Epilog
Setelah itu, kami kembali ke
Harajuku dengan tujuan untuk mengunjungi tempat purikura kesukaan Luna. (TN: Purikura itu semacam photo box)
Toko yang berada di bawah tanah
itu lebih terang daripada siang hari, dengan cahaya yang menyelinap keluar dari
lampu neon dan mesin purikura. Di bawah pelindung plastik mesin purikura,
terdapat foto-foto wanita yang penuh dengan nuansa tren yang dicetak, dan
penataan foto-foto tersebut memberikan kedalaman menciptakan pemandangan yang
mengesankan.
Pengunjungnya terutama terdiri
dari remaja hingga mahasiswa, dan terkadang ada antrian panjang tergantung pada
jenis mesinnya. Terlihat ada beberapa pasangan, tetapi mayoritas pengunjungnya
adalah wanita.
“......”
Ini pertama kalinya aku datang
ke tempat seperti ini. Jika bukan karena Luna, aku mungkin takkan pernah
mengunjungi tempat ini seumur hidupku.
“Kira-kira enaknya pilih yang
mana ya~? Kalau ingin foto bersama pacar, foto yang tampilannya alami dan tidak
terlalu berlebihan pasti akan kelihatan bagus.”
Luna berjalan di dalam toko
sambil memeriksa mesin purikura. Aku sama sekali tidak memahami perbedaannya,
tetapi Luna sepertinya tahu sesuatu. Dia berdiri mengantri di depan satu
mesin dan berkata, “Yup, kita pilih yang
ini saja!”.
Tak berselang lama kemudian giliran kami tiba, dan pertama-tama kami memilih jumlah orang dan latar belakang layar di luar mesin. Walaupun menurut penglihatanku, semua warna dan desain itu terlihat sama dan aku tidak tahu mana yang mana, tapi Luna dengan lincah mengoperasikan layar dengan pena sentuh untuk memilih.
“Yup, sudah cakep! Ayo masuk,
Ryuuto!”
“Y-Ya...”
Luna menarik lenganku dan
memasuki tempat pemotretan purikura di dalam sampul vinil.
Bagian dalamnya terlihat putih
polos, dan pemotretan dimulai segera setelah kami masuk.
“Ryuuto, ayo ambil pose juga!”
“Ehh!?”
“Kita hanya perlu meniru
modelnya saja untuk saat ini!”
“Ya!?”
Jika dilihat baik-baik, ada
tampilan contoh pose model di layar depan.
“Ayo mendekatlah sedikit!”
“Eh!?”
“Tunggu, kamu terlalu dekat—aku
tak bisa melihat dengan jelas!”
“Eh!?”
“Ayo cepat, cepat~!”
Sambil terburu-buru, mesin
melakukan hitungan mundur, “Tiga, dua,
satu...” dan lampu kilat menyala.
Secara berurutan, kami harus
melakukan pose berikutnya.
“Ayo, kamu juga harus
mengulurkan tanganmu, Ryuuto.”
Ketika Luna menyuruhku untuk
melihat ke layar, aku melihat dalam pose contoh mereka menyatukan satu tangan
di tengah dan membentuk hati.
Me-Memalukan sekali...!
“Ayo cepetan dong~”
Tempat pemotretannya lumayan
kecil. Seluruh tempat itu dipenuhi dengan aroma Luna, dan dia tepat berada di
depanku, mengulurkan tangannya sambil menatap menengadah ke arahku.
“......Mu-Mungkin seperti
ini......”
Ujung jari tangannya pas dengan
tangan yang kuulurkan secara ragu-ragu.
Jantungku berdebar-debar, dan
aku mungkin terlihat aneh.
Kami berdua mengulang hal-hal
seperti itu beberapa kali, saat sesi foto selesai, aku benar-benar kelelahan
secara mental.
“Menakjubkan...”
Apa
semua gadis di dunia melakukan hal semacam ini?
Maksudku,
walaupun mereka bukan model, mereka dengan percaya diri dan tanpa rasa malu
terus-menerus melakukan pose seperti itu satu demi satu ...
Di sebelahku, yang sedang setengah
terkesan dan setengah terkejut, Luna menggerakkan pena sentuhnya ke layar sudut
grafiti dengan kecepatan yang luar biasa.
“Eh~ stiker beruang ini lucu
banget~! Ayo pasang di atas kepala Ryuuto! Kalau aku sih kucing saja kali, ya~!
Oh, kelihatannya bagus banget!”
Sambil berbicara cepat
seakan-akan bergumam pada dirinya sendiri, Luna menggunakan stempel dan menggambar
coretan di setiap foto. Penggunaan pensil sentuh yang brilian itu terlihat seperti
seorang peretas yang mahir, dan semakin lama aku melihatnya, aku semakin dibuat
geli dengan tingkahnya.
“…………”
Gyaru sejati... Dia benar-benar
seorang gyaru sejati... Kira-kira sudah berapa banyak foto purikura yang
diambilnya sehingga dia bisa melakukan gerakan yang begitu terampil dan
terlatih seperti ini?
Sekali lagi, aku terkesima dan
gemetaran dengan tingkat ekstrovert Luna.
“Sudah selesai~!”
Luna menekan tombol selesai,
dan foto purikura pertama dalam hidupku selesai dibuat.
“Wahhh, kelihatannya bagus
‘kan~! Bener-bener cakep banget~!”
Luna bersorak saat melihat
stiker yang tercetak keluar.
“Ryuuto, kamu jadi kelihatan
lucu juga!”
Ketika melihatnya, dalam foto
purikura tersebut, aku terlihat lebih ramping dan kontur wajahku terlihat lebih
jelas daripada saat melihat diri di cermin. Bibirku sedikit kemerahan, dan
mataku terlihat lebih besar. Aku merasa malu karena keseluruhan penampilanku
terlihat lebih feminin.
Sementara itu, Luna terlihat
sangat cantik. Ekspresinya sesuai dengan pose yang berbeda-beda, dan dia terlihat
seperti gadis cantik sempurna seperti yang dibuat dengan menggunakan efek
komputer.
Aku sebenarnya tidak terlalu
suka dengan wajah gadis yang diedit di foto purikura karena terlihat tidak
alami, tetapi ketika gadis yang benar-benar cantik mengambil foto, kecantikan
mereka terlihat tidak nyata. Namun, aku lebih suka wajah Luna yang sebenarnya.
“Bagus sekali...”
Hanya itulah yang aku katakan,
dan tanpa bisa berkomentar lebih banyak, aku jadi terdiam. Luna melihatku
dengan tatapan penuh perhatian.
“...Bagaimana, Ryuuto? Ternyata
memang sulit untuk berpose di purikura, ya? Oh, maaf, kedengarannya seperti
sajak. Aku harus meminta pendapat Nikoru nanti, deh.”
Ujar Luna sambil tersenyum
kecil, dan kemudian dia kembali serius.
“Aku sudah pernah bilang
sebelumnya, kan? Aku adalah seorang gyaru, jadi aku ingin mencoba segala hal
yang biasa dilakukan oleh para gyaru. Tapi karena Ryuuto sepertinya tidak
tertarik dengan hal begituan, aku merasa tidak ingin memaksamu untuk ikut,”
Luna mengatakan itu dengan
wajah yang penuh kekhawatiran, lalu dia menutup erat bibirnya sejenak.
“Tapi, karena memang beginilah
diriku... Sebenarnya aku ingin mengambil foto purikura lebih cepat... Tapi aku
menahan diri karena aku merasa kalau Ryuuto tidak terlalu suka dengan hal
seperti ini. Apakah kamu merasa muak denganku?”
Aku jadi teringat dengan apa
yang dikatakan Luna sebelumnya... Sebelum festival budaya.
────Ryuuto
juga mungkin akan jijik pada suatu saat nanti. Karena aku seorang gyaru, aku
ingin mencoba segala hal yang biasa dilakukan oleh para gyaru.
“.......”
Jadi, hal-hal yang dilakukan
oleh para gyaru adalah hal seperti ini.
Aku merasakan bahwa sesuatu
yang sedikit mengganjal di dalam hatiku segera menghilang.
“...Enggak, aku baik-baik saja,
kok. Karena ini pertama kalinya, aku merasa terkejut dengan banyak hal, tapi
melakukan purikura rasanya sedikit menyenangkan juga.”
Saat aku mengatakan itu, wajah
Luna tampak terkejut.
“Eh, benarkah?”
“Yeah.”
“Jadi, jika kita menemukan
mesin purikura yang bagus untuk kencan selanjutnya, bisakah kita mengambil foto
purikura pasangan?”
“Yeah... jika kamu tak
keberatan bersama denganku.”
“Mana mungkin aku akan merasa
keberatan!”
Luna menunjukkan senyuman besar
kepadaku yang tidak terlalu percaya diri.
“Foto purikura pasanganku hanya
bisa diambil bersamamu, Ryuuto. Mulai sekarang dan selamanya.”
Dengan pipi yang sedikit
memerah, Luna menatapku dengan wajah malu-malu.
“Oleh karena itu, aku ingin
mengambil foto bersama Ryuuto.”
“Luna...”
Hatiku menjadi hangat, dan ada keinginan
untuk memeluk tubuh rampingnya.
“Yeah... ayo kita mengambil
banyak foto.”
Tanpa sadar, aku sudah berkata
begitu. Wajah Luna langsung menjadi sumringah seketika.
“Benarkah!? Kalau gitu, mari
kita berfoto lagi sekarang juga!”
“Eh!? Y-ya, baiklah...”
Karena aku sendiri yang bilang
untuk berfoto lagi, jadi mana mungkin aku bisa menolaknya.
“Kira-kira, selanjutnya pilih
yang mana, ya~ ... Oh, iya!”
Luna mulai berjalan di dalam
toko untuk mencari sesuatu, lalu berhenti di tengah-tengah toko.
“Nee~ nee~, Ryuuto, apa kamu
suka cosplay?”
“Eh?”
Setelah aku melihat, di sana ada
poster yang terpampang di dinding dengan tulisan “Penyewaan Cosplay Gratis”. Sepertinya mereka meminjamkannya kepada
orang-orang yang ingin mengambil foto purikura.
“T-Tidak juga…. Aku tidak
terlalu tertarik dengan hal semacam itu...”
Meskipun aku mungkin sudah
dianggap sebagai orang bejat dalam interogasi sebelumnya, aku harus menjawab
dengan hati-hati tanpa memperburuk keadaan.
“Eh? Tapi, bukannya kamu
tertarik dengan cosplay-nya Maria?”
Luma terlihat tidak puas dengan
reaksiku dan tampak cemberut.
Apa yang dia katakan mungkin
ketika Kurose-san menunjukkan foto cosplay-nya pada pertemuan petugas brosur.
“Tertarik apanya... tidak, aku
cuma kebetulan mengenal karakter itu, jadi...”
“Hmm~? Yah baiklah, aku akan
menganggapnya begitu dulu~.”
Setelah mengatakan itu dengan
tampang tidak puas, Luna tiba-tiba terlihat seperti baru teringat sesuatu.
“Ngomong-ngomong tentang Maria,
kemarin dia menunjukkan video KEN-san padaku! Video saat Ijichi-kun muncul.”
“Eh, serius?”
“Ia sangat hebat sekali ya~.
Sampai bisa membuat sesuatu seperti istana di dalam permainan. Ternyata
Ijichi-kun memiliki bakat ya.”
Luna mengungkapkannya dengan kekaguman
yang tulus, dan meskipun aku benar-benar mengerti kehebatan arsitektur Icchi,
hal tersebut masih membuatku agak kesal.
“ ... Yah, tapi sebenarnya,
masih banyak anak-anak yang membuat hal-hal yang lebih mengagumkan, bukan?”
Setelah melihat tanggapanku yang
seperti itu, Luna melebarkan matanya.
“Ahh, jangan-jangan, kamu
cemburu ya?”
Entah mengapa, wajahnya justru terlihat
senang.
“Eh, ti-tidak, bukan itu
maksudku...!”
Rasa malunya datang terlambat
ketika menyadari kalau aku bereaksi seperti anak kecil.
Luna menertawakanku yang sedang
menahan rasa malu.
“Hehehe, sekarang kita impas!”
“……”
Entah mengapa aku merasa geli,
tapi sepertinya dia sengaja membuatku merasa cemburu.
“Jadi, bagaimana aslinya dengan
cosplay?”
“Meski kamu tanya begitu...”
Aku tidak punya pilihan selain
berkata jujur, dengan wajahku memanas, aku membuka mulutku.
“Aku sebenarnya tidak terlalu
suka dengan cosplay, tapi ... aku tertarik dengan cosplay gadis yang kusukai.”
“Itu artinya....”
“...Aku sangat ingin melihat
cosplaymu, Luna.”
Melihatku mengucapkan hal itu
dengan malu-malu, pipi Luna juga ikutan merah merona.
“...Duhhh... Sikapmu selalu
seperti itu, Ryuuto, benar-benar curang!”
Dengan wajah semerah apel, dia
mengatakan itu dengan sedikit merajuk centil.
Reaksi Luna yang begitu
benar-benar terlihat imut.
“Jadi, cosplay seperti apa yang
ingin kamu lihat?”
“Eh? Uhmm...”
Ditanya oleh Luna, jadi aku
memutuskan untuk memilih kostum cosplay Luna.
Kami melihat-lihat album foto
kostum yang kami pinjam dari toko bersama-sama.
“Yang aman adalah cosplay
menjadi polisi atau perawat? Seragam mereka tidak pernah berubah, sih.”
“Ya, mungkin...”
Aku merasa sangat bimbang
Sejujurnya, aku ingin dia mencobanya
semua. Aku ingin dia mengenakan semuanya secara bergantian. Aku tidak pernah
berpikir bahwa aku memiliki hasrat yang begitu besar terhadap cosplay.
Kupikir itu karena Luna. Jika
itu Luna, aku pikir dia akan terlihat cocok dengan cosplay apa saja.
Namun, aku harus memilih. Hanya
satu pakaian. Jika aku harus meminta yang paling ingin kulihat...
“...Uhmm...”
Dalam kebimbangan yang luar
biasa, aku bisa merasakan wajahku memerah sampai ke telinga.
“Yang ini... mungkin akan
terlihat sangat bagus...”
Kostum yang aku tunjuk adalah cosplay
pakaian pelayan. Gaun mini hitam dengan celemek renda putih serta kaus kaki
sebatas lutut. Kostum yang terlihat sungguhan seperti aslinya.
Kelihatan otaku bangettttt~~!
Aku tahu. Aku sadar kalau
pilihanku ini sangat kentara sebagai pilihan otaku perjaka.
Tapi, hanya cosplay ini yang
paling ingin aku lihat. Lagipula, tidak peduli apapun pilihanku, aku pasti akan
dicurigai mempunyai fetish tertentu. Jadi, tidak ada gunanya berpura-pura
menjadi keren dan mengatakan sesuatu yang berbeda.
“Ahh~ seperti yang kuduga!”
Seketika itu juga, Luna
langsung tersenyum cerah.
“Aku sudah menebak kalau kamu
akan memilih itu, Ryuuto!”
“Eh!?”
“Karena tempat kerjaku dulu
adalah toko kue, bukan? Bukannya kamu pernah membayangkan seragam dengan
celemek renda? Pakaian itu tidak jauh berbeda dari pakaian pelayan, kan?”
“Ah...”
Aku jadi teringat percakapan yang
pernah kami bicarakan ketika baru mulai berpacaran.
──Aku
berpikir bahwa kamu akan cocok dengan seragam toko kue, Shirakawa-san.
“…………”
Jadi, dari awal aku sudah
menunjukkan fetishku, ya.... Sekarang sudah terlalu terlambat.
“Ternyata kamu mengingat itu
dengan baik, ya...”
Sebuah potongan percakapan
sepele dari masa lalu.
“Tentu saja aku masih
mengingatnya~”
Balas Luna sambil tertawa.
“Karena Ryuuto adalah jenis
cowok pertama yang mau mengenalku dengan baik sepanjang hidupku. Aku jadi
penasaran, 'Kira-kira dia orang seperti
apa ya~?' Jadi, aku mengingat setiap kata dan tindakannya dengan hati-hati
dalam pikiranku, dan mengumpulkannya satu per satu.”
Aku melihat senyuman bahagianya
saat dia berkata dengan mata terpejam, dan hatiku kembali terasa hangat.
Aku merasa sedikit malu dengan
pertentangan dalam diriku.
Luna bahkan menerima fetishku
sebagai otaku perjaka.
Jadi,
pertanyaan yang diajukannya di kafe tadi... bukan untuk memeriksa sejauh mana
tingkat fetishku... tapi karena dia ingin mengenal diriku?
Tapi
kenapa dia tiba-tiba mulai mengumpulkan informasi seputar hal berbau erotis?
Selama ini aku hampir tidak
pernah berbicara tentang hal itu dengan Luna, dan meskipun dia memiliki
pengalaman lebih banyak dariku, aku pikir dia adalah tipe yang acuh terhadap
hal-hal seperti itu.
Ketika aku memikirkan apa arti
perubahan mendadak ini baginya....
“…..…”
Jantungku mulai berdetak
kencang.
Mungkin ini hanya imajinasi
tidak masuk akal yang membuatku jadi berharap...
Mungkin
sekarang saatnya?
Mungkin
sudah waktunya?
Apa
Luna... mulai berpikir bahwa dia mau melakukan hubungan se*ks denganku?
“Baiklah, aku akan berganti
pakaian dulu ya~!”
Luna yang telah menerima
pakaian pelayan dari pegawai toko, pergi dengan riang ke ruang pakaian.
Setelah menunggu dengan gugup selama
beberapa menit, dia muncul keluar dari tirai...
“Tadaa!”
“Ohhh...!”
Aku tanpa sadar berseru dengan
kagum.
Penampilan Luna dalam balutan
pakaian pelayan terlalu berharga.
Belahan dadanya yang begitu
menggoda!
Bagian pinggang yang
ditonjolkan oleh tali celemek!
Area mutlak paha yang ramping
dan sensual!
Ditambah lagi…….
“Gimana? Cocok enggak?”
Luna menaruh tangannya di
kepalanya dan tersenyum padaku.
Dia memakai bando telinga
kelinci berwarna merah muda.
“Aku sengaja memilih bando
telinga ini daripada ikat kepala dan ikat kepala yang biasa! Kelihatan lucu
enggak?”
Luna mengepalkan tangannya
seperti kelinci dan berpose menggemaskan.
Zukyuuuun!
Aku diserang oleh getaran seolah-olah
hatiku ditembak dengan senjata magnum kaliber besar.
“Baiklah, ayo kita segera mulai
sesi fotonya~♡”
Luna mengaitkan lengannya
dengan lenganku dan bersemangat menuju mesin purikura.
Kemudian aku masuk ke dalam
ruang purikura bersama Luna, yang mengenakan kostum pelayan kelinci.
Imut. Terlalu imut.
Hatiku berdebar-debar tidak
karuan saat melihat Luna yang terpampang di layar foto.
Di tengah-tengah itu semua,
sesi foto berlangsung dengan cepat seperti sebelumnya.
“Tiga, dua, satu...”
Saat hitungan mundur mesin
berlangsung, aku dipanggil oleh Luna, “Ryuuto!”
“Hmm?”
Meskipun aku masih
memperhatikan tombol rana, aku memutar wajahku ke arah Luna.
Wajah Luna yang terlihat sangat
dekat, berada di depan mataku, lalu...
Bibir kami saling bersentuhan
dengan lembut.
“.....!?”
Ketika aku membeku karena terkejut, bibir kami sudah
terpisah dan rana pemotretan pun sudah menyala.
Kami berciuman.
Di dalam ruang sempit yang cuma
ada kami berdua, bersama Luna yang mengenakan kostum pelayan kelinci...
...kami sedang diambil
gambarnya saat kami berciuman.
Ketika memikirkan tentang hal itu,
jantungku berdebar-debar tidak terkendali.
“... Lu-Luna?”
Meskipun sesi foto sudah
selesai, Luna tidak beranjak ke area tempat pengeditan. Ketika aku
memanggilnya, dia tersenyum puas dengan wajah yang merona.
“Aku ingin mencoba 'Chu-Puri' sekali,” ucapnya dengan
malu-malu.
Ekspresi malu-malunya terlihat begitu
menggemaskan.
Jika dia ingin mencobanya sekali...
itu berarti Luna belum pernah melakukan
hal itu sebelumnya.
Berpikir tentang hal tersebut, rasa
kegembiraan memenuhi dadaku dari lubuk hatiku yang dalam.
“...Jadi, bagaimana denganmu,
Ryuuto?”
“Hm?”
Luna lalu mendadak mendekatiku
dengan cepat.
“Apa yang kamu inginkan dari
pelayan kelinci ini?”
“Eh……!?”
Bagian dadanya yang seakan
hampir tumpah dari blusnya, menempel di depanku, dan aku dibuat kaget dengan
keagresifannya.
Luna lalu menatapku dengan
tatapan menengadah, seolah-olah ingin menggodaku.
“Nee~ nee~, apa aku terlihat
seksi dengan baju ini? Apa itu membuatmu terangsang? Kamu ingin melakukan
hal-hal mesum?”
Luna bertanya padaku dengan
nada provokatif sambil mendorong dadanya ke arah perutku.
Aku merasa gelisah dengan
sensasi elastis dan lembut yang menyentuh tubuhku, di tempat seperti ini, akal
sehatku menjadi tidak karuan ... Segera setelah itu, aku bertanya kepada Luna.
“Ad-Ada apa, Luna? Kamu terus
bertingkah aneh hari ini...?”
Setelah mendengar itu, Luna
tampak terkejut dan menjauh sedikit dariku.
“... Entahlah. Aku sendiri
tidak tahu. Aku juga paham kalau aku sedikit aneh hari ini.”
Dia berbisik pelan begitu
seraya menunduk ke bawah dengan wajah penuh kebingungan.
“Bahkan jika aku ingin curhat
dengan Nikoru, aku malah akan membuatnya kesal ... Jadi aku tidak punya pilihan
lain selain bertanya kepadamu.”
“E-Eh, bertanya tentang apa?”
Saat aku masih belum mengerti
pembicaraannya, Luna mengangkat dagunya dan menatapku.
“Hey, kita pernah bilang kalau
kita harus mengatakan apa yang kita pikirkan, bukan?”
“Y-Ya...”
Meskipun itu diucapkan oleh
Luna, aku juga ingin melakukan hal yang sama.itu.
Saat aku berusaha menerima pikiran
itu dengan persiapan kesiapan, Luna justru mengucapkan sesuatu yang tak
terduga.
“Aku ingin membuat Ryuuto
terangsang... Aku ingin kamu melihatku dengan tatapan penuh nafsu. Apa itu berarti
aku ingin 'berhubungan s*ks' dengan
Ryuuto!?”
“Eh!?”
“Nee~, bagaimana menurutmu,
Ryuuto? Kira-kira, itu berarti aku ingin melakukannya denganmu?”
Luna kembali mendekatiku dengan
tatapan yang penuh kegelisahan, dan membuat kepalaku hampir panik.
“Karena ini baru pertama kalinya
aku merasakan hal ini ... jadi aku tidak tahu ...”
Luna bergumam dengan suara
lemah.
Waktu untuk menghias foto sudah
berakhir, sekarang mungkin sudah melebihi batas waktu dan hasil cetakannya
mungkin sudah keluar. Aku merasa lega karena tidak ada orang lain yang
mengantri di mesin purikura ini.
“...........”
Sambil memikirkan hal semacam
itu di sudut pikiranku.
E-Ehhhhhhhhhhhh
───────!?
Dengan berteriak keras sembari
merasa jika ada yang namanya “Kompetisi
Berteriak dengan Suara Kencang di Dalam Hati” aku pasti akan memenangkannya,
aku menatap pacarku yang berpakaian seperti pelayan kelinci dan merasakan kalau
jantungku berdegup dengan cepat.