Keiken-zumi Jilid 4 Bab 5 Bagian 1 Bahasa Indonesia

Chapter 5

 

Ayah Luna memutuskan untuk menunda rencana tinggal bersama Fukusato-san sampai “Luna lulus dari sekolah SMA.”. Rupanya, Fukusato-san juga merasa cemas dengan tiba-tiba tinggal bersama seorang putri yang seumuran gadis SMA dan ibu mertuanya, jadi kelihatannya dia menerima situasinya dengan lebih mudah dari yangkubayangkan.

“Terima kasih ya Ryuuto! Itu semua berkat Ryuuto...”

Ucap Luna dengan mata berkaca-kaca saat dia memberitahuku melalui panggilan video.

 

Dan kemudian, semester ketiga pun dimulai.

Ketika acara komedi tahun baru akhirnya berlalu, bulan Januari pun sudah berakhir dan sekarang kami memasuki bulan Februari. Bulan tersebut mempunyai sebuah acara besar untuk para muda-mudi yang sedang jatuh cinta.

Hari Valentine.

Sampai tahun lalu, meskipun aku berpura-pura tidak peduli dan berpikir bahwa itu bukan urusanku, tapi pada hari itu, ada perasaan gelisah di dalam hatiku yang menginginkan terjadinya keajaiban. Tapi tahun ini berbeda.

Dengan penuh semangat, aku bisa merasakan detak jantungku.

“Selamat pagi! Aku sangat menantikan kencan valentine kita nanti!”

Pada pagi hari di tanggal 12 Februari, Luna menghampiri tempat dudukku dan mulai berbicara dengan penuh semangat.

“Selamat pagi .... ya benar juga.”

Aku tersenyum sopan sembari memperhatikan tatapan di sekitarku.

Pada kencan Valentine, kami sepakat untuk pergi ke Harajuku. Ketika Luna bertanya kepadaku mengenai apa yang ingin kulakukan pada Hari Valentine, jadi aku menjawab, “Bagaimana kalau kita makan cokelat?” Kemudian, aku diberitahu bahwa kami akan pergi ke toko favorit Luna.

Di dalam ruang kelas, ada suasana gelisah yang bisa dirasakan sejak pagi. Pemandangan ini seolah-olah tidak ada yang berbeda dari biasanya, tetapi bagi seseorang yang telah mengalami “kegelisahan tersembunyi” ini setiap tahunnya, aku sangat memahaminya.

Karena hari Valentine tahun ini jatuh pada hari libur, jadi hari Jumat ini merupakan kesempatan sempurna untuk bertukar cokelat di sekolah.

Selama jam istirahat makan siang di Hari Valentine, seperti biasa, kami bertiga geng introvert, berkumpul untuk makan siang. Tapi ada suasana aneh yang menyelimuti.

“... Kalian berdua sedang kenapa?”

Icchi dan Nisshi duduk berdampingan dengan meja yang disatukan, tetapi mereka terlihat murung tanpa membuka bekal mereka.

“Icchi?”

“Hei, apa kamu melihat video streaming KEN kemarin?”

Aku menggelengkan kepalaku untuk menjawab pertanyaan Icchi.

“Tidak... Aku tidak bisa menonton siaran itu kemarin karena aku sibuk mengerjakan tugas tambahan di sekolah bimbel. Aku berencana untuk menonton videonya di akhir pekan nanti.”

“Aku juga... Ada beberapa hal yang harus aku lakukan.”

Nisshi juga menjawab begitu. Mendengar tanggapan kami, Icchi menatap serius dan menggenggam tinjunya di atas meja.

“...Katanya KEN adalah alumni dari Universitas Houei, tau.” katanya dengan ekspresi serius.

“Wah!? Serius?” ujarku dengan terkejut.

Universitas Houei adalah salah satu perguruan tinggi swasta terkenal yang dikenal oleh semua orang Jepang.

“Apa KEN secerdas itu!?”

Nisshi juga terkejut.

“Dia seorang mantan pemain profesional game, YouTuber terkenal, dan memiliki pendidikan tinggi..... Bukankah kehidupannya terlalu curang.”

“Nah, ‘kan? Aku juga benar-benar terkejut... Makanan rasanya seperti tak bisa melewati tenggorokanku.”

Mereka berdua terlihat sangat terkejut, tetapi aku merasa yakin di sudut hatiku. KEN sering mengungkapkan pendapat yang masuk akal dalam pembicaraan serius, dan aku selalu berpikir bahwa dia cerdas meskipun dalam video-video santai sehari-harinya dia suka bercanda..

“Sialan~... Apa kita harus membidik universitas itu juga?” seri Icchi dengan kesal.

“Mustahil kali... Kalau dari sekolah SMA kita, universitas yang biasa saja sudah menjadi pilihan yang masuk akal.” Jawab Nisshi.

“Bener banget~”

Keduanya menghela nafas dan terlihat murung. Mungkin mereka merasa dikhianati oleh KEN yang selalu terlihat hanya bermain game. Kemudian, aku tiba-tiba merasa penasaran.

 “Ngomong-ngomong, mengapa tadi kamu terlihat murung banget, Nisshi?”

Karena dirinya juga tidak menonton siaran KEN sepertiku, penyebabnya pasti bukan karena alasan yang sama seperti Icchi.

“Ahh.....”

Ketika aku bertanya padanya, Nisshi tiba-tiba mulai gelisah.

“Sebenarnya, aku membuat sesuatu kemarin... Aku sedang bimbang apakah aku akan memberikan itu padanya atau enggak.”

“Ehh? Memangnya kamu membuat apa?”

“Kamu ingin memberikannya? Kepada siapa?”

Mendengar jawaban yang tidak begitu jelas jelas, aku dan Icchi sama-sama mengernyitkan kening.

Nisshi mengalihkan pandangannya dari kami dan dengan malu-malu, ia membuka mulutnya.

“...Makanya, ini tentang cokelat....”

“Eh, cokelat?”

“Kamu yang membuatnya? Kenapa? Kamu mau memberikannya kepadaku untuk memakannya?”

Icchi dibuat tercengang, tapi aku langsung segera menyadari siapa yang dimaksud.

“... Apa jangan-jangan untuk Yamana-san?”

Ketika aku bertanya, Nisshi menunjukkan wajah tersentak dan melihat ke belakang.

“Ssst...!”

Di arah tersebut, ada Yamana-san yang sedang makan siang bersama Luna dan Tanikita-san. Mereka terlihat sedang asyik mengobrol dan tidak mendengar suara kami dari sini.

“Untuk si Oni-gyaru? Jadi ini yang namanya 'choco reverse'? Kamu rajin banget bikin sendiri, ya.”

Entah seberapa jauh Icchi menyadari perasaan cinta sejati Nisshi, ia berkata dengan kagum. Sejak awal ia kurang peka terhadap perasaan orang lain, tetapi tampaknya dirinya semakin terpisah dari dunia sejak berpartisipasi menjadi anggota KEN’S kids.

Mungkin karena merasa tidak bisa mengandalkan Icchi, ketika Icchi pergi ke toilet, Nisshi lalu mengatakan padaku,

“Hei, Kasshi. Bisakah kamu ikut bersamaku saat aku memberikan cokelat?”

“Ehh?”

"Aku merasa cemas jika aku sendirian... Tolonglah.”

“O-Oke...”

Baik saat Icchi mengaku kepada Tanikita-san maupun saat ini, mengapa kedua orang ini selalu ingin memintaku menemani mereka saat mereka bertemu dengan orang yang mereka sukai?

Namun meski begitu, aku merasa senang bisa diandalkan sebagai teman, jadi aku memutuskan untuk menyaksikan Nisshi memberikan cokelatnya kepada gadis yang disukainya.

 

◇◇◇◇

 

Waktu pulang sekolah pun tiba dalam sekejap mata.

Hari ini aku sudah berjanji untuk pulang bersama Luna, jadi waktu yang tersisa sangat terbatas.

Icchi sedang menulis buku aktivitas sebagai petugas piket hari ini, sementara aku dengan senang hati keluar dari kelas dan bertemu dengan Nisshi di lorong.

“Aku baru saja mengirim pesan 'Datanglah ke lorong' melalui LINE.”

Nisshi mengatakan itu sambil menunjukkan wajah yang tegang.

Setelah beberapa saat kemudian, Yamana-san keluar sendirian ke lorong. Sepertinya dia muncul setelah membaca pesan LINE, dia lalu melihat Nisshi dan datang lurus ke sini.

Aku dengan hati-hati menjauh dari Nisshi dan berpindah ke tempat yang jauh sehingga suara mereka tak terdengar.

Setelah Yamana-san dan Nisshi bertukar beberapa kata, Nisshi mengulurkan sesuatu yang ada di tangannya. Itu adalah bungkusan kecil yang kemungkinan berisi cokelat.

Yamana-san terlihat heran ketika melihat Nishi dan mengucapkan sesuatu, tetapi dia menerima bungkusan itu.

Dengan nuansa seperti mengucapkan terima kasih, Yamana-san memegang cokelat yang diterimanya dan kembali ke dalam kelas.

Setidaknya dia mau menerima cokelat tersebut. Syukurlah, usahamu tidak sia-sia, Nisshi... ketika aku sedang berpikiran begitu.

Aku merasa melihat siluet yang dikenal di sudut pandangku, jadi aku melihat ke arah itu.

Di sana, ada Kurose-san dan Tanikita-san.

Sejak Luna dan Kurose-san dikenal sebagai saudara kembar, Kurose-san mulai bergabung dengan lingkaran gadis-gadis periang karena ditarik oleh Luna. Terutama dengan Tanikita-san, mereka memiliki hobi otaku yang sama, dan karena mereka juga berada dalam kelompok perjalanan studi yang sama, mereka dengan cepat menjadi dekat, dan aku sering melihat Kurose-san tersenyum berbicara dengan Tanikita-san selama waktu istirahat.

Mereka berdua sekarang bersembunyi dan berbicara bisik-bisik, terjepit di antara cekungan pilar di koridor. Mungkin ada sesuatu yang tidak bisa mereka bicarakan di dalam kelas... Aku sedang memikirkan hal itu ketika tiba-tiba Tanikita-san menyerahkan kantong kertas yang dia pegang kepada Kurose-san.

“Ini permintaanku sekali dalam seumur hidup! Tolong!”

Aku hanya bisa mendengar suara Tanikita-san.

Tanikita-san menyatukan kedua telapak tangannya di depan wajahnya dan mengambil sikap seolah-olah dia sedang berdoa..

“Aku hanya bisa meminta bantuan dari Mari-mero untuk hal seperti ini~! Jika aku memintanya pada Nikoru atau Lunacchi, mereka berdua pasti akan mengolok-olokku... Jadi, aku mohon!”

Kurose-san menerima kantong kertas dengan ekspresi pasrah tanpa pilihan. Dia terlihat bingung, tetapi mungkin tersentuh oleh keputusasaan Tanikita-san, dia menganggukkan kepala dengan ragu.

“Terima kasih banyak! Kalau begitu, aku mengandalkanmu, ya!”

Tanikita-san pergi dengan wajah ceria seperti angin yang berlalu.

Aku bertanya-tanya apa yang dia minta kepada Kurose-san... atau begitulah yang kupikirkan ketika melihatnya dari kejauhan.

Kurose-san lalu melihat sekeliling, dan tiba-tiba tatapan mata kami bertemu.

Aku buru-buru mengalihkan pandanganku, tetapi Kurose-san anehnya mulai berjalan ke arahku. Aku merasa canggung dan secara refleks membalikkan badan.

“Kashima-kun...”

Aku dipanggil oleh Kurose-san. Suaranya terdengar bermasalah.

“...Ad-Ada apa?”

Ini pertama kalinya kami berdua berbicara sejak malam ketika aku berhenti menjadi temannya. Selama waktu kelas gabungan, kami hanya berbicara tentang hal-hal yang diperlukan untuk belajar dalam kelompok.

Dengan wajah lelah, Kurose-san melihat sekeliling, kemudian menggenggam tanganku dan mulai berjalan sambil berkata, “Ayo, ikut aku sebentar.”

“Eh? A-Apa yang terjadi...?”

“Tolonglah, ikut saja!”

Dengan tindakan yang tidak biasa, Kurose-san membuka pintu ruang kosong.

Aku bisa melihat wajah bingung Nisshi yang berada di sana ketika melihatku dibawa pergi oleh Kurose-san.

“Ku-Kurose-san? Apa yang...”

“Kamu salah paham, aku ingin kamu memberikan ini kepada Ijichi-kun.”

Ujar Kurose-san sambil memberikan kantong kertas yang sebelumnya diberikan oleh Tanikita-san. Di dalamnya terdapat sebuah kotak dengan bentuk hati merah berwarna terang. Dengan musim seperti ini, sudah terlihat jelas bahwa ini adalah hadiah cokelat khusus untuk seseorang yang dicintai.

“Akari-chan ingin memberikan cokelat kepada Ijichi-kun. Tapi dia bilang dia tidak ingin ketahuan kalau dialah yang memberikannya. Karena kotak yang dia bawa terlalu besar untuk dimasukkan ke dalam loker sepatu, jadi dia meminta tolong padaku untuk 'mengantarkannya'. Aku hampir tidak pernah berbicara dengan Ijichi-kun, jadi dia memintaku untuk memberikannya melalui Kashima-kun.”

“Eh? Ahhh...”  

Begitu rupanya, aku mulai mmengerti sekarang.

“Baiklah, aku akan memberikannya kepada Icchi.”

Icchi pasti akan terkejut. Dirinya pasti takkan pernah menduga kalau cokelat ini berasal dari Tanikita-san.

Ketika aku hendak menerima kantong kertas sambil membayangkan reaksi Icchi dengan senang, pintu kelas terbuka dengan keras, dan dari lorong muncul...

““Luna!””

Aku dan Kurose-san berteriak kaget secara bersamaan.

“Ketika aku menanyakan kepada Nishina-kun, 'Apa kamu melihat Ryuuto?' dia memberi tahuku bahwa kamu berada di sini...”

Setelah mengatakan itu, Luna memandang kami secara bergantian dan mengerutkan kening.

“...Kalian berdua sedang melakukan apa di sini?”

“Eh, ah, tidak...”

Aku ragu apakah aku boleh mengatakan kepada Luna tentang cokelat dari Tanikita yang ingin diberikan kepada Icchi? Sepertinya Kurose-san juga memiliki keraguan yang sama. Kami saling bertatap-tatapan dalam kebingungan.

“...Itu cokelat, iya ‘kan?”

Dengan reaksi kami yang seperti itu, ekspresi Luna jadi semakin tegang. Melihat ekspresinya yang begitu, aku menyadari bahwa ada kesalahpahaman yang terjadi.

“Ah... um... ini sebenarnya...”

Ketika Kurose-san mencoba membuka mulutnya dengan terbata-bata….

 

Plakkk!

 

Suara yang kering bergema di dalam kelas tempat hanya kami berdua.

Sesaat, aku tidak tahu apa yang sedang terjadi.

Luna, dengan pose tangan kanannya yang terayun ke bawah, mengangkat bahunya dan menghela nafas berat.

Kurose-san melihat ke bawah secara diagonal dengan ekspresi tercengang. Pipi kirinya terlihat memerah.

Rupanya, Luna menampar pipi Kurose-san. Aku akhirnya memahami apa yang sedang terjadi.

Kantong kertas yang dibawa Kurose-san terjatuh ke lantai karena terkena tamparan tersebut.

“Kenapa kamu melakukan hal seperti itu? Jangan membuat Ryuuto kebingungan lagi.”

Luna berkata sambil menatap kantong kertas itu.

Luna menunjukkan ekspresi kemarahan lebih kuat dari apapun yang pernah aku lihat darinya sebelumnya.

—— Luna tuh, meski dia jarang marah pada teman-temannya, tapi dia sangat menakutkan ketika dia marah di depanku.

Aku jadi teringat kata-kata Kurose-san.

Luna yang berdiri di depanku, menunjukkan kemarahannya yang murni ketika berhadapan dengan Kurose-san.

“Ryuuto adalah pacarku! Jadi, aku takkan memberikannya padamu, Maria!”

Dengan wajah yang berlinangan air mata, Luna berteriak dengan keras seolah-olah ingin memberikan pernyataan yang tegas.

“Kamu selalu saja begitu. Bahkan saat kejadian Chi-chan juga.”

Dengan bibirnya yang terlihat penuh penyesalan, Luna menatap Kurose-san.

“Mengapa? Padahal Maria sudah memiliki banyak hal. Jadi, jangan ambil apapun lagi dariku.”

Setelah mendengar kata-kata tersebut, Kurose-san mengerutkan kening seperti merasa tersinggung.

“Hahh? Apa yang kamu bicarakan? Bukannya kamu yang sudah punya banyak hal?”

Seakan-akan tidak terima dengan perkataan Luna, Kurose-san membalas dan mulai berbicara seolah-olah bendungan di dalam hatinya terbuka lebar.

“Kamu sangat populer dan mempunyai punya banyak teman. Bahkan ayah juga... Karena Luna adalah anak yang disukai semua orang, jadi ayah lebih memilih Luna. Jika aku dilahirkan seperti Luna, ayah mungkin akan menyayangiku. Namun, dengan semua yang kamu miliki, kamu hidup seolah-olah semuanya itu adalah hal yang wajar, itu benar-benar menjengkelkan! Seberapa banyak aku ingin menjadi seperti Luna.”

“Apa-apaan itu…”

“Luna selalu saja begitu. Karena kamu dicintai apa adanya, kamu tidak pernah memikirkan perasaan orang-orang yang tidak bisa berinteraksi dengan orang lain tanpa harus memaksakan diri. Meski terlihat polos dan ramah, tapi sebenarnya kamu suka memaksa orang lain. Bahkan anting-anting bulan dan bintang yang kamu berikan, bukanlah motif kita sepenuhnya. Kamu sangat mencintai dirinya sendiri, sungguh."

“.......”

Luna mengerutkan sedikit alisnya dan menatap Kurose-san dengan ekspresi yang terluka.

Tidak mengherankan. Setelah bertahun-tahun terpisah, adiknya langsung mengungkapkan perasaannya seperti ini.

“Memangnya kamu tidak bertanya pada ibu? Alasan mengapa kamu harus tinggal bersama ibu dan aku tinggal bersama ayah.”

Setelah beberapa waktu, Luna membuka mulutnya. Wajahnya terlihat dipenuhi kerumitan.

“Tentu saja aku sudah bertanya. Tapi Ibu cuma bilang 'setelah mempertimbangkan berbagai hal'. Itu hanya ungkapan orang dewasa saat mereka tidak bisa mengatakan alasan yang sebenarnya.”

Dengan tatapan yang penuh keinginan untuk mengatakannya, Luna menatap Kurose-san.

“Ayah pernah memberitahuku. Alasan mengapa mereka memilih melakukan itu.”

Setelah mengucapkannya, dia membuka mulutnya dengan tenang.

“Sebenarnya, ibu ingin mengambil kita berdua. Tapi, saat itu ibu tidak bekerja dan di rumah keluarganya, nenek memiliki tanggung jawab merawat kakek. Ibu pikir tidak mungkin hidup hanya dengan uang asuh dari ayah untuk menghidupi kita berdua, jadi dia memutuskan untuk memilih satu orang saja...”

Kurose-san terus menatap lantai dengan mata terbuka lebar sambil mendengarkan cerita Luna.

“Bukan aku yang dipilih oleh ayah. Saat itu, ibu lebih memilih Maria.”

“Eh...?”

Bulu mata Kurose-san bergetar saat menatap Luna.

“Ibu berkata begini kepada ayah, 'Anak itu sensitif dan tidak bisa mengungkapkan perasaannya dengan jujur, jadi sebagai ibunya, aku harus berada di dekatnya untuk memahaminya.' Itulah yang dikatakan ibu kepada ayah, dan itulah yang menjadi keputusan mereka.”

Perkataan Luna membuat Kurose-san menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

“Bohong...”

“Apa kamu selalu berpikir begitu? Bahwa ayah tidak memilihmu? ...Jika itu benar, kamu seharusnya bersyukur bisa bersama ibu. Setiap orang harus memilih sesuatu. Mana mungkin kita bisa mendapatkan segalanya. Itu sebabnya aku juga harus menerima kenyataan dan mengalah. Tapi sebagai gantinya, aku mendapatkan hal-hal lain.”

Luna berbicara dengan nada tegas.

Luna pasti memikirkan ibunya dan impiannya untuk hidup bersama sebagai keluarga yang utuh lagi. Dan... aku akan merasa senang jika aku termasuk dalam “Hal yang dia dapatkan”.

"Ketika kita tinggal bersama dulu, aku dan kamu sama-sama sangat menyukai Ayah dan Ibu, kan?”

Luna mengucapkan hal itu sambil menatap Kurose-san dengan pandangan yang lebih lembut daripada sebelumnya.

“Tapi, mereka pergi begitu saja. Bagiku... Ibu pergi dari sisiku... dan bagi Maria... Ayah pergi dari sisimu. Jadi, keberadaan orang yang hilang itu sangat berarti bagiku, dan akhirnya aku hanya mencintai orang itu... Setidaknya, aku mengalami fase seperti itu.”

Kurose-san tetap diam sebagai tanggapan atas kata-kata Luna.

“Apa kamu masih membenci ibu, Maria?”

Usai bertanya begitu, Lunatiba-tiba menunjukkan ekspresi serius.

“Jika kamu membencinya, berikanlah padaku.”

Kemudian, Kurose-san menunjukkan ekspresi terkejut.

“Aku tidak mau.”

Kurose-san menggelengkan kepalanya dan berkata.

“Luna sudah punya Ayah, jadi aku tidak akan menyerahkan Ibu.”

Luna menatap Kurose-san dengan serius beberapa saat.

“Baiklah, aku akan tinggal bersama ayah, dan Maria akan tinggal bersama ibu.”

Luna berkata demikian sambil tersenyum.

Menanggapi ucapan Luna yang seperti itu, Kurose-san menundukkan kepalanya dan membuka mulutnya.

“Aku juga berusaha menghargai apa yang telah diberikan. ...Akhirnya, aku baru mulai menjalani hidup seperti itu.”

Kurose-san berkata dengan ragu dan sedikit kikuk.

“Itulah sebabnya aku bahkan tidak mencoba mengambil Kashima-kun.”

“Ehh? Tapi...”

Luna mencoba untuk menyela, lalu Kurose-san menunjuk kantong kertas yang jatuh di lantai.

“Kamu pikir ini adalah cokelat yang ingin kuberikan kepada Kashima-kun?”

“Eh...?”

Kemudian, aku juga melihat ke dalam kantong kertas tersebut dan memperhatikan.

Kotak di dalam kantong kertas itu terbuka akibat benturan ketika jatuh. Di dalamnya ada cokelat berbentuk hati yang super besar, dengan tulisan “Hanya Yuusuke yang bisa menang ditulis dengan pena dekoratif putih dan merah muda di permukaannya.

Cokelat itu sepenuhnya menggambarkan perasaan Tanikita-san yang mengingatkanku pada kipas dukungan idol, dan tidak diragukan lagi kalau itu adalah cokelat tulus.

"Bohong...!?"

Luna juga menyadari hal itu dan menunjukkan ekspresi terkejut.

“Aku hanya meminta bantuan Kashima-kun untuk memberikan cokelat yang kudapat dari temanku kepada Ijichi-kun.”

Kurose-san mencoba menjelaskan dengan gamblang, dan wajah Luna langsung pucat pasi dalam sekejap mata.

“Eh...ma-maaf, Maria...”

Lalu pada saat itu...

 

Plakkkk!

Kurose-san menampar pipi Luna.

“Dasar Luna bodoh! Kamu selalu terburu-buru mengambil kesimpulan!”

Kurose-san memelototi Luna dan berteriak, ketika suasannya berubah menjadi semakin tegang….

 

Kurose melompat dan memeluk Luna dengan erat.

 

“...!”

Luna membelalak kaget  dan menahan tubuh adiknya dengan ekspresi terkejut.

Aku jadi teringat apa yang dikatakan Luna pada hari Natal.


── Namun. rasanya kita belum sepenuhnya kembali seperti dulu. Seperti ada tembok di antara kita... Karena selama enam tahun, hampir tidak ada komunikasi antara kami. Aku yakin banyak hal yang aku tidak mengerti tentang perasaan Maria dan situasinya. Mungkin di pihaknya juga sama.

Aku merasa seperti bisa mendengar suara runtuhnya dinding tak kasat mata yang selama ini sudah memisahkan mereka berdua.

Sekarang.

Mereka akhirnya bisa kembali menjadi sepasang saudari kembar yang sebenarnya.

“Nee Maria, coba lihat ini.”

Luna tiba-tiba menunjukkan sesuatu yang diambilnya dari saku roknya.

Itu adalah anting-anting berbentuk bulan dan bintang.

“Ternyata ini bukan bintang, lho. Lihat di sini, ada garis-garis di sini, iya ‘kan? Apa kamu tidak menyadarinya? Ini bukan bintang, melainkan bintang laut.”

Aku mengernyitkan dahi dan melihat anting-anting tersebut. Aku tidak bisa melihatnya dari posisiku, tetapi Kurose-san menatapnya dengan wajah terkejut.

“Anting-anting ini bukan aksesoris 'bulan dan bintang', melainkan anting-anting 'bulan dan bintang laut'.”

Ucap Luna seraya memandang Kurose-san dengan tatapan lembut.

“Bulan dan laut... ini adalah motif kita. Itulah sebabnya aku ingin kamu memiliki ini, Maria”

Air mata mengalir dari sudut mata Kurose-san setelah mendengar itu.

Dengan suara keras, Kurose-san menangis sambil berlutut, dan Luna yang juga berlutut, dengan lembut mengelus kepala Kurose-san.

 

Pemandangan itu seperti sepasang saudara kembar yang tak pernah berpisah sejak lahir, selalu dekat satu sama lain.


 

Sebelumnya  |    |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama