PART 3
Pada hari Minggu keesokan
harinya, hari Valentine, aku berada di Harajuku bersama Luna.
“Tapi, waktu itu Ijichi-kun
benar-benar kocak banget! Dia sama sekali tidak percaya kalau itu adalah
cokelat dari seorang gadis.”
“Anak itu malah bilang 'Ini cuma lelucon, ya? Apa Kasshi yang
membuatnya?', lah aku tidak punya banyak waktu luang untuk melakukan hal
semacam itu.”
Kami berdua sedang berbicara tentang
bagaimana reaksi Icchi ketika aku memberikan cokelat buatan tangan dari
Tanikita-san pada hari Jumat kemarin.
“Fufufu... cokelat itu dari
Akari, iya ‘kan?”
“En-Entahlah... aku tidak tahu
apa-apa.”
“Cuma Akari saja yang bisa
membuat cokelat seperti itu, loh.”
Ujar Luna sambil tertawa ceria
dan meminum minuman coklat di tangannya.
Kami berada di kafe toko cokelat
yang menjadi favorit Luna. Nama toko ini tertulis dengan tulisan bergaya “Lindt”, tetapi aku bahkan tidak bisa
membacanya. Meski begitu, suasana di dalam kafe dengan desain kayu terasa
tenang dan sangat bergaya.
Di dalam ruangan lantai dua,
sinar matahari sore hari masuk melalui jendela menghadap ke jalan. Setelah
makan siang di restoran cepat saji di Omotesando, kami datang ke toko ini
dengan tujuan mendapatkan cokelat.
“Kira-kira ia mungkin masih
mengira kalau itu hanya lelucon kali ya~?”
“Tidak, tapi pada akhirnya
Icchi terlihat sedikit bahagia. Meskipun ia ingin mempercayai dengan tulus,
tapi mungkin ia mengambil langkah pencegahan agar tidak terluka saat tertipu.”
“Begitu ya~. Mungkin ini
pertama kalinya Ijixhi-kun mendapatkan cokelat dari seorang gadis, ya~?”
“Tentu saja, karena itu baru
pertama kalinya Icchi mendapatkanya. Bahkan aku sendiri juga pertama kali
mendapatkannya.”
Setelah mengucapkan itu, aku
merasa malu karena tanpa sadar mengatakan sesuatu dengan asumsi bahwa aku akan
mendapatkannya mulai sekarang, jadi aku menggelengkan kepalaku.
Luna tersenyum padaku saat
melihatku begitu.
“Aku akan memberikannya padamu!
Jadi jangan khawatir.”
Dia memegang kantong kertas
kecil di tangannya. Sejak kami bertemu di stasiun hari ini, aku selalu
penasaran dengan benda tersebut, tetapi aku mencoba untuk tidak terlalu
memperhatikannya, ini adalah barang bawaannya yang selama ini kuabaikan.
“Ini, Selamat Hari Valentine!”
Luna memberikan kantong kertas
itu kepadaku sambil tersenyum cerah.
“Te-Terima kasih ...!”
Ini adalah pertama kalinya
dalam hidupku menerima cokelat spesial dari seorang gadis.
Apalagi dari gadis yang sangat
aku cintai......
Aku
tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang…. hatiku
menjadi panas dan aku larut dalam emosi.
“Boleh aku membukanya?”
“Ya. Silakan!”
Di dalam kantong kertas itu ada
kotak berwarna cokelat dengan pita merah yang terikat di atasnya. Dengan tangan
yang gemetar karena kekaguman, aku membuka pita dengan hati-hati dan mengangkat
tutupnya.
Benda yang muncul dari dalam
adalah sepotong kue cokelat berukuran kecil. Di atasnya terdapat hati yang
tergambar dengan gula bubuk, gambar itu terlihat sangat menggemaskan, membuatku
malu sekaligus senang sekaligus.
“Kelihatannya enak banget...
Terima kasih banyak.”
"Namanya cokelat gâteau! Aku
mempelajari ini kemarin di rumah Maria. Sampai waktu jadwal les bimbelnya Maria.”
“Begitu ya.”
“Kami memakannya bareng versi
percobaannya, dan rasanya enak banget jadi jangan ragu untuk mencobanya!”
“Ya, aku akan memakannya dengan
hati-hati.”
Aku meletakkan pita yang tidak
dapat diikat ke dalam kotak dan memasukkannya kembali ke dalam kantong kertas,
dan aku meminum minuman di tanganku dengan perasaan gembira.
Minuman cokelat dingin yang aku
beli atas rekomendasi Luna memiliki pola sangat indah yang terlihat seperti
cokelat yang meleleh di dalam cangkir. Rasanya juga sangat lezat dengan aroma
cokelat yang kuat.
“... Begitu rupanya, ya~. Jadi
ini pertama kalinya Ryuuto mendapatkan coklat, ya.”
Tiba-tiba, Luna menatap
minumannya dan bergumam seolah-olah dia sedang merenungi sesuatu.
“Aku juga sama. Ini pertama
kalinya bagiku memberikan cokelat buatan tangan untuk pacarku.”
“Benarkah?”
Aku
merasa senang kalau begitu... ketika aku berpikiran begitu, Luna
melepaskan bibirnya dari sedotan yang dia minum.
“Pernah ada saat-saat ketika
aku merasa seperti apa ada yang mengharapkannya, tapi rasanya ribet dan aku
takut tidak bisa melakukannya dengan baik.”
“Tapi, kali ini kamu membuatnya,
kan?”
Saat aku merasa senang dan
senyuman merekah di wajahku, Luna tersenyum lembut.
“Aku ingin membuatnya untukmu,
Ryuuto. Kamu selalu senang dengan makanan buatanku.”
“Ya... makasih ya, Luna.”
Setelah mengucapkan terima kasih
sekali lagi, wajah Luna memerah dengan cepat.
“Sama-sama...”
Ini adalah waktu yang membahagiakan.
Jika kebahagiaan memiliki
aroma, maka itu pasti aroma cokelat.
Sampai pada tingkat berpikir
seperti itu, pada saat ini, suasana di antara kami berdua dipenuhi dengan
kemanisan yang menggelora.
Di tengah suasana seperti itu,
tiba-tiba Luna terlihat gelisah.
“Nee, nee, ada sesuatu yang
ingin aku tanyakan.”
“Eh, apa?”
Tak ada yang terlintas dalam
pikiranku, baik yang terkait maupun yang tidak terkait, jadi aku menatap mata
Luna mencoba mencari tahu apa yang dia tanyakan.
Namun, Luna justru memalingkan
mukanya dariku dan mengerutkan bibirnya dengan raut wajah yang agak canggung.
“... Ryuuto, apa kamu pernah menonton
video yang ditujukan untuk orang dewasa?”
“Untuk orang dewasa?”
“Yeah.”
“Hmm, misalnya seperti film
perang atau semacamnya?”
“Ahh bukan itu maksudku... cenderung
lebih ke arah yang erotis?”
“E-Erotis? Ehh, ma-maksudmu ...
vi-video untuk orang dewasa gitu?”
Saat aku bertanya dengan kebingungan,
Luna menjawab sambil mengangguk sedikit.
“Ke-Kenapa?”
“Nee~ dijawab dulu dong. Kamu
menontonnya atau enggak?”
“Ehh……!?”
Luna mengulangi pertanyaannya
dengan gelisah, menciptakan suasana di mana aku harus memberikan jawabanku.
“.....A-Aku menontonnya, kok.”
Mata Luna segera berbinar-binar
ketika mendengarnya.
“Apa yang biasanya kamu tonton?”
“Eh!?”
Ja-Jangan bilang, dia bertanya
tentang genre-nya?
Lagipula, apa niat sebenarnya
dari pertanyaan ini? Apa dia ingin memastikan bahwa aku bukan orang menyimpang
dan memiliki minat yang normal untuk masa depan?
Bagaimanapun juga, aku harus
menjawab dengan sesuatu yang tidak terlalu kontroversial.
“U-Uh, misalnya seperti gadis
SMA...?”
Bukannya wajar-wajar saja jika
cowok SMA untuk menonton yang bertemakan gadis SMA? Yup, itu normal.
Setelah berulang kali
mempertanyakan diri dalam pikirannya, aku menjawab begitu.
“Hmm~?”
Luna mengedipkan matanya.
“Kamu menyukai gadis SMA?”
“Eh...”
Dengan kebingungan, aku membuka
mulutku.
“Enggak, habisnya, Luna juga
gadis SMA, ‘kan...?”
“Eh?”
Kali ini Luna menunjukkan
ekspresi tercengang, jadi aku terburu-buru untuk mencari alasan.
“A-Ah, t-tidak, bukannya
berarti aku membandingkannya dengan Luna...!”
“Kamu tidak membandingkannya?”
Wajah Luna terlihat seperti seolah-olah
merasa kecewa saat dia berkata seperti itu, membuatku semakin gelisah.
“Eh!? Ee!? Uh, itu, umm...
tidak...”
Luna masih terlihat kecewa.
“...Mungkin aku sedikit membandingkan.”
“Huh?”
Begitu mendengar jawabanku,
wajah Luna tiba-tiba menjadi lebih cerah.
“…………”
Apa-apaan
ini, apa maksudnya ini !?
“Kalau begitu, apa kamu juga
berfantasi melakukan hal mesum denganku?”
“Eh!?”
“Nee~ nee~!? Jadi gimana!?”
“... Aku memang melakukannya
sih, tapi...”
Aku
malah sering membayangkannya…. Aku tidak berani mengatakannya.
“Benarkah!? Ryuuto, kamu
biasanya tidak pernah terlihat seperti!”
“Ehh...!?”
Tidak, sebenarnya aku justru merasa
heran jika ada seorang pria yang berjalan dengan wajah yang mengatakan “Aku selalu berfantasi mesum”.
“Nee~nee~, fantasi macam apa
yang kamu bayangkan? Aku yang di dalam fantasimu itu seperti apa bentuknya?”
"Eh, tunggu, e-eh ...”
“Nee~!Enggak masalah, ‘kan~!
Katakan padaku, dong~.”
“Tidak, itu sih sedikit ...”
“Enggak ada salahnya, ‘kan~!
Nee~!”
Kemudian, terdengar suara batuk
‘kohon’ dan kami pun langsung berhenti.
Seorang wanita muda yang duduk sendirian di kursi sebelah sedang memandangi
bukunya dengan wajah kesal.
Kami tampaknya terlalu berisik.
Selain itu, topik pembicaraan kami yang terlalu vulgar... Sungguh tidak cocok
dengan suasana toko ini.
Kami merasa menyesal, lalu
pergi ke luar dengan minuman yang belum selesai diminum.
Ketika kami berjalan menyusuri
kota, jalan Omotesando yang dipenuhi dengan pepohonan sudah penuh dengan banyak
orang.
Sambil memandang jendela
toko-toko yang modis, Luna berjalan dengan wajah yang terlihat seolah-olah dia
sedang bersenandung.
Pada hari ini, Luna mengenakan
sweater lengan panjang yang longgar dengan lengan bergelombang dan mantel putih
pendek. Sedangkan bagian bawahnya, dia memakai rok mini ketat dengan sepatu
boot panjang. Terutama lengan bergelombangnya terlihat sangat lucu, dan aku
merasa bahwa musim ini akan segera berlalu, membuatku merasa sedih karena tidak
bisa melihat gaya penampilan ini lagi.
“Baru-baru ini, aku benar-benar
merasa terbebaskan. Apa ini yang disebut pelepasan?”
Luna berkata dengan nada yang
riang di dalam udara yang sejuk dan segar.
“Setelah mengetahui rencana
pernikahan ayahku, [Operasi Dua Lotte] pun gagal ... Aku memang sangat
terkejut, tapi aku merasa sedikit lega.
Sepertinya aku tidak bisa kembali ke masa itu lagi, itulah yang kurasakan
dan aku sudah menerimanya.”
Angin dingin dan kering dengan
lembut mengelus pipi kami saat berjalan di tengah kerumunan orang di jalan
besar.
“Meski begitu, bukan berarti
kalau keluargaku hilang. Aku sendiri, ayah, ibu, Onee-chan, dan juga Maria...
Jika aku bisa menjaga hubungan dengan masing-masing dan memperkuat ikatan kita,
ikatan keluarga pasti akan terus berlanjut. Sama seperti dulu.”
Dalam mata Luna yang
mengucapkan kata-kata itu, ada cahaya yang bersemangat.
“Aku menjadi bebas sekarang. Akhirnya.
Aku berhasil merasa bebas dari perasaan yang 'ingin kembali ke masa itu'.”
Seraya mengatakan itu, Luna
mengangkat tangan yang tidak memegang minuman ke udara. Batu di jari manisnya
memantulkan sinar matahari yang lembut, berkilau putih bersama dengan
anting-antingnya.
Di balik jari ramping Luna dan
cabang tinggi pohon ek, langit biru yang tenang terbentang.
“Aku tidak bisa kembali ke masa
lalu. Sama sekali tidak bisa. Akhirnya, aku merasa bisa menerimanya.”
Profil Luna yang menatap langit
dipenuhi dengan keinginan yang kuat.
Seekor burung terbang melintasi
langit ketika dia memandang ke atas.
“Aku takkan melihat langit yang
tak terjangkau lagi. Aku hanya akan melihat ke depan. Aku bukan burung.
Meskipun aku mendambakan tempat-tempat yang tak bisa kujangkau, aku tidak bisa
hidup sesuai dengan diriku sendiri.”
Setelah mengucapkan itu, Luna menatapku
dan tersenyum.
Senyumnya terlihat seperti
matahari musim panas yang khas bagi Luna.
“Baiklah~, mulai sekarang, aku
akan bergerak maju menuju masa depan!”
Luna mempercepat langkahnya
dengan semangat.
Tidak ada pephonan hijau di
kota yang sedang mengalami musim dingin ini. Namun, aku tahu bahwa di
ranting-ranting itu terdapat banyak tunas yang bersemangat.
Di dalam hati Luna, pasti ada
sesuatu yang akan berubah secara besar-besaran saat ini..
“Maria katanya ingin menjadi
editor manga. Aku juga harus menemukan mimpiku sendiri. Aku sedikit tertinggal
dari yang lain, tapi... apa aku bisa melakukannya?”
“Kamu pasti bisa, kok. Aku yakin
Luna pasti bisa.”
Aku dengan tegas,menganggukkan
kepala sebagai respons terhadap kekhawatiran yang terlihat pada dirinya.
“...Luna, sebenarnya ada
sesuatu yang ingin kusampaikan padamu.”
Awalnya, aku tidak berniat
mengatakannya, tetapi melihat dirinya seperti itu, aku merasa harus mengungkapkannya.
“Aku... Aku berpikir untuk mengincar
Universitas Houou,.”
Luna tampak terkejut saat
mendengar pengakuanku.
“Eh, Houou?! Maksudnya,
universitas yang elite itu, ‘kan!”
“I-Iya, benar...”
“Eh, serius?! Bukannya itu
keren banget!”
“Ti-Tidak juga, siapa pun bisa mengincarnya
jika mereka mau... Aku hanya bisa berusaha keras agar bisa diterima.”
Aku terkejut ketika melihat
reaksi yang lebih dari yang kuduga, Luna mengangkat tangan satu dan
menggeleng-gelengkannya dengan penuh semangat.
“Sudah pasti akan diterima!
Karena kamu benar-benar pintar, Ryuuto.”
“... Terima kasih, Luna.”
Ketika mendengar perkataan Luna,
tiba-tiba aku merasa yakin bahwa aku benar-benar akan diterima.
“Ayo kita berjuang bersama! Aku
akan sangat mendukungmu, Ryuuto!”
Dia mengucapkannya dengan penuh
semangat, lalu tiba-tiba wajahnya berubah menjadi terkejut dan tersenyum lembut.
“... Ya. Ketika menyangkutmu,
aku bisa mendukungmu sepenuh hati,” katanya kali ini dengan penuh keyakinan.
“Terima kasih, Luna.”
Aku merasa hatiku menjadi lebih
kuat, dan aku membalasnya dengan senyuman lembut.
“Aku juga akan mendukungmu,
Luna.”
Sambil saling berbicara, kami
saling menatap dan tertawa.
“Kita adalah pemandu sorak
untuk satu sama lain, bukan?”
“Ya, benar.”
Kapan
pun, di mana pun, aku ingin selalu menjadi sekutumu.
Mampu
menemukan seseorang yang bisa berbagi perasaan seperti ini adalah harta karun
dalam hidupku.
Tidak
peduli masa depan apa yang kamu pilih, aku akan selalu mendukungmu.
Dan,
kita akan terus tertawa bersama seperti ini.
Selamanya.
◇◇◇◇
Setelah itu, aku menemani Luna
berjalan-jalan sambil melihat-lihat berbagai toko. Kami berdua terus berjalan
menuju Shibuya.
Musim di mana siang hari berlalu
dengan, saat kami terus berjalan-jalan, tanpa kami sadari matahari sudah terbenam
dan suasana malam mulai terasa di sekitar kami.
“Wah, cantik sekali!”
Ketika kami melewati depan suatu
kompleks bangunan, Luna berseru saat melihat lampu hias yang indah.
“Ternyata masih ada
pertunjukkan Iluminasi! Ayo kita coba lihat ke sana!”
“Oke, baiklah.”
Kemudian kami memasuki area
dalam fasilitas tersebut.
Iluminasi terus berlanjut
hingga ke bagian tengah jalan. Saat kami berjalan, kami melihat ke bawah ke
ruang bawah tanah dan di sana, iluminasi berkilauan dengan lebih terang.
Berbagai tanaman yang didekorasi dengan lampu kilauan mengelilingi area teras
terbuka restoran di sana. Karena kami sering melihat lampu LED berwarna putih
yang sedang tren di kota, cahaya yang seragam dengan warna oranye ini
menciptakan suasana yang mewah dan nostalgia.
“Wahh, indahnya! Tempat duduk
di sana sepertinya tempat duduk VIP ya!”
Luna berteriak sambil menunduk.
Restoran ini memiliki
penampilan yang tampak mewah seperti restoran Perancis, dan para tamu yang
duduk di teras terbuka semuanya tampak tenang dan dewasa.
“Enaknya~, suatu hari aku ingin
berkencan di restoran seperti itu~.”
“Ya, benar juga. Ketika kita
sudah dewasa...”
Ketika
kita sudah dewasa......
Malam musim dingin yang pahit
membuatku sadar bahwa aku masih belum dewasa sepenuhnya.
Suatu hari nanti, ketika aku
benar-benar menjadi dewasa, aku ingin makan malam bersama Luna di restoran
seperti itu tanpa merasa canggung.
Dengan keadaan kami berdua
sekarang, kenangan seperti itu akan
berwarna apa di dalam hati kami?
Jika memungkinkan, aku ingin
menjaga cahaya hangat yang seperti iluminasi ini tetap menyala.
Oleh karena itu, aku tidak
ingin menyesalinya.
──
Sudah pasti akan diterima! Karena kamu benar-benar pintar, Ryuuto.
Ketika aku merenungkan
kata-kata Luna dalam hatiku, aku merasa seolah-olah kekuatan muncul dari
kedalaman tubuhku.
“..Kenapa ya? Padahal aku
sering datang ke Shibuya dan melihat iluminasi setiap tahun.”
Luna bergumam sambil melihat cahaya
ilumniasi dan menyandarkan kepalanya di bahuku.
“Kupikir pemandangan yang kulihat hari ini
adalah pemandangan yang paling indah.”
Setelah mengatakannya dengan
tatapan sentimental, Luna mengangkat kepalanya dan menatapku.
“Mungkin karena Ryuuto ada di
sampingku?”
Apakah pipinya yang memerah
karena kedinginan?
Wajahnya yang tersenyum dengan
tatapan menengadah, terlihat lebih manis dari biasanya.
Napas putih Luna dan suhu tubuhnya yang menyatu di telapak tangan kami yang saling menggenggam, begitu menggemaskan.
Aku sebenarnya tidak terlalu
menyukai musim dingin.
Tapi entah mengapa, aku
berharap musim dingin akan berlanjut sedikit lebih lama lagi.
Musim semi yang hangat sudah
mulai dekat.