Otonari no Tenshi-sama Jilid 6 SS 1 Bahasa Indonesia

Kisah Pendek — Spesial Animate

 

Pada suatu hari, sekitar pertengahan liburan musim panas mereka, ponsel Amane berdering di mejanya. Mahiru secara refleks melirik layar ponselnya, dan itu menampilkan nama Itsuki.

“Amane-kun, ada telepon dari Akazawa-san.”

“Hah? Dari Itsuki? Maaf, aku tidak bisa mengangkatnya sekarang. Jika kamu tidak keberatan, bisakah kamu menjawabnya untukku?”

Amane sedang membersihkan kamar mandi, dan Mahiru datang untuk memberitahunya tentang panggilan telepon itu. Amane hanya mengizinkannya untuk menjawabnya atas namanya. Kaki Amane berlumuran air dan busa, tangannya juga ditutupi oleh sarung tangan plastik, dan sepertinya ia tidak akan bisa meninggalkan kamar mandi dalam waktu singkat. Mahiru mengangguk patuh, kembali ke ruang tamu, dan menekan tombol jawab di telepon.

"Halo? Halo, Di sini Shi… ah, maksudnya ponsel Fujimiya.”

Mahiru hampir secara refleks memberikan namanya sendiri. Setelah memberikan nama belakang Amane, orang di ujung telepon terdengar bingung sesaat.

“Hah? Shiina-san? Bukannya Amane ada di sana sekarang?”

“Ya, ia tidak bisa menjawab teleponnya sekarang. Jika kamu tidak keberatan, aku bisa menyampaikan apa yang ingin kamu sampaikan kepadanya.”

“Jadi begitu ya. Maaf sudah mengganggumu seperti ini ketika kamu sedang sibuk. Terakhir kali aku pergi ke rumah Amane untuk belajar, aku lupa membawa kembali beberapa catatan. Aku akan mampir ke sana, jadi bisakah aku mengambilnya?”

“Ya. Kami sedang berasa di rumah sekarang, aku akan segera bertanya pada Amane-kun…” Tapi sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, bel pintu berbunyi, “… Tidak jadi, aku akan membuka pintunya.”

“Aku benar-benar minta maaf.”

Tampaknya Itsuki menelepon ketika berada di pintu masuk gedung apartemen mereka. Mahiru mengira Amane tidak akan menolak, jadi dia menutup telepon dan membuka kunci pintu masuk secara elektronik. Mahiru lalu berjalan menuju kamar mandi, dan Amane mengintip dari balik pintu kamar mandi.

“Apa? Apa Itsuki datang ke sini sekarang?”

“Ia datang untuk mengambil buku catatannya.”

“Ah, dari terakhir kali ia mampir ke sini. Aku meninggalkannya di laci kanan atas lemari TV ruang tamu, jadi tolong berikan padanya. Kupikir aku masih membutuhkan lebih banyak waktu di sini.”

“Baiklah aku mengerti.”

Amane tampaknya cukup terbiasa menghadapi situasi seperti itu dan tidak keberatan dengan kunjungan Itsuki. Mahiru berpikir bahwa mereka adalah teman yang cukup dekat, dan mau tidak mau tersenyum. Saat bel pintu berbunyi, dia menemukan catatan yang diinginkan Itsuki, tepat di tempat Amane memberitahunya.

“Maaf ya, Shiina-san, karena sudah mengganggu waktu kalian berdua bersama seperti ini.”

Ketika Mahiru membuka pintu, Itsuki sudah berdiri di luar sambil tersenyum agak bermasalah di wajahnya, dan tangannya terkatup.

“Tidak juga. Ini bukan catatanmu.”

“Aku sangat menghargainya. Terima kasih telah berusaha keras untuk memberikannya kepadaku.”

Mendengar suara Itsuki, Amane berteriak dari kamar mandi. “Itsuki! Jika kamu mau mampir, setidaknya kasih tahu dulu, kek!”

“Kamu pikir kamu punya hak untuk berbicara tentangku? Pemilik rumah macam apa yang tidak pergi dan menyapa tamunya?”

“Aku sedang membersihkan kamar mandi, tau.”

“Oh, kalau begitu, kurasa aku tidak sopan. Maaf karena datang tanpa pemberitahuan dulu. Aku merasa tidak enak karena mengganggu kalian berdua, jadi aku akan pergi sekarang.”

Meskipun mereka tidak berada di ruangan yang sama, Itsuki tersenyum bahagia dan bersenda gurau dengan Amane seolah-olah ia berada tepat di depannya. Mahiru, di antara mereka, tidak bisa menahan tawa bersama mereka.

“Ah, Shiina-san.” Itsuki lalu memanggil Mahiru dengan suara rendah.

Merasa penasaran dengan niatnya, Mahiru membungkuk dan sedikit memiringkan kepalanya dengan bingung. Itsuki tersenyum licik padanya, dan berkata.

 “Mudah-mudahan kamu bisa segera mulai memberikan nama belakangnya kepada orang-orang , sama seperti yang baru saja kamu lakukan tadi.”

Memahami apa yang dikatakan Itsuki, wajah Mahiru langsung memerah. Melihat reaksinya, Itsuki merasa puas, dan tersenyum lebih lebar saat dia berkata, “Kalau begitu aku pergi, sampai jumpa lagi,” dan dengan cepat pergi. Mahiru tetap membeku di tempat untuk sementara waktu.

Sementara itu, Amane sudah selesai membersihkan dan keluar dari kamar mandi, dan ia memandang Mahiru dengan ekspresi keheranan.

“…Mahiru, apa ada yang salah?”

“Bu-Bukan apa-apa!”

Aku tidak bisa membiarkan Amane-kun tahu tentang ini, pikir Mahiru dan menutup mulutnya rapat-rapat. Mahiru hanya bisa memalingkan wajahnya dari tatapan penasaran Amane.

 

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama