Otonari no Tenshi-sama Jilid 7 SS 3 Bahasa Indonesia

Spesial Melonbooks — Melakukan Pengukuran: Di Balik Layar

 

“Jadi, bagaimana aslinya Fujimiya-kun?”

Mahiru baru saja selesai mengukur kostum kafe sebagai bagian dari persiapan festival budaya, dan teman sekelasnya mulai menanyainya, membuatnya merasa tercengang. Gadis-gadis itu mendekatkan kepala mereka ke arah Mahiru, yang hanya bisa menjawab dengan, “Apa maksudmu, 'bagaimana?'” tanpa memahami maksud dari pertanyaannya.

“Yah, aku hanya melihat Fujimiya-kun menghabiskan waktu bersama kita dengan diam, jadi aku tertarik dengan bagaimana Fujimiya-kun ketika berada di depanmu.”

Gadis-gadis lain ikut mengangguk seolah-olah mereka ingin tahu tentang hal yang sama persis, jadi dia mungkin bertanya sebagai perwakilan tentang apa yang ingin mereka dengar.

“A-Aku tidak tahu, tapi… umm, dia sangat baik dan selalu menjagaku.”

Agak sulit menggambarkan kepribadian Amane dengan begitu sederhana. Jika Mahiru harus mengatakannya dengan kata-kata, maka Amane adalah orang yang sopan dan benar-benar baik, tetapi dia berpikir kalau itu bukanlah jawaban yang mereka cari.

“Baik? Hanya itu saja?”

“Bu-Bukan itu yang kumaksud… Umm, jika aku dalam masalah, ia akan segera menyadarinya. Ia sangat perhatian sehingga ia langsung menyadari ketika aku mencoba menyembunyikan sesuatu yang ingin kusimpan untuk diriku sendiri, dan dia menghormatinya.”

“Tapi ia juga terkadang sangat tidak peka. Ia sangat seimbang.”

“Chi-Chitose-san. T-Tapi sekarang, ia menunjukkannya dengan baik melalui kata-kata dan tindakannya.”

Dia akan berjuang untuk memberi label kelebihan Amane ketika ditanya begitu tiba-tiba, tetapi dia yakin salah satunya adalah kecenderungannya untuk memahami bahwa dia dan kekasihnya adalah makhluk yang terpisah dengan kehidupan mereka sendiri, di atas perhatian dan rasa hormat yang diberikan. Amane tidak pernah lupa untuk membuatnya merasa dihargai dan dicintai. Jika ada perbedaan pendapat, mereka akan membicarakannya, menghormati keinginan masing-masing, dan saling membimbing ke arah yang benar tanpa mengesampingkan pemikiran mereka. Meskipun mereka adalah sepasang kekasih, mereka tidak memperlakukan satu sama lain dengan enteng, dan juga tidak memaksakan pendapat mereka pada pihak lain. Alih-alih mencoba mengendalikan satu sama lain, mereka memahami dan menghormati kekasih mereka. Itu mungkin hal yang jelas untuk dilakukan, tapi kelebihan Amane adalah ia selalu melakukan hal-hal seperti itu sebagai hal yang biasa.

Pada akhirnya, Amane adalah orang yang mencintai Mahiru apa adanya dan menyayanginya secara keseluruhan. Selain itu, ia akan selalu melakukan yang terbaik untuk menyampaikannya dengan kata-kata dan sikapnya. Amane melakukan ini secara menyeluruh agar tidak membuatnya merasa tidak nyaman. Gadis-gadis di sekitarnya mulai bergumam sedikit pada jawaban Mahiru, tapi sejauh yang dia ketahui, Mahiru hanya menjawab apa yang disukainya tentang kekasihnya.

“…..Ermm, kupikir itu kebiasaan buruk untuk menghormati seseorang sampai dia berhenti memprioritaskan dirinya sendiri.”

Orang-orang di sekitarnya mulai setuju dengan komentar terakhir, menambahkan, “Aku juga sependapat,” dan sebagai seorang gadis, Mahiru tidak yakin bagaimana harus bereaksi, Amane sebenarnya adalah tipe yang sangat berhati-hati dan pemalu. Hal itu memang tidak dapat disangkal.

Sesekali, tangan Amane akan bergetar seolah-olah menahan sentuhannya, atau matanya akan menjadi panas dan penuh nafsu, tapi ia tidak akan pernah melangkah melampaui batas. Sedangnkan bagi Mahiru, dia merasa lega, tetapi juga sedikit tidak puas.

“Yah, Lagipula, Amane adalah tipe pria yang mundur begitu Mahirun tampak ragu-ragu sejenak.”

“Tapi menurutku lucu melihatnya begitu sangat pemalu.”

“Di sisi lain, fakta bahwa Fujimiya-kun tidak melakukan apa pun pada Shiina-san itu sendiri luar biasa, bukan? Memiliki gadis yang begitu menarik di sisinya dan bahkan tidak menyentuhnya adalah prestasi yang cukup mengesankan.”

“Jangan bilang punyanya tidak bisa berdiri?”

“I-Itu tidak benar, oke? Erm, saat kita saling menempel, a-aku bisa merasakannya…”

“Heeh~”

“Chitose-san, tolong jangan menyeringai seperti itu!”

“Tidak, tidak, bagaimana aku mengatakannya, ya? Ini agak menghangatkan hati.

“Iya, ‘kan~!?”

“Bahkan yang lainnya juga…”

Mahiru tiba-tiba merasa seperti dia sudah mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak boleh dia katakan, jadi dia merasa sedikit kasihan pada Amane, yang pasti akan menjadi sasaran tatapan gadis itu di kelas sesudahnya. Itu salahnya sendiri karena keceplosan, jadi yang bisa Mahiru lakukan hanyalah meminta maaf padanya di dalam hatinya.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama