Chapter 2 — Aku Tidak Membutuhkan Bocoran Pertanda Semacam Ini
“Baiklah, kalau begitu,
meskipun agak terlambat... Mari kita bersulang untuk merayakan kesuksesan
konser kita!”
““““““Bersulang~!”””””””
Setelah dipimpin oleh Alisa,
enam orang yang duduk di sebelah kiri dan kanan meja dengan perbandingan
laki-laki dan perempuan yang sama-sama tiga orang, mengangkat gelas mereka
secara bersamaan. Setelah sepulang sekolah, anggota Fortitude termasuk
Masachika, merayakan kesuksesan konser mereka dengan berkaraoke. Di bagian
belakang ruangan, ada Masachika, Takeshi, dan Hikaru di sisi pria dan Alisa, Sayaka,
dan Nonoa di sisi perempuan.
Suasana di antara Masachika dan
Alisa masih terasa sedikit canggung, Alisa terlihat sedikit menghindari tatapannya
saat mereka mengetuk gelas mereka. Namun, keempat orang lain tidak terlalu
mempermasalahkannya dan mulai berbicara.
“Yahh meskipun ada banyak hal
yang terjadi, tapi aku senang karena akhirnya semuanya berakhir baik-baik
saja!”
“Bener banget... Aku sempat berpikir
kalau semuanya akan berakhir buruk.”
“Hikaru-kun, apa perutmu sudah
sedikit baikan?”
“Ya, aku sudah baik-baik saja.
Terima kasih, Alya-san.”
Sambil menggosok perutnya yang
dipukul oleh para preman yang menyelinap masuk ke sekolah, Hikaru tersenyum
pahit.
“Ampen deh, itu benar-benar
pengalaman yang mengerikan... Kupikir kejadian dipukuli preman itu hanya ada di
dunia manga.”
“Ya, ada orang-orang yang tidak
bisa diajak bicara di dunia ini. Namun, aku juga kaget melihat orang-orang
seperti manusia barbar yang tiba-tiba memukul siswa dari sekolah lain di zaman
sekarang.”
“Nee~ kupikir negara Jepang tuh
jauh lebih damai... Tapi yah mungkin semua itu tergantung pada tempatnya ya?”
(Tidak,
mengapa kamu bilang begitu? Ngaca dulu sebelum ngomong, padahal kamu sendiri
yang menyerang mata lawan saat pertama kali bertemu.)
Masachika mengalihkan
pandangannya sambil melontarkan tsukkomi
kepada Nonoa di dalam hatinya. Masachika tidak bisa berkomentar apa-apa karena
dirinya sendiri telah merogolkan gigi penjahat saat menolong Nonoa. Ia tidak
ingin orang lain mengetahuinya dan bahkan tidak memberi tahu Alisa tentang hal
itu. Sebagai gantinya, Masachika beralih ke topik lain.
“Sebenarnya, aku justru sangat
kaget melihat orang yang datang ke sekolah lain dan membuat keributan hanya
karena ingin dibayar.”
“Yah, karena ada beberapa gadis
SMA yang melakukan aktivitas 'papa-katsu'
demi uang, dan ada juga mahasiswa yang terlibat dalam pekerjaan gelap~.
Ternyata di dunia ini ada manusia yang 'rela
melakukan apa saja demi uang'.”
“.... Memang benar, mungkin ada
hal-hal yang tidak diketahui jika berada di lingkungan yang aman.”
Sambil mengernyitkan sedikit
kening pada ucapan Takeshi yang dengan santainya mengungkit tentang 'papa-katsu', Masachika mengubah topik
pembicaraan.
“Jadi... apa kalian berbaikan
dengan Shiratori dan yang lainnya?”
Setelah Masachika mengajukan
pertanyaan tersebut, Takeshi dan Hikaru saling memandang dengan wajah yang
tampak sedikit canggung, kemudian tersenyum pahit.
“Ya...yah, entah bagaimana kami
berhasil melakukannya.”
“Tentu saja, hubungan kami
tidak akan sama seperti sebelumnya... tapi yah, kami berjanji akan bermain
bersama lagi suatu saat nanti.”
“Begitu ya... aku senang
mendengarnya.”
Setelah membalas begitu dan mengangguk,
Masachika memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan tanpa menanyakan lebih lanjut
tentang hubungan mereka. Masachika tidak berniat untuk terlibat lebih dalam
mengenai hubungan mereka atau mengungkapkan bahwa dirinya membantu memperbaiki
hubungan mereka. Setelah festival sekolah, Masachika meminta maaf secara
langsung kepada Nao untuk kata-kata kasarnya, tetapi ia tidak bertanya tentang
apa yang terjadi dengan Luminous.
(Kurasa
lebih baik untuk jangan terlalu ikut campur... Yah, selama kekhawatiran Takeshi
dan Hikaru telah teratasi, itu saja sudah cukup baik)
Sambil memikirkan hal itu,
Masachika mengambil sepiring kentang goreng dan terkejut saat Nonoa tiba-tiba
tertarik pada topik tersebut.
“Jadi~? Apa namanya, Luminous?
Apa akan beraktivitas kembali?”
“Eh, yah... mungkin saja.”
“Karena vokalisnya sudah pindah
sekolah, jadi kurasa kita harus mencari penggantinya juga ... “
“Begitu ya~.”
Ketika Nonoa memberikan
komentar yang tidak jelas apakah dia benar-benar tertarik atau tidak, Takeshi
melirik Alisa sekilas dan dengan ragu-ragu membuka mulutnya.
“Ngomong-ngomong…jika Alya-san
akan terus menjadi vokalisnya ... apa itu mungkin?”
“Eh, itu ...”
Alisa dengan sungkan mengalihkan
pandangannya terhadap tawaran yang diajukan. Masachika memahami perasaannya itu
dengan jelas.
Pada awalnya, Fortitude adalah
band sementara yang hanya dibentuk hingga acara perayaan festival Shureisai,
dan Alisa sebenarnya hanyalah pengganti ketika dibutuhkan. Jika dia diminta
untuk terus bergabung seorang diri, itu akan menjadi masalah. Terlebih lagi
ketika anggota lain sedang dalam masa berbaikan akibat hubungan yang rumit.
“.....kegiatan OSIS tahun ini
sangat sibuk karena kekurangan anggota. Satu-satunya orang yang merangkap
sebagai anggota klub hanya Sarashina-senpai saja, tapi itu karena stamina
Sarashina-Senpai yang kuat ... Jadi bukannya itu sedikit sulit?”
Saat Masachika memberikan
bantuan kepada Alisa yang kebingungan, Takeshi langsung tertawa kaku dengan
wajah yang malu-malu.
“Kurasa ada benarnya juga. Maafkan
aku, Alya-san. Karena suara nyanyian Alya-san begitu bagus, jadi aku kepikiran
ingin mengajakmu bergabung.”
“Ah, tidak apa-apa, kok. Uhmm,
maafkan aku juga ya?”
Alisa juga menjadi sedikit
kaget dan merasa sedikit bersalah, ketika suasana di antara mereka menjadi
sedikit berat ... Tiba-tiba, suara santai terdengar di tempat yang tidak tepat.
“Kalau gitu~ apa aku boleh
ikutan~? Aku juga ingin mencoba menjadi vokalis.”
““Eh!?””
Nonoa mengangkat tangannya
dengan riang. Pencalonan yang tak terduga itu, tidak hanya membuat Takeshi
terkejut, tetapi juga Hikaru ikut membelalakan matanya.
“Nonoa-san ... apa kamu yakin?”
“Hmm~? Aku tidak seperti
Sayacchi atau Alissa yang menjadi anggota OSIS maupun Komite, aku hanya anggota
klub langsung pulang ke rumah kok ~? Tidak ada masalah khusus, ‘kan?”
“Ah, bukannya begitu ... Tapi,
seperti yang dikatakan Takeshi. Apa kamu tidak merasa canggung jika hanya bergabung
sendiri belakangan?”
“Eh, enggak juga kok~? Aku
tidak mempermasalahkan hal seperti itu.”
Nonoa mengatakan itu dengan
santai, jadi Hikaru dan Takeshi saling bertukar pandang. Kemudian, sebagai
perwakilan, Takeshi berkata dengan ragu-ragu.
“Jika Nonoa-san ingin bergabung
... tentu saja kami merasa sangat senang sekali. Yah, kami harus bertanya pada
dua orang lainnya juga ...”
“Okee~. Jika sudah diputuskan,
beritahu aku ya~. Oh iya, karena ini kesempatan bagus, aku akan menunjukkan
kemampuan bernyanyiku.”
Dengan kecepatan yang santai,
Nonoa mengambil tablet karaoke dan memasukkan lagu. Lagu itu adalah salah satu
lagu dari daftar lagu cover yang dimainkan oleh Luminous.
“Ah, ah~”
Sambil menyesuaikan volume
mikrofon, Nonoa bangkit dari tempat duduknya. Pada saat yang sama, Sayaka yang
duduk di sofa dengan cepat mengambil tamborin.
(Eh?
Tamborin?)
Saat Masachika menatap mereka
dengan wajah serius, pertunjukan hebat pun dimulai.
Sikap malas Nonoa yang biasanya
terlihat, segera menghilang dan digantikan dengan suara rock keras yang
dinyanyikan dengan penuh semangat. Kemudian, teknik tamborin yang berirama dan
cepat diperlihatkan dengan serius oleh Sayaka. Pandangan empat orang bergantian
antara Nonoa dan Sayaka.
Setelah lagu selesai, tepuk
tangan spontan terdengar di seluruh ruangan.
“Woaahhhhh~~ Nonoa-san, kamu
keren banget~”
“Ya ... Meskipun terasa sangat
berbeda dari Alya-san, tapi kemampuan bernyanyinya luar biasa.”
“Makasih- makasih~”
Sementara Takeshi dan Hikaru
memberikan pujian murni, Masachika melontarkan tsukkomi sambil setengah tersenyum.
“...Lah, enggak, enggak,
enggak, enggak, itu memang luar biasa. Hah, tapi apa-apaan dengan kemampuan
bernyanyi itu? Apa-apaan dengan teknik tamborin itu? Apa kalian akan
menunjukkan keahlian rahasia kalian setelah mengalahkan bos terakhir?”
Menanggapi senyum masam
Masachika, Sayaka membalasnya dengan sikap cuek sambil menaikkan bingkai
kacamatanya.
“Meskipun kamu bertanya begitu,
aku hanya bisa menyanyikan beberapa lagu, jadi aku mempelajari teknik ini agar
bisa mempertahankan suasana tanpa harus bernyanyi di karaoke.”
“Begitu ya, maafin aku ya.”
Masachika yang peka memahami
bahwa sebenarnya bukan karena sedikit lagu yang bisa dinyanyikan, melainkan
karena genre yang bisa dia nyanyikan lebih condong ke arah genre musik otaku.
“Aku bahkan tidak perlu
repot-repot memberitahumu.”
“Kamu ini memang tipe orang
yang seperti itu, ya!?”
Masachika yang tanggap memahami
dengan tepat maksud Sayaka sebenarnya, yang terlihat dari kata-katanya: 'Terlalu merepotkan untuk mengatakannya'.
“Jadi, yah, apa aku lulus?”
Nonoa menurunkan mikrofon dan
menanyakan hal tersebut. Takeshi dan Hikaru segera mengangguk.
“Tentu saja, kamu lulus dengan
nilai sempurna!”
“Ya, tidak ada yang bisa
dikritik.”
“Yay~!!”
Dengan mata setengah terpejam,
Nonoa mengangkat tinjunya dengan suara yang monoton. Meskipun tampaknya sangat
meragukan apakah dia benar-benar senang, tapi Masachika merasa yakin bahwa
Nonoa bahagia.
“... Meski begitu, ini tetap
mengejutkan. Nonoa sangat menyukai sebuah band.”
“Hmm~? Benarkah~?”
Ketika Masachika mengutarakan pendapatnya
yang jujur, Sayaka juga mengangguk setuju.
“Benar sekali, sejujurnya aku
juga sangat terkejut. Aku tidak pernah menyangka Nonoa akan begitu antusias
dengan konser ... Sepertinya dia bahkan mempromosikan konser saat melayani
pelanggan di maid café, loh?”
“Oh, benarkah?”
“Eh~ Aku tidak melakukan
promosi atau apa pun, kok~? Aku tidak
mencampuradukkan urusan publik dan pribadi seperti itu selama pertunjukan kelas
di mana aku mengincar hadiah khusus~”
Setelah membantah kata-kata
Sayaka dengan menggelengkan tangannya, Nonoa memalingkan pandangannya ke udara.
“Aku hanya menjawab…..Ketika
aku ditanya 'kapan kamu ada waktu di sini?'
Aku hanya menjawab 'Aku pasti tidak akan
ada di sini karena aku akan melakukan konser di lapangan sekolah pada saat
itu~' selain itu, aku tidak melakukan apa-apa.”
“... Begitu rupanya.”
“Haha, jika begitu ... itu memang
bukan promosi, ya”
“Tidak, bukannya itu yang
dinamakan promosi terselubung?”
“Kurasa itu sedikit berbeda
...”
Mendengar pernyataan Nonoa yang
blak-blakan, empat orang selain Sayaka sedikit tersenyum. Adapun Sayaka, dia
menghela nafas ringan dengan ekspresi pasrah.
"Ngomong-ngomong, jika
membicarakan tentang 'mencampuradukkan
urusan pribadi dan publik', bukannya kamu sendiri sudah melakukannya sejak
awal, bukan? Aku mendengar kamu merengek agar bisa tampil bersama Sayaka?”
“Aku tidak merengek, kok. Aku
hanya mengatakan 'Aku jadi ingin
melakukannya bersama Sayacchi~', dan orang-orang di sekitarku melakukan sisanya.”
“Aku jadi sangat memahami
seberapa banyak anak-anak kelas 1-D berputar di sekitarmu.”
Namun, jika membahas tentang 'mencampuradukkan urusan pribadi dan publik',
seorang pelayan pribadi tertentu di sana juga membantu kelas Majikannya dengan
santai. Masachika tidak bisa mengatakan apa-apa lagi karena itu tampak sangat
alami.
(Aku membiarkannya begitu saja karena dia
berbaur secara alami, tapi jika aku memikirkannya dengan tenang, bukannya Ayano
seharusnya berada di kelas 1-C ...)
Ketika Masachika menyadari hal
ini kemarin dan menanyakannya kepada Yuki, rupanya dia dianggap sebagai pengganti
ketika Majikannya sedang keluar. Sungguh teknik berbaur yang sangat alami.
“Apa Takeshi-kun dan Hikaru-kun
juga pergi mengunjungi Maid Café-nya Sayaka-san?”
“Y-Yah… setelah konser, kami
pergi untuk melihat-lihat?”
“Tapi pada saat itu Nonoa-san
sudah tidak ada di sana.”
“Ahh, jadi kalian pergi ke sana
ya... Apa kalian juga ikutan menarik undian itu?”
Mengingat undian cek berfoto
yang berhasil menjatuhkan begitu banyak anak laki-laki ke dalam rawa perjudian,
Masachika menyeringai dan bertanya, lalu Takeshi dengan cepat membuang mukanya.
Melihat reaksi canggung itu, Masachika mengedipkan matanya berkali-kali.
“Eh, seriusan?”
“Ia sudah mencobanya, sampai
tiga kali.”
“Yang bener!?”
Mata Masachika terbelalak kaget
mendengar pernyataan Sayaka. Kemudian, Takeshi berkata, “Oh, enggak, itu sih......” dengan serangkaian kata-kata yang tidak
jelas, dan Sayaka melanjutkan dengan menghela napas.
“Lalu, ketika aku mengira ia
berhasil memenangkan hadiah pada percobaan ketiga ... dari semua orang, ia
justru memilihku. Aku benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi.”
“Ahh~ enggak~ sebagai
kenang-kenangan? Aku merasa tidak biasa
bagi Sayaka-san untuk berpakaian seperti itu.”
Begitu mendengar perkataan
Sayaka , Takeshi langsung bergurau dengan cepat. Namun, Masachika merasa ada
yang aneh dengan reaksi Takeshi.
(Hmm
~? Rasanya ada yang janggal meski itu cuma demi menutupi rasa malunya.....)
Meskipun Masachika merasa
sedikit curiga, Alisa hanya mengangguk tanpa merasakan apa-apa.
“Ya, memang benar. Penampilan
Sayaka-san itu terlihat sangat segar ... Tapi sepertinya Masachika-kun lebih
menyukai Nonoa-san...”
“Tidak, itu sih karena Sayaka
memaksaku untuk melakukannya, oke ...”
“Ohh? Apa jangan-jangan
Masachika, kamu berfoto dengan Nonoa-san?”
“Yahh~ begitulah? Oh iya,
Sayaka, apa kamu melakukan sesuatu pada undian yang aku ambil saat itu?”
Ketika Masachika dengan cepat
mengalihkan pembicaraan, Sayaka menjawab dengan wajah acuh tak acuh.
“Entahlah? Aku sudah lupa.”
“Oi.”
“Hmm? Memangnya terjadi
sesuatu?”
“Tidak ... karena aku
memenangkan undian itu pada waktu yang sangat pas, jadi aku merasa sedikit
curiga.”
“Hah? Apa kesempatan untuk
menangnya sangat besar? Takeshi bahkan baru bisa menang pada percobaan ketiga.….”
“Sejauh yang aku lihat, ada sekitar
empat orang gagal selama tujuh kali berturut-turut.”
“Itu ….”
Tatapan ketiga anak laki-laki
itu terfokus pada Sayaka. Namun, Sayaka hanya mengangkat bahunya dengan ringan.
“Tidak ada panduan dari panitia
pelaksanaan festival sekolah. Hanya itu yang bisa aku katakan.”
“Cara bicaramu seakan-akan
tidak langsung mengakui kalau kamu benar-benar melakukan sesuatu.”
Sementara Masachika menatap
Sayaka dengan tatapan mata tajam, Alisa membuka mulutnya seolah-olah dia
teringat sesuatu.
“Ngomong-ngomong, apa ada kerusakan
dalam insiden itu? Aku mendengar bahwa ada sekelompok preman masuk ke kelas D
….”
“Untungnya tidak ada masalah
yang serius. Mungkin gadis-gadis di kelas mengalami sedikit pengalaman burul.
Namun, Wakil Ketua segera membantu mereka.”
“Wakil Ketua ...? Oh ya,
Kiryuuin ... Violet-senpai, ya.”
Alisa menyebutkan nama asli
Sumire dengan tidak terbiasa, dan Masachika berkata dengan wajah tegas.
“Bukan begitu, Alya. Bukan
Violet, tetapi Biolet-senpai. Jika kamu mengucapkannya dengan benar, kamu hanya
menunjukkan rasa hormat dan menjaga jarak. Panggil dia Biolet-senpai dengan
sikap ramah.”
“Ketimbang menunjukkan
keakraban, bukannya itu cuma sekadar mengejeknya? Dalam kasus Masachika.”
“Kamu ini cukup berani ya?”
Masachika mengatakan hal-hal
konyol dengan wajah serius, yang membuat dua sahabatnya menatapnya dengan keheranan.
Sebenarnya, penilaian Sumire di
sekolah seharusnya dipanggil “Gadis yang
tak tergapai”. Dia memiliki latar belakang keluarga, penampilan, dan
popularitas yang sangat baik. Jika dia tidak mengumumkan “Aku tidak pantas untuk disebut sejajar dengan Onee-sama ku desuwa!”
maka dua gadis tercantik angkatan kelas dua akan menjadi tiga gadis cantik
angkatan kelas dua.
Namun, Masachika, seorang
junior yang berani menggoda senior yang dihormati dan iri oleh kebanyakan orang,
tidak bisa dimengerti oleh Takeshi dan Hikaru. Namun, Masachika tidak
terpengaruh dan terlihat tenang-tenang saja.
“Hal itu juga merupakan
keunggulan lain dari Biolet-senpai.”
“Kamu mah bebas mau ngomong apa
saja...”
Dengan ekspresi tercengang,
Hikaru menghela nafas dan bertanya pada Sayaka setelah teringat sesuatu.
“Ngomong-ngomong, apa posisi
ketua Kedisiplinan akhirnya diambil alih oleh Kiryuuin-senpai? Kaji-senpai
mengundurkan diri karena harus bertanggung jawab atas keamanan festival
sekolah, ‘kan?”
Ketika Hikaru berbicara begitu,
alis Masachika berkedut sesaat.
Kaji Taiki, mantan ketua OSIS
di SMP Akademi Seirei dan salah satu senior yang sangat dekat dengan Masachika.
Pada festival sekolah, ia membantu para preman untuk masuk ke dalam sekolah
atas permintaan Yushou ... Namun, masalah ini tidak pernah dipublikasikan dan
Taiki secara resmi mundur karena “tidak
bisa mencegah para perusuh dan preman memasuki festival sekolah”.
Tidak ada bukti pasti bahwa
Taiki membantu para pembuat kerusuhan, tetapi sebenarnya ini adalah keinginan
Yuki. Taiki sendiri ingin mengungkapkan kesalahannya dan memperbaikinya ...
tetapi Yuki menghentikannya. Setelah festival sekolah, Yuki menjelaskan
situasinya melalui telepon.
[Tidak,
sejujurnya, ketua….. jika Kaji-senpai kehilangan posisinya, aku tidak mendapat
keuntungan apa pun. Jika ia bersedia membayar hutang budi kepadaku, aku sudah
memberitahunya untuk tetap diam tentang keamanan yang longgar dan bekerja sama
denganku dalam kampanye pemilihan nanti.]
Meski itu bukan sesuatu yang
akan dia ucapkan secara terbuka kepada lawannya…. tapi pada akhirnya, Masachika
juga memahami maksud Yuki, dan memutuskan untuk mengingat hal ini. Tentu saja,
jika mau, Masachika bisa menggunakan taruhan debat sebagai tameng dan membuat
Yushou bersaksi tentang rekan kerjanya. Namun, jika ia hanya memikirkan pertempuran
pemilihan itu sendiri, ia seharusnya membawa Taiki bersamanya sebagai sekutu
dengan cara itu.
Namun, alasan kenapa dirinya
tidak melakukannya karena Taiki adalah senior yang penting bagi Masachika.
(Aku
sendiri tidak tahu bagaimana harus bersikap terhadap senior yang kalah dalam
pemilihan, sehingga pada akhirnya aku menjaga jarak…. Selain terkejut karena
hasil pemilihan yang tidak terduga, ia juga harus terpisah dari tunangan
tercinta dan dijauhkan dari orang-orang di sekitarnya, ...... itu pasti
membuatnya menderita.)
Di tengah-tengah situasi
seperti itu, ketika seorang junior yang selalu berada di sisinya mengatakan “Aku selalu berpihak pada senior” atau “Pemilihan itu aneh”, dan terus-menerus
berbisik padanya, dan kemudian mengatakan “Ada
cara untuk membalikkan keadaan, loh?”,….. mungkin itulah yang menjadi
penyebab Taiki melewati garis batas.
(Yushou,
dasar cowok itu, ia memiliki bakat yang sangat jahat dalam memanipulasi emosi
negatif orang lain seperti itu ...)
Mulut Masachika terkatup pahit
memikirkan temannya, yang tidak cocok dengan atribut imut seorang pangeran
berhati licik. Tanpa memperhatikan Masachika yang sedang merenung, Sayaka mengangkat
bahunya dengan ringan dan menjawab pertanyaan Hikaru.
"Jika semuanya berjalan
dengan lancar, Kiryuuin-senpai akan menjadi penggantinya ... Tapi kerabatnya
baru saja terlibat dalam skandal, dan sepertinya dia sendiri tidak terlalu
tertarik dengan jabatan tersebut. Jika bukan dia, maka siapa lagi ... Namun
tidak ada kandidat yang kuat, jadi untuk saat ini, itu ditunda dulu.”
“Jadi begitu iya... Yah, tidak
banyak orang yang bisa menggantikan Kiryuuin-senpai, sih ... Dalam kasus
Kaji-senpai, ia pernah menjadi ketua OSIS dan menjalin banyak hubungan dengan
para anggota OSIS SMP, jadi tidak ada yang aneh.”
Ketika Hikaru mengangguk dengan
setuju, Nonoa lalu berkata dengan santai.
“Kalau gitu~ kenapa enggak Sayacchi
saja yang menjadi ketuanya?”
“Aku tidak akan melakukannya.”
“Ehh~ kenapa?”
"Dalam situasi di mana
banyak orang mengagumi Kiryuuin-senpai, jika aku mencalonkan diri, aku hanya
akan mendapatkan kebencian.”
Sayaka menjawab dengan acuh tak
acuh, tapi kemudian Alisa juga ikut meninggikan suaranya.
“Tapi, Sayaka-san berhasil
mengalahkan Kiryuuin-senpai dalam debat di sekolah SMP, ‘kan? Dalam arti
berdiri di atas Kiryuin-senpai, Sayaka-san tidak kekurangan apapun, ‘kan?”
“Itu sih...”
Sayaka memalingkan wajahnya
dari pendapat tak terduga dari Alisa. Meskipun Alisa menunjukkan ekspresi
kebingungan dengan reaksi aneh Sayaka yang tidak biasanya, tapi….. Masachika
mengetahui alasan di balik hal itu.
(Pada
kenyataannya, orang yang bertarung dalam debat itu bukanlah Sayaka dan Sumire-senpai,
tapi Nonoa dan Kiryuuin... Dari pandanganku yang mengetahui sisi lain dari hal
itu, pertarungan mereka adalah pertempuran yang sangat menakutkan antara
penjahat vs orang jahat murni ...)
Dalam perdebatan itulah,
Masachika dan Yuki menyadari sifat asli Nonoa. Meskipun sebelumnya mereka
merasa bahwa “Dia pasti bukan gadis gyaru
biasa”, setelah debat itu mereka langsung berpikir “Gadis ini sangat berbahaya~ ☆”. Pada
saat yang sama, Masachika merasakan bahwa Sayaka dan Nonoa akan menjadi lawan
terakhir dalam pemilihan umum ...
(Dan
sekarang kami saling memanggil nama depan satu sama lain ....sungguh, kita
tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dalam kehidupan.)
Sementara Masachika sedang
memikirkan sesuatu yang jadul, Sayaka, yang tampaknya telah memperbaiki pemikirannya,
berdehem ringan.
“... Ini sudah tiga tahun yang
lalu. Mana mungkin siswa kelas satu bisa diakui ketua kedisiplinan publik.”
“Benarkah?”
“Ya ...selain itu juga…”
Kemudian, Sayaka tersenyum sedikit
nakal dan jahil.
“Aku dengar bahwa hal
terpenting bagi anggota kedisiplinan…. sepertinya adalah kemampuan bertarung.”
“... Apa iya?”
“Jangan percaya begitu saja, Alya.
Itu tidak benar. Alasan mengapa komite kedisiplinan saat ini menjadi seperti
itu adalah karena Biolet-senpai dan Sarashina-senpai.”
“Kiryuuin-senpai sendiri tidak masalah,
tapi mengapa Sarashina-senpai diungkit juga?”
“Tidak, selain masa tiga tahun
di SMP, Sarashina-senpai juga menjadi anggota komite kedisiplinan sampai tahun
lalu.”
“Oh, iya ... kalau tidak salah,
hal itu pernah dibicarakan juga ‘kan ...”
“Lagipula, alasan kenapa
Biolet-senpai menjadi seperti itu juga karena Sarashina-senpai. Jadi dengan
kata lain, Sarashina-senpai adalah penyebab utama semuanya.”
“Pada awalnya, apa yang dipikirkan
oleh Sarashina-senpai ketika dia mengubah komite kedisiplinan menjadi kelompok
bela diri seperti itu ...?”
“Jika ditanya, apa yang
dipikirkannya ...”
Masachika tidak bisa langsung
menjawab ketika menanggapi pertanyaan Alisa. Jika ia harus jujur tentang
pertanyaan itu, jawabannya adalah ‘karena
pelaku perundungan yang dihukum dengan tangan besi oleh Chisaki dipaksa untuk bergabung
dengan Komite Kedisiplinan dan dilatih baik secara mental maupun fisik layaknya
pusat rehabilitasi’. Tapi, apa ia bisa mengatakannya dengan jelas ...?
Mungkin menyadari perasaan Masachika yang bimbang, Takeshi langsung angkat
bicara.
“Oh iya, ngomong-ngomong
tentang Sarashina-senpai, katanya dia benar-benar mengamuk ketika melawan para
pembuat onar. Aku hanya mendengar kabarnya saja sih.”
“Mengamuk apanya?”
Masachika hanya tersenyum kecut
pada Takeshi sambil diam-diam berkeriingat dingin karena ia memiliki sedikit
gambaran tentang apa yang dibicarakan.
Masachika juga tidak tahu
seperti apa amukan Chisaki yang sebenarnya. Namun, setelah acara debat selesai,
ia merasa khawatir dengan keadaan para penyusup yang digiring ke dalam ruangan
komite kedisiplinan. Ketika ia memasuki ruangan, ia melihat seorang siswa
laki-laki keluar dengan wajah pucat dan bergumam, “Tubuh manusia ... tubuh manusia berbentuk seperti itu ...ugh” dan
Masachika langsung segera pergi dari sana.
“Ngomong-ngomong, bukannya
Sayaka lebih tahu tentang hal itu sebagai anggota komite kedisiplinan?”
Ketika Masachika menoleh ke
arah Sayaka dan bertanya begitu, Sayaka sedikit memalingkan wajahnya sambil
mengangkat bahunya.
“Yah ... bukannya sudah cukup
untuk membicarakan hal-hal yang gelap seperti itu? Lebih penting lagi,
Hikaru-san, bukannya kamu ingin menunjukkan itu kepada Masachika-san?”
“Ah, ya, benar juga.”
Setelah mendengar kata-kata
Sayaka, Hikaru mengeluarkan ponselnya dan sedikit mengoperasikannya. Kemudian ia
memberikannya kepada Masachika.
“Ini, sebenarnya aku berencana
membagikannya kepada semua orang nanti, sih ...”
“? Eh, apa?”
Sambil memiringkan kepala
karena suara gaduh yang keluar dari speaker ponsel Hikaru, Masachika menerima
ponsel tersebut. Kemudian, ia membuka matanya lebar-lebar saat melihat layar
ponsel tersebut.
Di sana, Alisa yang mengenakan
pakaian panggung terlihat melalui kepala para penonton. Suara gaduh penonton
terdengar di latar belakang dan musik dimulai dengan pengenalan yang keren.
Kemudian suara Alisa bergema di seluruh tempat.
“Aku meminta temanku untuk
merekamnya untukku. Meski jaraknya agak jauh dan kadang-kadang terhalang oleh
lengan atau kepala orang di depan, sih...”
Memang, sebagai rekaman konser,
video itu bukanlah yang terbaik. Namun, karena itu adalah rekaman langsung yang
diambil di tempat konser dengan penonton yang berdesakan di sekitarnya,
semangat dan gairah konsernya masih sangat terasa bahkan melalui video tersebut.
Para penonton berjoget dan
melompat-lompat mengikuti alunan musik. Ketika penonton semakin bersemangat,
Alisa, yang pada awalnya merasa sedikit kaku, menemukan dirinya semakin larut
dalam suasana.
(Ahh,
menakjubkan... sangat keren sekali)
Masachika memandang Alisa yang
berjalan di atas panggung dan disambut sorak-sorai penonton. Ketika tatapan
matanya bertemu dengan teman-temannya dan mereka menatap satu sama lain,
Masachika tidak bisa membayangkan panggilan ‘putri
penyendiri’ yang biasa disematkan padanya dari penampilannya yang mampu membangkitkan
semangat bersama teman-temannya.
(Benar-benar
menyilaukan ...)
Saat melihat penampilan konser Alisa
di layar, Masachika merasa senang, bangga, dan sedikit kesepian.
(Benar-benar
berbeda dengan diriku yang membuat seluruh auditorium menjadi hening ...)
Alisa berada di atas panggung
yang menyilaukan bersama teman-temannya sambil disambut sorak-sorai penonton,
sementara Masachika duduk sendirian dalam keheningan di dalam auditorium yang
redup.
Masachika tertawa kecil dalam
hatinya saat memikirkan dua pertunjukan yang sangat berbeda itu. Saat video
berakhir, ia memberikan ponsel kembali kepada Hikaru.
“Pertunjukan kalian sungguh
luar biasa. Bukannya ini sukses besar? Tidak heran jika kalian dikelilingi oleh
begitu banyak orang di dalam kelas.”
Masachika mengatakan hal itu
dengan nada menggoda untuk menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya.
Kemudian, Hikaru, Alisa, dan Takeshi saling pandang dan tersenyum dengan wajah
yang sedikit bermasalah.
“Memang benar kalau kita menjadi
dikelilingi orang-orang seperti itu ... tapi terkadang rasanya bisa membuatmu
lelah.”
“Sejujurnya, ada kalanya aku
merasa sedikit lelah kalau dikerumuni terus seperti itu…”
“Ya, itu benar.”
Masachika memiringkan kepalanya
ke arah Takeshi, yang setuju dengan perkataan Hikaru dan Alisa.
“Lah Takeshi? Kupikir kamu akan
senang dengan situasi itu dan berkata ‘Apa
sudah waktunya bagiku untuk menjadi populer juga?'”
"Eh!? Tidak, aku tidak
pernah mengatakan hal semacam itu!”
Dalam tanggapan yang tajam dari
Masachika, Takeshi tampak terkejut dan entah kenapa melirik ke arah Sayaka
sebelum menggelengkan kepalanya.
Tidak hanya Masachika, tetapi
juga Hikaru berkedip kaget melihat reaksi berlebihan yang misterius ini.
“...memang benar, jika
diingat-ingat lagi, Takeshi kelihatannya diam-diam terus. Meskipun ia
dikelilingi oleh banyak gadis.”
“Bukan begitu, aku bukannya...
bukan berarti aku ingin populer dengan sembarangan, oke? Aku hanya ingin
populer oleh orang yang aku sukai..."
““??””
Masachika dan Hikaru merasa
heran dengan komentar naif Takeshi yang tidak seperti biasanya. Mungkin karena tidak
tahan dengan tatapan mereka, Takeshi meneguk jusnya lalu berbalik dan berkata.
"Ngomong-ngomong, setelah
festival sekolah selesai, kita akan langsung memiliki ujian tengah semester!
Dan setelah itu masih ada festival olahraga juga...”
Mendengar perubahan topik yang
begitu terang-terangan, Masachika mengangkat alisnya sedikit tetapi tetap
menanggapinya.
“Yeah, memang begitu. Terlalu
banyak acara di waktu-waktu sekarang.”
“Apa tidak sibuk dengan
kegiatan OSIS? Pasti ada tugas di festival olahraga juga. ‘kan?”
“Enggak juga, kok... Festival
olahraga sebagian besar diatur oleh komite pelaksana festival olahraga, dan OSIS
hanya membantu sedikit saja. Peran OSIS hanya untuk memutuskan acara yang akan
dilakukan pada hari itu...”
Masachika menjawab dengan
tatapannya yang mengembara ke arah lain, tapi kemudian Nonoa menyela.
“Tidak, bukannya ada
pertandingan itu di sekolah SMA?'Pertandingan
Kavaleri'.”
“Oh, ya, memang... Tapi perlombaan
itu harus ada latihan sebelumnya dulu...”
“Pertandingan Kavaleri?”
Dengan tanda tanya di wajah
Alisa, Masachika berpikir sejenak, “Oh
iya, aku lupa untuk menyebutkannya.” dan menambahkan penjelasan.
“Itu adalah tontonan yang
diadakan saat istirahat makan siang festival olahraga. Dengan kata lain, ini
adalah pertandingan kavaleri antar kandidat untuk pemilihan ketua OSIS berikutnya.
Ini adalah pertandingan kavaleri antar kandidat yang mencalonkan diri dalam
pemilu, jadi ini biasa disebut 'pertarungan
kandidat.' Ngomong-ngomong, pertandingan ini hanya sekedar hiburan sebagai
tontonan saja, jadi kalau kamu kalah bukan berarti kamu keluar dari pemilihan,
oke?”
“Yah~ tapi jauh lebih baik jika
bisa menang, sih~.”
Menanggapi perkataan Nonoa yang
seakan-akan itu adalah urusan orang lain, Masachika tersenyum kecut lalu
berkata dengan wajah serius.
“Ya, memang. Tidak ada yang
lebih baik daripada menang. Selain itu, jujur saja, saat ini momentumnya sedang
berada di pihak kita. Pidato pengurus OSIS pada semester pertama, pertarungan
kuis di festival sekolah baru-baru ini, penyelesaian kerusuhan. Dalam semua hal
itu, kita telah meninggalkan kesan yang lebih kuat daripada Yuki dan Ayano.
Sebisa mungkin, aku ingin mempertahankan momentum ini.”
“Ya benar, kurasa momentum
pemilu lebih condong ke arah kita daripada yang aku perkirakan.”
Masachika dan Alisa tanpa
sengaja menatap wajah Sayaka karena kata-kata yang tiba-tiba itu. Alis Sayaka
sedikit mengernyit saat dia bertemu dengan tatapan mereka.
“...Ada apa?”
“Bukan apa-apa, aku tidak
menyangka kamu akan memberikan analisis seperti itu ...”
“Aku hanya mengatakan fakta apa
adanya.”
Ketika Sayaka memberikan
komentar itu sambil menghadap ke depan, Nonoa tersenyum simpul dan mendekat ke
arahnya. Dia merangkul lengan Sayaka dan menyandarkan kepalanya di bahu Sayaka
dan menatapnya dari jarak dekat.
“...Apa yang kamu lakukan,
Nonoa?”
“Tidak~ bukan apa-apa~.”
Setelah menebak apa yang ingin
dikatakannya, Sayaka mengembuskan napas pelan, seakan mengerti bahwa bertanya
hanya akan berujung pada keributan.
(Mereka
sangat lengket satu sama lain ...)
Usai melihat pemandangan itu dengan perasaan tak terlukiskan, Masachika kembali menghadap Alisa.
“Yah, seperti yang dikatakan
Sayaka. Saat ini pihak kita sedang mendapatkan momentum yang kuat setelah
mengatasi situasi yang sangat sulit. Demi mempertahankan momentum ini, kita
harus memenangkan pertarungan kali ini meskipun itu hanya sekedar hiburan.”
Alisa juga mengangguk dengan
serius ketika mendengar perkataan Masachika. Namun, pada saat itu, Takeshi
membuat komentar tanpa membaca situasi.
“Tapi, ‘kan ... jika kalian
bertarung secara normal, kalian pasti akan menang, ‘kan? Secara, perbedaan
tinggi badannya lumayan jauh.”
“Yah, itupun jika kita
bertarung secara normal, oke?”
Masachika tersenyum kecut pada
hal yang terlalu jelas untuk meredam suasana serius.
Lagipula, ada perbedaan hampir
40 sentimeter dalam tinggi gabungan antara pasangan Alisa/Masachika dan
pasangan Yuki/Ayano. Tidak perlu diragukan lagi, dalam pertempuran kavaleri,
memiliki pengendara di posisi yang lebih tinggi memberikan keuntungan bagi
mereka. Selain itu, terdapat perbedaan yang signifikan dalam jangkauan panjang
lengan pengendara. Mempertimbangkan spesifikasi fisik saja, Alisa memiliki
keunggulan yang luar biasa dalam pertempuran kavaleri.
“Tapi karena ini pertarungan kavaleri, bukan
hanya kita berdua yang berpartisipasi saja, ‘kan?”
“Hmm? Ya, satu penunggang kuda dengan tiga orang menjadi
kudanya, jadi masih membutuhkan dua orang rekan lagi.”
“Kalau begitu, bukankah
ceritanya akan berbeda tergantung pada rekannya?”
“Hmm... entahlah. Karena
penunggang adalah kandidat ketua, dan pemimpin barisan kuda adalah kandidat
wakil ketua, jadi itu sudah diputuskan... Tapi sebenarnya ada beberapa kasus di
mana posisinya bisa ditukar. Misalnya, jika kandidat ketua adalah pria dan
kandidat wakil ketua adalah wanita, maka tampaknya kandidat wakil ketua akan
menjadi penunggang kudanya.”
“Baik Ketua OSIS yang sekarang
atau sebelumnya, sepertinya itu terjadi kepada mereka~.”
“Ah, aku sempat penasaran
memangnya harus ditukar antara Ketua dan Sarashina-senpai... Tapi sepertinya
itu parah banget.”
“Ya, aku pernah melihat videonya.
Itu benar-benar sangat parah. Rasanya seperti truk sampah melawan sekumpulan becak.”
“Atau lebih seperti Lu Bu yang
menunggangi kuda kelinci merah, dan tentara biasa yang menunggangi kuda poni….”
“Intinya, mereka tak
terkalahkan, ya….”
Dengan ekspresi yang sulit
ditebak, Alisa tertawa kecil sambil memahami situasinya, sementara Masachika
memberikan penjelasan.
“Berkat itu, kejadian tersebut
merupakan debut yang sangat mengesankan bagi Ketua, yang sudah lama tidak
berpasangan hingga saat itu. Baiklah, aku sedikit melantur, tetapi pada
akhirnya, kemampuan fisik pasangan kampanye jauh lebih penting daripada rekanrnya.”
“Begitu ya….”
“Dan karena situasi tersebut,
dua rekan lainnya... Lebih mengedapankan popularitas daripada kemampuan fisik.”
“Apa maksudmu?”
Masachika berpikir sejenak
sebelum menjawab pertanyaan Alisa.
“Ahh, intinya begini. Kandidat
mana yang ingin didukung oleh penonton, yang mendatangkan dua teman sekelas
yang membanggakan kekuatannya sebagai rekan, atau yang diusung ketua OSIS dan
wakil ketua OSIS saat ini?”
“Ah, jadi begitu.”
“Yah, pada kenyataannya ketua
dan wakil ketua tidak akan terlibat dalam pemilihan berikutnya, jadi itu tidak
akan menjadi masalah. Meskipun pertandingan ini hanya sekedar hiburan, tapi
jika mereka berpartisipasi sebagai rekan dalam pertandingan, keberadaan mereka
seperti menyatakan, 'Aku mendukung
pasangan ini!' dalam pemilihan. Itulah mengapa lebih baik menggandeng seseorang
yang memiliki nama dan pengaruh sebanyak mungkin. Menang atau kalah dalam
pertandingan kavaleri adalah hal lain.”
“Begitu…”
Setelah mendengar penjelasan
Masachika, Alisa menoleh ke arah Sayaka dan Nonoa. Lalu, dia menatap Masachika
seakan-akan melirik ke arahnya..
(Yah,
kurasa itu masuk akal... dalam hal pemilihan orangnya sendiri)
Setelah memahami pemikiran
Alisa, Masachika mengangguk dengan setuju. Alisa kemudian menatap lurus ke arah
Sayaka, yang menatapnya dengan mata dingin, dan berkata,
“Sayaka-san, Nonoa-san, apa
kalian bersedia ikut serta dalam pertandingan bersama denganku?”
Permintaan langsung dan lugas.
Namun, Masachika diam-diam merasa tersentuh dengan fakta bahwa Alisa dengan
tulus meminta bantuan dari orang lain. Namun...
“Apa ada untungnya bagiku jika
aku membantu?”
Jawaban Sayaka tidak terlalu
memuaskan.
“Seperti yang sudah
kuberitahulan sebelumnya, aku tidak mendukung Alisa-san dalam pemilihan. Aku membantu
kegiatan band karena aku tertarik secara pribadi, tetapi ini adalah hal yang
berbeda.”
Dengan mata dingin, Sayaka
berbicara dengan jelas. Kemudian, dia menatap lurus ke mata Alisa dan berkata
dengan tegas.
“Jika kamu berpikir kalau aku
adalah rekanmu dalam kampanye ini, kamu membuat kesalahan besar.”
Ketegangan memenuhi ruangan
ketika Sayaka yang tanpa ampun menolak mentah-mentah permintaan Alisa. Takeshi
dan Hikaru juga menyaksikan dengan napas tertahan saat keduanya saling
berhadapan. Masachika yang mampu mengantisipasi perkembangan ini, juga menatap
keduanya dengan ekspresi tegas. Nonoa? Dia sih masih menempel pada Sayaka
seperti biasa? Nonoa-san masih bertingkah seperti Nonoa-san.
“...Jadi? Kamu akan
memintakuku, yang bukan rekanmu, bekerja sama dalam perlombaan nanti.
Keuntungan apa yang akan kamu tawarkan padaku, Alisa-san?”
Atau mungkin ini adalah
tantangan bagi Alisa dari seorang gadis yang pernah dianggap sebagai calon
Ketua OSIS paling menjanjikan.
Apa artinya menggerakkan orang?
Kekuatan untuk bernegosiasi dengan orang-orang yang tidak digerakkan oleh
emosi, tetapi oleh keuntungan. Mungkin itu yang ditanyakan Sayaka pada Alisa.
Itulah yang dipikirkan Masachika sambil menonton dari samping.
(Aku hanya berhasil
memancingnya dengan barang-barang otaku... tapi sepertinya ini tidak akan
berhasil kali ini.)
Apalagi, ini berbeda dengan
bermain band bersama di festival sekolah. Menjadi kandidat dalam pemilihan
adalah tindakan untuk mengumumkan kepada seluruh siswa bahwa kamu adalah
pendukung calon tersebut. Selain itu, menjadi kuda Alisa juga akan menjadi
penghinaan bagi Sayaka. Dalam pandangan tertentu, ini bisa dianggap sebagai
kekalahan dalam debat dan bergabung dengan pihak yang menang. Masachika
meragukan kalau Sayaka yang selalu teguh pada pendiriannya akan dengan mudah
menerimanya.
(Aku
pun merasa sulit untuk meyakinkannya... Sekarang, Alya, apa yang aka kamu
lakukan?)
Untuk berjaga-jaga, Masachika
mempertimbangkan tindak lanjut macam apa jika Alisa gagal meyakinkan Sayaka,
dan menunggu jawaban Alisa seraya mempercayai pasangannya yang semakin
berkembang.
Di tengah perhatian semua orang
di ruangan itu, Alisa... seakan-akan menyerah pada tekanan tatapan Sayaka, dia
memalingkan pandangannya. Melihat reaksi itu, Sayaka menyipitkan matanya dengan
kecewa.
Saat ketegangan semakin
meningkat... Alisa, sambil memain-mainkan ujung rambutnya, berkata dengan
sedikit malu-malu.
“Memang benar kita bukan
rekan... tapi, aku menganggapmu sebagai teman. Tidak ada orang lain yang bisa
aku mintai bantuan seperti ini... aku akan senang jika kamu bisa ikut
bersamaku...”
Dengan sedikit merah di pipinya
saat berkata demikian, Alisa memandang wajah Sayaka sekilas. Di sana terdapat
kepolosan dan kecantikan yang tidak terhitung dalam dirinya yang pasti akan
berhasil menumbangkan seseorang jika dilihat dari sudut pandang seorang pria.
Namun...
(Alya... meskipun itu kata-kata yang jujur,
tapi jawaban tadi tidak ada bedanya dengan mengandalkan emosi. Sayaka tidak akan
tergerak oleh emosi...)
Masachika menurunkan alisnya
dengan sedikit terganggu ketika mendengar perkataan Alisa, yang bahkan
diragukan untuk dijadikan sebuah negosiasi. Seolah-olah menegaskan pikiran
Masachika, Sayaka menghembuskan napas pelan dan memalingkan kepalanya dari
Alisa dan menghadap ke depan.
Kemudian, sambil menekan
bingkai kacamata dengan jari tengahnya, dia berkata.
“Yah, kalau memang itu yang
terjadi... mau bagaimana lagi, ‘kan? Karena kita berteman, bukan?”
(Dia
tergerak oleh emosiiiiiiii!?)
Masachika menoleh ke arah
Sayaka, yang dengan gelisah mengutak-atik kacamatanya dan mengatakan sesuatu
dengan suara yang kencang di dalam batinnya.
(Apa
kamu baik-baik saja dengan ituuuu!? Apa yang sebenarnya terjadi, Ratu Debat!!)
Masachika menatap Sayaka, tidak
dapat menyembunyikan kegelisahannya pada reaksi yang sangat tidak biasa ini.
Namun, suasana kepala dingin Sayaka yang dia tunjukkan beberapa menit yang lalu
telah hilang, dan digantikan dengan aura suasana hati yang baik sambil
mempertahankan ekspresi tegas di wajahnya.
“Apa kamu yakin, Sayaka-san?”
“... Yah, jika itu permintaan
seorang teman, kurasa aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja.”
“Terima kasih, Sayaka-san. Oh
ya, bagaimana dengan Nonoa-san...?”
“Kalau Sayacchi bilang iya~,
aku juga iya~”
Sambil tetap menempel pada
Sayakan dan senyum lebar di wajahnya, Nonoa mengangguk dengan mudah. Sementara
itu, Sayaka menatap Nonoa dengan wajah yang sedikit cemberut meskipun masih
melemparkan senyum manis ke arah teman masa kecilnya.
“Kamu harus segera menjaduh dan
jangan menempel terus.”
Setelah mendorong teman masa
kecilnya yang bergelantungan di lengannya, Sayaka berdiri sambil memegang
gelas.
“Aku akan mengambil minuman
sebentar.”
Lalu, dia memberi tahu mereka
dan segera pergi dari ruangan. Melihat punggungnya yang pergi, Nonoa hanya
tersenyum-senyum sendiri.
“Kurasa Sayacchi juga cukup
pemalu ya~”
“... Ketimbang pemalu... aku bahkan
melihat sisi lain yang tak terduga darinya.”
“Hmm? Yah, Sayacchi juga tidak
punya banyak teman, jadi mungkin dia merasa senang juga~”
“Apa benar begitu...”
Masachika merasa tercengang melihat
Alisa berhasil melewati negosiasi yang bahkan ia sendiri merasa sulit dengan
cara yang tak terduga.
(Aku
merasa sedikit terguncang... atau lebih tepatnya, Ratu Debat yang awalnya
dingin dan tegas diubah menjadi lembut dengan cara yang tidak terduga. Apa ini
membuat Alya menjadi protagonis….?)
Masachika merasa sedikit
depresi karena ia merasa seperti menjadi manusia yang kotor karena berpikir
untuk melakukan negosiasi dengan menghitung semuanya. Kemudian, Nonoa berkata
dengan nada santai sambil memanjangkan garpu ke roti panggang madu.
“Jadi, Takeshi jatuh cinta pada
Sayacchi, ya?”
““““!?””””
Empat orang lainnya sama-sama
terkejut dengan pertanyaan yang tidak ada konteksnya. Dan kemudian, mereka
bertiga menoleh ke arah Takeshi sekaligus, yang wajahnya perlahan-lahan memerah.
Mereka terlalu kaget hingga tidak bisa berbicara.
"Eh, tu-tu-tu-tu-tunggu
dulu. S-Serius?”
Ketika Masachika menanyainya
sambil terguncang seperti orang idiot karena keterkejutan yang terus berlanjut,
Takeshi mengeluarkan suara yang tidak jelas saat tatapannya melesat ke sana
kemari. Reaksi itu saja sudah cukup.
“Eh~... Yahh~~, ehh~~~~?”
“Enggak, memangnya harus
disembunyikan segala?”
“Hyaahh, aku hanya sedikit
terkejut...”
“... Aku setuju dengan
Masachika mengenai ini. Tapi aku pikir tipe ideal Takeshi adalah orang yang
sangat... sangat lembut dan penuh kasih sayang.”
“Tapi Sayaka-san adalah orang
yang sangat lembut.”
Takeshi mengatakan dengan
sedikit malu-malu sambil ditatap oleh Masachika dan Hikaru. Dan kemudian,
mereka semua terdiam untuk beberapa saat.
Takeshi yang tidak tahu harus berkata
apa setelah perasaannya terungkap secara tiba-tiba, sementara Masachika dan
Hikaru yang masih terkejut dengan perasaan cinta tak terduga dari sahabat
mereka, Alisa yang tertegun pada obrolan cinta teman laki-lakinya, dan Nonoa
sebagai pelaku utama yang menikmati roti panggang madu.
Dan pada saat itu, keheningan
yang tidak biasa di dalam ruang karaoke terganggu oleh suara pintu yang
terbuka.
“Apa yang terjadi?”
Sayaka yang masuk ke dalam
ruangan itu memandang sekeliling dengan merengutkan alis sambil memegang segelas
Ginger Ale. Namun, Masachika tidak menjawab dan dengan cepat meminum sisa cola
dari gelasnya.
“Baiklah, aku juga mau
mengambil minuman.”
“Benar, aku juga.”
Ketika mereka berbicara seperti
itu, Masachika dan Hikaru merangkul bahu Takeshi dari kiri dan kanan
seolah-olah mereka sudah membuat kesepakatan.
“Takeshi akan ikut juga,
‘kan~?”
“Uh, ya?”
“Yup, yup, kita bisa mencoba
berbagai kombinasi jus di bar minuman, loh~.”
Lalu, mereka berdiri dan keluar
dari ruangan tanpa menunggu jawaban Takeshi. Gelas Takeshi ditinggalkan di
meja, tetapi itu bukan masalah besar.
“... Jadi, kamu benar-benar
menyukai Sayaka?”
Sesampainya di lorong depan bar
minuman, Masachika mengajukan pertanyaan kepada Takeshi sekali lagi. Setelah
melihat reaksi Takeshi yang menghindari tatapan tanpa menyangkal, Masachika mendongak
ke atas dengan sedikit kebingungan.
“... Seriusan, lu~?”
Masachika tahu bahwa Takeshi
serius. Namun, untuk mendukungnya dengan tulus... orang seperti Sayaka adalah
lawan yang sulit.
Pertama-tama, perbedaan status
sosial mereka sangat besar. Sayaka adalah putri dari salah satu perusahaan
terbesar di Jepang. Meskipun Takeshi juga putra seorang pemilik perusahaan,
perusahaannya hanyalah pabrik kecil di kota. Jumlah karyawan dan pendapatan
tahunannya berbeda tiga digit.
Hanya aspek itu saja sudah cukup
sulit untuk dijangkau, tetapi kepribadian Sayaka membuat segalanya lebih sulit.
Dia tidak sepenuhnya tertarik pada percintaan... bahkan mungkin akan menikah
karena alasan politik untuk keluarganya.
(Dan
dia juga seorang otaku tersembunyi... Aku yakin Takeshi tidak tahu tentang
itu... Dan ada juga tentang Nonoa~...)
Dengan mempertimbangkan
berbagai situasi yang rumit, Takeshi mengungkapkan rasa tidak puasnya kepada
Masachika yang terlihat kesulitan.
“Apaan sih? Memangnya itu
terlalu aneh?”
“Bukan aneh sih... Tapi,
bukannya kamu bilang ada seseorang yang kamu sukai sebelum liburan musim panas?
Saat kita belajar di rumahku, kamu bilang sesuatu seperti 'Aku akan menjadi cowok tipe karnovira dan terus melangkah ke depan'
kan?’”
“Oh iya, aku ingat. Lalu
bagaimana perkembangan hubunganmu dengannya?” Hikaru menimpali.
“Oh... tentang itu...”
“Jangan-jangan kamu sudah
ditolak?”
“Bukan ditolak sih... “
Setelah mengucapkan dengan ragu
dan merenung beberapa detik, Takeshi akhirnya memutuskan untuk bercerita.
“...Jadi, orang yang aku suka
saat itu adalah seorang manajer dari klub sepak bola... "
“Oh, begitu~?”
“Manajer klub sepak bola?
Kenapa lagi?”
“Nah, sebenarnya pada suatu
waktu, manajer klub sepak bola membantu latihan klub bisbol. Saat itu dia
sangat baik padaku dan aku merasa senang...”
“Hmm?”
Penjelasan Takeshi membuat
Masachika membeku.
Entah kenapa, rasanya seperti
kisah yang pernah ia dengar di suatu tempat. Manajer tim sepak bola membantu
tim bisbol...? Tunggu, siapa yang mengusulkan hal semacam itu?
“Jadi, aku berusaha keras untuk
mendekatinya... tapi, ternyata dia sudah berpacaran dengan ketua klub kami.”
Ups? Pacar ketua klub? Ya, ada
seorang pacar rahasia~. Meskipun ia tidak mengetahuinya, tetapi siapa yang
secara tidak bertanggung jawab menghasut Takeshi~?
“Jadi, itulah sebabnya aku
patah hati... dan sekarang aku ingin membentuk sebuah band bersama dan membantu
mewujudkan acara festival sekolah... dan berpikir kalau Sayaka-san gadis yang
baik, jadi yah begitulah aku menyukai Sayaka-san.”
Hoho~, siapa yang mengajak
Sayaka untuk bergabung dengan band~?
“…Jadi begitu, ya.”
Masachika menyadari bahwa semua
kesalahannya berada pada dirinya sendiri. Meskipun hal tersebut metupakan
tindakan tidak disengaja, tapi….. ia merasa sangat bersalah.
Jadi, satu-satunya hal yang
bisa dilakukannya ialah…
“….Aku akan mendukungmu, oke?”
Iya, hanya itu yang bisa
Masachika ucapkan dengan susah payah.