Epilog
Pada hari itu...beberapa hari telah
berlalu sejak interaksiku dengan Hatsune-san dan yang lainnya.
Tidak ada perubahan yang
signifikan, dan hari-hari yang damai tanpa kejadian baik atau buruk terus
berlanjut.
Aku lumayan was-was dan
mengkhawatirkan suatu tindakan dari pihak mereka, tapi sepertinya ucapan tegas
Ayana sangat mempengaruhi mereka.
“Mereka juga cukup tenang tanpa
melakukan sesuatu yang aneh... tapi bagaimana dengan orang itu?”
'Orang
itu'
yang dimaksud adalah pria yang ada di gym olahraga itu.
Aku pergi ke gym hanya untuk
mengamati perilakunya sebentar, tapi instruktur wanita yang menemaniku
mengatakan bahwa pria itu sudah tidak bekerja di sana lagi.
[Ia
tiba-tiba menelepon dan mengatakan bahwa dirinya berhenti. Sebagai seorang
profesional, cara berhenti seperti itu tidaklah pantas, tapi sepertinya ia
dalam situasi yang mendesak... bagaimanapun juga, ia sudah tidak ada di sini.
Dari sudut pandang kami para wanita, ia adalah baj*ngan yang suka melakukan
pelecehan s*ksual... Ahem, maaf, sekarang ia sudah pergi dan kami merasa lega.]
Begitulah keadaannya.
Rupanya pria itu adalah seseorang yang suka pelecehan seksual yang tidak disukai orang. Aku tidak mengerti mengapa mereka mempekerjakannya, mungkin ada kekuatan aneh yang bekerja di baliknya, meskipun itu terdengar seperti lelucon.
“.... Aku sama sekali tidak
mengerti.”
Entah bagaimana, intuisiku
memberitahuku bahwa lebih baik untuk tidak menyelidiki hal ini.
Aku tidak bisa sepenuhnya
santai, tapi setidaknya aku masih bisa merasa lega bahwa aku tidak perlu
khawatir tentang pria itu untuk saat ini.
Karena aku terlalu sibuk
berpikir, aku jadi terhenti sejenak, tapi aku segera berlari ke tujuan dengan
cepat.
“Fiuhh, sudah kuduga cuacanya
lumayan panas ya.”
Sesampainya di tempat tujuan,
rumah Ayana, punggungku sudah sedikit berkeringat.
Meskipun sekarang belum musim
panas, tapi waktunya pasti sudah mulai mendekat, dan suhunya pun mulai
berangsur-angsur berubah menjadi panas khas musim panas... walaupun anginnya
masih terasa sejuk.
Setelah aku menekan bel di
depan pintu, orang yang datang menyambutku adalah Seina-san.
“Selamat satang, Towa-kun...
Oh, kamu sedikit berkeringat ya?”
“Selamat pagi, Seina-san. Ya...
aku sedikit berlari.”
“Begitu ya, jadi kamu sangat
ingin bertemu dengan Ayana, ya?”
Walaupun yidak sepenuhnya salah
jika dikatakan begitu, jadi aku tak menyangkalnya.
“Bagaimana dengan Ayana?”
“Oh... dia sedang di kamarnya.
Silakan masuk saja.”
“...? Baiklah, terima kasih.”
Apa…?
Seina-san memegangi kepalanya
sambil bergumam, “Dia sungguh cepat tanggap,” dan aku memiringkan kepalaku ke
samping saat memasuki rumah.
“Oh iya, benar juga.”
“Hmm, ada apa?”
“... Apa dia mengatakan sesuatu
setelah itu?”
“Sesuatu... Oh, maksudmu yang itu
ya. Kami memang sempat berbicara sedikit... saat itu aku menyampaikan
pendapatku, dan dia tampaknya agak kesal sambil menatap tajam padaku...”
“.....”
Tentu saja perihal yang
kumaksud adalah berkaitan dengan Hatsune-san dan yang lainnya.
Berdasarkan cerita Seina-san,
sepertinya dia hanya kesal padaku tanpa melakukan apapun yang lebih serius.
Meski begitu, aku masih merasa sedikit bersalah.
“Tolong jangan terlihat sedih
begitu? Sebenarnya, aku jauh merasa lebih nyaman dianggap begitu.”
“……”
“Selama kalian berdua bahagia,
itu saja sudah cukup. Nah, ayo segera pergi ke kamarnya.”
“..... Baiklah.”
... Ya, mari kita manfaatkan
perhatian dari Seina-san.
Dan tentu saja, tujuanku adalah
kamar Ayana... Namun, biasanya dia akan menyambutku begitu aku tiba di sini,
tapi hari ini dia tidak keluar... Apa ada alasan khusus untuk hal ini?
Setelah beberapa detik
memikirkannya, tapi pada akhirnya aku tetap tidak menemukan jawabannya, jadi aku
akhirnya mengetuk pintu.
“Ayana?”
“Ah, selamat datang Towa-kun.
Masuk saja.”
Saat aku melangkah masuk ke
dalam, aku terkejut dengan pemandangan yang ada di depan mataku.
“...Eh?”
“Hehe♪”
Ayana tersenyum manis... tapi
dia hanya mengenakan pakaian dalamnya.
Aku tidak tahu kapan dia
melepaskannya, tapi pakaian yang seharusnya dipakainya tergeletak di atas tempat
tidur, dan satu-satunya kain yang masih menempel di badannya adalah pakaian
dalam hitam yang jelas-jelas mencolok untuk seorang gadis SMA... Apa yang
sedang dia lakukan!?
“Apa yang sedang kamu lakukan?”
“Bukannya aku tiba-tiba
mengembangkan fetish eks*bisionis atau semacamnya, kok? Aku hanya ingin mencoba
sesuatu untuk menyambut musim panas yang akan datang.”
“Musim panas...?”
Apa yang ingin dia coba untuk
menyambut musim panas?
Memang benar kalau musim panas
akan tiba beberapa bulan lagi, tapi ini bahkan belum bulan Juni... Baiklah,
saat aku memikirkannya, aku langsung tahu apa yang ingin dilakukan Ayana.
Dia ingin mencoba pakaian renang
bikini putih murni yang dipegangnya.
“Bukan maksudku untuk merayakan
musim panas lebih awal, tapi aku ingin tahu apakah baju renang yang sama dengan
tahun lalu masih cocok untukku. Tolong beri penilaianmu, Towa-kun.”
“... Jadi begitu maksudnya.”
Sekarang aku mengerti arti dari
kata-kata “dia sangat cepat tanggap”
Seina-san tadi.
Memang... memang aku mengakui
bahwa dia memang cepat tanggap, tapi sebagai seorang pria yang menyukainya,
melihat pemandangan seperti ini adalah hadiah bagiku. Selain itu, jika itu
Ayana yang aku cintai, aku jadi ingin melihatnya meskipun itu tidak tepat
waktunya.
“Kalau begitu, aku akan mulai
menilainya.”
Jika itu masalahnya, izinkan
aku membuat penilaian jujur di sini.
Aku duduk di tempat dengan
bunyi gedebuk dan menatap Ayana yang masih mengenakan celana dalamnya... Sudah terlihat
jelas bahwa dia berpenampilan sangat seksi dan menggairahkan, tapi aku sudah
terbiasa melihatnya telanjang.... Aku sudah tumbuh dewasa, ya.
“Ayo kita bermain aman dan
memulai dari atas dulu.”
Ayana meletakkan tangannya di
belakang punggungnya dan melepaskan kaitnya dengan cepat.
Pada saat itu, kekuatan yang
selama ini menopang payudara Ayana yang menggairahkan langsung lenyap seketika,
dan payudara itu mulai bergoyang dan menunjukkan kehadirannya... Aku berusaha menahan
keinginan untuk berteriak di dalam hatiku, dan tidak melupakan bahwa aku
hanyalah juri pakaian renang.
“......”
“Ada apa?”
“Tidak...Aku hanya berpikir
kalau rasanya begitu mendebarkan ketika dilihat Towa-kun dalam keadaan
telanjang seperti ini.”
“Kalau begitu—”
“Akan tetapi, aku tidak ingin
kamu berpaling, jadi tolong tetap lihatlah aku♪”
Karena sudah diminta begitu,
jadi aku terpaksa menghindari berpaling darinya.
Tatapanku bergerak
kesana-kemari mengikuti pergerakan tubuh Ayana...Aku memandangnya seperti itu,
tapi sepertinya masalah langsung muncul.
“Eh…kok kecil, ya?”
Aku memperhatikan Ayana yang
memiringkan kepalanya.
Rupanya baju renang yang akan
dikenakannya sepertinya tidak sesuai dengan ukuran payudara Ayana dan terlihat
agak kekecilan.
“Walaupun tidak ditingkat
sampai aku tidak bisa memakainya, tapi…hmm~, aku membeli bra yang ukurannya
lebih besar dari tahun lalu, jadi kurasa sudah waktunya untuk menggantinya
juga.”
Ayana menyengir padaku saat dia
mengatakan itu.
Melihat ekspresi wajahnya yang
mempesona membuat jantungku berdegup lebih kencang dari biasanya, tapi yang
bisa aku lakukan sekarang hanyalah menunggu Ayana mengatakan sesuatu.
Kira-kira…..apa yang akan dia
katakan?
Ayana melepas baju renangnya
yang sudah tidak muat lagi dan terus berbicara sambil mengangkat kedua
payudaranya yang besar dan montok.
“Aku sangat dicintai oleh orang
yang kucintai, dan bagian ini sudah sering diurus
dengan baik, jadi wajar saja jika payudaraku membesar——Fakta bahwa payudaraku
membesar seperti ini adalah bukti terbaik bahwa Towa-kun mencintai ku~♪”
“Uh...guoooooooooooo!”
Apa-apaan dengan kata-kata yang
begitu erotis namun dipenuhi kegembiraan itu?
“Ufufu♪ Bagaimana menurutmu,
Towa-kun, apa aku...terlihat s*ksi?”
Apa aku harus menjawabnya
dengan benar saat ditanya sesuatu yang sudah jelas?
Atau seperti kata pepatah, apa
aku seharusnya mengikuti naluriku dan melompat ke dada Ayana...?
Aku berdehem untuk menenangkan
diri dan kembali menatapnya.
(Tidak,
tidak, bukannya tidak pantas untuk terus menatapnya dalam situasi seperti ini...?)
Meski demikian, rasanya sangat
disayangkan untuk berpaling dari pemandangan yang begitu indah ini...hmm.
Sama seperti aku tidak merasa
malu ketika dia melihatku telanjang, Ayana juga terlihat tidak terlalu malu
bahkan ketika aku melihatnya telanjang... atau lebih tepatnya, Bagi Ayana, yang
memiliki banyak cara dalam melakukan rayuan dan godaan, hal ini bukanlah
sesuatu yang memalukan.
“Yah... tentu saja kamu
kelihatan s*ksi. Biasanya aku tidak mengatakannya, tapi rasanya aku selalu
mengatakannya ketika aku melakukan begituan
dengan Ayana.”
“Setiap kali aku mendengarnya,
itu membuatku bahagia.Banyak orang menghindari topik pembicaraan semacam ini,
dan aku juga tidak pernah melakukannya—tapi aku suka membicarakannya denganmu,
Towa-kun. Jika kamu menganggapku s*ksi, hal itu membuatku sadar diri kalau aku
dipenuhi dengan pesona sebagai seorang wanita.”
“Ah... kamu memang s*ksi, kok.”
“Horee~♪ Terima kasih♪”
Ayana, yang dipenuhi dengan
erotisme sembari hidup berdampingan dengan keimutannya, mendekatiku dan
memelukku seolah-olah dia telah melupakan tujuan awalnya.
Perasaan lembut payudaranya
yang menempel di dadaku langsung terasa karena dia tidak mengenakan baju maupun
pakaian dalam.
“Ayana?”
Biasanya, kami akan langsung melakukan begituan karena terbawa oleh
suasana, tapi Ayana hanya menatapku tanpa ada tanda-tanda mencoba melakukan apa
pun...Sebaliknya, tatapan matanya terlihat seolah-olah dia menikmati suasana ini
sepenuhnya.
“Aku hanya…. sedikit
emosional.”
“Emosional?”
“Ya. Aku merasa sangat senang
saat ini...tapi, seandainya saja aku mengambil langkah yang salah, kurasa aku
tidak akan bisa berinteraksi dengan Towa-kun dengan perasaan yang begitu murni
dan menyegarkan seperti ini.”
Hal tersebut mungkin memang
bisa terjadi.
Caraku memperlakukannya mungkin
tidak akan berubah, tapi dari sudut pandang Ayana, di balik perasaan bahagia
ini, dia pasti secara bertahap menyimpan kebencian untuk saat itu... Jika dia
bisa terlihat begitu jujur hanya dengan tidak memilikinya, aku sungguh merasa
senang.
“Tapi, Ayana.”
“Ya?”
“Jika kamu merasa begitu
terharu oleh hal kecil seperti ini, kamu tidak akan bisa menahannya jika kamu
terlalu emosional, bukan?”
“Eh?”
“Karena mulai sekarang, kita berdua
akan menjadi lebih bahagia.”
“…Ah.”
Ya, kami berdua akan menjadi
lebih bahagia mulai sekarang.
Aku ingin kami berdua bahagia selamanya,
bukan hanya salah satu dari kami saka... Itu sebabnya aku mengatakan kalau
dirinya gampang merasa terharu, tubuhnya pasti tidak akan bisa bertahan.
Wajah Ayana tampak terkejut sesaat,
namun dia langsung tersenyum dan menciumku.
“Muah...”
Aku membalas ciumannya dengan
ringan, dan kami menikmati momen manis itu selama beberapa saat sebelum saling
menjauhkan diri.
Kami kemudian saling
berpandangan, tapi Ayana masih dalam keadaan telanjang... dan Ayana tiba-tiba berdiri
kaget.
“Aku akan memakai bajuku...”
“O-Oh, tentu...”
Setelah selesai mengenakan
pakaiannya, Ayana duduk di sebelahku.
Saat aku merasakan kehadirannya
saat dia memeluk lenganku di dadanya, aku pun memikirkan tentang suasana
bahagia ini.
(Rasanya
seperti déjà vu bisa bersantai dan menikmati kebahagiaan seperti
ini...Seingatku, bukankah suasananya mirip seperti ini saat aku pulang ke rumah
setelah berbicara dengan Ayana?)
Perasaanku masih sama seperti
saat itu...tapi perbedaan krusialnya adalah aku memiliki lebih banyak
ketenangan pikiran dibandingkan saat itu.
“Towa-kun.”
“Ya?”
“Kita berdua ... akan terus
hidup bersama selamanya, kan? Setelah menyelesaikan satu atau dua masalah,
bukan berarti semuanya sudah berakhir, tapi kita akan terus bergerak maju, kan?”
“Ya, itu benar.”
“Beberapa tahun ke depan atau
selama puluhan tahun nanti, kita akan bersama, ‘kan?”
Aku mengangguk dalam-dalam.
Beberapa minggu terakhir ini terasa
begitu intens, dan memberi kita banyak hal.
Meski sebenarnya masih ada
beberapa masalah yang harus diatasi, tapi bagiku dan Ayana, peristiwa-peristiwa
belakangan ini hanya membawa hal-hal baik... tidak diragukan lagi kami telah
menemukan petunjuk menuju masa depan yang lebih baik.
“Towa-kun?”
“…..Ya, kita akan selalu
bersama.”
“Fufufu, iya~♪”
Aku akan melindungi gadis yang
tersenyum di sampingku ini... itulah tekadku yang tak akan berubah.
Mungkin jika semua masalah
benar-benar selesai, dan ternyata ini semuanya hanyalah mimpi, itu akan terlalu
menyedihkan... tapi aku tak peduli selama dia merasa bahagia.
“Towa-kun, tidak boleh begitu,
tau?”
“... Eh?”
Aku terkejut ketika mendengar
kata-kata Ayana.
Apanya
yang tidak boleh? Dia memberi tahuku alasannya ketika tatapan
mataku dipenuhi kebingungan.
“Aku pernah bilang kalau aku
bisa mengerti sebagian tentang Towa-kun, ‘kan? ... Jadi saat kamu melihat ke
kejauhan tadi, kamu terlihat seperti berpikir bahwa asalkan aku bahagia, kamu
sama sekali tidak keberatan jika kamu pergi.”
“... Kamu seriusan memahami itu?”
“... Ya.”
Dia ... cuma asal menggertak
saja, iya ‘kan?
Sejujurnya, karena ini mengenai
Ayana, kupikir itu tidak terlalu aneh kalau dia bisa memahami semuanya, jadi
aku bereaksi dengan sangat jujur.
Dengan pipi yang mengembang,
Ayana mendekati wajahku seolah-olah ingin mengepungku.
“Apa kata-kata 'kita akan
menjadi bahagia bersama' itu bohong? Jika Towa-kun menghilang, aku tidak akan
pernah bisa bahagia... Kamu memahami itu, ‘kan?”
“... Maaf, Ayana.”
“Aku memaafkanmu.”
Sial... ya, memang begitu...
itulah yang aku rasakan.
Kami sudah bersumpah untuk
menjadi bahagia bersama... jadi tidak peduli apa yang terjadi, tidak akan baik
jika salah satu dari kami menghilang.
Padahal aku sendiri yang
mengucapkannya, tapi Ayana lah yang menunjukkannya padaku. Aku masih jauh dari
sempurna.
“Meskipun Towa-kun menghilang,
aku akan mencarimu. Aku akan mengejarmu sampai ke ujung dunia dan membawamu
kembali.”
“Ah, beratnya...”
“Tapi kamu menyukai sisiku yang
seperti itu, kan?”
“Yeah, aku sangat menyukaimu.”
“Aku juga menyukaimu~♪”
Kami pun kembali saling
berpelukan.
Tentu saja aku merasa bahagia
ketika Ayana berada di dekatku, tapi aku merasa lebih bahagia karena lingkungan
sekitar kami juga bergerak ke arah yang lebih baik.
“Pada akhirnya... tidak ada
acara memamerkan baju renang, ya? Aku pasti akan pergi membeli yang baru
sebelum musim panas.”
“Apa aku juga akan ikut?”
“Tentu saja. Nanti tolong beri
pendapatmu ya, Towa-kun.”
Aku mengangguk dengan mantap.
Tapi seperti yang kukatakan
sebelumnya, aku akan terus hidup di dunia ini... dan karena itu, aku akan
mengalami banyak hal bersama dengan Ayana.
Dunia ini adalah rumah kedua bagiku
... tapi suatu hari, apa akan datang saatnya di mana aku bisa mengatakan bahwa
dunia tempat Ayana hidup adalah dunia terbaik dan terpenting bagiku ... Yah, mungkin itu akan segera terjadi,
pikirku sambil tersenyum.
“Oh iya, Towa-kun, apa kamu
sudah tahu? Katanya Akemi-san juga akan datang ke sini malam ini.”
“Eh? Serius?”
“Ah, sudah kuduga kamu masih
belum tahu, ya. Kudengar mereka akan minum banyak alkohol lagi, jadi kenapa
kamu tidak melalui masa-masa sulit lagi bersamaku?”
“Aku tidak mau mengalaminya
lagiiiiiiii!”
“Ahaha♪, tapi aku sangat senang
karena itu akan menyenangkan dan ramai.”
Oh, bahasa sopan santunnya
hilang ... bukan itu, maksudku, jadi aku harus berurusan dengan dua orang mabuk
itu lagi!?
Astaga, apa
dosaku... Di samping Ayana yang tersenyum ceria, aku
menghela nafas panjang sambil memikirkan tentang malam yang akan datang.
Tapi yah ... entah kenapa, sepertinya
aku juga akan menantikannya.
Bukan hanya Ayana saja yang
tersenyum lebar dengan gembira, tapi aku juga ikut tersenyum saat duduk di
sebelahnya.