Keiken-zumi Jilid 4 Bab 5 Bagian 3 Bahasa Indonesia

PART 3

 

Pada hari Minggu keesokan harinya, hari Valentine, aku berada di Harajuku bersama Luna.

“Tapi, waktu itu Ijichi-kun benar-benar kocak banget! Dia sama sekali tidak percaya kalau itu adalah cokelat dari seorang gadis.”

“Anak itu malah bilang 'Ini cuma lelucon, ya? Apa Kasshi yang membuatnya?', lah aku tidak punya banyak waktu luang untuk melakukan hal semacam itu.”

Kami berdua sedang berbicara tentang bagaimana reaksi Icchi ketika aku memberikan cokelat buatan tangan dari Tanikita-san pada hari Jumat kemarin.

“Fufufu... cokelat itu dari Akari, iya ‘kan?”

“En-Entahlah... aku tidak tahu apa-apa.”

“Cuma Akari saja yang bisa membuat cokelat seperti itu, loh.”

Ujar Luna sambil tertawa ceria dan meminum minuman coklat di tangannya.

Kami berada di kafe toko cokelat yang menjadi favorit Luna. Nama toko ini tertulis dengan tulisan bergaya “Lindt”, tetapi aku bahkan tidak bisa membacanya. Meski begitu, suasana di dalam kafe dengan desain kayu terasa tenang dan sangat bergaya.

Di dalam ruangan lantai dua, sinar matahari sore hari masuk melalui jendela menghadap ke jalan. Setelah makan siang di restoran cepat saji di Omotesando, kami datang ke toko ini dengan tujuan mendapatkan cokelat.

“Kira-kira ia mungkin masih mengira kalau itu hanya lelucon kali ya~?”

“Tidak, tapi pada akhirnya Icchi terlihat sedikit bahagia. Meskipun ia ingin mempercayai dengan tulus, tapi mungkin ia mengambil langkah pencegahan agar tidak terluka saat tertipu.”

“Begitu ya~. Mungkin ini pertama kalinya Ijixhi-kun mendapatkan cokelat dari seorang gadis, ya~?”

“Tentu saja, karena itu baru pertama kalinya Icchi mendapatkanya. Bahkan aku sendiri juga pertama kali mendapatkannya.”

Setelah mengucapkan itu, aku merasa malu karena tanpa sadar mengatakan sesuatu dengan asumsi bahwa aku akan mendapatkannya mulai sekarang, jadi aku menggelengkan kepalaku.

Luna tersenyum padaku saat melihatku begitu.

“Aku akan memberikannya padamu! Jadi jangan khawatir.”

Dia memegang kantong kertas kecil di tangannya. Sejak kami bertemu di stasiun hari ini, aku selalu penasaran dengan benda tersebut, tetapi aku mencoba untuk tidak terlalu memperhatikannya, ini adalah barang bawaannya yang selama ini kuabaikan.

“Ini, Selamat Hari Valentine!”

Luna memberikan kantong kertas itu kepadaku sambil tersenyum cerah.

“Te-Terima kasih ...!”

Ini adalah pertama kalinya dalam hidupku menerima cokelat spesial dari seorang gadis.

Apalagi dari gadis yang sangat aku cintai......

Aku tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang…. hatiku menjadi panas dan aku larut dalam emosi.

“Boleh aku membukanya?”

“Ya. Silakan!”

Di dalam kantong kertas itu ada kotak berwarna cokelat dengan pita merah yang terikat di atasnya. Dengan tangan yang gemetar karena kekaguman, aku membuka pita dengan hati-hati dan mengangkat tutupnya.

Benda yang muncul dari dalam adalah sepotong kue cokelat berukuran kecil. Di atasnya terdapat hati yang tergambar dengan gula bubuk, gambar itu terlihat sangat menggemaskan, membuatku malu sekaligus senang sekaligus.

“Kelihatannya enak banget... Terima kasih banyak.”

"Namanya cokelat gâteau! Aku mempelajari ini kemarin di rumah Maria. Sampai waktu jadwal les bimbelnya Maria.”

“Begitu ya.”

“Kami memakannya bareng versi percobaannya, dan rasanya enak banget jadi jangan ragu untuk mencobanya!”

“Ya, aku akan memakannya dengan hati-hati.”

Aku meletakkan pita yang tidak dapat diikat ke dalam kotak dan memasukkannya kembali ke dalam kantong kertas, dan aku meminum minuman di tanganku dengan perasaan gembira.

Minuman cokelat dingin yang aku beli atas rekomendasi Luna memiliki pola sangat indah yang terlihat seperti cokelat yang meleleh di dalam cangkir. Rasanya juga sangat lezat dengan aroma cokelat yang kuat.

“... Begitu rupanya, ya~. Jadi ini pertama kalinya Ryuuto mendapatkan coklat, ya.”

Tiba-tiba, Luna menatap minumannya dan bergumam seolah-olah dia sedang merenungi sesuatu.

“Aku juga sama. Ini pertama kalinya bagiku memberikan cokelat buatan tangan untuk pacarku.”

“Benarkah?”

Aku merasa senang kalau begitu... ketika aku berpikiran begitu, Luna melepaskan bibirnya dari sedotan yang dia minum.

“Pernah ada saat-saat ketika aku merasa seperti apa ada yang mengharapkannya, tapi rasanya ribet dan aku takut tidak bisa melakukannya dengan baik.”

“Tapi, kali ini kamu membuatnya, kan?”

Saat aku merasa senang dan senyuman merekah di wajahku, Luna tersenyum lembut.

“Aku ingin membuatnya untukmu, Ryuuto. Kamu selalu senang dengan makanan buatanku.”

“Ya... makasih ya, Luna.”

Setelah mengucapkan terima kasih sekali lagi, wajah Luna memerah dengan cepat.

“Sama-sama...”

Ini adalah waktu yang membahagiakan.

Jika kebahagiaan memiliki aroma, maka itu pasti aroma cokelat.

Sampai pada tingkat berpikir seperti itu, pada saat ini, suasana di antara kami berdua dipenuhi dengan kemanisan yang menggelora.

Di tengah suasana seperti itu, tiba-tiba Luna terlihat gelisah.

“Nee, nee, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan.”

“Eh, apa?”

Tak ada yang terlintas dalam pikiranku, baik yang terkait maupun yang tidak terkait, jadi aku menatap mata Luna mencoba mencari tahu apa yang dia tanyakan.

Namun, Luna justru memalingkan mukanya dariku dan mengerutkan bibirnya dengan raut wajah yang agak canggung.

“... Ryuuto, apa kamu pernah menonton video yang ditujukan untuk orang dewasa?”

“Untuk orang dewasa?”

“Yeah.”

“Hmm, misalnya seperti film perang atau semacamnya?”

“Ahh bukan itu maksudku... cenderung lebih ke arah yang erotis?”

“E-Erotis? Ehh, ma-maksudmu ... vi-video untuk orang dewasa gitu?”

Saat aku bertanya dengan kebingungan, Luna menjawab sambil mengangguk sedikit.

“Ke-Kenapa?”

“Nee~ dijawab dulu dong. Kamu menontonnya atau enggak?”

“Ehh……!?”

Luna mengulangi pertanyaannya dengan gelisah, menciptakan suasana di mana aku harus memberikan jawabanku.

“.....A-Aku menontonnya, kok.”

Mata Luna segera berbinar-binar ketika mendengarnya.

“Apa yang biasanya kamu tonton?”

“Eh!?”

Ja-Jangan bilang, dia bertanya tentang genre-nya?

Lagipula, apa niat sebenarnya dari pertanyaan ini? Apa dia ingin memastikan bahwa aku bukan orang menyimpang dan memiliki minat yang normal untuk masa depan?

Bagaimanapun juga, aku harus menjawab dengan sesuatu yang tidak terlalu kontroversial.

“U-Uh, misalnya seperti gadis SMA...?”

Bukannya wajar-wajar saja jika cowok SMA untuk menonton yang bertemakan gadis SMA? Yup, itu normal.

Setelah berulang kali mempertanyakan diri dalam pikirannya, aku menjawab begitu.

“Hmm~?”

Luna mengedipkan matanya.

“Kamu menyukai gadis SMA?”

“Eh...”

Dengan kebingungan, aku membuka mulutku.

“Enggak, habisnya, Luna juga gadis SMA, ‘kan...?”

“Eh?”

Kali ini Luna menunjukkan ekspresi tercengang, jadi aku terburu-buru untuk mencari alasan.

“A-Ah, t-tidak, bukannya berarti aku membandingkannya dengan Luna...!”

“Kamu tidak membandingkannya?”

Wajah Luna terlihat seperti seolah-olah merasa kecewa saat dia berkata seperti itu, membuatku semakin gelisah.

“Eh!? Ee!? Uh, itu, umm... tidak...”

Luna masih terlihat kecewa.

“...Mungkin aku sedikit membandingkan.”

“Huh?”

Begitu mendengar jawabanku, wajah Luna tiba-tiba menjadi lebih cerah.

“…………”

Apa-apaan ini, apa maksudnya ini !?

“Kalau begitu, apa kamu juga berfantasi melakukan hal mesum denganku?”

“Eh!?”

“Nee~ nee~!? Jadi gimana!?”

“... Aku memang melakukannya sih, tapi...”

Aku malah sering membayangkannya…. Aku tidak berani mengatakannya.

“Benarkah!? Ryuuto, kamu biasanya tidak pernah terlihat seperti!”

“Ehh...!?”

Tidak, sebenarnya aku justru merasa heran jika ada seorang pria yang berjalan dengan wajah yang mengatakan “Aku selalu berfantasi mesum”.

“Nee~nee~, fantasi macam apa yang kamu bayangkan? Aku yang di dalam fantasimu itu seperti apa bentuknya?”

"Eh, tunggu, e-eh ...”

“Nee~!Enggak masalah, ‘kan~! Katakan padaku, dong~.”

“Tidak, itu sih sedikit ...”

“Enggak ada salahnya, ‘kan~! Nee~!”

Kemudian, terdengar suara batuk ‘kohon’ dan kami pun langsung berhenti. Seorang wanita muda yang duduk sendirian di kursi sebelah sedang memandangi bukunya dengan wajah kesal.

Kami tampaknya terlalu berisik. Selain itu, topik pembicaraan kami yang terlalu vulgar... Sungguh tidak cocok dengan suasana toko ini.

Kami merasa menyesal, lalu pergi ke luar dengan minuman yang belum selesai diminum.

 

Ketika kami berjalan menyusuri kota, jalan Omotesando yang dipenuhi dengan pepohonan sudah penuh dengan banyak orang.

Sambil memandang jendela toko-toko yang modis, Luna berjalan dengan wajah yang terlihat seolah-olah dia sedang bersenandung.

Pada hari ini, Luna mengenakan sweater lengan panjang yang longgar dengan lengan bergelombang dan mantel putih pendek. Sedangkan bagian bawahnya, dia memakai rok mini ketat dengan sepatu boot panjang. Terutama lengan bergelombangnya terlihat sangat lucu, dan aku merasa bahwa musim ini akan segera berlalu, membuatku merasa sedih karena tidak bisa melihat gaya penampilan ini lagi.

 

“Baru-baru ini, aku benar-benar merasa terbebaskan. Apa ini yang disebut pelepasan?”

Luna berkata dengan nada yang riang di dalam udara yang sejuk dan segar.

“Setelah mengetahui rencana pernikahan ayahku, [Operasi Dua Lotte] pun gagal ... Aku memang sangat terkejut, tapi aku merasa sedikit lega. Sepertinya aku tidak bisa kembali ke masa itu lagi, itulah yang kurasakan dan aku sudah menerimanya.”

Angin dingin dan kering dengan lembut mengelus pipi kami saat berjalan di tengah kerumunan orang di jalan besar.

“Meski begitu, bukan berarti kalau keluargaku hilang. Aku sendiri, ayah, ibu, Onee-chan, dan juga Maria... Jika aku bisa menjaga hubungan dengan masing-masing dan memperkuat ikatan kita, ikatan keluarga pasti akan terus berlanjut. Sama seperti dulu.”

Dalam mata Luna yang mengucapkan kata-kata itu, ada cahaya yang bersemangat.

“Aku menjadi bebas sekarang. Akhirnya. Aku berhasil merasa bebas dari perasaan yang 'ingin kembali ke masa itu'.”

Seraya mengatakan itu, Luna mengangkat tangan yang tidak memegang minuman ke udara. Batu di jari manisnya memantulkan sinar matahari yang lembut, berkilau putih bersama dengan anting-antingnya.

Di balik jari ramping Luna dan cabang tinggi pohon ek, langit biru yang tenang terbentang.

“Aku tidak bisa kembali ke masa lalu. Sama sekali tidak bisa. Akhirnya, aku merasa bisa menerimanya.”

Profil Luna yang menatap langit dipenuhi dengan keinginan yang kuat.

Seekor burung terbang melintasi langit ketika dia memandang ke atas.

“Aku takkan melihat langit yang tak terjangkau lagi. Aku hanya akan melihat ke depan. Aku bukan burung. Meskipun aku mendambakan tempat-tempat yang tak bisa kujangkau, aku tidak bisa hidup sesuai dengan diriku sendiri.”

Setelah mengucapkan itu, Luna menatapku dan tersenyum.

Senyumnya terlihat seperti matahari musim panas yang khas bagi Luna.

“Baiklah~, mulai sekarang, aku akan bergerak maju menuju masa depan!”

Luna mempercepat langkahnya dengan semangat.

Tidak ada pephonan hijau di kota yang sedang mengalami musim dingin ini. Namun, aku tahu bahwa di ranting-ranting itu terdapat banyak tunas yang bersemangat.

Di dalam hati Luna, pasti ada sesuatu yang akan berubah secara besar-besaran saat ini..

“Maria katanya ingin menjadi editor manga. Aku juga harus menemukan mimpiku sendiri. Aku sedikit tertinggal dari yang lain, tapi... apa aku bisa melakukannya?”

“Kamu pasti bisa, kok. Aku yakin Luna pasti bisa.”

Aku dengan tegas,menganggukkan kepala sebagai respons terhadap kekhawatiran yang terlihat pada dirinya.

“...Luna, sebenarnya ada sesuatu yang ingin kusampaikan padamu.”

Awalnya, aku tidak berniat mengatakannya, tetapi melihat dirinya seperti itu, aku merasa harus mengungkapkannya.

“Aku... Aku berpikir untuk mengincar Universitas Houou,.”

Luna tampak terkejut saat mendengar pengakuanku.

“Eh, Houou?! Maksudnya, universitas yang elite itu, ‘kan!”

“I-Iya, benar...”

“Eh, serius?! Bukannya itu keren banget!”

“Ti-Tidak juga, siapa pun bisa mengincarnya jika mereka mau... Aku hanya bisa berusaha keras agar bisa diterima.”

Aku terkejut ketika melihat reaksi yang lebih dari yang kuduga, Luna mengangkat tangan satu dan menggeleng-gelengkannya dengan penuh semangat.

“Sudah pasti akan diterima! Karena kamu benar-benar pintar, Ryuuto.”

“... Terima kasih, Luna.”

Ketika mendengar perkataan Luna, tiba-tiba aku merasa yakin bahwa aku benar-benar akan diterima.

“Ayo kita berjuang bersama! Aku akan sangat mendukungmu, Ryuuto!”

Dia mengucapkannya dengan penuh semangat, lalu tiba-tiba wajahnya berubah menjadi terkejut dan tersenyum lembut.

“... Ya. Ketika menyangkutmu, aku bisa mendukungmu sepenuh hati,” katanya kali ini dengan penuh keyakinan.

“Terima kasih, Luna.”

Aku merasa hatiku menjadi lebih kuat, dan aku membalasnya dengan senyuman lembut.

“Aku juga akan mendukungmu, Luna.”

Sambil saling berbicara, kami saling menatap dan tertawa.

“Kita adalah pemandu sorak untuk satu sama lain, bukan?”

“Ya, benar.”

Kapan pun, di mana pun, aku ingin selalu menjadi sekutumu.

Mampu menemukan seseorang yang bisa berbagi perasaan seperti ini adalah harta karun dalam hidupku.

Tidak peduli masa depan apa yang kamu pilih, aku akan selalu mendukungmu.

Dan, kita akan terus tertawa bersama seperti ini.

Selamanya.

 

◇◇◇◇

 

Setelah itu, aku menemani Luna berjalan-jalan sambil melihat-lihat berbagai toko. Kami berdua terus berjalan menuju Shibuya.

Musim di mana siang hari berlalu dengan, saat kami terus berjalan-jalan, tanpa kami sadari matahari sudah terbenam dan suasana malam mulai terasa di sekitar kami.

“Wah, cantik sekali!”

Ketika kami melewati depan suatu kompleks bangunan, Luna berseru saat melihat lampu hias yang indah.

“Ternyata masih ada pertunjukkan Iluminasi! Ayo kita coba lihat ke sana!”

“Oke, baiklah.”

Kemudian kami memasuki area dalam fasilitas tersebut.

Iluminasi terus berlanjut hingga ke bagian tengah jalan. Saat kami berjalan, kami melihat ke bawah ke ruang bawah tanah dan di sana, iluminasi berkilauan dengan lebih terang. Berbagai tanaman yang didekorasi dengan lampu kilauan mengelilingi area teras terbuka restoran di sana. Karena kami sering melihat lampu LED berwarna putih yang sedang tren di kota, cahaya yang seragam dengan warna oranye ini menciptakan suasana yang mewah dan nostalgia.

“Wahh, indahnya! Tempat duduk di sana sepertinya tempat duduk VIP ya!”

Luna berteriak sambil menunduk.

Restoran ini memiliki penampilan yang tampak mewah seperti restoran Perancis, dan para tamu yang duduk di teras terbuka semuanya tampak tenang dan dewasa.

“Enaknya~, suatu hari aku ingin berkencan di restoran seperti itu~.”

“Ya, benar juga. Ketika kita sudah dewasa...”

Ketika kita sudah dewasa......

Malam musim dingin yang pahit membuatku sadar bahwa aku masih belum dewasa sepenuhnya.

Suatu hari nanti, ketika aku benar-benar menjadi dewasa, aku ingin makan malam bersama Luna di restoran seperti itu tanpa merasa canggung.

Dengan keadaan kami berdua sekarang,  kenangan seperti itu akan berwarna apa di dalam hati kami?

Jika memungkinkan, aku ingin menjaga cahaya hangat yang seperti iluminasi ini tetap menyala.

Oleh karena itu, aku tidak ingin menyesalinya.

── Sudah pasti akan diterima! Karena kamu benar-benar pintar, Ryuuto.

Ketika aku merenungkan kata-kata Luna dalam hatiku, aku merasa seolah-olah kekuatan muncul dari kedalaman tubuhku.

“..Kenapa ya? Padahal aku sering datang ke Shibuya dan melihat iluminasi setiap tahun.”

Luna bergumam sambil melihat cahaya ilumniasi dan menyandarkan kepalanya di bahuku.

 “Kupikir pemandangan yang kulihat hari ini adalah pemandangan yang paling indah.”

Setelah mengatakannya dengan tatapan sentimental, Luna mengangkat kepalanya dan menatapku.

“Mungkin karena Ryuuto ada di sampingku?”

Apakah pipinya yang memerah karena kedinginan?

Wajahnya yang tersenyum dengan tatapan menengadah, terlihat lebih manis dari biasanya.

Napas putih Luna dan suhu tubuhnya yang menyatu di telapak tangan kami yang saling menggenggam, begitu menggemaskan.

Aku sebenarnya tidak terlalu menyukai musim dingin.

Tapi entah mengapa, aku berharap musim dingin akan berlanjut sedikit lebih lama lagi.

 

Musim semi yang hangat sudah mulai dekat.

 

 

Sebelumnya  |    |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama