Keiken-zumi Jilid 5 Bab 1 Bagian 3 Bahasa Indonesia

Part 3

 

Dan kemudian, pada hari Minggu setelah ujian akhir semester berakhir, aku dan Icchi tiba di jalanan Shibuya.

“Kamu benar-benar sudah berubah ya, Kasshi..... Shibuya adalah tempat hanya untuk para normies, tau. Kenapa juga kita harus berjalan dengan susah payah di tengah keramaian seperti ini cuma demi makan?”

Icchi mengernyitkan keningnya saat melihat kerumunan di gerbang masuk dan mengungkapkan ketidakpuasannya.

Aku sengaja mengajak Icchi untuk makan siang bersama karena takut dan kerepotan jika aku langsung mengatakan kalau ini merupakan kegiatan belanja bersama dengan Tanikita-san dan Luna, ia akan menolaknya. Aku mengatakan ada restoran yang murah dan enak. Seperti yang sudah kudua, Icchi mengatakan, “Mari kita ajak Nisshi juga.” Jadi, aku memberitahunya kalau Nisshi, “Ia tidak bisa ikut karena sedang kekurangan uang,” dan aku juga menjelaskan situasinya kepada Nisshi dan memintanya untuk setuju dengan cerita yang sama.

“Ya, itu sih... pokoknya, terima kasih sudah datang, Icchi. Maafkan aku...”

Kebenarannya akan segera terungkap, tetapi sebelum itu, aku ingin meminta maaf. Terlepas dari itu, ada satu hal yang tidak bisa aku abaikan sejak tadi.

“... Tapi, apa-apaan dengan pakaian itu...?”

Pakaian Ichii begitu mengerikan hingga aku tak bisa menahan diri untuk melirik dua kali saat pertama kali bertemu dengannya.

Ia mengenakan kaos lusuh dan celana jogging abu-abu penuh benang yang kusut. Sepatu sneakersnya juga kelihatannya terlalu sering digunakan. Gaya berpakaiannya begitu berantakan hingga bahkan pergi ke toko kelontong sebelah pun terasa 'pas-pasan'.

Aku memang agak awam dalam hal fesyen, tapi aku tidak memiliki keberanian untuk datang ke Shibuya dengan mengenakan pakaian rumahan.

Icchi yang biasanya jauh dari gaya, muncul dalam penampilan yang tidak jauh dari kata norak dan bahkan membuatku jadi merasa gugup saat melakukan double date dengan Tanikita-san yang merupakan seorang gadis sangat modis yang bercita-cita menjadi seorang stylist.

“Kamu malah tanya apa-apaan, justru apa yang terjadi denganmu, Kasshi? Tiba-tiba ingin terlihat modis? Padahal ini ‘kan kaos yang biasa aku pakai.”

Icchi mulai terlihat marah, mungkin karena diriya sedang lapar.

Memang benar, setelah dikatakan begitu, aku merasa familiar dengan kaos hitam yang terdapat logo huruf Inggris [DO YOUR BEST] tanpa terlihat ada perhatian khusus dan karakter misterius. Namun, aku tersentak saat mempertimbangkan bahwa sebelumnya kaos itu terlihat lebih bersemangat.

Terlihat jelas bahwa kaos tersebut terlalu kendor, mungkin karena ukurannya tidak pas. Karena badan Icchi menjadi sangat kurus, sehingga sepertinya dia memakai kaos yang kemungkinan besar berukuran XL atau lebih besar yang tidak sesuai dengan tubuhnya.

“Lalu...lalu bagaimana dengan celana? Bukannya itu kelihatan banget seperti pakaian tidur...?”

“Yah, karena aku tiba-tiba kurus, jadi satu-satunya celana yang bisa aku pakai sekarang adalah celana jogging. Celana ini memiliki karet di pinggang dan bisa diikat dengan tali, jadi ini takkan lepas meskipun longgar.”

“Ahh…”

Jadi begitu ya. Meskipun penampilannya berubah karena menjadi kurus, tapi jika orangnya tidak peduli dengan penampilannya, maka akan menjadi seperti ini.

“Tapi, Kasshi...”

“Hm?”

“Kalau menjadi kurus, rasanya jadi sedikit dingin, ya.”

Memang benar sekarang sudah  memasuki bulan Maret, dan perkiraan cuaca menyebutkan hari ini akan relatif hangat, tetapi jarang sekali orang yang berjalan hanya dengan mengenakan kaos berlengan pendek. Suhu saat ini bahkan membuatku mengenakan jaket denim di atas hoodie.

“Dulu, aku hanya mengenakan jaket di atas kaos bahkan saat di tengah musim dingin. Jadi aku tidak punya pakaian berlengan panjang atau sejenisnya.”

“Mungkin sebaiknya kamu beli pakaian baru dulu, Icchi….”

Aku penasara, apakah Tanikita-san akan kecewa ketika dia melihat penampilan Icchi yang seperti ini ..? Namun, jika dia kecewa dengan Icchi karena penampilannya dan kehilangan perasaan cintanya, mungkin itu akan menjadi kedamaian bagi keduanya... Sambil memikirkan berbagai hal seperti itu, aku merasa sedikit cemas dan menuju ke depan Patung Anjing Hachiko, tempat di mana aku akan bertemu dengan Luna.

 

Di depan Patung Anjing Hachiko pada hari libur, sudah ada banyak orang yang berkerumun. Mungkin sudah banyak yang menentukan waktu pertemuan di sana karena sedang menuju tempat makan siang.

“Hei, Kasshi? Tokonya di mana? Kita mau ke arah mana?”

“Eh, aku sedikit bingung...”

Meski cuaca cerah, tetapi langit bulan Maret penuh dengan awan. Sambil terjebak dalam kerumunan orang yang bergerak menuju lampu lalu lintas hijau, aku menghindari tatapan curiga Icchi dan mencari Luna.

“Oh, ia datang, ia datang! Ryuuto, sebelah sini!”

Aku menoleh ke arah suara Luna dan akhirnya menemukannya.

Luna dengan gesit menghindari orang-orang dan berjalan lurus ke arahku.

“Lah, Ijichi-kun, kamu terlihat mencolok ya! Itu sangat menguntungkan di tengah keramaian! Kira-kira berapa tinggi badanmu?”

“....!?”

Icchi yang berada di belakangku, meskipun terkejut dengan kedatangan mendadak Luna, Ia masih membuka mulutnya untuk mencoba menjawab pertanyaannya.

“... Te-Tempo hari, ketika aku mengukur diriku di ruang UKS, tinggi badanku ternyata 182...”

“Wah, kamu masih terus bertambah tinggi ya, keren banget! Mungkin kamu akan mencapai dua meter!”

“.......”

Dengan nada bercanda dan serius yang sulit ditangkap, Luna membuat Icchi menjadi tertegun sejenak.

“Tidak, bahkan bagi anak laki-laki, rasanya masih sangat sulit untuk tumbuh setinggi itu. Iya ‘kan, Icchi?”

Sebagai gantinya, aku berusaha mengatakan dengan ceria, tetapi Icchi melihatku dengan wajah yang sangat kaget.

"K-Kashi!? Kenapa Shirakawa-san ada di sini!?”

“Eh, itu... “

Dengan suara pelan, Icchi menanyakan padaku dan aku diam-diam melihat ke arah Luna.

“Apa kamu berencana untuk menunjukkan kemesraanmu padaku dan menyiksaku dengan rasa kesepian? Jika kamu ingin bertemu dengannya, kalian bisa bertemu berdua saja, kan?”

Ichii terlihat seperti akan menangis dan giginya gemeretak dengan kuat.

“Ti-Tidak, sebenarnya, kami tidak berdua...”

Usai mengatakan itu, aku memandang ke belakang Luna, dan Icchi juga mengikuti arah pandanganku dengan menjulurkan lehernya.

Dia yang bertubuh kecil mudah terlupakan di antara kerumunan orang, aku pun awalnya tidak menyadarinya.

Di sana... ada Tanikita-san yang berdiri.

“....Uwaaah!?”

Ketika Icchi menatapnya, ekspresi wajahnya terlihat seperti seolah-olah bertemu hantu. Dirinya terkejut dan tidak bisa berkata-kata, hanya membuka dan menutup mulutnya.

Di sisi lain, Tanikita-san juga tercengang saat melihat gaya fesyen ekstrem Icchi.

“……”

“Maaf ya, Ichii-kun. Aku sebenarnya ingin pergi berbelanja dengan Akari dan Ryuuto. Tapi rasanya kurang seimbang kalau cuma kita bertiga, jadi aku ingin Ijichi-kun ikut juga... semacam kejutan gitu.”

Aku tidak tahu apakah kata-kata permintaan maaf Luna didengar oleh Icchi yang sudah berwajah pucat.

“Bukannya nanti kita akan melakukan perjalanan sekolah bersama? Sepertinya itu akan menyenangkan!”

Suara ceria Luna terserap sia-sia ke dalam hiruk pikuk Shibuya.

 

◇◇◇◇


Semua orang telah berkumpul, tetapi karena kami merasa bersalah jika langsung pergi berbelanja seperti itu setelah memanggil Icchi dengan dalih makan siang, jadi kami pergi ke restoran pizza all-you-can-eat yang terletak di Jalan Pucat.

“…………”

Di dalam interior restoran yang terlihat seperti Italia (mungkin) dengan pola bata merah dan aksen warna merah, kami duduk di meja empat orang di dekat jendela dan dengan diam-diam makan pizza yang kami ambil sendiri dari area kasir.

Menurut penuturan Luna, restoran ini sangat populer karena menyajikan makanan all-you-can-eat yang murah dan enak, namun pada akhir pekan selalu ramai. Namun, karena waktunya masih sedikit awal untuk makan siang, jadi masih ada banyak meja kosong di dalam restoran.

Dikarenakan ada banyak pengunjung anak-anak muda di dalam restoran, suasana di sekitar penuh dengan percakapan riuh, dan di tengah keramaian itu, keadaan kami agak berbeda.

Luna dan Tanikita-san duduk berdampingan di kursi sofa dengan memunggungi jendela, sementara aku dan Icchi duduk di hadapan mereka.

Tanikita-san memegang pizza dengan kedua tangan dan dengan antusias mengunyahnya. Dia sesekali melirik Icchi, pipinya memerah, dan menggigit pizza dengan cepat. Sikapnya yang begitu terlihat seperti hewan kecil yang menggemaskan.

Aku sedikit khawatir dengan reaksinya terhadap gaya fesyen Icchi yang ekstrem, tapi dilihat dari perilakunya saat ini, sepertinya hal tersebut tidak ada pengaruh apa-apa terhadap perasaan cintanya.

Icchi juga masih tetaplah Icchi, dirinya dengan keras mengangkat dagunya, menatap hanya pizza di atas piring dengan penuh konsentrasi saat makan.

Oi, apa yang harus kita lakukan dengan ini...?

Apa sesuatu akan dimulai dari sini?

Aku mengomentari dalam hati dan melihat ke sebelah, ternyata Luna juga menahan wajahnya yang berkedut saat mengunyah pizza.

 

“…Tanikita-san tuh, sebelumnya sudah pernah punya pacar belum, sih?”

Ketika Luna pergi untuk mengambil pizza baru di meja konter, aku juga mengambil piringku dan berdiri. Sambil berdiri berdampingan mengambil pizza, aku bertanya padanya, dan Luna sedikit memiringkan kepalanya dengan santai.

“Entahlah. Akari tidak suka mendiskusikan hal-hal seperti itu. Aku pikir dia mungkin tidak tertarik berpacaran dengan cowok di sekitarnya.”

Dengan kata lain, kemungkinan besar dia tidak memiliki pengalaman. Tentu saja, Icchi juga tidak memiliki pengalaman, jadi sulit untuk berharap salah satu dari mereka untuk memulai inisiatif.

Hari ini sepertinya akan menjadi hari yang melelahkan....

Dibandingkan dengan ini, kencan ganda dengan Yamana-san dan Sekiya-san 100 kali jauh lebih menyenangkan... Yah, mengesampingkan fakta bahwa keduanya berakhir dalam situasi yang rumit…. dan sekarang, aku mulai merasa ingin melarikan diri dari kenyataan.

 

Setelah berhasil melewati makan siang, kami akhirnya pergi ke kota untuk berbelanja.

Luna dan Tanikita-san menyelinap melalui kerumunan orang tanpa ragu-ragu dan tersedot ke dalam sebuah bangunan dengan menara silinder yang menjulang tinggi. Gedung itu adalah gedung mode simbolik di Shibuya yang bertuliskan “109” di puncaknya. Bahkan aku sendiri pun tahu tentang keberadaannya.

Ketika kami masuk, aku menemukan ruang yang cemerlang seperti yang aku bayangkan, dengan deretan merek pakaian yang tampaknya ditujukan untuk gadis-gadis muda.

“…………”

Ketika aku iseng-iseng melirik setengah langkah ke belakang, di sana ada Icchi yang memancarkan nuansa yang mencurigakan seolah-olah dia adalah seorang penjahat s*ksual. Aku juga merasa tegang, jadi aku bisa memahaminya.

“Lunacchi sih biasanya mengenakan pakaian gaya gal yang lebih feminin, jadi aku ingin mencoba gaya yang berbeda hari ini.”

Seperti yang sudah diharapkan, Tanikita-san sedang berbicara penuh semangat dengan Luna di sebelah, seolah-olah dia seperti ikan yang berhasil mendapatkan air.

“Ayo pergi ke lantai lima dulu! Ada gaya yang menarik perhatianku belakangan ini, tapi kalau aku sih tidak bisa mengenakannya~”

Kami berempat lalu menuju toko yang bertuliskan [GYDA]. Tentu saja, aku tidak bisa membacanya.

Barisan pakaian dengan nuansa cerah dan berwarna-warni yang terlihat seperti “Onee-san dari perkotaan” tersusun rapi di sana, jenis pakaian yang membuat para pria pemalu sulit untuk mendekatinya.

“Walaupun luas kainnya banyak, tapi jika menonjolkan lekuk tubuh dengan jelas, kamu bisa menciptakan tampilan yang sehat dan seksi.”

Tanikita-san menjelaskan hal tersebut dengan lancar sambil memeriksa dengan seksama barang-barang di dalam toko.

“Mode celana bawahan ini kelihatannya bagus. Jadi, untuk bagian atasnya, mungkin yang seperti ini... Dan ini juga ingin ditambahkan, iya ‘kan?”

“Eh, serius!? Kira-kira bakal cocok enggak, ya~?”

“Jika itu Lunacchi, pasti tidak masalah! Coba kenakan dulu sebentar!”

“Oke~”

Setelah menerima barang dari Tanikita-san, Luna pergi ke ruang ganti setelah meminta konfirmasi dari staf toko.

“.......”

Bersama Icchi yang terlihat tidak nyaman seperti biasa, kami  menunggu beberapa menit dengan perasaan gelisah.

“Gimana?”

Tak lama kemudian, Luna pun muncul, dan itu bukanlah gaya busana gyaru biasanya yang kukenal.

Kombinasi tank top yang ketat dan pendek seperti sport bra, serta celana panjang mirip celana olahraga. Dengan garis samping yang menonjol dengan logo merek di atas latar putih, meskipun terbuat dari bahan yang sama, baju tersebut memiliki kesan yang sangat berbeda dari yang dikenakan oleh Icchi. Desainnya ketat sehingga bentuk pantat dan paha terlihat jelas seperti kostum selam. Meskipun perut dan bahu terbuka, penampilannya tidak terlalu erotis karena dikombinasikan dengan kemeja kotak-kotak yang tergantung di lengan seperti jubah. Ditambah dengan memakai topi dan kacamata hitam berwarna terang, perubahan suasananya menjadi sangat jelas.

“Bagus bangett! Kamu kelihatan seperti gadis sporty bergaya resor yang tampaknya berada di pantai barat Amerika!”

Tanikita-san menepuk tangan dengan gembira. Sepertinya penampilan Luna melebihi ekspektasinya.

“Eh, masa, sih~? Enggak ada yang kelihatan aneh, ‘kan? Ini pertama kalinya aku mencobanya gaya yang begini.”

“Kamu kelihatan cocok banget! Kamu juga setuju ‘kan, Kashima-kun?”

Saat ditanya oleh Tanikita-san, aku menganggukkan kepalaku ke arah Luna yang terlihat gelisah.

“I-Iya... Rasanya sangat modis.”

Usai mendengar itu, pipi Luna langsung memerah. Tatapan matanya yang terlihat melalui kacamata hitam terlihat sedikit berbinar.

“A-Apa begitu...?”

Ahh, dia malu... Lucunya.....

Jika itu sebelumnya, ketika dipuji, Luna cenderung merespons dengan “Serius? Terima kasih!” Jadi, reaksinya yang seperti ini terasa segar dan membuatku berdebar.

Meskipun dia masih jarang menatapku dan tetap bersikap agak jauh, tetapi aku pikir tidak semuanya buruk.

“Baiklah, ayo pergi ke toko lain! Maaf permisi, hari ini kami ingin melihat berbagai hal, jadi kami akan pergi ke toko berikutnya!”

Tanikita-san berkata kepada pegawai toko, dan pegawai toko tersebut juga menjawab dengan ceria, “Selamat jalan~! Kami tunggu kedatangan Anda lagi~”. Bagi diriku yang berpikir bahwa setelah mencoba pakaian harus membelinya, percakapan di antara mereka merupakan hal yang mengejutkan.

“Selanjutnya, ayo pergi ke LIZ LISA!”

“Eh, seriusan!?”

Perkataan Tanikita-san membuat Luna terkejut.

“Bukannya tempat itu tidak cocok dengan gayaku, ‘kan!? Aku belum pernah mengenakannya!”

Alasan Luna mengatakan hal itu terungkap setelah kami sampai di toko. Di rak-rak tampilan yang dipenuhi dengan warna merah muda pastel dan monoton, terjadi banjir renda dan pita.

“Bukannya pakaian di sini sedikit mirip dengan gayanya Marimero? Jika Marimero kelihatan cocok, mungkin itu juga akan cocok untuk Lunacchi yang jadi saudara kembarnya.”

Kalau dipikir-pikir, aku merasa kalau gaya pakaian ini memang memiliki kesamaan dengan pakaian Kurose-san yang pernah kulihat beberapa kali. Model pakaian di sini sedikit lebih mencolok dan condong seperti gyaru daripada pakaian Kurose-san, jadi itu mungkin ide yang bagus untuk dipakai Luna.

“Eh~~ Ini pertama kalinya aku mencoba model begini. Memangnya ini akan terlihat bagus untukku?”

Luna terlihat gelisah, tapi dia tetap  menerima barang-barang yang dipilih Tanikita-san untuknya dan menuju ke kamar ganti untuk mencobanya.

“Lunacchi, apa masih belum~?”

Beberapa menit kemudian, Tanikita-san memanggil dari luar tirai kamar ganti karena Luna tidak kunjung keluar.

“Hmm~”

“Ada apa? Apa ukurannya tidak pas?”

Setelah berkata demikian, Tanikita-san menggeser sedikit tirai dan memasukkan wajahnya.

“Ah, kamu sudah memakainya, toh! Ayo keluarlah!”

“Eh, tapi...”

“Ayo!”

Dengan sapuan tangan, tirai kamar ganti pun terbuka dan Luna muncul.

Wajah Luna terlihat memerah.

Dan kemudian, dia mengenai pakaian...

Blus putih yang dekoratif dengan pita dan renda di kerah dan bagian dada, serta rok mini berwarna pink yang berhiaskan tali pengikat, memberikan nuansa gothic lolita. Pakaian ini sedikit mirip dengan seragam pelayan. Aku baru saja melihatnya mengenakan seragam pelayan di mesin purikura tempo hari, jadi rasanya tidak begitu aneh bagiku.

“Tak disangka itu sangat bagus, ya? Kashima-kun, bagaimana pendapatmu dengan penampilan Luna yang seperti ini?”

Ditanya oleh Tanikita-san, aku memiringkan kepalaku.

“...Ya, ke-kelihatan manis.”

Aku merasa malu dan agak gugup. Suaraku terdengar pelan seperti nyamuk karena aku tidak ingin didengar oleh Icchi.

Entah bagaimana dia menerimanya, tapi kelihatannya Luna menjadi tersipu.

“...A-Apa enggak aneh? Menurutku, pakaian seperti ini seharusnya dikenakan oleh gadis dengan rambut hitam yang rapi dan polos seperti Maria...”

“Itu sama sekali enggak benar! Lagipula Asal usul gaya hime-gyaru awalnya dipakai oleh wanita-wanita kabaret, jadi tidak ada salahnya memiliki rambut yang mencolok.”

Tanikita-san segera memberikan penjelasan.

“Hmm, begitu ya...”

Luna masih terlihat ragu. Dia melirik ke arahku dan segera memalingkan mukanya.

Melihat keadaannya yang masih seperti itu, aku teringat keputusan yang telah aku buat sebelumnya.

Untuk mengambil inisiatif dalam berkomunikasi.

Meskipun aku merasa malu di depan Tanikita-san dan Itchi, tapi aku akan berusaha mencobanya.

“Ka...”

Sudah kuduga, rasanya tetap memaluka. Selain mengatakan hal memalukan begini bukanlah sifatku, tapi ditambah lagi di sini ada orang lain juga.

“... Kamu sangat imut, kok.”

Aku berhasil mengatakannya dengan usara yang lebih keras dari sebelumnya.

“Haeh!?”

Seketika itu juga, wajah Luna berubah menjadi merah padam dan berjalan berputar-putar di sekitar kamar ganti dengan tersipu.

“Ak-Aku mau ganti bajunya dulu!”

Dia menutup tirai kamar ganti dengan tangannya sendiri.

Dan kemudian….

“Kasshi... kamu benar-benar berubah. Sampai-sampai kamu mengucapkan kalimat seperti pria yang sok keren...”

Icchi menatapku dan mencela dengan kalimat nyelekit saat aku dibiarkan tertinggal.

 

Setelah itu, fashion show Luna yang diproduksi oleh Tanikita-san terus berlanjut.

Di toko berikutnya, gaya unik dipadukan dengan atasan berlengan longgar panjang dan rok mini berbahan kulit sintetis dengan posisi pinggang yang tinggi,

“Dengan pakaian bergaya moda dari EMODA, lahirnya gaya gyaru versi dewasa!”

Di toko selanjutnya,

“Dengan atasan pendek bermotif power shoulder dan celana denim bootcut, ini adalah tampilan yang tepat di tengah era tahun 2000! Bukannya gaya begini kelihatan keren seperti Bluepink?”

Sekarang, aku hampir tidak mengerti apa yang Tanikita-san katakan.

“...B-Brad Pitt...?”

Karena aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas, jadi aku membayangkan wajah seorang bintang Hollywood terkenal muncul di benakku, tetapi mungkin buka itu. Seperti biasa, mungkin itu adalah nama idola K-pop.

Namun, satu hal yang bisa dikatakan adalah, meskipun pakaian ini sangat berbeda dengan gaya Luna yang biasa, anehnya semuanya terlihat cocok dengannya. Selain dari fakta bahwa Tanikita-san memiliki selera yang bagus, aku merasa kagum dengan gaya Luna yang terlihat begitu menawan.

“... Jadi Lunacchi tuh enak banget, ya~. Kamu benar-benar terlihat bagus dengan pakaian apa saja.”

Pada saat itu, seolah-olah pikiranku dan Tanikita-san selaras, dia bergumam dengan penuh perasaan saat menatap Luna di dalam kamar ganti.

“Jika tubuhku seperti Lunacchi, sepertinya aku akan pergi ke toko setiap hari dan mengacaukan kamar ganti. Hei, mengapa kamu tidak menjadi model saja di masa depan?”

“Eh~ itu sih tidak mungkin! Kalau minum tapioka, perutmu akan menjadi gendut.”

“Kamu ‘kan bisa menahan untuk tidak meminumnya!? Ini tentang menjadi model, loh!?”

“Ehh, dibilang mustahil!”

Luna yang sedang berdebat dengan Tanikita-san, masih tetap ceria seperti biasanya.

Melihat penampilan seperti itu, hatiku menjadi sedikit tidak nyaman.

Hati kami berdua pasti sedikit demi sedikit sudah saling mendekat, meskipun begitu, aku merasakan ada jarak di antara kami

“Lagian, apa kamu masih akan melakukannya, Akari? Ryuuto dan yang lainnya pasti juga lelah, bukan?”

Tanpa peringatan sama sekali, Luna tiba-tiba mengedipkan matanya, dan aku pun mengedipkan mataku dengan cepat.

“Eng-Enggak juga, kami cuma menonton saja sih...”

Melirik ke samping, Icchi kelihatannya terlihat lega. Sejak kami memasuki gedung 109, ia terlihat tanpa semangat sepanjang waktu, jadi sepertinya kegembiraannya karena “akhirnya berakhir juga” terlihat jelas di wajahnya.

“Oh iya, benar juga. Kita sudah melakukannya selama dua jam!”

Tanikita-san mengeluarkan smartphone-nya dan melebarkan matanya karena terkejut.

“Semuanya, terima kasih banyak sudah mau menemaniku! Ya, aku sudah cukup puas sekarang, jadi mari kita istirahat sebentar. Aku akan mentraktirmu sesuatu seperti minuman!”

Luna dengan malu-malu membuka mulutnya ke arah Tanikita-san yang sedang dalam suasana hati yang baik.

“Tapi sebelum itu, um… Setelah aku mengganti ini, bisakah aku membeli pakaian yang sudah aku coba sebelumnya?”

“Eh, serius!? Aku senang banget, apa ada yang kamu sukai!? Dari toko mana?”

Saat ditanya begitu, pipi Luna terlihat sedikit memerah.

“... itu, umm... hmm...yang dari LIZ LISA.”

Dengan suara yang hampir hilang, dia menjawab begitu.

“Serius!? Enggak nyangka banget! Jadi ini debut Lunacchi dengan pakaian gaya ala hime!?”

Tanpa mengingat satu pun nama mereknya, perkataan Tanikita-san membuatku tersentak.

Baju yang mirip seperti seragam pelayan itu ya... Padahal dia terlihat sangat malu ketika mengenakannya, hal itu memang lumayan mengejutkan.

 

 

Sebelumnya  |      |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama