Prolog
Tiga tahun yang lalu.
Pada akhir tahun ajaran kelas 2
... tepat ketika hari ulang tahunku di akhir Maret, di tepi sungai Arakawa yang
sedang dipenuhi dengan guguran bunga sakura, Luna dengan malu-malu mengatakan itu
padaku,
──Aku
ingin berhubungan s*ks ... denganmu, Ryuuto.
Baik warna suaranya maupun
pipinya yang merah ceri yang dibayang-bayangi oleh bulu matanya yang lentik.
──Baru
pertama kalinya aku merasa seperti ini sejak lahir ...
Semua detik dari kedipan mata
Luna ketika dia mengucapkan kata-kata itu, bahkan waktu yang tepat, terbakar
jelas dalam ingatanku seolah-olah itu adegan favorit dari film yang aku lihat
berulang kali.
Namun, bahkan sampai sekarang, aku
masih meraih kenangan masa lalu.
Pada hari-hari penuh semangat
dan kegilaan masa muda.
♣♣♣♣
Dalam perjalanan pulang dari
tepi sungai, kepalaku terasa ringan.
──Aku
ingin berhubungan s*ks ... denganmu, Ryuuto.
Satu-satunya kata-kata yang
Luna katakan padaku beberapa saat yang lalu terus terngiang-ngiang di kepalaku.
Jantungku menjadi berdetak
lebih cepat sekarang. Seperti terjebak dalam kecepatan konstan, kegembiraan
tenang terus berlanjut seperti demam ringan.
Aku merasa malu ketika berpikir
bahwa kegembiraanku mungkin bisa dirasakan melalui tangan kiriku yang
tergandengan dengan Tsukimi.
“.......”
Wajah Luna juga tampak merah
padam dan diam terus sepanjang waktu.
Kami berjalan cukup jauh di
dekat Stasiun A dan sedang melewati distrik hiburan di depan stasiun.
Ketika aku melihat-lihat pemandangan
yang lewat, jantungku berdegup sangat kencang.
Hotel
The Earth
Istirahat
9.000 yen ~
Menginap
16.500 yen ~
Tulisan seperti itu berkilauan
di papan iklan yang menyilaukan.
Tanpa sengaja aku melirik ke
arah Luna.
“........”
Tatapan mata kami bertemu. Aku
tahu dia juga melihat papan iklan itu dari ekspresi malunya ketika dia
menghindari mataku.
“Lu-Lumayan mahal juga ya ...”
Kupikir sebaiknya aku tidak
mengungkitnya, jadi aku mengatakannya dengan cara yang tidak terdengar
blak-blakan.
“Cu-Cuma beristirahat sampai
seharga 9.000 yen ...”
“Be-Benar….mungkin karena
letaknya dekat dengan stasiun ...”
Ini benar-benar konyol. Biaya
menginap di penginapan di Enoshima jauh lebih murah ketimbang hal ini.
Aku tidak punya uang sebanyak
itu saat ini.
“Apa nenekmu ada di rumahmu
hari ini, Luna?”
Ali merasa malu untuk
mempertanyakan hal ini dengan alasan yang jelas, tetapi aku tetap bertanya
padanya.
Luna mengangguk dengan wajah
yang menunjukkan penyesalan.
“I-Iya ... Ayahku juga di
rumah.”
“Be-Begitu ya...”
Ayah Luna seorang pekerja
kantoran di bagian penjualan, jadi hari liburnya tidak teratur dan
terkadang ia ada di rumah pada hari kerja..
Tapi ... jika dipikir-pikir,
itu mungkin hal yang baik.
Aku jadi teringat ketika aku
bertanya kepada Sekiya-san setelah perjalanan studi kami tentang malam mereka
dengan Yamana-san.
──Sudah
diduga, apa rasanya sulit melakukan itu untuk pertama kalinya?
──Entahlah...
Ini pertama kali aku melakukannya dengan seorang gadis perawan. Tapi, jika dia
merasa sakit, aku tidak ingin terlalu memaksanya, ‘kan? Apalagi dia masih di
bawah umur juga.
──Kamu
sampai memperhatikan hal itu juga.
──Tentu
saja, kamu tahu ‘kan ada aturan tentang 'Peraturan Tindakan Cabul' atau
sejenisnya.
Setelah itu, aku mencari tahu
tentang [Peraturan Tindakan Cabul].
Tidak
seorang pun diperbolehkan melakukan hubungan seksual yang tidak senonoh atau tindakan
serupa dengan hubungan s*ksual dengan anak di bawah umur.
Ti-Tidak senonoh?
Tidak seorang pun?
Kalau aku? Aku sendiri masih
remaja di bawah umur, tapi apa itu berarti aku dilarang melakukan hubungan s*ks
yang penuh kasih sayang dengan Luna yang juga masih remaja?
Karena aku tidak memahaminya sama
sekali, jadi aku mencari informasi di situs web dan merangkum apa yang aku
temukan.
Bahkan
di antara remaja di bawah usia 18 tahun, ada pelanggaran peraturan tentang
perbuatan cabul.
Hal
ini tidak berlaku jika mereka bertunangan atau berada dalam 'hubungan serius
yang setara dengan pertunangan'.
Itulah maksudnya.
Tapi aku masih merasa
kebingungan dengan kalimat “hubungan
serius yang setara dengan pertunangan”.
Pada akhirnya, aku berencana
untuk menikahi Luna. Menurutku Luna juga berpikiran sama.
Tapi siapa yang bisa
membuktikannya? Walaupun aturan hukumnya sudah mengatakan demikian. Aku tidak
tahu bagaimana hal itu bisa terjadi, tapi jika polisi menggerebek kamar saat
kami melakukan hubungan badan di hotel cinta dan berteriak, “Kalian melanggar
undang-undang Perbuatan Cabul!” Kupikir kami membutuhkan orang dewasa yang
dapat bersaksi tentang 'hubungan yang
serius'.
Jadi, sebelum kami melakukan
hal seperti itu, ada baiknya aku bertanya kepada wali Luna tentang niat kami
untuk menikah.
“…Apa yang akan kita lakukan
setelah ini?”
Sesampainya kami di depan
stasiun, Luna bertanya dengan ragu-ragu.
Aku
ingin bercinta denganmu.
Itulah tertulis di seluruh
wajahku.
Dan aku tahu kalau Luna juga
merasakan hal yang sama denganku.
Itulah sebabnya.
“...Aku akan mengantarmu pulang
ke rumah.”
Seperti yang sudah kuduga, aku
tidak bisa mengatakan “Aku ingin meminta
izin ayahmu dulu untuk bisa menidurimu”, jadi setidaknya aku membuat alasan
untuk mengantarnya pulang ke rumah.
“Eh...eh, ya.”
Luna tampak sangat murung.
Kurasa dia mungkin mengira kencannya sudah berakhir.
Mana mungkin begitu.
Tolong tunggulah sebentar lagi,
Luna.
Aku berjalan melewati kawasan
perumahan yang biasanya damai dengan semangat juang yang tenang.
“……”
Saat kami sampai di rumahnya,
Luna diam-diam menyentuh gerbang rumahnya dan kembali menatapku.
“Ah, tunggu sebentar, Luna...”
“Ya……?”
Luna memiringkan kepalanya dan
menatapku.
“……”
──Ayah,
aku serius memikirkan masa depanku bersama dengan Luna-san.
Saat aku menyampaikan kata-kata
yang harus kuucapkan dalam pikiranku, bayangan Papa Luna di dalam kepalaku
membuka mulutnya.
──Haah.
Jadi apa maksudmu? Kamu itu masih siswa SMA kan? Kamu bisa bilang apa saja
hanya dengan mulutmu. Bagaimana kamu akan membuat putriku bahagia? Coba katakan
visimu dengan jelas.
“…….”
Aku kehilangan kata-kata di
dalam kepalaku.
Beberapa hari lagi aku akan
menjadi murid kelas tiga SMA, dan aku harus belajar keras untuk meningkatkan
nilai sekitar 20 poin dan mencoba masuk ke dalam jajaran yang diterima di
Universitas Houou. Sekalipun kerja kerasku membuahkan hasil dan diterima di
universitas yang bagus, aku masih tetaplah seorang mahasiswa.
Aku merasa bahwa apapun yang
aku katakan kepada Ayahnya, yang telah menghidupi putrinya sendiri dengan
usahanya sendiri, tidak memiliki daya tarik apa pun untuk meyakininya. Selain
itu, aku belum pernah bertemu ayah Luna lagi sejak awal tahun ketika aku
memohon kepadanya untuk menunda rencana tinggal bersama pasangan barunya. Aku
ingat saat itu berhasil mengalahkan ayahnya dalam debat, dan sekarang aku
merasa akan menjadi korban selanjutnya. Aku gemetar ketika memikirkan hal itu.
“…. Ada apa, Ryuuto?”
Aku tersentak dari lamunanku
ketika Luna memanggilku.
“Tidak, ini, uhmm….”
Saat aku berkeringat dingin dan
memikirkan apa yang harus aku lakukan selanjutnya, aku menyadari kalau ponselku
bergetar di dalam saku.
“Hmm...?”
Karena teman-temanku juga
sama-sama orang introvert, jadi aku hampir tidak pernah menerima panggilan tak
terduga seperti ini. Karena telepon terus berdering, aku tidak bisa
mengabaikannya dan mengambilnya dari saku untuk melihat tampilan layar.
“…. Ayah?”
Tentu saja itu panggilan dari
ayahku, bukan dari ayah Luna. Ini juga aneh karena keluargaku semuanya jarang
menelepon begini, jadi ini peristiwa langka.
“Ayah Ryuuto? Angkatlah,
mungkin ada urusan penting.”
Luna mengkhawatirkan diriku dan
aku menekan tombol panggilan.
“Hei,
apa kamu sudah dengar? Ini darurat.”
Suara ayahku terdengar cemas. Ia
yang biasanya pendiam dan tenang, kali ini berbicara dengan tergesa-gesa.
“Ibumu
menderita kanker dan akan menjalani operasi.”
“Eh ...?”
Pandangan di depan mataku
tiba-tiba menjadi putih.
Ayahku terus menjelaskan
berbagai hal, seperti tanggal masuk rumah sakit dan sebagainya, tetapi semua
informasi itu hampir tidak masuk ke dalam pikiranku. Aku terdiam dan menutup
telepon.
“Ryuuto...”
Luna melihatku dengan
perhatian. Karena dia berada di dekatku, dia mungkin mendengar isi percakapan
yang ada di telepon tadi.
“Maafkan aku, Luna ...”
Aku berkata dengan mulut
kering, dan Luna mengangguk lurus ke arahku, seolah-olah itu metupakan hal yang
wajar.
“Ya. Pulanglah secepat mungkin
dan tinggal di samping ibumu hari ini.”
“... Ya, terima kasih ...”
Aku berbalik dan meninggalkan
rumah keluarga Shirakawa.
Saat aku menuju ke stasiun
dengan kepala tertunduk, aku teringat kenangan masa kecilku bersama ibuku, dan tanpa
disadari, tiba-tiba pandangan mataku menjadi kabur.
Rasa penyesalan karena tidak
bisa menjadi satu dengan Luna mereda sedikit pada saat itu.
Namun, ketika aku tiba di
rumah, rupanya kondisi ibuku masih sama seperti biasanya.
Dia berdiri di dapur menghadap
ruang tamu dan sedang menyiapkan makan malam, penampilannya tidak berbeda dari
biasanya.
“Oh, kamu sudah pulang. Cepat
sekali ya? Bukannya kamu sedang pergi kencan?”
Ibuku tampak terkejut ketika
melihatku muncul di ruang tamu.
“... Ayah tadi menelepon dan
mengatakan bahwa ibu memiliki kanker ...”
Ketika aku berkata seperti iitu,
ibuku mengerutkan kening.
“Ya ampun, apa Ayahmu benar-benar
meneleponmu untuk itu? Yah, ia pasti tidak tahu kalau kamu sedang berkencan.”
Lalu, setelah mengelap
tangannya yang basah karena memasak, dia menghampiriku yang berdiri di dekat
dapur.
“Itu bukan kanker, tahu. Mereka
bilang itu 'displasia serviks', itu
adalah kondisi di mana terdapat
kelainan pada leher rahim, yang merupakan tahap awal dari kanker serviks. Jadi,
mereka ingin melakukan operasi untuk mengangkat bagian itu sebelum berubah
menjadi kanker. Ibu diberitahu tentang hal ini saat menjalani pemeriksaan
tahunan.”
“Jadi ... itu bukan masalah
serius?”
“Untuk saat ini, sih. Yah,
tampaknya ada kasus di mana perkembangannya lebih cepat dari yang diperkirakan,
dan tidak bisa diangkat sepenuhnya saat operasi karena sudah menjadi kanker.”
Ibu mencoba untuk berbicara
dengan ceria saat wajahku kembali cemas karena hal itu.
“Yah, dokter bilang bahwa pada
tingkat dan usiajy, kemungkinan besar akan baik-baik saja, jadi jangan memasang
wajah seperti itu.”
Meskipun aku tidak tahu
ekspresi macam apa yang aku tunjukkan saat ini, aku yakin kalau aku tidak
terlihat ceria. Hatiku menegang dengan perasaan campur aduk saat memikirkan
bahwa wajah ini yang selalu dikatakan mirip dengan ibu. mungkin akan menjadi
kenangan yang terlupakan.
“........”
Ibuku tersenyum ceria
seolah-olah ingin menghilangkan kekhawatiranku yang mendalam.
“Kamu benar-benar baik hati
sekali, sama seperti ayahmu.”
“.......”
“Ayahmu panik dan
bertanya-tanya apa itu karena salahnya sendiri.”
Ibuku tertawa sedikit
malu-malu.
“......?”
Sejenak, aku tidak mengerti apa
yang dia maksud, tapi aku ingat mendengar bahwa kanker serviks disebabkan oleh
infeksi virus melalui hubungan seksual, jadi ibu mungkin sedang membicarakan
hal itu.
Meskipun aku tidak terlalu
tertarik dengan kisah pertemuan pertama orang tuaku, tapi aku teringat kalau
ayah dan ibu merupakan teman kuliah dan ayah adalah pacar pertama ibuku.
“Kalau sekarang sih sudah ada
vaksinnya, jadi bisa dicegah, tapi jika aku masih muda, aku pasti ingin
menerimanya. Jika aku tahu sesuatu seperti ini akan terjadi ...”
“Hmmm...”
“Kamu hanya berkata 'hmm'
doang...”
Meskipun aku memberikan jawaban
yang tidak terlalu antusias, ibuku menegurku karena tidak mendengarkan dengan
baik.
“Kamu mengatakannya seolah-olah
itu urusan orang lain saja. Vaksin HPV juga dapat diberikan pada anak
laki-laki, tahu?”
“....Hah?”
“Jangan bilang 'hah' gitu. Astaga, kamu ini benar-benar
kurang peduli, ya.”
Aku meninggalkan ruang tamu
dengan perasaan agak tidak nyaman setelah ditegur begitu oleh ibuku.
“... Vaksin HPV ...?”
Aku memasuki kamarku dan
mencari tahu lebih lanjut melalui smartphone-ku.
Di sana tertulis bahwa Human Papilloma Virus (HPV) yang
menyebabkan kanker serviks dapat menyebar melalui hubungan seksual. Untuk
mencegah hal ini, tidak hanya perempuan, tetapi juga laki-laki harus
divaksinasi.
Pertanyaan:
Apakah menggunakan kondom bisa mencegah infeksi?
Jawaban:
Menggunakan kondom memang bisa membantu mencegah infeksi, tetapi HPV juga dapat
menyebar melalui sentuhan tangan.
“..... Ini sudah mentok ...”
Jadi, jika seseorang sudah
pernah melakukan hubungan seksual, risikonya tetap ada.
——
Ayahmu panik dan bertanya-tanya apa itu karena salahnya sendiri
Memang, dalam kasus ibuku,
sumber penularannya adalah dari ayahku.
Meskipun Luna memiliki
pengalaman dengan mantan pacarnya sebelumnya, jika dia terkena kanker serviks
di masa depan, aku tidak tahu apakah itu karena salahku atau bukan.
Namun, jika aku dan Luna akan
melakukan hubungan seksual di masa depan, tidak ada jaminan bahwa aku tidak
akan menjadi sumber penularan.
——Kalau
sekarang sih sudah ada vaksinnya, sehingga bisa dicegah.
Jika ada kemungkinan bahwa
melakukan hubungan seksual dapat membahayakan orang yang aku cintai, maka aku
harus mempertimbangkan untuk mengurangi risiko tersebut hingga mendekati nol.
Mungkin aku harus memikirkannya
baik-baik.
“….Haa…..”
Setelah berbaring di tempat
tidur dan menghela nafas dalam-dalam, aku merasa ada beberapa hal yang harus
aku lakukan sebelum bisa menjadi satu dengan Luna.
Apa aku terlalu khawatir?
Namun semakin aku mencintai
Luna, semakin sulit bagiku untuk melakukan hubungan seksual dengan mudah
seperti dalam komik erotis.
“Merepotkan banget...”
Sifatku yang seperti ini sangat
merepotkan. Aku bahkan sempat berpikir kalau aku ingin menjadi orang lain.
Betapa menyenangkan rasanya
jika aku bisa merangkul Luna tanpa banyak berpikir dan hanya mengikuti naluriku
serta mengekspresikan cintaku dengan semua tubuhku.
Namun, itu hanya menjadi
khayalan semata.
Setidaknya, pada saat ini.
“Haa~…”
Ketika aku menghela nafas
dalam-dalam untuk kedua kalinya, ponselku bergetar dan aku melihat kalau aku mendapat
pesan dari Luna.
Bagaimana
kabar ibumu?
“Ah ...”
Dia benar-benar peduli padaku.
Mungkin sejak aku berpisah
dengannya.
——Kamu
benar-benar baik hati sekali. Sama seperti ayahmu.
Aku tidak tahu seberapa baik
aku, tapi aku pikir Luna adalah seorang gadis yang benar-benar baik hati.
Karena kasus kanker ibuku tidak
seserius yang aku kira, jadi aku bangun dan menelepon Luna untuk menjelaskan
situasinya.
“Jadi
begitu ya... Tapi bagaimanapun juga, setelah operasi itu selesai, kita bisa merasa
lega, bukan?”
Setelah mendengar cerita
dariku, Luna berkata dengan suara yang lebih cerah.
“Ya. Aku minta maaf karena
sudah membuatmu ikutan khawatir juga, Luna.”
“Tidak,
jangan minta maaf segala. Aku pikir keluarga Ryuuto yang paling terkejut.”
“Terima kasih...”
Luna benar-benar gadis yang baik
hati.
“…Umm,
begini, Ryuuto...”
Dan gadis sebaik dirinya,
tiba-tiba mulai membuka mulutnya, suaranya terdengar ragu-ragu melalui telepon.
“Hari
ini, meskipun aku tadi mengatakan hal seperti itu, tapi...”
Apa yang dia maksud tentang hal
itu?
──Aku
ingin berhubungan s*ks…. denganmu, Ryuuto.
Mungkin itulah yang dia maksud.
“…Kita
tidak perlu melakukannya sekarang juga, ‘kan?”
“Eh...?”
“Aku
pernah mendengarnya dari Nikoru... Ketika Sekiya-san pertama kali melakukan
hubungan seperti itu dengan pacarnya, ia tidak dapat berkonsentrasi pada
pelajarannya selama berbulan-bulan dan nilai-nilainya menurun drastis. Itulah
sebabnya ia tidak ingin menjalin hubungan yang mendalam dengan Nikoru sampai ia
menyelesaikan ujian masuknya.”
Kalau dipikir-pikir lagi, aku
merasa Sekiya-san juga mengatakan hal yang serupa padaku.
──Ketika
aku pertama kali melakukannya, aku berubah seperti monyet di musim kawin selama
sekitar enam bulan.
──Aku
bisa memprediksinya. Setelah kami melakukan seks sekali, kami akan terus
berhubungan seperti monyet setiap hari di rumah atau hotel jika ada kesempatan,
selama sekitar tiga bulan. Dan ketika akhirnya aku tersadar kembali menjadi
manusia, aku sudah selesai dengan ujianku. Dalam banyak artian.
“Aku
tidak ingin Ryuuto mengalami hal seperti itu... Aku merenungkan apa aku sudah
mengatakan hal aneh….aku tidak ingin mengganggu belajarmu di sekolah bimbel dan
kamu sudah berusaha yang terbaik untuk persiapan ujian masuk.”
“Ak-Aku akan baik-baik saja...
mungkin.”
Setidaknya, kupikir aku orang
yang lebih rasional daripada Sekiya-san.
“Tapi,
ini pertama kalinya bagi Ryuuto, bukan? Kamu tidak akan tahu apa yang akan
terjadi sampai kamu mencobanya, ‘kan? Tapi jika kamu benar-benar mencobanya dan
hal semacam itu terjadi, semuanya sudah terlambat...”
“........”
Itu
sama sekali tidak benar, semuanya akan baik-baik saja. Jadi mari kita
berhubungan seks sekarang juga!
Alasan kenapa aku tidak bisa
mengatakan itu dengan percaya diri karena ada masalah seperti undang-undang
tentang tindakan pencabulan dan vaksin HPV yang harus kupikirkan.
Dan aku merasa kalau sekarang
bukanlah waktu yang tepat untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut, ketika
aku harus serius belajar untuk ujian.
“Aku
baik-baik saja. Perasaanku kepadamu tidak akan pernah berubah….. Termasuk
perasaan 'ingin melakukannya' juga.”
Dalam suara kecil yang agak
malu-malu di bagian akhir, Luna mengatakan hal itu. Dia sangat imut sehingga
aku ingin memeluknya jika bukan karena kita berbicara melalui telepon.
“Aku
akan menunggumu. Sampai kamu lulus diterima di universitas Houou, Ryuuto.”
“.... Baiklah, aku mengerti.
Terima kasih, Luna.”
Hanya itu satu-satunya kata yang
bisa aku katakan sebagai tanggapan atas dukungan yang dia berikan selama ini.
“Aku akan berusaha untuk ujian
nanti.”
Lalu, setelah aku menutup
telepon,
“Uuoooooooooooo~~~~~~~!”
Aku membuka buku pelajaran
sekolah bimbelku dan menggoretkan pulpen pada buku catatanku, seakan-akan ingin
menghempaskan semua hasrat seksualku yang berlebihan.
♣♣♣♣
Dan sekarang.
Di musim semi ketika aku baru
saja menjadi mahasiswa tahun ketiga.
“…Jadi begitulah ceritanya.”
Aku menyelesaikan ceritaku
dengan menghadap Kujibayashi-kun, yang duduk di seberang meja dariku di kafe
observasi di Menara Tokyo.
“Kemudian, ketika aku diterima
di universitas, kali ini giliran Luna yang memiliki adik kembar dan menjadi
seorang pekerja sibuk. Meskipun kami sesekali bertemu, tetapi dia selalu dipanggil
oleh keluarga atau tempat kerjanya dan kami tidak pernah memiliki kesempatan
untuk merasakan suasana seperti dulu lagi ... dan sekarang, kami sampai pada
titik ini.”
“Hmm.”
Kujibayashi-kun, yang
mendengarkan ceritaku sambil menyilangkan tangannya, menggeram pelan.
“…Dengan kata lain, ini adalah
'Musim Semi yang Berlangsung Terlalu Lama' ya?”
“Eh?”
“Karya Mishima Yukio. Ini
adalah istilah populer pada saat itu yang menggambarkan masa-masa damai yang
terjadi pada pasangan yang berpacaran terlalu lama.”
“Ja-Jadi begitu ya ...”
Entah bagaimana, aku merasa
seperti itulah situasi yang kami alami saat ini, dan aku menjadi cemas. Mungkin
seharusnya aku akan membacanya nanti.
“… Namun, sekarang aku mengerti
mengapa kamu sangat bersemangat hari ini.”
“Eh?”
“Kamu akan mengalami pengalaman
pertamamu pada perjalanan Okinawa musim panas ini ... benar, kan?”
“Uh, ya.”
Ketika Kujibayashi-kun mengatakan
begitu, Aku mengangguk ragu-ragu.
“Me-Memangnya itu bisa terlihat
di wajahku?”
“Sebaiknya lihatlah di cermin
dulu. Kamu memiliki raut wajah yang jelek dan penuh nafsu.”
“Apa!? Bukannya perkataanmu
terlalu kejam!”
“Tidak peduli berapa kali aku
mengatakannya, kamu mungkin tidak peduli dengan itu. Terutama ketika kamu
memikirkan tentang Okinawa.”
“Y-Yah...”
Jujur saja, aku memang ingin
berhubungan s*ks dengan Luna.
Perasaan itu masih belum
berubah sejak hari aku mulai berpacaran dengan Luna. Akhirnya, waktunya telah
tiba. Aneh rasanya jika aku tidak bersemangat.
Musim panas ini, di Okinawa,
Luna dan aku akan ... melakukan hubungan s*ks untuk pertama kalinya!
“... Aku sangat iri ... aku
benci ini…..”
Kujibayashi-kun terus menggerutu
sambil melihatku seperti itu.
“Tidak, kamu tahu, aku juga masih
menjadi 'yokai perjaka', tau ... “
Aku berkata dengan maksud
menindak lanjuti dan menenangkannya, tetapi aku terkejut dengan fakta itu
sendiri.
Ya ... Aku masih perjaka ...
sampai sekarang ...
“... Aku juga merasa aneh
tentang hal itu. Meskipun kami sudah berpacaran sejak SMA ... dan sekarang aku sudah
menjadi mahasiswa tahun ketiga ...”
Aku mengatakan hal itu dengan
nada mengejek diri sendiri, dan Kujibayashi-kun melihat saya dengan serius.
“... Mungkin itu aneh bagi para
normie di dunia ini
“........”
“Tapi itu hanya dalam hal
fenomena di dunia material.”
Kujibayashi-kun, yang akhirnya
menatap mataku, berkata kepadaku dengan ekspresi yang terlalu serius untuk
topik yang sedang dibicarakan.
“Mungkin kalian berdua sedang
mencari 'sesuatu yang samar-samar'
satu sama lain saat ini.”
Setelah mendengar itu, aku teringat
kembali episode tentang namaku dan Luna yang pernah diceritakan Kujibayashi-kun.
──’Bulan’
dan ‘Naga’, ya. Itu adalah kombinasi yang sangat unik.
──Keduanya
mewakili ‘sesuatu yang samar-samar’. Bulan bersinar samar-samar sehingga kontur
tidak terlihat. Sedangkan naga adalah makhluk fiktif sehingga tidak jelas
seperti apa bentuk aslinya. Oleh karena itu, jika kedua karakter kanji tersebut
digabungkan akan ditulis sebagai ‘[朧]Oboro’.
“……”
Apa aku dan Luna sedang ‘mencari sesuatu yang samar-samar’ satu
sama lain?
“Uhmm ... 'sesuatu yang samar-samar' itu maksudnya apa?”
“Ketika kedua orang saling
memikirkan dan sangat peduli satu sama lain sehingga mereka
tidak dapat dengan mudah mengambil tindakan dan terjebak dalam dilema..... Jika
kamu hanya memperhatikan fenomena yang terlihat, mungkin kamu masih menjadi 'yokai perjaka' seperti aku dan belum
ada apa-apa yang terjadi antara kalian berdua. Namun, 'sesuatu yang samar-samar' itu pasti ada di antara kalian berdua.”
“??”
Aku merasa seperti sedang dikelilingi
oleh asap dan wajahku tampak kebingungan saat melihat Kujibayashi-kun.
Melihat tanggapanku yang seperti
itu, Kujibayashi-kun menyunggingkan salah satu ujung bibirnya dan menundukkan
kepalanya.
“Tentang 'sesuatu itu' ... sebagai yokai tulen seperti diriku, hal tersebut
agak sulit dipahami.”
Karena Kujibayashi-kun terlihat
malu-malu, aku memutuskan untuk tidak menatapnya langsung dan mengalihkan
pandanganku ke sekeliling.
Ketika kerumunan orang di
sekitar kami tiba-tiba berkurang, langit biru dan panorama Tokyo yang tercermin
di dinding kaca terlihat dengan jelas di depan kami.
Itu adalah momen yang sangat
indah sehingga membuatku merasa takjub.
“Tapi, bukankah orang-orang
menyebutnya sebagai 'cinta'?”
Saat aku mendengar perkataan
Kujibayashi-kun, hatiku masih bergetar dengan sisa-sisa pemandangan yang menakjubkan.