Keiken-zumi Jilid 5 Bab 1 Bagian 4 Bahasa Indonesia

Part 4

 

Kemudian kami menuju ke restoran keluarga terdekat dengan Luna yang membawa tas belanjaan dari LIZ LISA.

Meskipun restorannya penuh dengan pengunjung, kami mengambil minuman dari bar minuman dan mengambil napas lega. Dari meja di dekat jendela, kami bisa melihat keramaian orang-orang yang lewat di jalan Dogenzaka dari lantai tiga restoran.

“Ahh~ tadi itu benar-benar menyenangkan~!”

Tanikita-san terus bersemangat dan meminum coklat panas dengan wajah ceria.

“Tapi kalau mencoba pakaian, rasanya sulit untuk menggabungkan berbagai merek ya.”

“Ahh, kalau itu setuju banget.”

“Sudah kuduga, menjadi seorang stylist memang enak ya~. Bisa meminjam pakaian dari berbagai merek.”

Sementara Tanikita-san dan Luna sedang asyik berbincang-bincang satu sama lain, aku yang duduk di seberang mereka, mengintip Icchi yang duduk di sebelahku. Icchi yang sedang meminum cola dengan tenang tetap terlihat seperti orang yang bukan pada tempatnya.

Sampai pada titik ini, aku tidak tahu untuk apa aku membawa Icchi. Aku memutuskan untuk berbicara dengan Tanikita-san dengan ragu-ragu,karena  berpikir bahwa jika aku tidak ikut berbicara, Icchi akan kesulitan untuk ikut berinteraksi.

“Tanikita-san, apa ada yang ingin kamu lakukan selain menjadi stylist?”

“Hmm? Yah begitulah, aku punya banyak hal yang sedang kupikirkan.”

Tanikita-san menjawabku tanpa ragu-ragu.

“Aku memang selalu mengagumi menjadi seorang stylist, tapi baru-baru ini aku mulai tertarik dengan 'membuat pakaian' juga.”

“Akari, kamu jago dalam membuat pakaian, iya ‘kan? Kostum festival budaya kelas 1-D juga dibuat oleh kamu, ‘kan?”

Setelah mendengar pujian Luna, Tanikita-san tersenyum dengan sedikit bangga.

“Yah, selama aku punya pola kertas, sih. Selain itu, aku sering membuat kostum cosplay yang sederhana karena sering diminta oleh teman-teman otaku.”

“Kostum cosplay tuh, maksudnya kostum cosplay yang begitu? Kamu bisa membuatnya sendiri?”

“Eh~, aku ingin melihatnya~!”

Setelah menerima tatapan penuh kekaguman dariku dan Luna, Tanikita-san tersenyum tipis.

“Masa? Kalau begitu, nanti aku akan membawa sesuatu yang cocok untuk Lunacchi, jadi tolong dipakai, ya~?”

“Serius!? Wah, aku mungkin akan menantikannya~!”

Tanikita-san mengernyitkan sedikit alisnya ketika Luna terlihat bersemangat di sampingnya.

“Namun, saat aku berpikir 'ingin menjadi orang yang membuat pakaian sendiri', bukan berarti aku ingin menjadi seseorang yang secara harfiah membuat pakaian. Lebih ke arah menjadi seseorang yang secara luas 'membuat pakaian', misalnya seperti menjadi desainer atau direktur mode mungkin.”

“Ehhh...?”

Ketika aku dan Luna mendengarkan dengan seksama, Tanikita-san mulai berbicara dengan serius.

“Aku ingin mengurangi orang-orang yang mengalami kesedihan karena mencintai pakaian yang mereka lihat di toko tapi tidak cocok dengan tubuh mereka sendiri.”

Ucap dirinya dengan tatapan mata yang dipenuhi kesungguhan yang luar biasa.

“Kebanyakan pakaian untuk perempuan biasanya hanya tersedia dalam dua ukuran, yaitu S dan M. Ada juga beberapa merek yang hanya menawarkan satu ukuran saja. Jadi, bagi orang-orang seperti aku yang memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil atau orang yang berukuran lebih besar, sulit untuk membeli pakaian yang modis.”

“Jika dipikir-pikir, memang benar, sih~. Mengapa mereka tidak membuat lebih banyak ukuran yang beragam, ya?”

“Tapi, menambah variasi ukuran berarti biaya yang dikeluarkan akan jauh lebih tinggi. Jika perusahaan sebesar Uniqlo, mereka dapat mengharapkan penjualan yang cukup baik bahkan untuk ukuran minoritas, sehingga mereka dapat menyediakan banyak ukuran. Tapi untuk merek pakaian biasa, itu mungkin sulit dilakukan.”

“Jadi begitu rupanya...”

Entah mengapa, Tanikita-san tiba-tiba terlihat lebih pintar. Ketika aku mengaguminya, dia menurunkan pandangannya.

“Aku adalah gadis yang paling kecil di kelas. Jika di dalam kelas ada dua puluh anak perempuan, aku merupakan orang minoritas satu dari dua puluh. Jumlah penjualan yang bisa ditargetkan untuk orang seperti itu sangat terbatas, jadi dari segi komersial, orang semacam diriku pasti akan diabaikan. Jika mereka membuat ukuran berdasarkan rata-rata tinggi badan, bisa mencakup sepuluh dari dua puluh...sekitar setengah orang memiliki potensi untuk membeli.”

Tanikita-san bergumam dengan ekspresi yang mencerminkan penderitaannya selama bertahun-tahun.

“Bahkan ukuran S pun masih terlalu besar untukku. Saat ini aku sedang mengikuti tren K-Pop secara pribadi, jadi aku hanya memakai celana pendek dan rok mini terus-menerus, tapi arus utama tren di Jepang selama sepuluh tahun terakhir ini selalu berupa ukuran yang besar dan panjang, jadi itu sulit bagiku. Aku selalu merasa kesal di bilik pakaian, seperti 'Jika rok ini lebih pendek tiga sentimeter, aku tidak akan terus menggesekkan rok ini' dan sebagainya. Tidak semua pakaian dapat aku ubah desainnya sendiri.”

“Jadi begitu ya……”

Bagi Luna, sepertinya ini baru pertama kalianya dia mendengar cerita Tanikita-san.

“...ta-tapi…”

Entah bagaimana, suasananya jadi sedikit berubah, tetapi aku mati-matian mencoba menggali topik supaya Icchi bisa ikut ke dalam percakapan.

“Jika Tanikita-san menjadi seorang desainer, bukannya kamu juga akan membuat pakaian untuk orang-orang dengan tinggi rata-rata untuk kepentingan bisnis…?”

Usai mendengar pertanyaanku, Tanikita-san mengangkat kepalanya dan membuka mulutnya dengan ekspresi cerah.

“Memang. Itu sebabnya aku ingin meluncurkan merek yang didedikasikan untuk orang kecil.”

“Bukannya itu bagus~! Sepertinya ada permintaan untuk itu.”

Tanikita-san mengangguk kepada Luna yang bertepuk tangan dengan gembira.

“Ya, sudah ada merek ukuran P, tapi dibandingkan dengan pasar pakaian secara keseluruhan, jumlahnya sedikit, jadi sulit untuk menemukan selera dan desain yang aku inginkan. Itulah sebabnya aku berpikir jika aku membuatnya sendiri, itu akan memecahkan masalah tersebut.”

Setelah mengatakan hal itu dengan penuh semangat, Tanikita-san sedikit menundukkan kepalanya.

“Meskipun aku suka berpakaian modis, tapi satu-satunya manekin yang dapat aku ganti pakaian dengan bebas adalah diriku sendiri dalam ukuran P. Jadi, aku berpikir jika menjadi seorang stylist, aku bisa mengatur pakaian dengan gaya yang bagus dan indah untuk orang-orang yang mempesona dan menghadirkan koordinasi yang indah sebanyak yang aku inginkan. Jika menjadi seorang desainer, aku bisa menciptakan lebih banyak pakaian yang sesuai dengan diriku, dan kupikir itu bukan pilihan yang buruk.”

“Begitu ya…”

“Begitu juga enggak apa-apa kali, keren! Aku akan mendukung Akari apa pun yang terjadi!”

Ketika Luna berkata dengan penuh semangat, Tanikita-san juga terbawa suasana dan pandangannya menjadi penuh impian.

“Kalau aku jadi desainer, aku ingin mencoba membuat tas juga~! Tas tuh benar-benar keren. Terlepas dari bentuk tubuh seseorang, tas adalah salah satu item fashion yang sedikit dan dapat langsung mengungkapkan estetika desainer saat dipakai.”

“Be-Benarkah?”

Aku tidak mengerti apa yang dia bicarakan, Tanikita-san mengabaikanku begitu saja.

“Walaupun desain pakaiannya sangat bagus, jika bentuk tubuh orang yang mengenakannya tidak sesuai dengan pola pakaiannya, siluetnya akan rusak dan tidak akan terlihat bagus, bukan?”

“Benar juga, sih.”

Aku sering mendengar orang mengatakan bahwa pakaian tersebut terlihat keren ketika model dan manekin mengenakannya, tetapi ketika mereka sendiri yang mencobanya, pakaian itu terlihat tidak cocok sama sekali.

“Di sinilah tas memiliki keunggulan. Karena itu tidak tergantung pada bentuk tubuh, kita bisa mengadopsi siluet yang sempurna yang dirancang oleh desainer dan menjadikannya milik kita sepenuhnya. Bagi pecinta fashion, itu adalah hal yang luar biasa, bukan?”

Aku melihat Tanikita-san berbicara dengan cepat ketika mengungkapkan pendapatnya tentang apa yang dia sukai, baik sebagai gadis ekstrovert maupun gyaru.

“Ngomong-ngomong  masalah tas, pasti tidak ketinggalan dengan tas merek ternama, bukan? Seperti Hermès dan Chanel yang dianggap sebagai ikon. Louis Vuitton dengan desain Onthego-nya yang luar biasa. Tapi kalau aku boleh memilih sendiri, aku lebih suka merek Dior atau Celine. Setelah lulus, aku ingin mengumpulkan uang dari pekerjaan paruh waktu dan tujuannya adalah membeli dompet Dior.”

Kalau dipikir-pikir, pikirku.

Sebelumnya, Tanikita-san pernah meragukan Luna yang melakukan “Papa-katsu” saat melihat tas merek yang Luna terima dari neneknya. Namun, dari kesadaran Tanikita-san terhadap merek tas yang orang lain miliki, aku menyadari bahwa dia memiliki minat yang luar biasa terhadap tas.

“Ngomong-ngomong tentang Dior, Lunacchi belakangan ini kamu tidak lagi membawa Dior, ‘kan? Tapi hari ini kamu masih membawa Gucci.”

“Oh, mengenai itu...”

Setelah diberitahu begitu oleh Tanikita-san, Luna angkat bicara.

“Aku memberikannya kepada Maria. Karena aku merasa gaya pakaian Maria lebih cocok dengan tas itu daripada pakaianku sendiri,” ujarnya sambil mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan layarnya kepada Tanikita-san.

“Lihat? Bukannya ini lucu?”

“Wah, seriusan!? Lunacchi, kamu terllau murah hati banget! Produk yang serupa itu dijual dengan harga lebih dari tiga ratus ribu yen, lho!”

Luna tersenyum getir sambil merapikan rambutnya ketika melihat Tanikita-san yang terkejut.

"Ya, begitulah. Sepertinya nenekku membelinya dalam perjalanan ke luar negeri 20 tahun yang lalu. Meskipun waktu itu harganya sekitar seratus ribu yen karena bebas pajak, tapi baru-baru ini saat dia membawanya ke pegadaian, mereka bilang 'desainnya sudah dihentikan produksinya dan kondisinya juga tidak bagus, jadi kami akan membelinya dengan harga lima ribu yen saja'. Nenekku merasa kecewa dan akhirnya memberikannya padaku.”

“Wah!? Orang-orang di pegadaian itu kurang paham banget! Padahal ada penggemar vintages yang suka dengan desain lama! Coba kalau kamu jual di Mercari!? Mungkin bisa laku dengan harga setidaknya sebanding dengan harga beli!”

“Aku tidak mau menjualnya kali, karena aku masih menggunakannya.”

“Oh, begitu ya.”

Sambil mendengarkan percakapan mereka berdua, aku melihat layar ponsel Luna yang diletakkan di atas meja.

Di sana, terdapat gambar Luna dan Kurose-san yang saling berdekatan dalam pakaian santai. Kemungkinan itu adalah foto swafoto mereka, dengan Luna yang tersenyum kecil dan Kurose-san yang tersenyum sambil menyentuh lengan Luna dengan begitu dekat, mereka terlihat seperti sahabat yang sangat akrab di mata siapa pun.

Meskipun baru sebulan sejak mereka berbaikan di Hari Valentine, mereka berdua sudah mulai kembali menjadi seperti saudari kembar. Saat berpikir tentang itu, hatiku menjadi hangat.

“Jadi, apa akhirnya kamu akan menjadi desainer, Akari? Atau akan menjadi stylist? Hari ini kamu datang untuk memutuskan itu, kan?”

Ketika aku mengangkat wajahku setelah mendengar suara Luna, Tanikita-san menatap keluar jendela dengan wajah yang penuh kekhawatiran.

“Hmm...”

Pada saat-saat seperti ini, ketika jam-jam istirahat di kafe selama hari libur, langkah orang-orang yang berjalan di Shibuya terasa lebih santai.

“Mungkin aku akan memikirkannya lebih lanjut sebelum memutuskan. Baik menjadi seorang stylist maupun mendirikan merek sendiri, keduanya bisa menjadi pilihan yang tepat... Ada orang yang sukses sebagai stylist dan kemudian mendirikan mereknya sendiri. Untuk sementara, mungkin aku akan mengajukan pilihan pertama ke Sekolah Tinggi Fashion Stylist dan pilihan kedua ke Sekolah Tinggi Desainer Fashion.”

“Begitu ya, kurasa itu keputusan yang bagus.”

Wajah Luna menjadi cerah dengan keputusan temannya.

Kemudian, wajah Tanikita-san tiba-tiba berubah serius.

“...Tapi ada satu hal yang aku yakini hari ini.”

Dengan bergantian menatap ke arahku dan Luna yang sedang mengamatinya, Tanikita-san tersenyum.

“Aku benar-benar menyukai fashion. Aku ingin menjadikannya pekerjaan dan hidup dengan itu.”

Matanya terbakar dengan tekad yang tulus, dan suaranya gemetar dengan kekuatan emosional.

“Terima kasih sudah mau menemaniku, Lunacchi. Kashima-kun... Ijichi-kun.”

Tanikita-san melihat satu per satu dari kami dan mengucapkan kata-kata tersebut. Di akhir, dia menundukkan kepalanya saat melihat Icchi, pipinya terlihat merah merona.

“…………”

Icchi tidak bisa melihat Tanikita-san, jadi dirinya meringkukkan tubuh besarnya dan gelisah.

Sungguh duet yang membuatku frustrasi. Seperti biasa, Icchi sama sekali tidak terlibat dalam pembicaraan dan jika mereka tidak menyelesaikan suasana yang tegang ini, maka tidak ada artinya aku membawa Icchi ke sini hari ini.

 “Rasanya sungguh menyenangkan bisa fokus dengan sesuatu seperti Tanikita-san.”

Untuk mencegah pembicaraan berakhir, aku berkata begitu.

“Tapi, kamu suka menonton siaran game ‘kan, Ryuuto? Ijichi-kun juga hebat dalam bidang arsitektur. Aku sudah menonton videomu, loh.”

Luna juga memberikan dukungan yang bagus. Atau mungkin dia juga akhirnya ingat tujuan tersembunyi kita hari ini.

“Eh, ah, iya...”

Icchi masih bertingkah gelisah.

"Kamu juga harus mencoba melihatnya, Akari.Ijichi-kun tuh luar biasa, loh.”

“…………”

Tanikita-san menutup mulutnya dan menatap satu titik di atas meja.

Entah bagaimana, aku punya firasat bahwa mungkin dia sudah menonton video Icchi sejak lama.

“Ak-Aku mau mengambil minuman dulu!”

Mungkin karena merasa canggung, Tanikita-san berdiri dari kursinya dengan membawa cangkir.

“Ah, Akari! Aku juga ikut!”

Luna mengambil gelas kosongnya dan dengan tergesa-gesa mengikutinya.

“……”

Tiba-tiba, hanya tersisa aku dan Icchi saja, dan ketika aku tidak tahu harus bicara apa, Icchi tiba-tiba mulai berbicara dengan penuh semangat.

“Oh iya, ngomong-ngomong tentang video, aku mendapatkan komentar dari penonton yang meminta 'aku ingin melihat wajahmu'. Bagaimana pendapatmu? Bolehkah aku menampilkan wajahku?”

“Ehh?”

Walaupun aku merasa kagum dengan perilaku Icchi yang bisa mengatakan hal seperti itu tanpa memperhatikan situasi saat ini, tapi aku sedikit kebingungan karena tidak bisa mengikutinya. Apa ia bersemangat karena dipuji oleh Luna tentang keahliannya dalam bidang arsitektur?

“Tidak, tidak, itu sih... kupikir itu sih terserah dari keputusanmu sendiri.”

“Memang sih, tapi terus terang saja, bagaimana menurutmu? Aku tidak sejelek itu jika aku kurus, kan? Dilihat dari sudut pandang obyektif, gimana menurutmu?”

“Y-Ya... Ta-Tapi, bagaimana dengan gaya berpakaianmu? Mengenakan baju rumah saat berbelanja di Shibuya....”

“Meskipun kamu bilang begitu, kupikir hari ini kita hanya pergi makan siang bersama saja.”

“It-Itu memang benar sih, tapi…. bagaimana kalau kita mulai membeli pakaian dengan ukuran yang baru?”

“Tapi, aku tidak tahu banyak tentang pakaian. Aku juga tidak tahu harus membeli di mana, dan bagaimana cara mengombinasikannya. Bahkan baju yang kupakai untuk pergi membeli baju pun tidak ada. Kamu juga begitu, bukan? Meskipun belakangan ini kamu terlihat sedikit keren.”

“Tidak, itu karena Luna yang... bukan itu, Shirakawa-san yang...”

Aku menjadi cemas setelah memanggil “Luna” di depan Icchi, dan dirinya menghela nafas, “Haa.”

“Sudah cukup, saat cuma ada kalian berdua, kamu memanggilnya dengan nama depan, kan? Jadi panggil juga begitu di depanku.”

“Iy-Iya, baiklah...”

Aku dengan malu-malu menyetujuinya.

“Aku juga tidak tahu banyak tentang fashion, tapi akhir-akhir ini, saat Luna berbelanja... , dia juga memilihkanku pakaian...”

Pada saat itu, Luna dan Tanikita-san kembali setelah selesai mengambil minuman.

“Be-Benar juga! Kalau begitu, mengapa kamu tidak meminta Tanikita-san untuk memilihkan pakaianmu, Icchi? Dia adalah stylist masa depan, iya ‘kan? Itu bidang keahliannya, kan!”

Aku segera mengungkapkan gagasan brilianku, dan Luna juga langsung menimpali dengan ekspresi berbinar-binar.

“Be-Bener banget, Ijichi-kun! Jadi bagaimana menurutmu, Akari? Pakaian seperti apa yang cocok untuk Ijichi-kun?”

“H-Hah!?”

Tanikita-san, yang masih berdiri di samping meja dengan gelas di tangannya, merasa terkejut dengan perubahan mendadak ini.

“Me-Mengapa aku harus memilih sesuatu seperti itu!?”

“Karena, Akari, kamu ‘kan—”

“Apa sih yang kamu bicarakan, Lunacchi!?”

Menyadari kalau perasaannya sudah terungkap oleh Luna, Tanikita-san terguncang dan langsung berusaha menghalangi.

 

“Ak-Aku sama sekali tidak tertarik dengan Ijichi-kun!”

 

Tanikita-san berteriak dengan suara yang cukup keras sehingga orang-orang di sekitar melihat ke arah kami.

Aku, Luna, dan Icchi juga diam-diam memperhatikannya.

“.........”

Dengan ekspresi yang mengungkapkan kebingungan mengapa dirinya harus mendengar kata-kata seperti itu setelah sebelumnya pernah ditolak, Icchi terdiam dan tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.

Setelah melihat itu, wajah Tanikita-san menjadi pucat seolah dia baru tersadar. Namun seketika itu juga, mukanya memerah dan meminum habis soda melon yang dia pegang dalam satu tegukan sambil berdiri.

“Benar banget! Aku tidak tertarik! Aku memang tidak tertarik... tapi... ! Ayo ke sini sebentar!”

Dengan tegas meletakkan gelas kosong di atas meja, Tanikita-san meraih kerah baju Icchi dengan tangannya.

“Uwaahh!?”

Icchi pun berseru dengan kaget.

Meskipun dia sendiri yang menarik Icchi ke dekatnya, Tanikita-san menatap Icchi dengan ekspresi percaya diri yang maksimal dengan wajah memerah.

“Aku juga ahli dalam fashion pria! Akari-sama yang hebat ini akan secara khusus mengkoordinasikan gayamu, yang sama sekali tidak menarik seperti dirimu! Jadi, bersyukurlah!”

“Hiiiii...!”

Icchi gemetar tanpa bisa mengeluarkan suara. Dalam pemandangan aneh di mana seorang pria yang tingginya lebih dari 180 cm yang kerah bajunya digenggam oleh seorang gadis yang 30 cm lebih pendek, sebagian ruangan menjadi riuh.

Masalah ini... Apa yang seharusnya aku lakukan dalam situasi ini?

Ketika aku sedang kebingungan, aku menatap Luna dan tatapan mata kami saling bertemu karena dia menatap ke arahku secara bersamaan.

“Aha... ahaha. Kenapa malah jadi begini, ya?”

Luna hanya bisa menunjukkan senyum masam di wajahnya. Aku yakin kalau aku memiliki ekspresi yang serupa.

Sementara itu, Tanikita-san menarik Icchi ke arah kasir dan kami pun bersiap-siap untuk meninggalkan toko dengan tergesa-gesa, dan buru-buru mengikuti mereka berdua. 

 

 

Sebelumnya  |      |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama