belum pernah melihatnya, tapi wanita yang menggantikan Madoka dan kemudian dicampakkan terlihat sangat pucat. Dia pasti diberitahu sesuatu yang mengerikan, menilai dari caranya meringkuk di sudut ruang kelas.

"Yah, rasakan sendiri akibatnya.”

Maki ingat bahwa gadis itu melecehkan Madoka bersama pacarnya, dan yang terpenting, dia menampar pipi Madoka, itu tindakan yang tidak bisa dimaafkan. Nyatanya, setelah itu, Maki memanggil wanita itu dan mengatakan sesuatu kepadanya tanpa sepengetahuan Madoka, tapi dia tidak merasa menyesal.

Bahwa wanita itu sekarang dalam keputusasaan yang mendalam, ditinggalkan oleh pria yang dia percayai… Ini mungkin terdengar seperti hal terburuk yang bisa dikatakan seseorang, tapi Maki merasa senang.

"Kuharap cowok itu mati saja di laut!”

Mantan pacar Madoka, yang bahkan Maki tidak tahu apa yang dia lakukan, berharap mengalami kecelakaan dan mati. Seperti yang dikatakan sebelumnya, hal itu merupakan terburuk yang dapat dipikirkan seseorang, tetapi itu adalah perasaan yang tidak bisa tidak dia rasakan ketika dia memikirkan sahabatnya yang terluka.

“Yah, tapi…”

“Kufufu… Ah, Chinatsu-kun… Chinatsu-Kyu~n♪”

“… Ada yang sakit cinta di sini.”                                                              

Apakah dia terlihat bahagia? Memang tidak diragukan lagi dia kelihatan bahagia, tapi rasanya tetap sangat aneh, desah Maki.

“Hei Madoka, aku ingin melihat orang yang sangat kamu cintai itu–”

“Kenapa?”

“!?"

Tatapan mata Madoka langsung berubah gelap saat dia menoleh dengan cepat dari senyumnya yang mengerikan. Saat ditanya kenapa, Maki hanya bisa menjawab karena dia ingin bertemu dengannya… Tetap saja, Maki menggelengkan kepalanya dengan ngeri dan mengatakan itu bukan apa-apa.

“… Oke, ini fotonya.”

“Ehm, ya…”

Maki hendak berkata dengan lantang, “Jika kamu akan menunjukkan padaku dari awal, jangan beri aku tatapan yang menakutkan,” tapi dia menahannya. Madoka mengoperasikan teleponnya seraya menggumamkan “Aku suka yang ini" dan menunjukkan kepada Maki gambar pacarnya – Chinatsu – yang sedang tidur.

“Ah… Ia anak laki-laki yang cukup imut.”

“Benar sekali! Chinatsu-kun itu memang sangat imut! Tapi tahu enggak? Selain imut, Ia juga sangat bisa diandalkan! Dan… Ia sangat mencintaiku di malam hari juga~

“Madoka, mari kita berhenti sampai di situ saja.”

Rupanya, jika ada yang membuat Madoka berbicara tentang pacarnya, dia tidak akan berhenti.

Maki tidak ingin diberi tahu sesuatu yang tidak dia tanyakan, tetapi dia tidak ingin diberi tahu sesuatu yang akan mempermalukan pacar Madoka.

“Jika Madoka merasa bahagia, maka itu bagus juga untukku.”

“Ya. Terima kasih Maki.”

Pada akhirnya, jika Madoka bahagia, itulah yang terpenting.

Maki ingin bertemu dengan pacar baru Madoka, yang membuat Madoka bangkit kembali. Ia adalah seseorang yang sangat disukai Madoka sehingga Maki ingin bertemu dengannya tanpa motif tersembunyi. Dia ingin berterima kasih padanya karena telah menyelamatkan nyawa sahabatnya.

“…Kufu…Kufufufu♪”

“… Aku ingin tahu apakah ini akan berlangsung untuk sementara waktu.”

Maki menghela nafas, “Aku tahu kamu sedang bahagia, tapi alangkah baiknya jika kamu bisa menahan tawamu sedikit.” Tentu saja, Madoka mengetahui hal ini, tetapi dia tidak dapat menahannya. Dia tidak bisa menahan kebahagiaan yang meluap dari dalam dirinya.

 

 

Sebelumnya|| Daftar isi || Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama