Chapter 3.5 — Gosip Percintaan Di Kamar Gadis-Gadis
“Ah~~ Senpai benar-benar yang
terbaik! Aku mendengar bahwa ia khawatir
saat mengetahui kalau aku pergi, jadi ia repot-repot datang sampai ke Kyoto!
Meskipun aku mendapat teguran dari guru, aku bisa menahannya karena bisa
bertemu dengan Senpai!”
Malam itu, di kamar para gadis
setelah lampu padam, terdapat sosok Nikoru yang menggeliat kegirangan sambil
memeluk futonnya.
“Ah~~ aku ingin kita bisa
bersama lebih lama~~!”
“Tapi besok kalian bisa bersama
lagi, ‘kan? Untung saja Sekiya-san juga menginap di Kyoto.”
Luna yang sedang tiduran di
futon sebelahnya, menatap sahabatnya sambil tersenyum dan berkata begitu.
“Tapi aku akan merasa kesepian
sampai besok~~”
Melihat Nikoru dalam keadaan
seperti itu, Akari yang berada di futonnya sendiri, mengangkat kepalanya.
“Nikorun juga pada akhirnya
bermesra-mesraan! Ah~~bikin iri banget~ aku juga pengen punya pacar!”
“Eh, tumben banget.”
“Akari sampai mengatakan hal
seperti itu.”
“Kalau gitu, gimana jika kita
membicarakan kisah percintaan malam ini?”
Meladeni perkataan Nikoru,
empat gadis di ruangan itu, yang telah menyusun futon mereka saling berhadapan
dalam formasi 2x2, berkumpul dengan berbaring menghadap ke bawah di futon dan
mendekatkan wajah mereka satu sama lain.
“Habisnya~ kalian tahu sendiri ‘kan.
Cuma aku yang nggak punya pacar. Sejujurnya, aku iri saat melihat kalian semua
bermesra-mesraan dengan pacar kalian.”
“Aku juga enggak punya pacar.”
Di sebelah Akari, Maria dengan
ragu-ragu mengungkapkan dirinya.
“Kalau Marimero sih, jika kamu ingin
memiliki pacar, kamu bisa segera mendapatkannya besok, kan! Mungkin karena kamu
memiliki standar yang terlalu tinggi? Kamu berpikir bahwa kamu hanya akan
berkencan dengan pria yang sempurna, dengan penampilan dan kepribadian yang
baik serta tinggi seperti pahlawan super?”
“Itu sama sekali tidak benar, kok.”
Ucap Maria sambil tersenyum
lembut.
“Orang yang dulu aku sukai...
hanyalah cowok biasa,” ucapnya dengan senyum yang penuh kenangan.
“Tapi orang itu, ia sudah punya
pacar.” tambahnya.
Wajah Luna menjadi murung,
tetapi Akari yang tidak menyadarinya berseru kaget, “Eh!”
“Kalau Marimero, kamu bisa
merebutnya dengan cara biasa, kan? Kebanyakan cowok suka sama cewek seperti Marimero.”
Maria lalu tersenyum dan
menggelengkan kepalanya.
“Tidak. Aku ditolak oleh orang
itu. Karena dia menganggap pacarnya itu penting.”
“Eh, seriusan?”
“Tapi, setelah semuanya
berakhir, aku akhirnya sadar. Sebenarnya, yang membuatku jatuh cinta padanya
adalah sikapnya yang peduli terhadap pacarnya,”
Maria berbicara perlahan-lahan
sambil dipandang dengan wajah penuh kesedihan oleh Luna.
“Aku merasa iri pada pacarnya.
Aku juga ingin dicintai seperti ini oleh seorang anak laki-laki yang hanya mencintaiku,
mengagumi cinta yang ia berikan kepadanya... Tanpa sadar, aku semakin jatuh
cinta. Tapi, itu bukanlah cinta yang sehat, kan?”
Maria tersenyum saat mengatakan
itu, tanpa ada tanda-tanda wajah sok tegar.
“Oleh karena itu, kali ini, aku
ingin menjalani... sebuah cinta sejati, hanya antara aku dan calon pacarku
nanti.”
Luna tersenyum ketika mendengar
kata-kata itu.
“Cinta sejati tuh... sebenarnya
apaan ya?”
Nikoru berbisik seperti
tenggelam dalam pemikirannya.
“Nikorun, kalau kamu sih bagaimana
kamu bisa jatuh cinta pada Senpai?”
"Hm? Saat aku bergabung
dengan klub tenis meja, sejak kali pertama aku memberi salam kepada para
senpai, aku merasa ia cukup menarik. Ketika kami berbicara, aku merasa kalau
Senpai lumayan menyenangkan dan kami saling cocok, dan perasaanku semakin tumbuh.”
“Hee~, menakjubkan! Bukannya
itu yang dinamakan pasangan yang ditakdirkan!?”
“Kuharap bisa begitu.”
“Eh~~enak banget ya~~ !”
Akari berseru dengan penuh rasa
iri.
“Ah ~~ Kira-kira orang yang
ditakdirkan untukku ada di mana ya~!?”
“Bukannya itu Ijichi-kun?”
Setelah mendengar perkataan Luna,
Akari mengubah ekspresi wajahnya.
“Di-Dibilangin itu mustahil~~!
Aku tidak pernah bisa mengakui perasaanku kepadanya, dan hanya dengan
melihatnya saja sudah membutku merasa puas! Kekaguman dan cinta adalah dua hal
yang berbeda, tau.”
"Saat kamu mengatakan itu,
ada kemungkinan kalau Ijichi-kun akan berpacaran dengan gadis lain, tau?”
“Tidak mungkin~~ Itu juga tidak
mungkin! Aku tidak tahan melihatnya menjadi milik gadis lain!”
“Kalau begitu kamu tidak punya
pilihan selain berpacaran dengannya, ‘kan? Kalau dilihat-lihat, cowok itu tidak
terlihat buruk dan tinggi pula. Mungkin karena terlihat seperti otaku,
gadis-gadis tidak akan mendekatinya untuk sementara waktu, tapi suatu saat
nanti dia akan direbut oleh gadis lain.”
“Apa-apaan itu, mustahil
banget~! Aku rasanya pengen mati hanya dengan memikirkannya saja~!”
“Kalau gitu, cepet pacaran saja
sana.”
“Mustahil~~! Mungkin bukan aku
yang menjadi pasangan yang ditakdirkan untuk Ijichi-kun~~”
Akari menyembunyikan wajahnya
di bantal dan mendepak-depakkan kakinya di atas selimut.
“...Tapi sebenarnya, memangnya 'pasangan yang ditakdirkan' itu sudah
ditentukan sejak awal?”
Pada saat itu, Luna berkata.
“Awalnya, meski hanya merasa 'sedikit tertarik', jika kita memutuskan
satu sama lain sebagai 'orang ini',
dan bersama-sama menjaga perasaan kita dengan baik... Meskipun awalnya ada
kesalahpahaman atau kesulitan, suatu saat nanti... Rasanya itu akan menjadi
cinta yang sejati. Kita akan saling mendekatkan diri dan saling tumbuh menjadi 'pasangan takdir' satu sama lain.”
Melihat senyuman malu-malu dan bahagia
Luna, Nikoru dan yang lainnya saling bertukar pandang.
“...Apa maksudnya itu, enggak
masalah kalau kalian membual hubungan kalian, gitu?”
“Inilah sebabnya aku eneg sama gadis
yang punya pacar~~!”
“Sshhhh, Akari-chan, sejak tadi
suaramu terlalu keras, tau. Guru akan datang, lho?"
Mendengar kata-kata Maria,
Akari tiba-tiba menutup mulutnya seolah baru sadar.
Namun, setelah memastikan bahwa
tidak ada yang datang, wajahnya menjadi tenang. Obrolan di dalam kamar para
gadis sepertinya tidak akan berhenti untuk sementara waktu.