Part 4
Kemudian kami menuju ke
restoran keluarga terdekat dengan Luna yang membawa tas belanjaan dari LIZ
LISA.
Meskipun restorannya penuh
dengan pengunjung, kami mengambil minuman dari bar minuman dan mengambil napas
lega. Dari meja di dekat jendela, kami bisa melihat keramaian orang-orang yang
lewat di jalan Dogenzaka dari lantai tiga
restoran.
“Ahh~ tadi itu benar-benar
menyenangkan~!”
Tanikita-san terus bersemangat
dan meminum coklat panas dengan wajah ceria.
“Tapi kalau mencoba pakaian, rasanya
sulit untuk menggabungkan berbagai merek ya.”
“Ahh, kalau itu setuju banget.”
“Sudah kuduga, menjadi seorang
stylist memang enak ya~. Bisa meminjam pakaian dari berbagai merek.”
Sementara Tanikita-san dan Luna
sedang asyik berbincang-bincang satu sama lain, aku yang duduk di seberang
mereka, mengintip Icchi yang duduk di sebelahku. Icchi yang sedang meminum cola
dengan tenang tetap terlihat seperti orang yang bukan pada tempatnya.
Sampai pada titik ini, aku tidak
tahu untuk apa aku membawa Icchi. Aku memutuskan untuk berbicara dengan Tanikita-san
dengan ragu-ragu,karena berpikir bahwa
jika aku tidak ikut berbicara, Icchi akan kesulitan untuk ikut berinteraksi.
“Tanikita-san, apa ada yang
ingin kamu lakukan selain menjadi stylist?”
“Hmm? Yah begitulah, aku punya
banyak hal yang sedang kupikirkan.”
Tanikita-san menjawabku tanpa
ragu-ragu.
“Aku memang selalu mengagumi
menjadi seorang stylist, tapi baru-baru ini aku mulai tertarik dengan 'membuat pakaian' juga.”
“Akari, kamu jago dalam membuat
pakaian, iya ‘kan? Kostum festival budaya kelas 1-D juga dibuat oleh kamu,
‘kan?”
Setelah mendengar pujian Luna,
Tanikita-san tersenyum dengan sedikit bangga.
“Yah, selama aku punya pola
kertas, sih. Selain itu, aku sering membuat kostum cosplay yang sederhana
karena sering diminta oleh teman-teman otaku.”
“Kostum cosplay tuh, maksudnya
kostum cosplay yang begitu? Kamu bisa membuatnya sendiri?”
“Eh~, aku ingin melihatnya~!”
Setelah menerima tatapan penuh
kekaguman dariku dan Luna, Tanikita-san tersenyum tipis.
“Masa? Kalau begitu, nanti aku
akan membawa sesuatu yang cocok untuk Lunacchi, jadi tolong dipakai, ya~?”
“Serius!? Wah, aku mungkin akan
menantikannya~!”
Tanikita-san mengernyitkan
sedikit alisnya ketika Luna terlihat bersemangat di sampingnya.
“Namun, saat aku berpikir 'ingin menjadi orang yang membuat pakaian
sendiri', bukan berarti aku ingin menjadi seseorang yang secara harfiah
membuat pakaian. Lebih ke arah menjadi seseorang yang secara luas 'membuat pakaian', misalnya seperti
menjadi desainer atau direktur mode mungkin.”
“Ehhh...?”
Ketika aku dan Luna mendengarkan
dengan seksama, Tanikita-san mulai berbicara dengan serius.
“Aku ingin mengurangi
orang-orang yang mengalami kesedihan karena mencintai pakaian yang mereka lihat
di toko tapi tidak cocok dengan tubuh mereka sendiri.”
Ucap dirinya dengan tatapan
mata yang dipenuhi kesungguhan yang luar biasa.
“Kebanyakan pakaian untuk
perempuan biasanya hanya tersedia dalam dua ukuran, yaitu S dan M. Ada juga
beberapa merek yang hanya menawarkan satu ukuran saja. Jadi, bagi orang-orang
seperti aku yang memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil atau orang yang
berukuran lebih besar, sulit untuk membeli pakaian yang modis.”
“Jika dipikir-pikir, memang
benar, sih~. Mengapa mereka tidak membuat lebih banyak ukuran yang beragam,
ya?”
“Tapi, menambah variasi ukuran
berarti biaya yang dikeluarkan akan jauh lebih tinggi. Jika perusahaan sebesar
Uniqlo, mereka dapat mengharapkan penjualan yang cukup baik bahkan untuk ukuran
minoritas, sehingga mereka dapat menyediakan banyak ukuran. Tapi untuk merek
pakaian biasa, itu mungkin sulit dilakukan.”
“Jadi begitu rupanya...”
Entah mengapa, Tanikita-san
tiba-tiba terlihat lebih pintar. Ketika aku mengaguminya, dia menurunkan
pandangannya.
“Aku adalah gadis yang paling
kecil di kelas. Jika di dalam kelas ada dua puluh anak perempuan, aku merupakan
orang minoritas satu dari dua puluh. Jumlah penjualan yang bisa ditargetkan
untuk orang seperti itu sangat terbatas, jadi dari segi komersial, orang
semacam diriku pasti akan diabaikan. Jika mereka membuat ukuran berdasarkan
rata-rata tinggi badan, bisa mencakup sepuluh dari dua puluh...sekitar setengah
orang memiliki potensi untuk membeli.”
Tanikita-san bergumam dengan
ekspresi yang mencerminkan penderitaannya selama bertahun-tahun.
“Bahkan ukuran S pun masih terlalu
besar untukku. Saat ini aku sedang mengikuti tren K-Pop secara pribadi, jadi
aku hanya memakai celana pendek dan rok mini terus-menerus, tapi arus utama
tren di Jepang selama sepuluh tahun terakhir ini selalu berupa ukuran yang
besar dan panjang, jadi itu sulit bagiku. Aku selalu merasa kesal di bilik
pakaian, seperti 'Jika rok ini lebih
pendek tiga sentimeter, aku tidak akan terus menggesekkan rok ini' dan
sebagainya. Tidak semua pakaian dapat aku ubah desainnya sendiri.”
“Jadi begitu ya……”
Bagi Luna, sepertinya ini baru
pertama kalianya dia mendengar cerita Tanikita-san.
“...ta-tapi…”
Entah bagaimana, suasananya
jadi sedikit berubah, tetapi aku mati-matian mencoba menggali topik supaya
Icchi bisa ikut ke dalam percakapan.
“Jika Tanikita-san menjadi seorang
desainer, bukannya kamu juga akan membuat pakaian untuk orang-orang dengan
tinggi rata-rata untuk kepentingan bisnis…?”
Usai mendengar pertanyaanku, Tanikita-san
mengangkat kepalanya dan membuka mulutnya dengan ekspresi cerah.
“Memang. Itu sebabnya aku ingin
meluncurkan merek yang didedikasikan untuk orang kecil.”
“Bukannya itu bagus~! Sepertinya
ada permintaan untuk itu.”
Tanikita-san mengangguk kepada
Luna yang bertepuk tangan dengan gembira.
“Ya, sudah ada merek ukuran P,
tapi dibandingkan dengan pasar pakaian secara keseluruhan, jumlahnya sedikit,
jadi sulit untuk menemukan selera dan desain yang aku inginkan. Itulah sebabnya
aku berpikir jika aku membuatnya sendiri, itu akan memecahkan masalah
tersebut.”
Setelah mengatakan hal itu
dengan penuh semangat, Tanikita-san sedikit menundukkan kepalanya.
“Meskipun aku suka berpakaian
modis, tapi satu-satunya manekin yang dapat aku ganti pakaian dengan bebas
adalah diriku sendiri dalam ukuran P. Jadi, aku berpikir jika menjadi seorang
stylist, aku bisa mengatur pakaian dengan gaya yang bagus dan indah untuk
orang-orang yang mempesona dan menghadirkan koordinasi yang indah sebanyak yang
aku inginkan. Jika menjadi seorang desainer, aku bisa menciptakan lebih banyak
pakaian yang sesuai dengan diriku, dan kupikir itu bukan pilihan yang buruk.”
“Begitu ya…”
“Begitu juga enggak apa-apa
kali, keren! Aku akan mendukung Akari apa pun yang terjadi!”
Ketika Luna berkata dengan
penuh semangat, Tanikita-san juga terbawa suasana dan pandangannya menjadi
penuh impian.
“Kalau aku jadi desainer, aku
ingin mencoba membuat tas juga~! Tas tuh benar-benar keren. Terlepas dari
bentuk tubuh seseorang, tas adalah salah satu item fashion yang sedikit dan
dapat langsung mengungkapkan estetika desainer saat dipakai.”
“Be-Benarkah?”
Aku tidak mengerti apa yang dia
bicarakan, Tanikita-san mengabaikanku begitu saja.
“Walaupun desain pakaiannya
sangat bagus, jika bentuk tubuh orang yang mengenakannya tidak sesuai dengan
pola pakaiannya, siluetnya akan rusak dan tidak akan terlihat bagus, bukan?”
“Benar juga, sih.”
Aku sering mendengar orang
mengatakan bahwa pakaian tersebut terlihat keren ketika model dan manekin
mengenakannya, tetapi ketika mereka sendiri yang mencobanya, pakaian itu
terlihat tidak cocok sama sekali.
“Di sinilah tas memiliki
keunggulan. Karena itu tidak tergantung pada bentuk tubuh, kita bisa mengadopsi
siluet yang sempurna yang dirancang oleh desainer dan menjadikannya milik kita
sepenuhnya. Bagi pecinta fashion, itu adalah hal yang luar biasa, bukan?”
Aku melihat Tanikita-san
berbicara dengan cepat ketika mengungkapkan pendapatnya tentang apa yang dia
sukai, baik sebagai gadis ekstrovert maupun gyaru.
“Ngomong-ngomong masalah tas, pasti tidak ketinggalan dengan
tas merek ternama, bukan? Seperti Hermès dan Chanel yang dianggap sebagai ikon.
Louis Vuitton dengan desain Onthego-nya yang luar biasa. Tapi kalau aku boleh
memilih sendiri, aku lebih suka merek Dior atau Celine. Setelah lulus, aku
ingin mengumpulkan uang dari pekerjaan paruh waktu dan tujuannya adalah membeli
dompet Dior.”
Kalau
dipikir-pikir, pikirku.
Sebelumnya, Tanikita-san pernah
meragukan Luna yang melakukan “Papa-katsu”
saat melihat tas merek yang Luna terima dari neneknya. Namun, dari kesadaran
Tanikita-san terhadap merek tas yang orang lain miliki, aku menyadari bahwa dia
memiliki minat yang luar biasa terhadap tas.
“Ngomong-ngomong tentang Dior, Lunacchi
belakangan ini kamu tidak lagi membawa Dior, ‘kan? Tapi hari ini kamu masih
membawa Gucci.”
“Oh, mengenai itu...”
Setelah diberitahu begitu oleh
Tanikita-san, Luna angkat bicara.
“Aku memberikannya kepada Maria.
Karena aku merasa gaya pakaian Maria lebih cocok dengan tas itu daripada
pakaianku sendiri,” ujarnya sambil mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan
layarnya kepada Tanikita-san.
“Lihat? Bukannya ini lucu?”
“Wah, seriusan!? Lunacchi, kamu
terllau murah hati banget! Produk yang serupa itu dijual dengan harga lebih
dari tiga ratus ribu yen, lho!”
Luna tersenyum getir sambil merapikan
rambutnya ketika melihat Tanikita-san yang terkejut.
"Ya, begitulah. Sepertinya
nenekku membelinya dalam perjalanan ke luar negeri 20 tahun yang lalu. Meskipun
waktu itu harganya sekitar seratus ribu yen karena bebas pajak, tapi baru-baru
ini saat dia membawanya ke pegadaian, mereka bilang 'desainnya sudah dihentikan produksinya dan kondisinya juga
tidak bagus, jadi kami akan membelinya dengan harga lima ribu yen saja'.
Nenekku merasa kecewa dan akhirnya memberikannya padaku.”
“Wah!? Orang-orang di pegadaian
itu kurang paham banget! Padahal ada penggemar vintages yang suka dengan desain
lama! Coba kalau kamu jual di Mercari!? Mungkin bisa laku dengan harga
setidaknya sebanding dengan harga beli!”
“Aku tidak mau menjualnya kali,
karena aku masih menggunakannya.”
“Oh, begitu ya.”
Sambil mendengarkan percakapan
mereka berdua, aku melihat layar ponsel Luna yang diletakkan di atas meja.
Di sana, terdapat gambar Luna
dan Kurose-san yang saling berdekatan dalam pakaian santai. Kemungkinan itu
adalah foto swafoto mereka, dengan Luna yang tersenyum kecil dan Kurose-san
yang tersenyum sambil menyentuh lengan Luna dengan begitu dekat, mereka
terlihat seperti sahabat yang sangat akrab di mata siapa pun.
Meskipun baru sebulan sejak
mereka berbaikan di Hari Valentine, mereka berdua sudah mulai kembali menjadi
seperti saudari kembar. Saat berpikir tentang itu, hatiku menjadi hangat.
“Jadi, apa akhirnya kamu akan
menjadi desainer, Akari? Atau akan menjadi stylist? Hari ini kamu datang untuk
memutuskan itu, kan?”
Ketika aku mengangkat wajahku setelah
mendengar suara Luna, Tanikita-san menatap keluar jendela dengan wajah yang
penuh kekhawatiran.
“Hmm...”
Pada saat-saat seperti ini,
ketika jam-jam istirahat di kafe selama hari libur, langkah orang-orang yang
berjalan di Shibuya terasa lebih santai.
“Mungkin aku akan memikirkannya
lebih lanjut sebelum memutuskan. Baik menjadi seorang stylist maupun mendirikan
merek sendiri, keduanya bisa menjadi pilihan yang tepat... Ada orang yang
sukses sebagai stylist dan kemudian mendirikan mereknya sendiri. Untuk
sementara, mungkin aku akan mengajukan pilihan pertama ke Sekolah Tinggi
Fashion Stylist dan pilihan kedua ke Sekolah Tinggi Desainer Fashion.”
“Begitu ya, kurasa itu
keputusan yang bagus.”
Wajah Luna menjadi cerah dengan
keputusan temannya.
Kemudian, wajah Tanikita-san
tiba-tiba berubah serius.
“...Tapi ada satu hal yang aku
yakini hari ini.”
Dengan bergantian menatap ke
arahku dan Luna yang sedang mengamatinya, Tanikita-san tersenyum.
“Aku benar-benar menyukai
fashion. Aku ingin menjadikannya pekerjaan dan hidup dengan itu.”
Matanya terbakar dengan tekad
yang tulus, dan suaranya gemetar dengan kekuatan emosional.
“Terima kasih sudah mau
menemaniku, Lunacchi. Kashima-kun... Ijichi-kun.”
Tanikita-san melihat satu per
satu dari kami dan mengucapkan kata-kata tersebut. Di akhir, dia menundukkan
kepalanya saat melihat Icchi, pipinya terlihat merah merona.
“…………”
Icchi tidak bisa melihat
Tanikita-san, jadi dirinya meringkukkan tubuh besarnya dan gelisah.
