[LN] Reset Seishun Jilid 1 Bab 10 Bahasa Indonesia

Chapter 10 — Sasami Mimi

 

Sambil berjalan menyusuri lorong menuju ke halaman, aku melihat wajahku sendiri dengan cermin tangan. Hari ini aku masih terlihat imut. aku pasti akan berbaikan dengan Senpai hari ini.

Ketika aku pergi ke ruang kelas 2, Senpai tidak ada di sana. Ketika aku bertanya pada seorang gadis yang berada di dekat situ, dia berkata dengan nada sinis, “Hah? Aku tidak mengenal orang seperti itu!” Dia terlihat sangat jahat. Dia punya masalah apaan, sih? Dia sangat menyebalkan.

Ketika aku bertanya pada siswa lain, aku mendapat informasi bahwa Senpai sedang makan siang di halaman. Dalam situasi seperti ini, aku merasa senang karena mempunyai wajah yang imut. Siswa laki-laki yang berbicara padaku terlihat senang.

 

Aku secara alami berjalan lebih cepat menuju halaman. Menurut pengalamanku, meminta maaf dengan cepat adalah yang terbaik saat ada pertengkaran. Aku yakin kalau semuanya akan baik-baik saja...

Aku pun sempat berpikir begitu, tapi perubahan sikap Senpai saat itu masih terbayang di kepala.

Shimizu-senpai adalah anggota jagoan dan ketua klub atletik. Sedangkan Senpai hanyalah orang luar klub. Jelas mana yang lebih diprioritaskan...

Namun, kecepatan kaki Senpai saat berlari di lapangan tidak wajar. Pagi-pagi saat kami berlari bersama, ia tidak berlari dengan serius untuk menyesuaikan kecepatanku.

Ia begitu cepat sampai-sampai Shimizu-senpai terlihat siput. Mimi harus mengakui itu terlihat sedikit keren.

Aku juga mengerti bahwa cara bicaraku saat itu tidak baik.

Tapi, aku tidak bisa mengendalikan keserakahanku. Sifat ini tidak akan pernah berubah seumur hidup.

...Bisa dibilang, keluarga Mimi sangatlah miskin. Aku masuk sekolah ini berkat rekomendasi atletik. Ibu bekerja sangat kerasa demi diriku. Mimi juga bekerja paruh waktu di restoran cepat saji setelah selesai kegiatan klub. Karena tanpa itu, kita tidak bisa bertahan hidup.

Oleh karena itu, Mimi tidak boleh membuat pilihan yang salah. Teman sekelas, senpai, anggota klub atletik, semuanya tidak penting.

Aku harus mencatat prestasi yang baik di klub atletik sekolah ini.

 

Senpai memberiku banyak hal ketika Mimi memenangkan kompetisi. Aku merasa senang sih, tapi…. Aku iri dengan keluarga Senpai yang kaya. Terus terang, aku merasa cemburu...

Senpai bukan anggota klub atletik. Jika aku tidak disukai oleh Shimizu-senpai, yang merupakan orang yang dikagumi di klub atletik, aku tidak akan bisa bertahan di klub tersebut. Ya, aku tidak punya pilihan lain.

                                                                                                    

...Aku pikir jika aku minta maaf nanti, Senpai yang baik hati dan lembut akan memaafkanku. Aku yakin Shimizu-senpai yang keras kepala tidak akan percaya kecuali aku mengatakan hal-hal seperti itu.

Ekspresi dingin Senpai kembali muncul di dalam pikiranku. Langkahku terhenti saat berjalan di lorong. Aku takut bertemu dengan Senpai. Aku yakin semuanya akan baik-baik saja jika aku bisa menjelaskan alasannya.

Aku memeriksa wajahku sekali lagi di cermin tangan. Setelah menenangkan hatiku lagi, aku melangkah menuju halaman dalam lagi.

 

Aku yakin semuanya akan baik-baik saja karena Mimi adalah junior yang imut baginya. Senpai bahkan pernah mengatakan kalau aku imut! Senpai pasti akan memaafkanku!

 

Aku sangat khawatir karena akhir-akhir ini aku tidak bisa bertemu dengan Senpai...

Aku tidak melihatnya saat berlari pagi, dan aku tidak bisa bertemu dengannya di sekolah. Aku takut untuk masuk ke ruang kelas kakak kelas.

Aku yakin semuanya akan baik-baik saja jika aku menangis dan meminta maaf padanya.

Tubuhku terasa menjadi lebih ringan sejak aku belajar cara berlari dari Senpai. Aku berhasil mencatat hasil yang lebih baik dari kemampuan sebenarnya di turnamen SMP. Aku yakin aku tidak akan kalah dari teman sekelas di SMA.

Ketika Senpai memijat tubuhku seperti pemijat, aku merasa sangat nyaman dan bisa berlari sebanyak yang aku mau.

Ia selalu dengan baik hati dan cermat mengawasi pelatihanku. Ia selalu khawatir tentang kesehatan tubuhku. Namun, aku mengatakan hal-hal kejam tentang Senpai seolah-olah ia seperti seorang penguntit, dan jika aku tidak segera meminta maaf, aku tidak akan bisa berlari bersamanya lagi.

…..Senpai terlihat cukup keren, jadi ia harusnya bisa memoles dirinya lagi. Jika ia melakukannya, maka Mimi akan...

 

Ketika aku sampai di halaman, aku melihat Senpai bersama seseorang. Senpai yang aku jumpai setelah sekian lama absen terlihat lebih rapi.

Ini pertama kalinya aku melihatnya bersama teman-temannya. Mereka adalah Sasaki-senpai dan Igarashi-senpai yang merupakan siswa yang gagal dalam klub atletik. Ada juga gadis super cantik yang menatap Senpai... Meskipun itu membuatku frustrasi, tapi dia jauh lebih cantik dari Mimi... Itu membuatku kesal.

 

Mimi menarik napas dalam-dalam dan tersenyum ketika melihat bayangan Mimi sendiri di cermin koridor. Tidak apa-apa, aku juga imut.

Ya, jika aku terlihat imut, aku yakin Senpai pasti akan memaafkanku. Kouhai yang membutuhkan perhatian. Itulah diriku.

Aku diam-diam mulai berlari menuju Senpai. Senpai masih tidak menyadari keberadaanku karena ia sedang berbicara dengan Igarashi-senpai.

Senyumku langsung sumringah dengan sendirinya. Ya, sepertinya aku paling senang saat berlari bersama Senpai.

Aku menyadari hal itu ketika kami berjauhan.

Perasaan bahagia dan kehangatan muncul saat aku berpikir bahwa kami bisa berlari bersama lagi. Meskipun Senpai terlihat seperti pria dewasa, tapi ia tetap imut.

Mimi mencoba untuk memeluk punggung Senpai.

“Senpaai! Sudah lama tidak bertemu!”

Tubuh senpai yang ingin kupeluk tidak bisa aku temukan sama sekali.

“L-Loh!?”

Aku kehilangan keseimbangan dan—ah, aku jatuh!?

“Umph!? Uhuk, uhuk!”

“Hmm, Sasami?”

Ketika aku berpikir aku akan terjatuh ke tanah, aku merasa ada seseorang yang memegang kerahku. Meskipun agak sakit karena benturan, aku lega tidak terjatuh.

Ketika aku mengangkat wajahku, Senpai ada di sana. Sudah kuduga, Senpailah yang membantuku.

“Se-Senpai, terima kasih! Sudah kuduga, hanya Senpai satu-satunya yang Mimi punya!! Senpai—?”

Senpai tidak melihat wajahku. Ia justru menghadap ke arah Igarashi-senpai.

 

“Igarashi-kun, apakah kamu baik-baik saja?”

“Aku baik-baik saja, kok. Kesampingkan itu, apa kamu mengenal Sasami, Toudo?”

“Igarashi-senpai tolong diamlah sebentar! Aku sedang berbicara dengan Senpai”

"Seperti biasa, kamu gadis yang merepotkan. Terserah apa maumu saja deh.”

Ah, penonton memang suka ribut. Aku harus meminta maaf pada Senpai sekarang.

“Senpai!! ...Maafkan aku mengenai kejadian sebelumnya dengan Shimizu-senpai. Aku tidak punya pilihan lain. Aku tidak bisa bertahan di klub atletik jika aku menyinggung Shimizu-senpai.”

Aku memukau Senpai dengan penampilan yang meyakinkan. Tapi aku merasa janggal.

Aku merasa ada yang aneh dengan suasana Senpai yang dulunya begitu baik. Ekspresi Senpai sama sekali tidak berubah. Tidak ada sedikitpun kebaikan yang terlihat. Ia terlihat seolah-olah berubah menjadi orang yang berbeda.

 

Rasa dingin menjalar di tulang belakangku dan aku menggigil——

“Eh, ah, Se-Senpai...?”

Aku hanya bisa mengeluarkan suara yang terdengar lirih.

Aku tidak bisa merasakan emosi apapun darinya. Rasanya seakan-akan begitulah cara pandang saat melihat benda...

Ini bukan karena dia marah atau bosan. Saat itu, Senpai pergi berlari ke lapangan sehingga aku tidak mengerti dengan baik—

Mata senpai melihatku, tapi ia tidak menatapku... Dia tidak mengakui keberadaanku. Tiba-tiba hatiku dipenuhi penyesalan.

Ap-Apa aku telah melakukan sesuatu yang tak bisa diperbaiki... Dan menyakiti hati Senpai...

Ketidaksabaran membuatku mengatakan kata-kata yang tidak berarti.

 

“S-Senpai, a-apa kamu benar-benar Senpai?”

 

Ketakutan merayap di dalam hati. Kakiku hampir gemetar... Me-Meski begitu...

“—Apa maksudmu?”

“Eh, tidak, suasanamu benar-benar terlihat berbeda.”

“Itu bukan urusanmu.”

“Ap-Apa yang kamu bicarakan? Bukannya aku dan Senpai lumayan dekat? Aku benar-benar minta maaf atas kejadian itu.”

“Maaf, aku tidak mengerti. Memangnya hubungan seperti apa yang kita berdua miliki?”

Aku bisa memahaminya dengan inderaku. Senpai sama sekali tidak berbohong. Ia sama sekali tidak memperhatikanku. Ia bukannya marah atau semacamnya. Senpai hanya tidak peduli...

Ini hanya perasaan ringan. Aku mengorbankan Senpai demi bisa berhubungan baik dengan Shimizu-senpai.

Apa itu yang menyebabkan hari Senpai yang baik menjadi gila?

Ketika aku berpikir demikian, hatiku terasa sakit. Apa ini? A-Aku...

“A-Aku, Sasami Mimi. Aku adalah Kouhai yang sering berlatih pagi bersama Senpai...”

“Oh, aku mengerti itu. Itu ada dalam ingatanku. Namun, Sasami sudah tidak ada hubungannya denganku.”

Kata-kata Senpai menusuk hatiku seperti pisau. Kata-katanya datar. Kata-kata yang terlalu datar menjadi semakin tajam.

“A-Aku ingin meminta maaf...”

"Jangan khawatir. Aku akhirnya memahami cara berinteraksi dengan seseorang yang penting bagiku. Jadi, tinggalkan aku sendiri.”

Senpai menatap Igarashi-senpai dan yang lainnya. Meski aku kesal mengakuinya, tapi wajahnya tampak bersinar lebih terang daripada saat dia berlatih pagi bersamaku.

Ketika Senpai menghadapiku, ekspresinya kembali menjadi tanpa emosi.

——Takut. Sekarang aku menyadari betapa beratnya kesalahan yang telah aku lakukan.

 

“Yo~~~! Toudo! Uhmm, dia itu Hanazono-san, ‘kan? Akhirnya kita bisa bertemu! Aku sudah banyak mendengar ceritanya dari Toudo!”

Seorang siswi lari ke arahku sambil memanggil nama Senpai. Bukannya dia adalah Tanaka-senpai dari kelas khusus!? Gadis gyaru super cantik yang sama sekali tidak mencoba mencari teman, dan dikabarkan memiliki adik laki-laki seorang selebriti terkenal.....

Ketika Senpai melihat Tanaka-senpai, suasananya berubah menjadi lembut dan hangat. Matanya yang lembut sangat menawan dan penuh dengan emosi.

 

Itulah yang aku inginkan...

 

Padahal itu semua salah Shimizu-senpai. Aku sama sekali  tidak bersalah...

“Tanaka, izinkan aku memperkenalkanmu pada Hanazono. Oh iya, dan ini Igarashi-kun dan Sasaki-san.”

“Hah? Bagaimana dengan anak itu? Sepertinya dia hampir menangis. Kamu baik-baik saja?”

“Hmm? Sasami, kenapa kamu menangis? Apa kamu ingin pergi ke ruang UKS?”

“Ahh...”

Mimi mulai mengerti seketika itu juga.

Aku ingin memukul diriku sendiri yang egois dan manja di masa lalu.

 

———Aku tidak bisa lagi berlari bersama Senpai...

 

Mimi mundur dari Senpai dan berbalik.

Air mata palsu yang seharusnya hanya akting berubah menjadi nyata. Perasaan yang seharusnya sudah biasa menjadi sangat menyakitkan.

Aku merasa ada yang mengganjal di tenggorokanku. Aku tidak ingin dilihat oleh Senpai. Rasa penyesalan muncul dari lubuk hatiku yang paling dalam.

Mimi berlari ke koridor——

Rasa sakit mulai terasa di lututku. Berlari sembarangan dan dengan rasa pahit membawa dampak buruk pada tubuh.

Aku bisa mendengar suara datang dari belakang.....

 

“— Sasami. Cederamu sudah sembuh. Kaki yang kamu lindungi lebih berbahaya. Pergi ke rumah sakit sekarang juga."

 

Suara keras yang tanpa emosi itu menggema di hati Mimi.

Meskipun tanpa emosi, kebaikan Senpai masih tetap terasa.

Kata-kata itu memicu ledakan emosi di dalam hatiku….

Aku ingin segera keluar dari pandangan Senpai. Aku tidak ingin berada di tempat ini lagi. Meskipun aku sudah tidak terlihat oleh Senpai lagi, tapi langkahku tidak mau berhenti.

 

——Mengapa... mengapa dia begitu baik padaku!? Uh... uh... uwaahhh~~~~~~!!

 

Gelombang emosi menyerangku. Rasa sakit yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Rasanya begitu sakit sampai-sampai aku tidak bisa menanggungnya... Jika aku berlari, aku akan merasa lebih baik. Aku selalu berlari untuk melupakan semuanya. Jadi, jika aku berlari, rasa sakit tersebut pasti akan hilang.

“Ah!”

Tali sepatu indoorku putus dan aku terjatuh di lorong.

 

Kakiku terasa sakit. Lututku sakit. Lenganku sakit. Tapi yang lebih sakit adalah... hatiku. Meskipun ini adalah kesalahanku sendiri.

 

Sepatu indoor yang dibelikan ibu untukku. Keluarga Mimi yang miskin tidak mampu membeli yang baru.

“Sepatuku... rusak. Aha, ahaha... apa yang harus kulakukan... Ibu, apa yang harus kulakukan... Bu…Bu..Ibuuuu...”

Jika aku terluka, itu akan membuat ibuku sedih. Aku tidak ingin menjadi beban bagi ibu. Aku tidak ingin diketahui bahwa aku menangis. Jika aku terluka, aku tidak bisa pergi ke sekolah. Ibu selalu senang saat aku menang dalam kompetisi. Aku ingin ibu tersenyum...

 

Tiba-tiba, wajah tersenyum Senpai muncul dalam pikiranku.

 

Ah... Senpai juga tersenyum padaku...

 

Aku mengambil sepatu yang terlempar dan berjalan di lorong sambil menangis tanpa peduli dengan pandangan orang lain....



 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama