[LN] Anti-NTR Jilid 3 Bab SS Bahasa Indonesia

Chapter SS — Hujan Pasti Akan Berhenti

 

“...Ini benar-benar merepotkan.”

Ayana mengeluh seperti itu ketika sedang sendirian.

Dia saat ini sedang duduk di bangku halte bus yang tidak digunakan, dan di tempat yang dia pandangi, hujan turun dengan sangat derasnya.

Hujannya benar-benar sangat deras, hingga hanya dengan keluar sebentar saja, pakaiannya sudah terasa basah dan menjadi berat karena menyerap air... begitulah besarnya kekuatannya.

“Haah... Aku benar-benar ceroboh karena tidak membawa payung lipat di saat begini...”

Biasanya Ayana selalu membawa payung lipat di dalam tasnya, tetapi sayangnya dia lupa membawanya hari ini.

“Mau tak mau aku harus pulang dengan keadaan basah... tapi ini seragam sekolah juga.”

Jika pakaian biasa basah sih tidak masalah, tapi jika seragam sekolah, ceritanya sedikit berbeda.

Belakangan ini, masalah seragam saja sudah membutuhkan banyak uang.

Seragam sekolah tempat Ayana dan Towa bersekolah juga bukan pengecualian... saat memikirkan hal itu, Ayana hanya bisa menunggu hujan reda atau reda sedikit.

“.....Hujan ya.”

Tiba-tiba, Ayana merasakan ada sesuatu yang aneh dari hujan.

Itu bukan sesuatu yang tidak nyaman, melainkan nuansa akrab hingga terasa seperti kenangan.

Ayana mengulurkan tangannya dan mengumpulkan tetesan air hujan di telapak tangannya.

“Hujannya memang dingin, tapi aku tidak membencinya.”

Ayana tidak membenci hujan.

Hujan deras yang turun berubah menjadi air dan menerpa tubuhnya, membuatnya merasa seperti air mengalir membersihkan kenangan yang tidak menyenangkan.

Mungkin di dunia yang jauh, atau bahkan di dunia lain, ketika sesuatu yang tidak nyaman atau menyedihkan terjadi, Ayana mungkin akan melakukan hal semacam itu ......, seolah-olah dia mencoba dengan paksa membasuh kesedihannya sendiri dengan basah kuyup oleh hujan.

Namun, dia mungkin tidak membutuhkannya sekarang.

“Fufu, aku penasaran apa yang sedang dilakukan Towa-kun sekarang.”

Karena dia memiliki seseorang yang sangat dia sayangi.

Ada seseorang yang tidak hanya menyelamatkan hatinya, tapi juga memberitahunya bahwa ia akan selalu melindunginya...dan bahagia bersama dengannya.

“Oh, hujannya sudah lumayan reda.”

Hujan yang tadinya terlihat deras, sekarang menjadi lebih lemah dibandingkan sebelumnya, dan Ayana hendak melompat keluar untuk melihat apakah dia akan baik-baik saja,...dan kemudian dia tiba-tiba mendengar suara seseorang yang tidak dia duga.

“Ayana!”

“……Eh?”

Karena terkejut, Ayana langsung mengalihkan pandangannya ke sumber suara itu berasal.

Di sana, dengan membawa payung di satu tangannya...Towa yang merupakan kekasih Ayana sedang berdiri.

“Kenapa... Towa-kun?”

“Aku sebenarnya baru saja meninggalkan Aisaka setelah menyelesaikan urusanku dengannya. Jadi aku hendak pulang ke rumah, tapi saat aku berjalan, aku merasa seperti ditarik ke arahmu, dan kemudian aku tiba-tiba menemukan Ayana.”

“Jad begitu ya

Ayana tersenyum dan berpikir itu mirip seperti takdir.

Towa sepertinya juga menyadari bahwa Ayana lupa membawa payung, tapi ia tidak mengatakan apapun tentang hal itu dan malah mengajaknya untuk ikut masuk ke bawah payungnya.

“Terima kasih.”

“Tidak apa-apa.”

Meski begitu, dua orang di bawah satu payung terasa sempit.

Jadi, satu-satunya yang bisa dilakukan Ayana adalah menempel pada Towa sebisa mungkin, dan bahkan sampai mengatakannya sambil bercanda kalau dirinya mirip seperti lem yang tidak bisa dilepaskan.

(Hanya dengan melakukan ini saja sudah membuatku merasa bahagia. Bahkan hal terkecil pun bisa terasa menyenangkan saat aku berada di dekat Towa-kun... Aku merasa begitu bahagia)

Setelah menyelesaikan hubungan masa lalu yang rumit, Ayana dan Towa benar-benar menjadi sepasang kekasih.

Meskipun masih ada masalah yang harus dihadapi, Ayana yakin bahwa bersama Towa, mereka pasti bisa mengatasinya.

“Ah, hujannya... “

“Oh, hujannya berhenti ya.”

Dan benar saja, hujannya langsung berhenti setelah mereka berjalan beberapa langkah.

Karena mereka tidak perlu lagi membuka payung, jadi Towa melipat payungnya... dan Ayana memeluk erat lengan Towa tanpa merasa ragu sama sekali.

“Nee, Towa-kun.”

“Ya?”

“Hujan tuh….pasti akan berhenti, ya?”

“Yah memang... Entah kenapa, kedengarannya jadi filosofis sekali, ya?”

“Fufu ♪”

Ya, hujan pasti akan berhenti.

Meskipun hujan diibaratkan sebagai air mata, air mata pasti akan berhenti mengalir... Tidak ada hujan yang terus-menerus turun tanpa henti.

Jika selama ini Ayana diam-diam menitikkan air mata, pasti rasanya seperti hujan deras tadi.

Tapi sekarang Ayana sudah tidak menangis lagi...bukan karena air matanya sudah mengering, tapi karena hatinya sudah berubah menjadi cerah dan tidak perlu menangis lagi.

“Towa-kun adalah matahari bagiku. Tak peduli seberapa gelapnya awan yang menutupi hatiku, matahari dengan mudahnya membawa sinar ke dalam hatiku... Aku sangat mencintaimu, Towa-kun.”

“Mengesampingkan apa aku bisa menjadi matahari yang selalu menyinarimu... tapi aku juga mencintaimu, Ayana.”

Dengan keyakinan mereka pada masa depan, hati mereka takkan pernah mendung lagi.

Tujuan akhir dari masa depan yang mereka ciptakan bersama, pasti akan bersinar cerah bagaikan langit yang terbentang di depan mereka.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama