Otonari no Tenshi-sama Jilid 5.5 Bab 7 Bahasa Indonesia

Chapter 7 — Tenshi-sama Yang Cenderung Ceroboh 

 

Sikap Mahiru cenderung berubah terhadap mereka yang dekat dengannya dan mereka yang tidak. Hanya orang-orang yang dekat dengannya saja yang bisa menyadarinya.

Dia bukannya tidak ramah kepada orang-orang yang tidak dekat dengannya, melainkan memperlakukan mereka dengan baik dan sopan. Tapi, meskipun dia tampak ramah di permukaan, dia sebenarnya sangat waspada dan tidak menunjukkan tanda-tanda sedikit pun celah untuk membuka diri guna mencegah orang lain menilik jati dirinya.

Dia seolah-olah meletakkan dinding transparan untuk tidak membiarkan orang lain tahu apa yang dia lakukan.  Namun sebaliknya, begitu seseorang sudah mengenal dekat dengannya, dia sangat pemaaf dan memanjakan serta memedulikannya.

Pada dasarnya, dia sama sekali tidak waspada terhadap orang-orang yang dia percayai dan memanjakan mereka berdasarkan seberapa besar dia mempercayainya. Dia jugaterkadang  menjadi rentan sampai batas tertentu dan sangat lengah.

Misalnya, dia terkadang berperilaku seperti ini.

“...Model ini tingginya sama dengan Amane-kun, jadi mudah untuk membayangkan bagaimana penampilanmu jika memakai ini.”

Saat Mahiru sudah terbiasa dengannya, jarak di antara menjadi lebih dekat. Ketika mereka pertama kali mengenal satu sama lain, sudah menjadi hal biasa untuk menjaga jarak di sofa dan tidak mungkin mereka bisa berdekatan sampai-sampai bisa saling bersentuhan.

Namun sekarang, beginilah jadinya. Mahiru tampak sangat santai saat dia duduk di sebelah Amane dan kemudian mengintip ke dalam majalah yang sedang dibaca Amane.

Sepertinya Mahiru berpikir kalau Amane tidak akan atau lebih tepatnya tidak bisa melakukan apa pun padanya dan membiarkannya lengah. Itu adalah sesuatu yang menyakitkan untuk Amane akui.

Majalah di pangkuan Amane hanyalah majalah mode. Jadi bukan berarti dia terganggu dengan membacanya, tapi karena Mahiru berada dalam posisi di mana dia bersandar di dekatnya dan mencengkeram lengannya, jadi Amane tidak punya pilihan selain melihat majalah itu bersama-sama.

Amane mengerti itu tidak disengaja tetapi sulit baginya untuk merasakan hal lembut yang sesekali terasa di lengannya.

Orangnya sendiri sepertinya tidak menyadari bahwa badannya terlalu menempel dan dia tersenyum menatap Amane sambil menunjuk model pria di majalah, ‘Baju ini kelihatannya cocok untukmu Amane-kun.’ Jadi Amane harus menggigit bagian bawah bibirnya setiap kali Mahiru melakukan itu.

Amane menyadari kalau dirinya tidak terlalu menuntut tetapi meskipun demikian, situasi ini masih menguras rasionalitasnya.

(...Kuharap dia harus belajar lebih banyak tentang hal yang disebut kewaspadaan)

Meskipun Amane mengharapkan hal itu, dirinya tahu kalau ia bukanlah sasaran dari kewaspadaannya. Tapi, Amane berpikir bahwa Mahiru setidaknya harus waspada terhadap kebiasaan itu. Amane bahkan mulai bertanya-tanya apakah Mahiru tidak menganggapnya sebagai pria dengan betapa ceroboh perilakunya.

“… Amane-kun, ada apa? Kok dari tadi kamu bengong terus?”

Mahiru memiringkan kepalanya dengan rasa ingin tahu pada perilaku Amane, dia sama sekali tidak menyadari kalau dirinya lah yang menjadi penyebab tingkah anehnya. Amane hampir saja mengatakan ‘Memangnya salah siapa coba?’ tapi ia segera mengelabuinya dengan menjawab, ‘Bukan apa-apa, kok’.

Pada saat Amane menyadari bahwa suaranya terdengar sedikit ketus, ekspresi  Mahiru sedikit terguncang dan pandangan matanya sudah tertunduk. Amane buru-buru menepuk kepalanya untuk menenangkannya.

“Ak-Aku tidak marah padamu atau semacamnya, kok. Aku hanya sedang berpikir ...”

“... Apa iya?”

Ketika Amane memberitahunya begitu sambil menepuk-nepuk rambutnya, pandangan mata Mahiru segera melembut saat dia merasa lega. Melihat reaksinya, Amane juga merasa lega dan mulai menikmati kelembutan rambutnya dengan sentuhan lembut.

Amane baru-baru ini menyadari kalau Mahiru sepertinya suka kepalanya dibelai.

Amane sebenarnya sadar bahwa menyentuh kepala gadis yang tidak menjalin hubungan dengannya merupakan hal yang tidak baik, dan dari pihak gadis juga pasti takkan merasa nyaman jika kepalanya dielus oleh cowok yang tidak mereka pedulikan. Tapi Amane tidak bisa menahan diri untuk tidak menyentuh Mahiru ketika ekspresinya terlihat sangat nyaman saat kepalanya dielus.

Dan Amane tahu bahwa jika dia tidak menyukainya, Mahiru akan menolaknya, jadi itu berarti tindakannya ini diperbolehkan. Dirinya tahu bahwa kecerobohan Mahiru juga didasarkan pada kepercayaan.

( ... sungguh, dia terlalu baik padaku)

Pada dasarnya, Mahiru bersikap manis kepada Amane dan tidak menolaknya ketika ia menyentuhnya. Sebaliknya, dia justru merasa saat Amane menyentuhnya, seolah-olah ingin mengatakan dia suka disentuh.

(Dia harus sedikit lebih waspada atau itu akan membuatku khilaf)

Jika Mahiru terus bersikap lengah, Amane merasa kalau dirinya mungkin akan menyerangnya suatu hari nanti. Saat ini, perasaan tidak ingin tidak dibenci dan tidak ingin memaksanya bisa menahan kewarasannya, tapi Amane takut pada kemungkinan bahwa dirinya perlahan-lahan kehilangan akal sehat dan menyerah pada dorongan hati.

Meski begitu, Amane tidak ingin menyakitinya. Dirinya takut ia akan mengabaikan peringatan alasan dan berbuat hal yang aneh-aneh kepada Mahiru.

Amane ingin merawatnya dan membuatnya bahagia. Ia tidak ingin membuatnya menangis. Meskipun ia memahami hal ini, keinginan untuk mengacaukan segalanya dengan Mahiru masih muncul di kepalanya.

Dirinya ingin memeluk tubuh lembutnya, menyelipkan tangannya di atas kulit lembutnya dan merasakan bibirnya sebanyak yang ia inginkan.

Ada banyak waktu ketika Amane memiliki fantasi yang tidak diinginkan dan merasa jijik dengan dirinya sendiri. Setiap kali hal itu terjadi, Amane ingin menghukum dirinya sendiri karena tidak menghargai Mahiru yang sudah mempercayainya.

Amane sempat kepikiran kalau dirinya harus menjaga jarak darinya untuk menghindari hal seperti itu, tapi...

“... Kalau sekarang sih, kelihatannya musthail.”

“Apanya yang mustahil?”

Ketika Mahiru bertanya balik dengan ekspresi nyaman dan lembut, Amane memalingkan wajahnya dan menjawab, “Tidak, bukan apa-apa.”

Perasaan Amane sudah tumbuh menjadi sangat menyukainya sehingga dirinya bahkan tidak dapat berpikir untuk meninggalkan Mahiru lagi, jadi ia berpura-pura tidak tahu tentang lonceng alarm yang samar-samar berdering di kepalanya dan membelai kepala Mahiru sekali lagi.

 

 

Sebelumnya  ||  Daftar isi  ||  Selanjutnya

 

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama