Keiken-zumi Jilid 4 Bab 3 Bagian 2 Bahasa Indonesia

PART 2

 

Pada Malam Natal, langit tampak suram sejak pagi hari. Cuaca saat itu sedang musim dingin dengan angin utara, dan saat matahari mulai terbenam, kulitku yang terpapar udara luar terasa dingin dan kering, aku mengenakan mantel musim dinginku dan menuju ke tempat pertemuan dengan Luna.

Restoran yang dipesan Luna adalah restoran bertema seperti kafe di dekat stasiun A. Sebenarnya, dia ingin memesan restoran yang sangat berkesan yang biasa dia kunjungi bersama keluarganya, tetapi restoran tersebut jauh dari rumahnya saat ini dan ketika dia memeriksa secara online, namanya sudah berubah sejak saat itu, jadi dia mencari restoran di daerah sekitar yang memiliki suasana yang mirip dengan restoran tersebut.

“Ryuuto!”

Luna bahkan terlihat lebih manis hari ini ketika dia melambai kepadaku di depan alun-alun stasiun A.

Perpaduan antara mantel merah dan gaun rajut putih memancarkan nuansa Natal yang mudah dipahami bahkan bagi orang awam dalam bidang fashion seperti diriku, dan membuat hatiku berdebar-debar penuh kegembiraan. Mantel dan gaunnya sama-sama berukuran mini, dan kaki yang benar-benar telanjang di antara sepatu bot panjang terlihat dingin namun seksi.

“Cuacanya dingin banget ya~!”

Luna langsung melingkarkan tangannya di lenganku seraya mengatakan hal itu segera setelah kami bertemu. Aroma bunga atau buah yang menyebar di udara dingin mengangkat semangatku ketika menyadari bahwa ini adalah musim dingin pertamaku bersamanya.

“Ah, aku jadi sangat gugup nih~”

Pipinya yang memerah mungkin bukan hanya karena kedinginan. Aku akan merasa senang jika itu karena dia sedang bersamaku ... tapi mungkin karena ada alasan lain.

Karena Operasi Dua Lotte akhirnya akan segera dimulai. Mungkin inilah alasannya mengapa dia begitu gugup dan bersemangat.

“... Ah, ini pesan dari Maria. Katanya ibu sudah sampai di restoran.”

Di tengah perjalanan, Luna mengeluarkan ponselnya dan memberitahuku.

“Semuanya datang lebih cepat, ya”

“Sepertinya ibu mendapat hari libur hari ini. Karena dia sudah banyak bekerja akhir-akhir ini, jadi dia mendapat hari libur pada malam Natal.”

“Lalu, apa itu berarti Kurose-san juga ikut datang?”

“Bener, kami memanggang kue Natal bersama di siang hari. Apalagi itu adalah cokelat gateau. Aku menyuruhnya membawakan sepotong karena aku juga ingin memakannya!!”

Melihat Luna tersenyum polos membuat hatiku menghangat. Hal ini mungkin disebabkan karena aku bisa melihat sekilas mengenai Luna yang sering berhubungan baik dengan Kurose-san dan bagaimana Kurose-san biasanya berhubungan baik dengan ibunya.

“Aku berharap kalau Onee-chan bisa datang juga. Yah, karena ini malam natal, jadi apa boleh buat, ‘kan.”

Sepertinya kakak perempuan Luna sedang berkencan dengan pacarnya hari ini.

“Sebagai gantinya, hari ini ada Ryuuto yang datang~. Baiklah! Hari ini, kita akan menikmati pesta dan menerapkan rencanaku~!”

Melihat Luna meninggikan suaranya untuk menginspirasi dirinya yang gugup terlihat sangat imut.

Restoran sudah dipesan pada pukul 5 sore dan kami tiba di restoran lima menit sebelumnya.

Tempat acara hari ini ialah ruang pribadi di dalam restoran tepat setelah kami masuk.

Tempat yang dipilih Luna setelah berkonsultasi dengan Kurose-san adalah sebuah kafe dengan engan wallpaper batu bata dan suasana yang nyaman dengan kursi dan meja kecil seperti bar, dan aku membayangkan bahwa keluarga Shirakawa biasa pergi ke restoran yang tampak nyaman seperti ini.

“Mama!”

Ketika kami memasuki ruang pribadi, Kurose-san dan ibunya sedang duduk di belakang. Melihat kedatangan Luna, ibunya melebarkan matanya dengan terkejut.

“Luna!? Ryuuto-kun... ada apa?”

“Bukan apa-apa kok~, kupikir aku kita bisa merayakan Natal bersama.”

“Eh!? Apa maksudnya ini, Maria!?”

Meskipun ibunya terkejut, Luna dengan cepat duduk dan mengundangku untuk duduk di sebelahnya.

Meja di ruang pribadi itu untuk enam orang, aku dan Luna saling berhadapan dengan Kurose-san dan ibunya. Ayahnya mungkin akan duduk di sebelah Luna ... atau mungkin dia akan menuntunnya untuk duduk di sebelah ibunya.

“Sesekali tidak ada salahnya, ‘kan? Karena kita adalah keluarga.”

Kurose-san berkata dengan wajah dingin. Ibunya pasti memiliki keraguan tentang pengaturan kamar pribadi ini, karena dia mungkin membujuknya untuk makan malam dengannya. Walaupun dia masih terkejut, ibunya memiliki wajah yang meyakinkan.

“Jadi, ini semacam kejutan, ya .... Apa kamu memberi tahu ayahmu?”

Ketika ditanya oleh ibu mereka, Luna dan Kurose-san saling berpandangan.

“Umm, dibilang sudah memberitahunya ...”

Luna menjawab dengan terbata-bata.

“Dibilang datang juga bisa jadi ...”

Kemudian ibunya membuka lebar matanya.

“Yang bener!? Orang itu akan datang!? Ke sini?”

“Bu. Aku minta maaf karena tidak memberitahumu.”

Kurose-san lalu segera berbicara dengan ibunya.

“Kami ingin mengadakan pesta Natal lagi seperti dulu. Jika kami bilang kalau ayah akan datang, ibu pasti tidak akan datang, kan?”

Ibunya mengernyitkan alisnya karena permintaan putrinya yang kesepian.

“... Yahh itu sih karena ... aku tidak benar-benar ingin bertemu dengannya.”

“…………”

Ekspresi wajah Luna dan Kurose-san semakin gelap.

“Tapi karena kalian semua ingin bertemu dengannya, maka itu masalah lain. Ibu sudah dewasa. Ayah kalian juga.”

Luna dan Kurose-san saling berpandangan dengan mata terbelalak.

“Kalau begitu ...”

“Boleh saja, kok. Mari bersenang-senang dengan makan malam Natal untuk pertama kalinya setelah sekian lama.”

Luna dan Kurose-san saling berpandangan saat melihat senyum ibu mereka.

“Ho-Horeee, kita berhasil!”

“Lagian, apa yang sedang terjadi dengan kalian berdua? Bukannya kalian berdua sudah lama bertengkar? Ibu pikir mereka kalian sudah berbaikan karena Maria ingin pindah ke sekolah Luna, tapi kalian tidak memberi tahu semua orang di sekolah bahwa kalian bersaudara, bukan? Ibu sampai sangat terkejut saat perayaan festival olahraga kemarin.”

“Itu sih, ummm...”

“Dibilang bertengkar sih juga bukan...”

Luna dan Kurose-san menjawab kebingungan dengan pertanyaan ibu mereka.

“Yah, enggak ada masalah~ kok~! Kita sudah berteman baik sekarang! Ayo, mari kita putuskan mau minum apa!”

Luna dengan riang mengatakan dan memberikan menu minuman di atas meja kepada dua orang di seberangnya.

Proses berbaikan antara Luna dan Kurose-san sangat rumit, dan untuk membicarakan hal tersebut, mereka harus menyebutkan kecemburuan Kurose-san terhadap Luna dan rumor buruk yang dia sebarkan tentang Luna, yang mungkin dirasa kurang tepat untuk kesempatan ini.

“Ehh~ pilih yang mana ya, kalau gitu mungkin hari ini aku minum-minum saja kali ya!”

Ibu mereka mengeluarkan suara ceria sambil membuka bolak-balik menu halaman minuman beralkohol, Luna dan Kurose-san diam-diam saling memandang dan tersenyum.

Dalam “Operasi Dua Lotte” yang aku dengar dari Luna sebelumnya, ketika suasananya menjadi semakin nyaman dengan percakapan santai antara kakak beradik kembar dan orang tua mereka yang sedikit mabuk akibat minuman, Luna dan Kurose-san akan membacakan surat yang berisi perasaan mereka kepada orang tua, dengan maksud ingin membawa situasi ke tahap pengembangan hubungan yang baru.

Aku sedikit khawatir apa semuanya akan berjalan lancar seperti yang direncanakan, tapi sampai sekarang, kelihatannya semuanya berjalan cukup baik.

Sisanya tinggal kehadiran Ayahnya. Menurut penuturan Luna, sepertinya ayahnya masih memiliki perasaan terhadap ibunya, jadi meskipun tidak akan langsung kembali seperti semula, tetapi pertemuan makan malam hari ini pasti akan berhasil.

Di tengah perasaan seperti itu, Luna merasa tegang namun juga bersemangat saat bertemu dengan ayahnya.

“Teman anda yang lainnya telah tiba.”

Pintu ruangan pribadi diketuk, dan terdengar suara dari pelayan restoran.

Semua orang di dalam ruangan pribadi melihat pintu yang terbuka.

Ayah Luna mengenakan setelan jas seolah-olah ia baru pulang dari pekerjaannya. Sambil membawa mantel di satu tangan, ia terlihat seperti orang dewasa yang cerdas dan elegan.

Ibu mereka juga cantik, tapi seperti yang diharapkan dari ayahnya Luna dan Kurose-san, beliau juga terlihat cukup tampan. Aku pernah melihatnya dari kejauhan beberapa kali sebelumnya, tetapi ketika melihatnya dari dekat, matanya yang tajam dengan mata sipit menyerupai Kurose-san. Gaya rambutnya yang disisir ke atas dengan potongan dua blok yang lembut, dan mungkin karena tubuhnya yang ramping, terlihat tidak terlalu kasar. Sekilas terlihat jelas bahwa ia adalah seorang pria yang peduli akan penampilannya, dengan setelan jas yang pas dan tidak berbau seperti seorang paman tua.

“Asae...!?”

Ketika Ayah mereka memasuki ruangan pribadi, ia terlihat terkejut ketika melihat sosok mantan istrinya. Nama yang ia gumamkan itu pasti nama Ibu Luna dan Kurose-san.

Di sisi lain, ibu mereka juga terlihat bingung.

“Siapa orang yang ada di sana ...?”

Ehh? Aku sedikit terkejut dan ketika menoleh ke arah pintu, aku melihat sosok orang lain yang berbeda dengan pegawai restoran di belakang ayah mereka.

“Oh, Ahh ...”

Ayah mereka lalu memberi isyarat kepada orang tersebut dan sosok itu masuk ke dalam ruangan, terlihat dengan jelas dari tempat dudukku.

Dia adalah seorang wanita mungil. Meskipun terlihat muda…. dia mungkin berusia sekitar tiga puluhan dengan berpenampilan seperti seorang karyawan kantor. Dari gaya rambut bob yang bulat, kesan yang lebih cenderung lucu daripada cantik terpancar, tetapi bisa dikatakan bahwa penampilannya melebihi rata-rata.

“Karena Luna bilang kalau dia ingin memperkenalkan pacarnya ... jadi kupikir ini adalah kesempatan yang tepat untuk memperkenalkan seseorang juga ... Aku berencana untuk tinggal bersamanya mulai April mendatang, jadi kupikir aku harus memberitahu anggota keluargaku dulu sebelum pergantian tahun ...”

Raut wajah Luna langsung berubah menjadi cemberut pada ayahnya yang berkata dengan terbata-bata seolah-olah membuat alasan.

“... Apa maksudmu!? Apa maksudnya dengan ‘tinggal bersama’...!?”

Ibu mereka justru terlihat tenang ketika Luna terlihat kesal.

“Kamu berniat menikah lagi?”

Saat ditanya demikian, si Ayah bergantian menatap mantan istrinya dan wanita di belakangnya, dan mengangguk dengan canggung.

“Yeah…”

Wanita di belakangnya juga menatapnya dengan wajah yang menyiratkan, “Ini berbeda dari cerita yang aku dengar?” Karena sepertinya tidak tahan dengan tekanan semacam itu, si ayah pun mundur selanggkah.

“Ini... ? Apa yang sebenarnya terjadi hari ini...?”

 

Keheningan yang sangat mencekam menyelimuti ruangan pribadi restoran.

 

Orang yang mencairkan suasana adalah Luna.

“... Mengerikan... ini sangat kejam...!”

Dengan bahu yang gemetar, dia berbicara sambil menjatuhkan diri di atas meja dan mulai menangis.

“Luna...”

Aku hanya bisa meletakkan tanganku di punggungnya dan mengelusnya dengan lembut.

Aku tidak punya waktu untuk melihat sekeliling, tapi aku bisa mengetahui kalau suasana di ruangan itu menjadi canggung, dilihat dari ekspresi wajah mereka.


 

Sebelumnya  || Daftar isi ||  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama