SS 3 — Kesepian
Saat Kekasih Tidak Ada, dan Latihan Rahasia
Mahiru memiliki banyak waktu
luang sejak Amane mulai bekerja paruh waktu.
Tepatnya, banyak hal yang harus
dilakukannya. Mulai dari mengerjakan tugas PR, sesi belajar, berolahraga,
pekerjaan rumah tangga, dan bahkan melakukan rutinitas kesehatan dan
kecantikan. Namun, ada kekosongan di dalam hatinya, dan dia merasa kehilangan
karena tidak ada apa-apa di sana.
Mahiru tahu betul bahwa Amane
akan mengisi kekosongan itu, tapi dia lebih terkejut lagi ketika mengetahui
bahwa dia merasa kesepian setelah berpisah darinya selama beberapa jam saja.
Pengungkapan ini membuat Mahiru termenung.
Tentu saja, Mahiru tahu kalau
Amane akan kembali padanya dan bahwa ia mulai bekerja dengan suatu tujuan, jadi
dirinya tidak berniat untuk menyalahkan atau menghentikannya. Namun, meskipun
tahu kalau dirinya sedang sendirian, ada kalanya Mahiru secara tidak sadar
mencoba memanggil Amane seolah-olah ia masih duduk di sampingnya.
Bahkan Mahiru sendiri mengakui
bahwa hal itu bisa menjadi pertanda adanya masalah yang serius, tetapi dia
berusaha sebaik mungkin untuk terus berjalan seperti biasa. Dirinya
menghabiskan waktu sebanyak yang dia bisa untuk membuat makan malam sambil
menunggu kepulangan Amane, dengan tujuan untuk tidak membuatnya khawatir. Meski
Mahiru tidak secara sengaja mencoba untuk bertindak seperti pacar yang ideal,
dia tetap berusaha untuk tidak menahan Amane atau menjadi beban baginya.
Sadar akan kasih sayangnya pada
Amane, yang begitu menggebu-gebu hingga menyebutnya sebagai obsesi tidaklah
aneh, Mahiru berbisik, “Kuharap aku bisa lebih santai...” di dalam hati dan
dengan lembut melepaskan celemek yang dia kenakan.
Aroma manis telah meresap ke
dalam rumah, dan meski hal itu bukanlah masalah, aroma itu juga menempel pada
Mahiru. Dia harus mandi untuk menghilangkan aroma itu dengan hati-hati sebelum
Amane kembali ke rumah. Yang bisa Mahiru lakukan hanyalah menghilangkan bau
badannya secara ringan ketika dia tidak punya banyak waktu luang, tapi hari
ini, dia punya cukup waktu luang untuk mandi dengan benar.
Mahiru melihat kembali pada kue
yang sedang dia buat yang sudah setengah matang dan mulai mendingin, lalu dia
melirik jam di dinding dan memastikan bahwa dia masih punya banyak waktu
tersisa. Setelah itu, dia menghela napas.
Amane belum juga pulang ke
rumah.
Bahkan setelah Mahiru selesai
memanggang kue-kue buatannya, dia masih perlu waktu untuk membersihkan diri dan
kembali ke apartemen Amane untuk menyiapkan makan malam.
Kuharap
aku bisa menyebutnya praktis.
Mahiru diam-diam berlatih
memanggang kue di rumah untuk persiapan ulang tahun Amane, tetapi sifat obsesif
dan perfeksionisnya mulai muncul ke permukaan, dan dia masih belum membuat kue
yang membuatnya puas.
Amane biasanya pulang cukup
larut malam sebagai pekerja paruh waktu, yang mana memang nyaman dalam hal itu,
tapi tidak dapat menghindari kesepian yang ditimbulkannya. Meski demikian,
menyibukkan diri dengan memasak adalah metode yang tepat untuk mengalihkan
perhatiannya dari rasa kesepian seperti itu.
Mahiru ingin menyenangkan hati
Amane dengan cara itu. Dia membuat prototipe untuk dipraktikkan, mengejar cita
rasa yang pasti disukai Amane. Tetapi seperti yang sudah dia duga, masih
terlalu dini baginya untuk menangani resep seperti itu sendirian.
Meskipun ukurannya diperkecil
agar Mahiru bisa menyempurnakan rasanya, namun sekecil apa pun porsinya, dia
tetap merasa khawatir kalau-kalau berat badannya akan bertambah setelah makan
kue setiap hari.
“... Kuharap aku tidak
membiarkan berat badanku menjadi tidak terkendali dengan semua ini,” kata
Mahiru.
Tentu saja, tidak benar rasanya
jika dia mengklaim bahwa berat badannya akan bertambah setelah dia memakannya,
tetapi karena Mahiru terus memakan kue hampir setiap hari sejak dia mulai
berlatih, Mahiru masih merasa khawatir berat badannya akan bertambah. Sekarang
Amane telah bertekad untuk menjadi seseorang yang bisa ia banggakan, Mahiru
tidak bisa membiarkan dirinya menjadi lalai dalam menjaga dirinya sendiri,
apapun alasannya.
Mahiru bergumam pelan, “Ayo panggil Chitose-san dan Kido-san untuk uji rasa,” sambil menggosok perutnya sebelum menuju kamar mandi, bertekad untuk memijat dirinya sendiri dengan kuat di kamar mandi.