Sungguh duet yang membuatku
frustrasi. Seperti biasa, Icchi sama sekali tidak terlibat dalam pembicaraan dan
jika mereka tidak menyelesaikan suasana yang tegang ini, maka tidak ada artinya
aku membawa Icchi ke sini hari ini.
“Rasanya sungguh menyenangkan bisa fokus dengan
sesuatu seperti Tanikita-san.”
Untuk mencegah pembicaraan
berakhir, aku berkata begitu.
“Tapi, kamu suka menonton siaran
game ‘kan, Ryuuto? Ijichi-kun juga hebat dalam bidang arsitektur. Aku sudah menonton
videomu, loh.”
Luna juga memberikan dukungan
yang bagus. Atau mungkin dia juga akhirnya ingat tujuan tersembunyi kita hari
ini.
“Eh, ah, iya...”
Icchi masih bertingkah gelisah.
"Kamu juga harus mencoba
melihatnya, Akari.Ijichi-kun tuh luar biasa, loh.”
“…………”
Tanikita-san menutup mulutnya
dan menatap satu titik di atas meja.
Entah bagaimana, aku punya
firasat bahwa mungkin dia sudah menonton video Icchi sejak lama.
“Ak-Aku mau mengambil minuman
dulu!”
Mungkin karena merasa canggung,
Tanikita-san berdiri dari kursinya dengan membawa cangkir.
“Ah, Akari! Aku juga ikut!”
Luna mengambil gelas kosongnya
dan dengan tergesa-gesa mengikutinya.
“……”
Tiba-tiba, hanya tersisa aku
dan Icchi saja, dan ketika aku tidak tahu harus bicara apa, Icchi tiba-tiba
mulai berbicara dengan penuh semangat.
“Oh iya, ngomong-ngomong tentang
video, aku mendapatkan komentar dari penonton yang meminta 'aku ingin melihat wajahmu'. Bagaimana pendapatmu? Bolehkah aku
menampilkan wajahku?”
“Ehh?”
Walaupun aku merasa kagum
dengan perilaku Icchi yang bisa mengatakan hal seperti itu tanpa memperhatikan
situasi saat ini, tapi aku sedikit kebingungan karena tidak bisa mengikutinya. Apa
ia bersemangat karena dipuji oleh Luna tentang keahliannya dalam bidang
arsitektur?
“Tidak, tidak, itu sih...
kupikir itu sih terserah dari keputusanmu sendiri.”
“Memang sih, tapi terus terang
saja, bagaimana menurutmu? Aku tidak sejelek itu jika aku kurus, kan? Dilihat
dari sudut pandang obyektif, gimana menurutmu?”
“Y-Ya... Ta-Tapi, bagaimana
dengan gaya berpakaianmu? Mengenakan baju rumah saat berbelanja di Shibuya....”
“Meskipun kamu bilang begitu,
kupikir hari ini kita hanya pergi makan siang bersama saja.”
“It-Itu memang benar sih,
tapi…. bagaimana kalau kita mulai membeli pakaian dengan ukuran yang baru?”
“Tapi, aku tidak tahu banyak
tentang pakaian. Aku juga tidak tahu harus membeli di mana, dan bagaimana cara
mengombinasikannya. Bahkan baju yang kupakai untuk pergi membeli baju pun tidak
ada. Kamu juga begitu, bukan? Meskipun belakangan ini kamu terlihat sedikit
keren.”
“Tidak, itu karena Luna yang...
bukan itu, Shirakawa-san yang...”
Aku menjadi cemas setelah
memanggil “Luna” di depan Icchi, dan
dirinya menghela nafas, “Haa.”
“Sudah cukup, saat cuma ada
kalian berdua, kamu memanggilnya dengan nama depan, kan? Jadi panggil juga begitu
di depanku.”
“Iy-Iya, baiklah...”
Aku dengan malu-malu
menyetujuinya.
“Aku juga tidak tahu banyak
tentang fashion, tapi akhir-akhir ini, saat Luna berbelanja... , dia juga
memilihkanku pakaian...”
Pada saat itu, Luna dan Tanikita-san
kembali setelah selesai mengambil minuman.
“Be-Benar juga! Kalau begitu,
mengapa kamu tidak meminta Tanikita-san untuk memilihkan pakaianmu, Icchi? Dia
adalah stylist masa depan, iya ‘kan? Itu bidang keahliannya, kan!”
Aku segera mengungkapkan gagasan
brilianku, dan Luna juga langsung menimpali dengan ekspresi berbinar-binar.
“Be-Bener banget, Ijichi-kun!
Jadi bagaimana menurutmu, Akari? Pakaian seperti apa yang cocok untuk
Ijichi-kun?”
“H-Hah!?”
Tanikita-san, yang masih berdiri
di samping meja dengan gelas di tangannya, merasa terkejut dengan perubahan
mendadak ini.
“Me-Mengapa aku harus memilih
sesuatu seperti itu!?”
“Karena, Akari, kamu ‘kan—”
“Apa sih yang kamu bicarakan,
Lunacchi!?”
Menyadari kalau perasaannya sudah
terungkap oleh Luna, Tanikita-san terguncang dan langsung berusaha menghalangi.
“Ak-Aku
sama sekali tidak tertarik dengan Ijichi-kun!”
Tanikita-san berteriak dengan
suara yang cukup keras sehingga orang-orang di sekitar melihat ke arah kami.
Aku, Luna, dan Icchi juga
diam-diam memperhatikannya.
“.........”
Dengan ekspresi yang
mengungkapkan kebingungan mengapa dirinya harus mendengar kata-kata seperti itu
setelah sebelumnya pernah ditolak, Icchi terdiam dan tak bisa mengeluarkan
sepatah kata pun.
Setelah melihat itu, wajah Tanikita-san
menjadi pucat seolah dia baru tersadar. Namun seketika itu juga, mukanya memerah
dan meminum habis soda melon yang dia pegang dalam satu tegukan sambil berdiri.
“Benar banget! Aku tidak
tertarik! Aku memang tidak tertarik... tapi... ! Ayo ke sini sebentar!”
Dengan tegas meletakkan gelas
kosong di atas meja, Tanikita-san meraih kerah baju Icchi dengan tangannya.
“Uwaahh!?”
Icchi pun berseru dengan kaget.
Meskipun dia sendiri yang
menarik Icchi ke dekatnya, Tanikita-san menatap Icchi dengan ekspresi percaya
diri yang maksimal dengan wajah memerah.
“Aku juga ahli dalam fashion
pria! Akari-sama yang hebat ini akan secara khusus mengkoordinasikan gayamu,
yang sama sekali tidak menarik seperti dirimu! Jadi, bersyukurlah!”
“Hiiiii...!”
Icchi gemetar tanpa bisa
mengeluarkan suara. Dalam pemandangan aneh di mana seorang pria yang tingginya
lebih dari 180 cm yang kerah bajunya digenggam oleh seorang gadis yang 30 cm lebih
pendek, sebagian ruangan menjadi riuh.
Masalah ini... Apa yang
seharusnya aku lakukan dalam situasi ini?
Ketika aku sedang kebingungan,
aku menatap Luna dan tatapan mata kami saling bertemu karena dia menatap ke arahku
secara bersamaan.
“Aha... ahaha. Kenapa malah jadi
begini, ya?”
Luna hanya bisa menunjukkan
senyum masam di wajahnya. Aku yakin kalau aku memiliki ekspresi yang serupa.
Sementara itu, Tanikita-san
menarik Icchi ke arah kasir dan kami pun bersiap-siap untuk meninggalkan toko
dengan tergesa-gesa, dan buru-buru mengikuti mereka berdua.