Chapter SS — Hujan Pasti Akan Berhenti
“...Ini benar-benar merepotkan.”
Ayana mengeluh seperti itu
ketika sedang sendirian.
Dia saat ini sedang duduk di
bangku halte bus yang tidak digunakan, dan di tempat yang dia pandangi, hujan
turun dengan sangat derasnya.
Hujannya benar-benar sangat
deras, hingga hanya dengan keluar sebentar saja, pakaiannya sudah terasa basah
dan menjadi berat karena menyerap air... begitulah besarnya kekuatannya.
“Haah... Aku benar-benar
ceroboh karena tidak membawa payung lipat di saat begini...”
Biasanya Ayana selalu membawa
payung lipat di dalam tasnya, tetapi sayangnya dia lupa membawanya hari ini.
“Mau tak mau aku harus pulang
dengan keadaan basah... tapi ini seragam sekolah juga.”
Jika pakaian biasa basah sih tidak
masalah, tapi jika seragam sekolah, ceritanya sedikit berbeda.
Belakangan ini, masalah seragam
saja sudah membutuhkan banyak uang.
Seragam sekolah tempat Ayana
dan Towa bersekolah juga bukan pengecualian... saat memikirkan hal itu, Ayana
hanya bisa menunggu hujan reda atau reda sedikit.
“.....Hujan ya.”
Tiba-tiba, Ayana merasakan ada
sesuatu yang aneh dari hujan.
Itu bukan sesuatu yang tidak
nyaman, melainkan nuansa akrab hingga terasa seperti kenangan.
Ayana mengulurkan tangannya dan
mengumpulkan tetesan air hujan di telapak tangannya.
“Hujannya memang dingin, tapi
aku tidak membencinya.”
Ayana tidak membenci hujan.
Hujan deras yang turun berubah
menjadi air dan menerpa tubuhnya, membuatnya merasa seperti air mengalir
membersihkan kenangan yang tidak menyenangkan.
Mungkin di dunia yang jauh,
atau bahkan di dunia lain, ketika sesuatu yang tidak nyaman atau menyedihkan
terjadi, Ayana mungkin akan melakukan hal semacam itu ......, seolah-olah dia
mencoba dengan paksa membasuh kesedihannya sendiri dengan basah kuyup oleh
hujan.
Namun, dia mungkin tidak
membutuhkannya sekarang.
“Fufu, aku penasaran apa yang sedang
dilakukan Towa-kun sekarang.”
Karena dia memiliki seseorang
yang sangat dia sayangi.
Ada seseorang yang tidak hanya
menyelamatkan hatinya, tapi juga memberitahunya bahwa ia akan selalu melindunginya...dan
bahagia bersama dengannya.
“Oh, hujannya sudah lumayan
reda.”
Hujan yang tadinya terlihat
deras, sekarang menjadi lebih lemah dibandingkan sebelumnya, dan Ayana hendak
melompat keluar untuk melihat apakah dia akan baik-baik saja,...dan kemudian
dia tiba-tiba mendengar suara seseorang yang tidak dia duga.
“Ayana!”
“……Eh?”
Karena terkejut, Ayana langsung
mengalihkan pandangannya ke sumber suara itu berasal.
Di sana, dengan membawa payung
di satu tangannya...Towa yang merupakan kekasih Ayana sedang berdiri.
“Kenapa... Towa-kun?”
“Aku sebenarnya baru saja
meninggalkan Aisaka setelah menyelesaikan urusanku dengannya. Jadi aku hendak
pulang ke rumah, tapi saat aku berjalan, aku merasa seperti ditarik ke arahmu,
dan kemudian aku tiba-tiba menemukan Ayana.”
“Jad begitu ya
Ayana tersenyum dan berpikir
itu mirip seperti takdir.
Towa sepertinya juga menyadari
bahwa Ayana lupa membawa payung, tapi ia tidak mengatakan apapun tentang hal
itu dan malah mengajaknya untuk ikut masuk ke bawah payungnya.
“Terima kasih.”
“Tidak apa-apa.”
Meski begitu, dua orang di bawah
satu payung terasa sempit.
Jadi, satu-satunya yang bisa dilakukan Ayana adalah menempel pada Towa sebisa mungkin, dan bahkan sampai mengatakannya sambil bercanda kalau dirinya mirip seperti lem yang tidak bisa dilepaskan.
(Hanya
dengan melakukan ini saja sudah membuatku merasa bahagia. Bahkan hal terkecil
pun bisa terasa menyenangkan saat aku berada di dekat Towa-kun... Aku merasa
begitu bahagia)
Setelah menyelesaikan hubungan
masa lalu yang rumit, Ayana dan Towa benar-benar menjadi sepasang kekasih.
Meskipun masih ada masalah yang
harus dihadapi, Ayana yakin bahwa bersama Towa, mereka pasti bisa mengatasinya.
“Ah, hujannya... “
“Oh, hujannya berhenti ya.”
Dan benar saja, hujannya
langsung berhenti setelah mereka berjalan beberapa langkah.
Karena mereka tidak perlu lagi
membuka payung, jadi Towa melipat payungnya... dan Ayana memeluk erat lengan
Towa tanpa merasa ragu sama sekali.
“Nee, Towa-kun.”
“Ya?”
“Hujan tuh….pasti akan
berhenti, ya?”
“Yah memang... Entah kenapa, kedengarannya
jadi filosofis sekali, ya?”
“Fufu ♪”
Ya, hujan pasti akan berhenti.
Meskipun hujan diibaratkan
sebagai air mata, air mata pasti akan berhenti mengalir... Tidak ada hujan yang
terus-menerus turun tanpa henti.
Jika selama ini Ayana diam-diam
menitikkan air mata, pasti rasanya seperti hujan deras tadi.
Tapi sekarang Ayana sudah tidak
menangis lagi...bukan karena air matanya sudah mengering, tapi karena hatinya
sudah berubah menjadi cerah dan tidak perlu menangis lagi.
“Towa-kun adalah matahari
bagiku. Tak peduli seberapa gelapnya awan yang menutupi hatiku, matahari dengan
mudahnya membawa sinar ke dalam hatiku... Aku sangat mencintaimu, Towa-kun.”
“Mengesampingkan apa aku bisa
menjadi matahari yang selalu menyinarimu... tapi aku juga mencintaimu, Ayana.”
Dengan keyakinan mereka pada
masa depan, hati mereka takkan pernah mendung lagi.
Tujuan akhir dari masa depan
yang mereka ciptakan bersama, pasti akan bersinar cerah bagaikan langit yang
terbentang di depan mereka.