PART 2
Pada Malam Natal, langit tampak
suram sejak pagi hari. Cuaca saat itu sedang musim dingin dengan angin utara, dan
saat matahari mulai terbenam, kulitku yang terpapar udara luar terasa dingin
dan kering, aku mengenakan mantel musim dinginku dan menuju ke tempat pertemuan
dengan Luna.
Restoran yang dipesan Luna adalah
restoran bertema seperti kafe di dekat stasiun A. Sebenarnya, dia ingin memesan
restoran yang sangat berkesan yang biasa dia kunjungi bersama keluarganya, tetapi
restoran tersebut jauh dari rumahnya saat ini dan ketika dia memeriksa secara
online, namanya sudah berubah sejak saat itu, jadi dia mencari restoran di
daerah sekitar yang memiliki suasana yang mirip dengan restoran tersebut.
“Ryuuto!”
Luna bahkan terlihat lebih
manis hari ini ketika dia melambai kepadaku di depan alun-alun stasiun A.
Perpaduan antara mantel merah
dan gaun rajut putih memancarkan nuansa Natal yang mudah dipahami bahkan bagi
orang awam dalam bidang fashion seperti diriku, dan membuat hatiku
berdebar-debar penuh kegembiraan. Mantel dan gaunnya sama-sama berukuran mini,
dan kaki yang benar-benar telanjang di antara sepatu bot panjang terlihat
dingin namun seksi.
“Cuacanya dingin banget ya~!”
Luna langsung melingkarkan
tangannya di lenganku seraya mengatakan hal itu segera setelah kami bertemu.
Aroma bunga atau buah yang menyebar di udara dingin mengangkat semangatku
ketika menyadari bahwa ini adalah musim dingin pertamaku bersamanya.
“Ah, aku jadi sangat gugup
nih~”
Pipinya yang memerah mungkin
bukan hanya karena kedinginan. Aku akan merasa senang jika itu karena dia
sedang bersamaku ... tapi mungkin karena ada alasan lain.
Karena Operasi Dua Lotte akhirnya akan segera dimulai. Mungkin inilah
alasannya mengapa dia begitu gugup dan bersemangat.
“... Ah, ini pesan dari Maria.
Katanya ibu sudah sampai di restoran.”
Di tengah perjalanan, Luna
mengeluarkan ponselnya dan memberitahuku.
“Semuanya datang lebih cepat,
ya”
“Sepertinya ibu mendapat hari
libur hari ini. Karena dia sudah banyak bekerja akhir-akhir ini, jadi dia
mendapat hari libur pada malam Natal.”
“Lalu, apa itu berarti
Kurose-san juga ikut datang?”
“Bener, kami memanggang kue
Natal bersama di siang hari. Apalagi itu adalah cokelat gateau. Aku menyuruhnya
membawakan sepotong karena aku juga ingin memakannya!!”
Melihat Luna tersenyum polos
membuat hatiku menghangat. Hal ini mungkin disebabkan karena aku bisa melihat
sekilas mengenai Luna yang sering berhubungan baik dengan Kurose-san dan
bagaimana Kurose-san biasanya berhubungan baik dengan ibunya.
“Aku berharap kalau Onee-chan bisa
datang juga. Yah, karena ini malam natal, jadi apa boleh buat, ‘kan.”
Sepertinya kakak perempuan Luna
sedang berkencan dengan pacarnya hari ini.
“Sebagai gantinya, hari ini ada
Ryuuto yang datang~. Baiklah! Hari ini, kita akan menikmati pesta dan
menerapkan rencanaku~!”
Melihat Luna meninggikan
suaranya untuk menginspirasi dirinya yang gugup terlihat sangat imut.
Restoran sudah dipesan pada
pukul 5 sore dan kami tiba di restoran lima menit sebelumnya.
Tempat acara hari ini ialah
ruang pribadi di dalam restoran tepat setelah kami masuk.
Tempat yang dipilih Luna setelah
berkonsultasi dengan Kurose-san adalah sebuah kafe dengan engan wallpaper batu
bata dan suasana yang nyaman dengan kursi dan meja kecil seperti bar, dan aku
membayangkan bahwa keluarga Shirakawa biasa pergi ke restoran yang tampak
nyaman seperti ini.
“Mama!”
Ketika kami memasuki ruang pribadi,
Kurose-san dan ibunya sedang duduk di belakang. Melihat kedatangan Luna, ibunya
melebarkan matanya dengan terkejut.
“Luna!? Ryuuto-kun... ada apa?”
“Bukan apa-apa kok~, kupikir
aku kita bisa merayakan Natal bersama.”
“Eh!? Apa maksudnya ini,
Maria!?”
Meskipun ibunya terkejut, Luna
dengan cepat duduk dan mengundangku untuk duduk di sebelahnya.
Meja di ruang pribadi itu untuk
enam orang, aku dan Luna saling berhadapan dengan Kurose-san dan ibunya.
Ayahnya mungkin akan duduk di sebelah Luna ... atau mungkin dia akan
menuntunnya untuk duduk di sebelah ibunya.
“Sesekali tidak ada salahnya,
‘kan? Karena kita adalah keluarga.”
Kurose-san berkata dengan wajah
dingin. Ibunya pasti memiliki keraguan tentang pengaturan kamar pribadi ini,
karena dia mungkin membujuknya untuk makan malam dengannya. Walaupun dia masih
terkejut, ibunya memiliki wajah yang meyakinkan.
“Jadi, ini semacam kejutan, ya
.... Apa kamu memberi tahu ayahmu?”
Ketika ditanya oleh ibu mereka,
Luna dan Kurose-san saling berpandangan.
“Umm, dibilang sudah
memberitahunya ...”
Luna menjawab dengan
terbata-bata.
“Dibilang datang juga bisa jadi
...”
Kemudian ibunya membuka lebar
matanya.
“Yang bener!? Orang itu akan
datang!? Ke sini?”
“Bu. Aku minta maaf karena
tidak memberitahumu.”
Kurose-san lalu segera
berbicara dengan ibunya.
“Kami ingin mengadakan pesta Natal
lagi seperti dulu. Jika kami bilang kalau ayah akan datang, ibu pasti tidak
akan datang, kan?”
Ibunya mengernyitkan alisnya
karena permintaan putrinya yang kesepian.
“... Yahh itu sih karena ...
aku tidak benar-benar ingin bertemu dengannya.”
“…………”
Ekspresi wajah Luna dan Kurose-san
semakin gelap.
“Tapi karena kalian semua ingin
bertemu dengannya, maka itu masalah lain. Ibu sudah dewasa. Ayah kalian juga.”
Luna dan Kurose-san saling berpandangan
dengan mata terbelalak.
“Kalau begitu ...”
“Boleh saja, kok. Mari bersenang-senang
dengan makan malam Natal untuk pertama kalinya setelah sekian lama.”
Luna dan Kurose-san saling
berpandangan saat melihat senyum ibu mereka.
“Ho-Horeee, kita berhasil!”
“Lagian, apa yang sedang terjadi
dengan kalian berdua? Bukannya kalian berdua sudah lama bertengkar? Ibu pikir
mereka kalian sudah berbaikan karena Maria ingin pindah ke sekolah Luna, tapi
kalian tidak memberi tahu semua orang di sekolah bahwa kalian bersaudara,
bukan? Ibu sampai sangat terkejut saat perayaan festival olahraga kemarin.”
“Itu sih, ummm...”
“Dibilang bertengkar sih juga
bukan...”
Luna dan Kurose-san menjawab
kebingungan dengan pertanyaan ibu mereka.
“Yah, enggak ada masalah~ kok~!
Kita sudah berteman baik sekarang! Ayo, mari kita putuskan mau minum apa!”
Luna dengan riang mengatakan
dan memberikan menu minuman di atas meja kepada dua orang di seberangnya.
Proses berbaikan antara Luna
dan Kurose-san sangat rumit, dan untuk membicarakan hal tersebut, mereka harus
menyebutkan kecemburuan Kurose-san terhadap Luna dan rumor buruk yang dia
sebarkan tentang Luna, yang mungkin dirasa kurang tepat untuk kesempatan ini.
“Ehh~ pilih yang mana ya, kalau
gitu mungkin hari ini aku minum-minum saja kali ya!”
Ibu mereka mengeluarkan suara
ceria sambil membuka bolak-balik menu halaman minuman beralkohol, Luna dan
Kurose-san diam-diam saling memandang dan tersenyum.
Dalam “Operasi Dua Lotte” yang aku dengar dari Luna sebelumnya, ketika
suasananya menjadi semakin nyaman dengan percakapan santai antara kakak beradik
kembar dan orang tua mereka yang sedikit mabuk akibat minuman, Luna dan
Kurose-san akan membacakan surat yang berisi perasaan mereka kepada orang tua,
dengan maksud ingin membawa situasi ke tahap pengembangan hubungan yang baru.
Aku sedikit khawatir apa
semuanya akan berjalan lancar seperti yang direncanakan, tapi sampai sekarang,
kelihatannya semuanya berjalan cukup baik.
Sisanya tinggal kehadiran
Ayahnya. Menurut penuturan Luna, sepertinya ayahnya masih memiliki perasaan
terhadap ibunya, jadi meskipun tidak akan langsung kembali seperti semula,
tetapi pertemuan makan malam hari ini pasti akan berhasil.
Di tengah perasaan seperti itu,
Luna merasa tegang namun juga bersemangat saat bertemu dengan ayahnya.
“Teman anda yang lainnya telah
tiba.”
Pintu ruangan pribadi diketuk,
dan terdengar suara dari pelayan restoran.
Semua orang di dalam ruangan
pribadi melihat pintu yang terbuka.
Ayah Luna mengenakan setelan
jas seolah-olah ia baru pulang dari pekerjaannya. Sambil membawa mantel di satu
tangan, ia terlihat seperti orang dewasa yang cerdas dan elegan.
Ibu mereka juga cantik, tapi
seperti yang diharapkan dari ayahnya Luna dan Kurose-san, beliau juga terlihat
cukup tampan. Aku pernah melihatnya dari kejauhan beberapa kali sebelumnya,
tetapi ketika melihatnya dari dekat, matanya yang tajam dengan mata sipit
menyerupai Kurose-san. Gaya rambutnya yang disisir ke atas dengan potongan dua
blok yang lembut, dan mungkin karena tubuhnya yang ramping, terlihat tidak
terlalu kasar. Sekilas terlihat jelas bahwa ia adalah seorang pria yang peduli
akan penampilannya, dengan setelan jas yang pas dan tidak berbau seperti
seorang paman tua.
“Asae...!?”
Ketika Ayah mereka memasuki
ruangan pribadi, ia terlihat terkejut ketika melihat sosok mantan istrinya.
Nama yang ia gumamkan itu pasti nama Ibu Luna dan Kurose-san.
Di sisi lain, ibu mereka juga
terlihat bingung.
“Siapa orang yang ada di sana
...?”
Ehh? Aku
sedikit terkejut dan ketika menoleh ke arah pintu, aku melihat sosok orang lain
yang berbeda dengan pegawai restoran di belakang ayah mereka.
“Oh, Ahh ...”
Ayah mereka lalu memberi
isyarat kepada orang tersebut dan sosok itu masuk ke dalam ruangan, terlihat
dengan jelas dari tempat dudukku.
Dia adalah seorang wanita
mungil. Meskipun terlihat muda…. dia mungkin berusia sekitar tiga puluhan
dengan berpenampilan seperti seorang karyawan kantor. Dari gaya rambut bob yang
bulat, kesan yang lebih cenderung lucu daripada cantik terpancar, tetapi bisa
dikatakan bahwa penampilannya melebihi rata-rata.
“Karena Luna bilang kalau dia ingin
memperkenalkan pacarnya ... jadi kupikir ini adalah kesempatan yang tepat untuk
memperkenalkan seseorang juga ... Aku berencana untuk tinggal bersamanya mulai
April mendatang, jadi kupikir aku harus memberitahu anggota keluargaku dulu
sebelum pergantian tahun ...”
Raut wajah Luna langsung
berubah menjadi cemberut pada ayahnya yang berkata dengan terbata-bata
seolah-olah membuat alasan.
“... Apa maksudmu!? Apa
maksudnya dengan ‘tinggal bersama’...!?”
Ibu mereka justru terlihat
tenang ketika Luna terlihat kesal.
“Kamu berniat menikah lagi?”
Saat ditanya demikian, si Ayah
bergantian menatap mantan istrinya dan wanita di belakangnya, dan mengangguk
dengan canggung.
“Yeah…”
Wanita di belakangnya juga
menatapnya dengan wajah yang menyiratkan, “Ini
berbeda dari cerita yang aku dengar?” Karena sepertinya tidak tahan dengan
tekanan semacam itu, si ayah pun mundur selanggkah.
“Ini... ? Apa yang sebenarnya
terjadi hari ini...?”
Keheningan yang sangat mencekam
menyelimuti ruangan pribadi restoran.
Orang yang mencairkan suasana
adalah Luna.
“... Mengerikan... ini sangat
kejam...!”
Dengan bahu yang gemetar, dia
berbicara sambil menjatuhkan diri di atas meja dan mulai menangis.
“Luna...”
Aku hanya bisa meletakkan
tanganku di punggungnya dan mengelusnya dengan lembut.
Aku tidak punya waktu untuk
melihat sekeliling, tapi aku bisa mengetahui kalau suasana di ruangan itu
menjadi canggung, dilihat dari ekspresi wajah mereka.
Sebelumnya || || Selanjutnya