Houkago, Famires de Volume 1 Bab 3 Bahasa Indonesia

Bab 3 — Rahasia Sepulang Sekolah

 

“────Entah kenapa, rasanya ada yang aneh dengan Kazemiya-san hari ini, ya?”

“Aneh? Apanya?

Dia terlihat mengantuk sejak tiba di sekolah, dan selalu tertidur setiap ada jeda istirahat. Bahkan sekarang…lihat tuh, dia sudah tidur sejak istirahat makan siang. Dia biasanya memakai headphone-nya dan menonton sesuatu.

Atas desakan Natsuki, aku mengalihkan pandanganku ke tempat duduk Kazemiya.

.........

Kazemiya yang seharusnya selalu mendengarkan musik saat jam istirahat, justru sedang berbaring di atas mejanya dan tertidur. Rasanya seolah-olah dia begadang semalaman hingga pagi hari.

Kalau dipikir-pikir lagi, kalau tidak salah aku pernah merekomendasikan sebuah game kepada Kazemiya tadi malam...... apa itu ada hubungannya dengan itu?

....Tidak. Itu sih mustahil.

“Karena aku belum pernah melihat Kazemiya-san dalam keadaan seperti itu. Semua orang jadi merasa penasaran. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.

...Entahlah.”

Aku segera menepis bayangan yang muncul di kepalaku, dan melanjutkan menyantap makan siangku yang berupa roti.

 

☆☆☆☆

 

Aku begadang sepanjang malam memainkan game yang kamu kasih tahu...

Setelah menyelesaikan pekerjaan paruh waktuku, aku langsung pergi ke restoran keluarga dan itulah kpmentar pertama yang dikatakan Kazemiya kepadaku setelah kami bertemu.

(Aku tidak menyangka kalau dia benar-benar begadang semalaman untuk bermain game. .....)

Sejujurnya, meski aku sendiri yang merekomendasikannya, aku tidak pernah menduga kalau dia akan begitu antusias.

Ngomong-ngomong, game yang aku rekomendasikan kepada Kazemiya adalah game RPG aksi fiksi ilmiah dunia terbuka yang baru saja dirilis beberapa hari yang lalu. Pemain berperan sebagai tentara bayaran yang menjelajahi galaksi dengan pesawat luar angkasa, dan dengan bebas mengunjungi berbagai planet. Skenarionya juga tampak berbeda tergantung pada tindakan dan pilihan pemain, menjadikannya karya populer dengan tingkat kebebasan yang tinggi secara keseluruhan.

“Walaupum akulah yang merekomendasikannya, tapi tak disangka kalau Kazemiya akan begitu kecanduan. Kamu sudah ditahap mana sekarang? Apa sudah mendapat misi cerita atau semacamnya?”

Game ini memiliki misi cerita, yang berkembang melalui seluruh skenario. Kamu tidak perlu memaksakan diri untuk maju melalui skenario, tetapi ada elemen yang terbuka seiring kemajuanku, jadi semakin banyak kemajuanmu, semakin banyak yang bisa kamu lakukan.

Aku baru saja menyelesaikan tutorialnya dan meninggalkan planet pertama.”

....Hmm? Kamu begadang semalaman, kan?

Memang benar saat pertama kali memainkan game ini, ada banyak sekali video dan tutorialnya, sehingga membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Tapi itu seharusnya tidak cukup lama sampai membuatnya begadang semalaman.

Aku sedang mengotak-atik bukara.”

....Gilee. Baru pertama kalinya aku melihat seseorang begadang semalaman cuma karena membuat karakter."

“Aku merasa kesulitan karena belum mendapat sesuatu yang memuaskan. Sulit dipercaya bahwa ada terlalu banyak kebebasan...

Bukara merupakan singkatan dari Pembuatan Karakter yang intinya adalah menciptakan tampilan detail dari karakter pemain yang ingin dikendalikan dalam game.

Game yang aku rekomendasikan ini memungkinkan pembuatan karakter yang sangat detail. Kadang-kadang, di situs media sosial, kamu bisa melihat banyak karya bagus yang diposting di mana orang-orang telah membuat karakter yang terlihat persis seperti karakter anime dari karya lain....... Tampaknya Kazemiya juga merupakan tipe pemain ke arah itu.

“Rupanya Kazemiya lumayan suka pilih-pilih, ya.”

“Mungkin begitu…Aku tidak membenci pekerjaan yang detail. Sebaliknya, apakah kamu tipe orang yang tidak suka terlalu spesifik, Narumi?”

“Aku cenderung  melakukan pembuatan karakter dengan cukup mudah. ​​Namun bukan berarti aku tidak terlalu memikirkannya. Ketika aku bisa mengubah warna peralatan dan semacamnya, aku mencoba menyatukannya dengan warna yang kusukai.”

“Memangnya apa warna favoritmu?

Merah dan Emas

“Bukannya itu bagus? Kelihatannya cukup kuat.

Ya, benar sekali. Karena itu kelihatan kuat. Itu sebabnya aku suka kombinasi warna merah dan emas.

Merah adalah warna utama dalam game?

“Tepat sekali. Aku menggunakan emas sebagai pelengkap.

“Habisnya nama depan Narumi adalah 'Kouta' iya, ‘kan.”

Kazemiya juga menyukai warna putih, kan? Karena namamu adalah 'Kohaku'.

Setengah benar.”

“Bagaimana dengan separuh lainnya?

Sebenarnya aku juga menyukai warna emas. Lihat.

Kazemiya tersenyum tipis meskipun dia terlihat mengantuk, dan memain-mainkan rambutnya di jari-jarinya. (TN: Nama Kouta punya satu kanji yang mempunyai arti scarlet/ crimson, sedangkan nama Kohaku punya satu kanji yang mempunyai arti putih)

Keindahan rambutnya, yang tampak seakan-akan memiliki kilau keemasan yang melekat pada jari-jarinya, menarik perhatianku secara tidak sengaja.

Rambut ini juga tidak diwarnai, ini warna rambut alamiku. Karena Papahku adalah orang dari luar negeri...Yah, aku dan Onee-chan dibesarkan di Jepang, jadi tidak masalah.

Orang dari luar negeri. Ada sesuatu dalam cara dia memanggilnya yang membuatku merasa seperti dia sedang membicarakan seseorang yang jauh.

..... Tidak. Tidak ada gunanya berpikir seperti ini. Aturannya adalah jangan ikut campur urusan keluarga orang, dan aku tidak punya niatan untuk terlibat.

Saat aku masih kecil, aku sering diejek karena warna rambutku, tapi aku sangat menyukainya. Itu sebabnya aku menyukai warna emas.... Sebenarnya, aku berharap kalau headphone yang aku gunakan sekarang adalah kombinasi warna putih dan emas, tetapi aku tidak dapat menemukan desain yang memuaskan untuk kombinasi warna tersebut. Aku juga tidak membenci kombinasi putih dan perak, jadi aku memilih yang ini.

Headphone...dari dulu aku sudah merasa penasaran karena itu model yang jarang sekali. Kamu bahkan repot-repot mencari model desain headphone yang sesuai seleramu. Apa itu merupakan obsesi Kazemiya juga?

Ini lebih seperti pertahanan diri daripada obsesi. Kamu tahu sendiri, pasti rasanya sulit untuk berbicara dengan orang yang mengenakan ini, ‘kan?”

“Memang sih. Sebelum aku mulai berbicara denganmu seperti ini, aku mendapat kesan bahwa kamu tidak mau mendengarkanku.

Strategi pertahanan diri Kazemiya adalah mengurangi jumlah orang yang mendekatinya demi kakak perempuannya yang terkenal.

Namun, mungkin ada beberapa orang yang akan berbicara dengannya tanpa memedulikan perkara itu, seperti yang dilakukan seseorang pada suatu pagi, tapi dilihat dari reaksinya, sepertinya hal itu tidak berpengaruh sama sekali.

“Fuwa……”

Kazemiya menguap sedikit sambil menutup mulutnya dengan tangannya. Bahkan penampilannya bisa disulap menjadi lukisan bertajuk Tidurnya Sang Bidadari Putih.'

“Bagaimana kalau kita pulang saja hari ini?

Hmm...enggak mau...

“Jangan bilang enggak mau’. Dari apa yang kulihat, kelihatannya kamu sudah ngantuk berat.”

...Aku masih sanggup buat melek, kok.

“Perkataanmu terlihat tidak meyakinkan jika kamu tertelungkup di atas meja begitu.”

...Habisnya itu menyenangkan. Aku bisa berbicara dengan Narumi seperti ini. Jauh lebih baik daripada berada di rumah.

Rasanya tidak nyaman untuk tinggal di rumah. Aku sangat memahami perasaan itu. Itu sebabnya aku tidak tega mengatakan, “Ayo kita pulang”, lagi.

Kalau begitu, setidaknya tidurlah di sini. Aku akan membangunkanmu sebentar lagi.

...Ayo mengobrol saja yuk. Rasanya sia-sia banget kalai dipakai untuk tidur.”

Mendingan kamu tidur saja sebentar dulu. Rasanya akan berbahaya jika kamu berjalan pulang dalam keadaan kurang tidur.”

“....Aku akan baik-baik saja karena ada Narumi bersamaku.”

Jadi kamu akan melimpahkan semuanya padaku?”

..... Kita kan sudah membentuk aliansi.

“Itu sungguh aliansi yang praktis sekali...

.... Jadi, apa itu berarti Narumi adalah pria yang praktis untukku?”

“Lalu, apa Kazemiya adalah gadis yang praktik untukku?”

“....Oke, aku tidak masalah dengan itu. Aku akan dengan senang hati menjadi gadis praktis untukmu.

Kamu pasti lagi sangat mengantuk, ya?

..... Yeah. Aku tidak tahu lagi apa yang kubicarakan.

Sudah pasti begitu. Dia sudah mengatakan hal-hal gila dengan wajah bidadarinya sejak tadi.

“Untuk saat ini, tidurlah dulu. Selain itu, hari ini jangan main game dulu.”

Eh...padahal lagi bagus-bagusnya.

Kamu belum sampai sejauh ini untuk menyebutnya sebagai tempat yang baik.”

...Petualanganku baru segera dimulai.

“Bukannya perjalananmu masih buntu?

Sepertinya hal ini semakin melenceng kemana-mana... Aku perlu mengatakan sesuatu yang tegas.

“Jika kamu begadang semalaman untuk bermain game lagi, kamu mungkin akan tertidur saat menonton film besok.”

………………………………Itu sih enggak mau.

Tampaknya itulah faktor penentunya. Kazemiya secara bertahap menyerah untuk tidur.

......Jangan bilang kau sudah pulang duluan atau semacamnya.

Tentu saja tidak.

.....Kamu akan membangunkanku, kan?

Serahkan saja padaku.

Kalau gitu... aku akan tidur sebentar. Selamat malam.

Kazemiya jatuh ke dalam dunia mimpi seolah-olah saraf motoriknya berhenti berfungsi. Wajah tidurnya bagaikan bidadari yang polos. ...Sekarang aku memiliki semua ini untuk diriku sendiri, aku mungkin adalah orang paling beruntung di dunia.

...Meskipun aku sendiri yang menyarankannya untuk tidur. Tapi ya ampun, kamu itu terlalu tidak berdaya, Kazemiya.

Aku menyegarkan tenggorokanku dengan soda melon, berusaha menahan keinginan untuk menyodok pipinya.

 

Setelah itu, aku membangunkan Kazemiya dan meninggalkan restoran, namun rupanya dia cukup malu karena tertidur telungkup di atas meja di restoran keluarga...

Aku sudah tidak bisa pergi ke toko itu lagi...sudah tidak mungkin lagi.

Dalam perjalanan pulang, entah bagaimana aku berhasil menghibur Kazemiya yang tenggelam dalam rasa malu.

Dan Kazemiya sepertinya sudah berjanji untuk tidak begadang semalaman untuk bermain game di masa depan.

 

☆☆☆☆

 

Keesokan harinya. Hari ini, hari Kamis, aku merasa resah dan gelisah sejak pagi tadi.

Aku terus-menerus memeriksa waktu di jam kelas atau di ponselku tanpa alasan yang jelas. Kenapa aku jadi gelisah padahal yang ingin kulakukan hanyalah pergi menonton film bersama temanku?

(……Hari ini jam pelajarannya lama banget, ya. Memang biasanya selama ini?)

Jam pelajaran kedua masih belum berakhir. Entah kenapa, hari ini jarum jam bergerak sangat lambat.

Selalu seperti itu selama jam pelajaran, terutama hari ini.

Aku secara mekanis menggerakkan tanganku untuk mencatat di papan tulis, tetapi aku tidak dapat mengingat apa yang diajarkan di kelas.

Aku memeriksa jam kelas lagi. ...Baru satu menit berlalu sejak aku memeriksa waktu sebelumnya. ……aneh sekali. Rasanya sekan-akan waktu terasa berjalan lebih lambat di ruang kelas ini.

(...Percuma saja. Aku tidak bisa berkonsentrasi pada pelajaran.)

Pada saat aku merasakan hal itu, ponselku mengeluarkan getaran untuk memberitahuku tentang adanya notifikasi.

Aku mengeluarkan smartphone-ku sambil berusaha agar tidak kelihatan oleh guru, dan melihat ada pesan dari Kazemiya.

Kohaku: Kamu terlalu sering melihat jam, tau.

Selain dua karakter sederhana tersebut, ada juga stempel kucing yang baru saja dibelinya.

●Kouta: Aku tidak melihatnya.

●kohaku: Aku melihatmu yang melihatnya.

 

Apa-apaan itu maksudnya....dan kemudian stempel kucing lain dikirimkan lagi ke arahku.

 

●Kouta: Kupikir jam berjalan sangat lambat hari ini.

●kohaku: Aku paham banget.

●kohaku: Aku juga memikirkan hal yang sama.

●kohaku: Seseorang mungkin sudah merusah jam.

●Kouta: Memangnya siapa seseorang tersebut?

●kohaku: ...mungkin guru?

●Kouta: Bukan murid?

●kohaku: Justru muridlah yang menderita karena waktu belajar jadi lebih lama.

●Kouta: Kamu berbicara tentang prasangka seperti itu.

●Kouta: Mereka yang suka belajar mungkin mendapat manfaat dari waktu belajar yang lebih lama.

●kohaku: Itu sama sekali tidak benar.

●kohaku: Mungkin

●Kouta: Jangan tiba-tiba kehilangan kepercayaan diri begitu napa

 

Aku dibom lagi dengan stempel seolah-olah itu hanya lelucon.

..... Materi pelajaran di papan tulis mengalami kemajuan yang baik. Aku harus membuat catatan.

Aku penasaran apakah dia juga memikirkan hal yang sama? Kazemiya, yang berada secara diagonal di depanku, juga mulai mencatat.

(Hah…?)

Aku mendongak dan melihat jam dinding kelas.

Angka-angka yang ditunjukkan oleh jarum jam menunjukkan kepadaku bagaimana waktu telah berlalu.

(Tak kusangka sudah jam segini.)

Tadinya aku berpikir bahwa waktu berjalan sangat lambat, tetapi sekarang terasa berjalan sangat cepat.

Hal itu menunjukkan seberapa banyak yang kubicarakan dengan Kazemiya...tidak. Memang ada alasan itu, tapi bukan hanya itu saja.

Waktu yang kuhabiskan bersama Kazemiya membuatku melupakan waktu dan kebosanan. Itu membuatku melupakan rumahku yang tidak nyaman dan kenyataan keluargaku.

Meski kami belum lama mengenal satu sama lain, tapi aku merasa seolah-olah disadarkan oleh kehadiran gadis yang bernama Kazmiya Kohaku di dalam hidupku.

(Dia juga...)

Suatu pikiran aneh tiba-tiba muncul di kepalaku dan aku segera menyingkirkannya.

Apa gunanya memikirkan apakah Kazemiya merasakan hal yang sama denganku atau tidak?

Baiklah, apa kalian sudah menulisnya? Aku akan menghapusnya dari papan tulis.

Ah

Itu sudah terlambat. Isi pelajaran yang tertulis di papan tulis terhapus dengan kejam dalam sekejap.

...Sepertinya waktu telah berlalu begitu cepat saat aku sedang memikirkan Kazemiya.

 

●kohaku: Bukannya kamu baru saja mengatakan sesuatu seperti “Ah”?

●Kouta: Aku gagal menyalin apa yang ditulis di papan tulis ke buku catatanku.

●kohaku: Karena kamu bermain dengan smartphone-mu selama jam pelajaran sih.

●Kouta: Kamu juga sama, ‘kan?

●kohaku: Aku sih mencatatnya dengan baik.

●Kouta: Aku tidak gagal menyalinnya karena aku asyik dengan ponselku.

●kohaku: Lantas kenapa?

●Kouta: Karena aku memikirkan sesuatu.

●kohaku: Memikirkan sesuatu?

●kohaku: Memangnya apa yang kamu pikirkan?

 

............

Jika ditanya lagi apa yang sedang kupikirkan, aku hanya bisa mengatakan bahwa aku sedang memikirkan Kazemiya.

Tapi, mana mungkin aku bisa dengan jujur mengirimkan sesuatu seperti itu.

...Pada saat-saat seperti inilah aku akan mencoba mengelabuinya dengan membubuhkan stempel yang biasa. Mengirim stempel kucing.

Kemudian, aku meletakkan ponselku dan berkonsentrasi pada materi pelajaran yang tersisa. Tidak ada yang bisa kulakukan terhadap bagian yang terhapus, tapi aku bisa menyalin kelanjutannya ke dalam buku catatanku sepenuhnya.

Bel yang menandakan kelas telah berakhir berbunyi keras saat aku sedang berkonsentrasi pada pelajaran, dan saat aku berhasil melewati jam pelajaran pertama... pemberitahuan lain muncul di ponselku. Aku penasaran apa Kazemiya akan mengolok-olokku lagi karena mengelabuhinya dengan stempel.

 

●kohaku: Jika kamu tidak keberatan menggunakan catatanku, aku akan memotretnya untukmu.

 

Sebuah gambar dikirimkan kepadaku segera setelah pesan itu.

Gambar tersebut mungkin diambil dengan kamera smarphone-nya pada buku catatan yang dibentangkan di atas meja.

 

●Kouta: Maaf. Itu sangat membantu

●kohaku: Sama-sama

●kohaku: Maaf jika itu sulit dibaca.

 

Ketimbang sulit untuk dibaca, yang ada justru...

 

●Kouta: Yang ada justru itu terlalu indah dan rapi sampai-sampai aku terkejut.

●Kouta: Kalau yang begitu sulit dibaca, maka tulisan tanganku akan menjadi kode.

●kohaku: Seperti yang diharapkan, pujianmu itu terlalu berlebihan.

●Kouta: Apa kamu pernah mengikuti kursus kaligrafi?

●kohaku: Aku pernah melakukannya sebentar di masa lalu

●kohaku: Karena Onee-chan juga melakukannya

●kohaku: Tapi aku tidak pandai melakukannya

... ...... Tidak ada yang namanya tulisan jelek dalam kursus kaligrafi. Kazemiya sebenarnya telah diberitahu hal itu di masa lalu, dan tidak sulit untuk membayangkan bahwa ada orang-orang yang dekat dengannya yang mengatakan hal itu kepadanya..

 

●kohaku: Tulisan tangan Onee-chan sungguh menakjubkan.

●kohaku: Saking indahnya sampai-sampai aku penasaran apa itu diketik di smartphone.

●Kouta: Aku tahu. Karena aku sudah melihat videonya

●Kouta: Kejadian itu sampai viral sampai beberapa hari yang lalu.

 

Jika kuingat dengan benar, itu sebenarnya adalah video kakak perempuan Kazemiya, kuon, yang sedang menulis surat.

Idenya adalah bahwa kuon akan menulis kalimat yang diminta dari para pengikutnya di sebuah buku catatan sementara dia sendiri yang menulis kalimat-kalimat tersebut. Dengan kata lain, dia hanya menulis huruf di buku catatan saat dia sedang siaran langsung.

Namun, dalam waktu kurang dari satu menit, dia menerima puluhan ribu tanggapan.

...Tidak, jika dipikir-pikir lagi dengan tenang, itu benar-benar memiliki pengaruh yang luar biasa. Hanya dengan menulis kata-kata di atas kertas saja sudah menciptakan kehebohan.

Yah, tapi tetap saja.

 

●Kouta: Tapi aku lebih menyukai tulisan tanganmu, Kazemiya.

 

“………?”

Kazemiya tidak memberi tanggapan sama sekali. Pesanku bahkan tidak dibalas.

Apa aku mengatakan sesuatu yang menyinggungnya? Padahal aku hanya mengungkapkan pendapatku yang jujur.

Kupikir itu aneh karena bahkan tidak ada satu pun stempel kucing yang dikirimkan ke arahku, jadi aku menoleh ke arah tempat duduk Kazemiya.

────...

Pandangan mataku bertemu dengan mata Kazemiya yang berbalik ke arahku dari tempat duduknya. Pipinya tampak menunjukkan sedikit warna merah merona. Aku tidak yakin karena jarak tempat duduknya agak berjauhan denganku.

Dan Kazemiya yang menatap mataku, membuka mulutnya seolah-olah ingin memberitahuku sesuatu――──

 

────Jangan mendadak mengatakan hal seperti itu. Baka.

Alih-alih menggunakan aplikasi, dia malah menyampaikan pesannya melalui gerakan bibir.

Aku belum pernah mempelajari cara membaca gerakan bibir, tapi anehnya aku bisa membaca gerakan bibir Kazemiya dengan akurat.

 

●Kouta: Jadi kamu merasa malu ketika ada yang memuji tulisan tanganmu, ya?

●kohaku: berisik

●kohaku: Aku tidak merasa malu

●Kouta: Berhentilah membombardirku dengan stempel kucing setiap kali berusaha menyembunyikan rasa malumu.

●kohaku: Enggak mau

 

Kucing. Kucing. Kucing. Kucing. Kucing...Aku bisa melihatnya terus mengetuk layar ponselnya berulang kali dari kursi dudukku.

Saat aku sedang menatap ke arah punggungnya, bunyi lonceng berbunyi menandakan dimulainya jadwal pelajaran kedua.

 

●kohaku: Pastikan untuk membuat catatan di kelas berikutnya.

●Kouta: Aku akan mencatatnya meskipun kamu tidak menyuruhku.

 

……Gawat. Aku benar-benar lupa waktu ketika berinteraksi dengan Kazemiya.

Jika keadaan terus seperti ini, daya smartphone-ku akan cepat habis bahkan sebelum sepulang sekolah, dan aku tidak akan bisa berkonsentrasi dalam pelajaran.

 

●Kouta: Baterai smartphone-ku mau habis, jadi aku mau mematikannya dulu.

●kohaku: Kalau terus begini, sepertinya baterainya akan habis sepulang sekolah.

●kohaku: Aku punya power-bank, jadi aku baik-baik saja.

●Kouta: Enak sekali ya kalau sudah disiapkan.

●kohaku: Aku biasanya menonton film saat waktu luang.

●Kohaku: Aku juga menggunakannya di restoran keluarga untuk menghabiskan waktu.

●Kouta: Kalau begitu sih wajar saja kalau bateraimu cepat habis.

 

...Astaga. Aku terus-menerus memperpanjang obrolan kami.

 

●Kouta: Kali ini aku akan mematikannya.

●kohaku: ya

●kohaku: Sampai jumpa lagi sepulang sekolah.

 

Aku mematikan ponsel smartphone-ku. Selesai. Aku akan berhenti membuka pesan sampai sepulang sekolah hari ini.

“.....

Entah kenapa, rasanya waktu berjalan semakin lambat.

(Aku jadi tidak sabar menunggu waktu pulang sekolah...)

 

 

☆☆☆☆

(Sudut Pandang Kazemiya Kohaku)

────...

Bagiku... Kazemiya Kohaku, waktu pendidikan jasmani adalah waktu yang membosankan. Pendidikan olahraga di sekolah kami dipisahkan berdasarkan jenis kelamin, dan anak-anak perempuan bermain tenis. Setelah menyelesaikan dasar-dasar seperti latihan pemanasan dan latihan mengayun, para pemain berpasangan dan saling memukul bola di lapangan.

Dalam kasusku, aku selalu tidakdilibatkan dalam hal tersebut. Teman-temanku berada di kelas yang berbeda, dan meskipun mereka sekelas denganku, aku berusaha untuk tidak terlibat dengan mereka. Dan jumlah gadis di kelasku adalah ganjil. Tak pelak lagi, aku akhirnya disuruh bergabung dengan satu pasangan dan membentuk kelompok tiga orang...

 

Hah? Bukannya yang di sana itu tiga orang, ya?

Habisnya, kamu bisa lihat sendiri, mereka digabung dengan Kazemiya-san.”

Oh, pantes saja.

Aku yakin dia tidak ingin berada dalam satu geng dengan orang seperti kita.”

 

Terima kasih sudah berusaha keras untuk menaikkan volume suara dalam cibiran kalian sehingga aku bisa mendengarnya.

Yah, meski sebagian itu disebabkan oleh sikapku sendiri, walaupun itu untuk mempertahankan diriku sendiri, tapi aku tidak mempermasalahkannya.

...Dan berdasarkan pengalamanku sampai sekarang, meskipun itu bukan untuk membela diri, orang-orang seperti mereka akan tetap menggunjingku. Dalam kasusku, aku memiliki penampilan yang mencolok, dan orang-orang terus mengatakan hal-hal yang tidak kuingat, seperti sudah berapa banyak laki-laki yang sudah aku rayu. Aku mungkin seharusnya bisa bergerak sedikit lebih cekatan, tapi sayangnya aku masih belum terlalu dewasa.

Oleh karena itu, sebagian besar waktu selama jam pelajaran olahraga, aku biasanya cuma duduk di sudut dan hanya melamun untuk menghabiskan waktu.

Aku tidak boleh membawa smartphone dan headphone selama jam pelajaran olahraga (akan disita jika aku masih ngotot membawanya).

Tapi hari ini sangat membosankan dari biasanya. Anehnya aku merindukan smartphone-ku.

(...Rasanya sangat menyenangkan ketika mengobrol dengan Narumi.)

Seorang pria yang baru kutemui beberapa hari yang lalu. Kami pergi ke restoran keluarga yang sama, jadi aku sudah lama mengetahui keberadaannya, tetapi baru beberapa hari yang lalu kami mulai mengobrol. Namun, aku tidak pernah menyangka kalau kami bisa mengobrol begitu banyak di kelas. Meski berada di ruang kelas, rasanya seperti kami berada di restoran keluarga.

...Aku itu benar-benar serakah. Memiliki sekutu bernama Narumi saja sudah merupakan sebuah kemewahan.

Aku merasa senang memiliki tempat di luar rumah yang membuatku merasa sangat nyaman sampai-sampai aku bisa melupakan waktu.

Ada bagian dari diriku yang menginginkan waktu bahagia yang sama di sekolah. Aku mendapati diriku berharap bisa berbicara lebih banyak lagi dengan Narumi.

 

“Ah, Sawada-kun!”

 

Gadis-gadis lain yang sedang menunggu giliran bermain di lapangan tenis menyaksikan anak laki-laki bermain sepak bola melalui pagar. Sawada... Narumi bilang ia adalah pangeran yang dibanggakan oleh murid-murid kelas dua. Bagiku, ia hanya seorang pengganggu yang selalu saja menyusahkanku, tapi sepertinya ia populer di kalangan gadis-gadis. Tampaknya para murid laki-laki sedang bermain sepak bola, dan Sawada menggiring bola ke tim lawan.

 

“Keren banget. Meski ia dari klub basket, tapia ia bisa mengalahkan cowok-cowok dari klub sepak bola.

“Yang semangat, Sawada-kun!

 

Sebagian besar gadis sudah mengabaikan jam pelajaran olahraga dan bersorak sorai dengan keras. Sawada menahan bola, tapi ia menghindari satu orang dengan cemerlang dan kemudian melepaskan tembakan. Saat bola mengenai gawang, para gadis bersorak. ...Memangnya ini pertandingan langsung? Sulit untuk tetap tenang ketika suasananya sangat berisik. ...Ayo kita ganti lokasi.

(...Ah. itu Narumi.)

Saat aku menjauh dari kerumunan gadis-gadis yang berkumpul di sekitar pagar, aku bisa melihat Narumi.

Tampaknya ia berada di tim yang sama dengan Sawada, dan sedang mengobrol santai dengan Inumaki di dekat gawang.

Ia bahkan sama sepertiku sampai di titik ini. Rasanya agak lucu. Sepertinya ia terlihat bersenang-senang karena ada Inumaki di sana.

...Enaknya. Aku ingin bergabung juga. Aku merasa iri pada Inumaki yang bisa berbicara dengan Narumi kapan saja.

……Ahh. Sepertinya mereka baru diperingati sama guru. Ia mulai berlari bersama Inumaki. Mungkin ia diperingatkan untuk melakukan pertandingan dengan benar.

“Astaga, apa sih yang sedang ia lakukan?

Aku hanya bisa mengeluarkan senyuman kecil sambil bergumam demikian. Rasanya sangat menyenangkan hanya dengan melihatnya saja. Waktu pendidikan jasmani yang biasanya membosankan, kini terasa menyenangkan. Gadis-gadis lain sepertinya tergila-gila pada Sawada, tapi menurutku rasanya jauh lebih menarik untuk menonton Narumi.

Ketika aku menonton pertandingan sepak bola anak cowok lagi, pertandingan masih berlanjut. Inumaki memotong umpan tim musuh dan mengoper bola kepada Narumi yang seolah berhasil lolos dari tim musuh yang mendekat. Apa yang itu disebut umpan cepat. Saat Narumi menerima bola, ia segera mengoper ke arah Sawada. Sawada yang menerima bola langsung melakukan tembakan...bola membentur sudut tiang gawang dengan keras, dan terlempar dalam lintasan melengkung yang indah. Gadis-gadis mengeluarkan suara kecewa ketika melihat hasil itu.

 

“Sayang sekali. Padahal tadi itu tinggal sedikit lagi.”

“Bukannya itu karena Narumi melakukan umpan yang tidak masuk akal?”

Aku yakin pasti begitu. Kalau saja Sawada-kun yang melakukannya, ia pasti akan membuat keputusan yang tepat.

 

Menurutku tidak demikian. Umpan Narumi tampak selaras sempurna dengan Sawada yang berlari ke depan gawang.

Yang tadi itu jelas-jelas karena tembakan Sawada saja yang meleset. Ya karena ini pertandingan sepak bola, dan Sawada sepertinya ada di tim bola basket. Jadi ada kalanya ia akan melewatkan satu tembakan.

“──── Kazemiya-san!”

Tendangan bola yang baru saja melambung ke gawang melayang melewati pagar dan menuju lapangan tenis. Sawada, yang pasti mengejarnya, berlari ke arahnya.

Maaf, bisakah kamu mengambilkan bolanya untukku?

...Jangan repot-repot menanyakanku napa. Aku jadinya mendapat tatapan tajam dari gadis-gadis lain. Tentu saja, aku ingin menjauhkan gadis-gadis yang ingin mencari tahu kakak perempuanku, tapi aku juga tidak ingin terlibat dalam kecemburuan cinta mereka seperti ini. Karena rasanya terlalu merepotkan dan canggung. Ketika aku masih merasa bimbang apa aku harus berpura-pura tidak mendengarnya atau berkata, ‘Mendingan gadis lainsaja yang mengambilnya,'  aku kemudian menyadari bahwa Narumi berada sedikit di belakang Sawada. ......Yah, terserahlah.

Aku mengambil bola yang menggelinding dan melemparkannya langsung ke atas pagar.

Bola bergerak melewati pagar dengan melengkung, melewati kepala Sawada—— dan terbang ke arah Narumi yang berada di belakangnya. Dan Narumi menangkap bola yang aku lempar tanpa menjatuhkannya. Yup. Tangkapan yang bagus.

Maaf. Aku melemparnya terlalu kencang.

Aku berkata kepada Sawada dengan ekspresi bersalah di wajahku. Sudah kuduga, aku mendapat tatapan tajam dari para gadis, tapi aku pura-pura tidak melihatnya.

Pandangan mataku bertemu dengan tatapan Narumi. Aku mengambil kesempatan untuk berbicara dengannya melalui pagar dengan gerakan bibir.

────Semangat, ya.

Reaksi gadis-gadis lain sangat menjengkelkan.

Kemudian, Narumi berbicara kepadaku dengan cara yang sama dengan apa yang baru saja kulakukan.

────Baik, aku mengerti.

Setelah mengatakan itu, Narumi kembali ke lapangan dan melanjutkan bermain sepak bola. Para gadis semua menantikan pertandingan itu. Perhatian gadis-gadis lain terfokus pada Sawada, yang mencetak gol, tetapi aku tidak melewatkan fakta bahwa Narumi bekerja sama dengan Inumaki untuk membantunya sampai pertandingan berakhir.

........

Kenyataannya, aku ingin berbicara dengannya secara normal, bukan dari di balik pagar.

(Aku jadi tidak sabar menunggu waktu pulang sekolah tiba...)

 

☆☆☆☆

(Sudut Pandang Narumi Kouta)

Setelah melewati jam pelajaran yang terasa lebih lama dari biasanya, akhirnya jam pulang sekolah pun tiba.

Kami meninggalkan ruang kelas pada waktu yang berbeda dan bertemu di depan stasiun sesuai rencana.

...Yo

Um.”

Tidak sulit untuk menemukan Kazemiya, yang telah meninggalkan ruang kelas lebih awal di depan stasiun.

Bahkan di tengah-tengah lalu lintas yang ramai, Kazemiya Kohaku, yang mungkin sedang mendengarkan musik dengan menggunakan headphone, ada di sana, bersinar lebih terang daripada orang lain.

“Assist yang bagus.”

…Hentikan napa.”

Aku langsung tahu bahwa dia sedang membicarakan tentang jam pelajaran olahraga siang tadi.

“Orang yang tampil gemilang di pertandingan tadi adalah Sawada, ‘kan? Berkat dia, kami bisa menang melawan tim sepak bola.

Alasan mengapa Sawada mampu melakukannya dengan baik berkat umpan-umpan bagus dari Narumi, bukan?”

...Lagian, kenapa kamu tiba-tiba menyemangatiku?

“Aku merassa kesal karena orang-orang yang seenak jidat mengatakan sesuka mereka meskipun mereka tidak paham apa-apa.”

“Hah?

Aku memiringkan kepalaku karena masih kebingungan, tapi Kazemiya hanya berkata, “Jangan dipikirkan, itu cuma ocehanku sendiri.

Sepertinya dia tidak ingin membahas itu lebih lanjut.

Yah, terserah. Kalau begitu, ayo berangkat.....Kita akan naik kereta, tapi kamu tidak keberatan, kan?

Ada kompleks bioskop yang berjarak beberapa stasiun dari sini, ‘kan? Kurasa aku mungkin tahu lebih banyak tentang hal itu daripada Narumi.

“Ohh, kalau itu sih maaf banget.

Kami menaiki kereta yang tiba pada waktu yang tepat.

“Rasanya sudah lama sekali aku tidak menonton film di bioskop.

“Apa itu karena kamu sibuk bekerja paruh waktu pada hari Sabtu dan Minggu?”

“Ada alasan itu, tapi aku sendiri jarang pergi ke bioskop. Jika Natsuki mengajakku pergi, aku akan pergi, sih.

Natsuki, maksudmuInumaki? Aku sudah memikirkannya cukup lama, tapi kalian berdua kelihatannya sangat dekat, ya.

“Kami sudah saling mengenal sejak kecil. Apalagi kami selalu berada di kelas yang sama sejak TK, SD, SMP, dan bahkan SMA.”

Wow

Ah iya, benar juga. Natsuki lah yang memberiku tiket awal untuk menonton film tersebut. Rupanya, ia mengenal beberapa orang di industri film dan masih memiliki tiket yang tersisa.

...Apa sih identitas sebenarnya dari Inumaki? Ia bukan selebriti atau semacamnya, kan?

“Aku juga tidak tahu. Sejauh mana lingkaran persahabatannya pun masih menjadi sebuah misteri.”

Kereta berhenti di stasiun. Mungkin karena berhenti di stasiun yang lebih besar, banyak penumpang baru yang berdatangan, dan bagian dalam gerbong mulai terisi. Tempat duduk yang tersedia sangat sedikit.

..................

..................

Bagian dalam gerbong agak sempit karena banyaknya penumpang. Kami terdorong sampai ke pinggiran dinding, dan mau tidak mau aku jadi semakin dekat dengan Kazemiya.

Kazemiya yang berada tepat di depanku, lebih dekat dari biasanya. Di restoran keluarga, kamio duduk berhadapan di seberang meja, tapi tidak demikian dengan sekarang. Tidak ada gelas minuman, tidak ada sepiring sandwich, tidak ada apa-apa di antara kami.

Jarak yang bisa aku sentuh bahkan tanpa harus menjangkaunya. Jika aku tidak hati-hati, aku mungkin bahkan bisa mendengar suara nafasnya.

...Narumi itu ternyata lebih tinggi dari yang kukira. Kira-kira berapa tinggi badanmu?

“....Kalau tidak salah, 177 cm.

...Sudah kuduga, kamu lebih tinggi dari yang kukira.

Kalau kamu sendiri berapa, Kazemiya?”

“Kurasa sekitar 163 cm. Aku tumbuh satu sentimeter lebih tinggi dari tahun lalu.

Jadi perbedaannya empat belas sentimeter, ya?

Perbedaannya jauh sekali… ah”

Gratak.

Badan gerbong berguncang hebat sesaat hingga menyebabkan Kazemiya kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

“────ups.

Aku secara refleks menerima tubuh Kazemiya.

Ada sedikit rasa panas yang tidak pernah kurasakan saat duduk mengelilingi meja di restoran keluarga. Tubuhnya yang begitu ramping bisa langsung kuketahui setelah menyentuhnya.

“Maaf.”

...Kenapa malah kamu yang meminta maaf, Narumi?

……Refleks mungkin?


Tubuh Kazemiya begitu ramping, dan halus...Aku merasa seolah-olah sedang menyentuh permata yang tidak boleh disentuh dengan tangan kosong. Aku merasakan kombinasi antara tabu manis dan amoralitas, jadi mau tak mau aku meminta maaf. Mana mungkin aku bisa begitu bodoh dan mengatakan hal tersebut dengan jujur.

...Terima kasih sudah menerimaku.

“Kamu terlalu berlebihan. Bahkan kamu tidak perlu mengucapkan terima kasih segala.

Mungkin.”

Kazemiya tetap diam sambil memandang ke luar jendela seolah-olah sedang menutupi sesuatu.

...Narumi, kamu tuh....”

Tapi ada jeda singkat setelah dia mengeluarkan beberapa kata.

...Beneran anak cowok, ya.”

“Memangnya sampai sekarang kamu menganggapku itu apa?

Bukan begitu maksudku... tidak, lupakan saja.

Hingga kereta tiba di tempat tujuan, Kazemiya tetap diam sambil menatap pemandangan di luar jendela. Setelah sampai di stasiun, kami berjalan kaki sekitar 10 menit hingga mencapai tujuan, sebuah kompleks bioskop, dan segera menuju loket tiket untuk memilih tempat duduk.

“Apa kamu punya rekomendasi tempat duduk, Kazemiya?”

“Mungking sedikit lebih dekat ke depan daripadadi tengah...

Bukan yang di bagian belakang?

“Karena aku lebih menyukai kalau layarnya terbentang luas di depanku.

.... Aku merasa paham maksudmu.”

Karena kita pasti ingin melupakan kenyataan sejenak, setidaknya saat kita sedang menonton film.

Dengan mengingat hal itu, aku mengamankan tempat duduk kami berdua dan memeriksa jam tanganku, yang telah aku khawatirkan sepanjang hari ini.

...Masih ada sedikit waktu sampai pemutaran film. Bagaimana kalau kita pergi mampir ke kios cemilan dulu?

Apa kamu mau membeli sesuatu di kios, Narumi?”

“Iya, aku lagi ingin membeli sesuatu. Aku hanya membeli jus dan popcorn saja sih. Bagaimana denganmu, Kazemiya?

Aku juga biasanya membeli sesuatu. Sepertinya kita sama kalau hanya beli jus dan popcorn doang.”

Aku membeli jus dan popcorn masing-masing untuk kami berdua di kios, dan ketika waktunya sudah tepat, aku langsung menuju tempat duduk kami.

Narumi memilih rasa yang asin, ya. Apa kamu lebih menyukai rasa yang itu?

“Yang ini juga tergantung suasana hati. Ketika aku datang dengan Natsuki sebelumnya, rasanya berbeda. Kalau kamu sendiri...ah rasa karamel, ya.”

Karena sudah begini, bagaimana kalau kita mencobanya satu per satu?

Sama-sama sebagai teman?

Aku tentu saja punya teman lah...

“...Jadi kamu sebenarnya punya teman, ya.

“Memangnya kamu pikir aku ini apaan?

Kazemiya yang sedikit cemberut sambil menggembungkan pipinya, terlihat agak kekanak-kanakkan.

Meskipun penampilannya di kelas terlihat agak dewasa, penampilannya yang penuh kesenjangan itu terasa menarik.

Karena kami berada di berbeda, jadi aku mencoba untuk tidak terlalu terlibat di sekolah.

Mungkin itu dikarenakan  reputasinya sendiri, dan mungkin juga karena dia tidak ingin merepotkan teman-temannya dengan urusan kakak perempuannya.

“....Ah, sepertinya sudah mulai.

Cahaya di luar layar padam, dan film pun dimulai.

Kazemiya sudah sepenuhnya terfokus pada dunia film. Aku menahan diri untuk tidak terpesona oleh wajah sampingnya yang samar-samar disinari cahaya layar dalam kegelapan, dan fokus pada gambar yang terbentang di depanku.

 

☆☆☆☆

 

Ahh... tadi itu menakjubkan sekali.

Setelah sekitar dua jam penayangan film, di kursi restoran cepat saji dekat bioskop, Kazemiya berdecak kagum memuji film yang kami tonton tadi. Dia masih terasa seperti dalam mimpi. Aku juga merasakan hal yang sama.

“Rasanyaa seru banget. Ada baiknya meninjau film-film sebelumnya sebelum menontonnya.

“Aku paham banget. Mereka menyelipkan beberapa lelucon kecil yang bisa dipahami saat menonton, bukan?"

“Betul. Meskipun film itu dibuat agar dapat dinikmati tanpa harus menonton yang sebelumnya, ada beberapa adegan yang lebih mengena ketika kita sudah menonton film-film sebelumnya, bukan?

Terutama yang terakhir...

“Adegan di mana tokoh utama melakukan buzzer beater.

Kami berdua terkesiap kecil, karena kesan kami sangat mirip satu sama lain tanpa ada satu kata pun yang berbeda.

“Sudah kuduga. Kupikir Narumi juga pasti menuyukai adegan itu.

“Seharusnya aku yang bilang begitu

Setelah kami berdua tertawa lagi, makanan yang kami pesan akhirnya tiba.

Maaf sudah membuat Anda menunggu.

Aku memesan Carbonara. Sedangkan Kazemiya memesan sepaket nasi dengan hamburger.

.........

Apa ada yang salah?

Aku hendak segera memakan Carbonaraku, tapi aku bisa merasakan tatapan Kazemiya tertuju padaku, jdai aku mengangkat wajahku.

Entah kenapa, sepertinya Kazemiya sedang membandingkan set hamburger miliknya dengan Carbonara milikku.

Kalau kamu mau, aku bisa berbagi sedikit, tapi sebagai gantinya, kamu harus memberiku hamburgermu.

"Bukan itu... bukan itu sih...tapi, apa aku boleh minta sesuap?

“Meski bukan itu yang dimaksud... tapi sepertinya kamu masih meminta sesuap ya.

Setelah itu, dengan menggunakan garpu dan sendok, aku memindahkan sepotong Carbonara ke piring Kazemiya, dan Kazemiya juga memindahkan sepotong hamburger ke piringku.

“Jadi, apa yang salah dengan Carbonara?

...Terlalu dewasa.

Hah?

“Kamu memesan Carbonara dan sebagainya... oh ya, ketika membeli popcorn di bioskop juga, kamu membeli yang rasa asin. Padahal aku suka rasa karamel... kamu terlalu berusaha bertingkah seperti dewasa, Narumi.

“Jadi mengukur kedewasaanku dari Carbonara dan popcorn ya?

Aku merasakannya begitu.

Oh ya, makanan yang dipesan Kazemiya tuh secara keseluruhan terasa seperti..…”

Jangan bilang kekanak-kanakan.

“Semua makanan yang disukai anak-anak.

“Sudah kubilang jangan mengatakannya, dasar kampret.

Kakiku ditendang ringan di bawah meja. Tapi tendangannya sama sekali tidak sakit. Itu hanyalah stimulasi yang ringan dan manis, seakan-akan itu meruapakan tanda kedekatan seorang teman.

Menurutku itu bukan masalah besar. Aku juga menyukainya, kok. Aku juga menyukai sushi, ayam goreng, dan ramen...

“Jangan seenaknya mencantumkan makanan yang jelas-jelas makanan favorit anak-anak yang baru saja kamu lihat di ponselmu. Aku juga menyukainya, sih.

Jadi kamu beneran menyukainya, ya. Memang benar aku juga menyukainya, sih.

...Yah, aku juga menyadarinya sendiri kalau seleraku agak kekanak-kanakan.

Padahal itu bukan hal yang buruk. Tapi kenapa kamu mengatakannya seakan-akan itu adalah hal yang buruk?”

“Itu karena...

Apa orang tuamu mengatakan sesuatu kepadamu? Misalnya seperti ‘Kamu kekanak-kanakan sekali,' atau Berhenti bertingkah seperti anak kecil terus.'

...Bagaimana kamu bsia tahu?

Karena ayah kandungku pernah mengatakan hal yang sama kepadaku.”

Saat aku memutar sedotan dengan lembut, es batu yang berbentuk persegi mengeluarkan suara dentingan. Bagian dalam gelas diisi dengan cairan berwarna melon, dan gelembung-gelembung yang naik ke permukaan akan pecah dan menghilang.

Aku suka soda melon, tapi menurutku itu juga mempunyai implikasi terhadap  ayahku....Aku memang kekanak-kanakan dalam hal itu, tapi menurutku bukan berarti aku melakukan sesuatu yang salah. Itulah sebabnya kamu tidak perlu mengkhawatirkan itu. Kamu boleh makan apa pun yang kamu mau, lakukan apa pun yang kamu mau. Orang tuamu tidak ada di sini, begitu pula dengan ayah kandungku.”

...Begitu ya. Dalam kasus Narumi, itu adalah papahmu, ya.”

“Dari caramu mengatakannya, apa itu berarti kalau Kazemiya...

“Dalam kasusku, Mamah ku lah yang mengatakan hal seperti itu.”

Kazemiya dengan santai memasukkan garpunya ke dalam steak hamburger yang dia potong dengan pisau.

Onee-chan selalu menjadi orang yang cemerlang, jenius, pekerja keras, dan selalu meraih prestasi. Tidak lama kemudian, Ibu mulai mempunyai ekspektasi yang tinggi kepadanya. Dia mulai mengontrol pola makan kami dengan ketat sebagai bagian dari perkembangan fisiknya. Onee-chan sih tidak mengeluh, tapi aku ebrbeda. Suatu ketika, ketika kami sedang menyeberang jalan di depan sebuah restoran keluarga, aku mengambil kesempatan dan berkata kepada Ibu. 'Kadang-kadang aku ingin makan seperti itu.'”

Hamburger seukuran sekali gigit perlahan-lahan kehilangan panasnya seiring berjalannya waktu.

“Lalu dia marah padaku.”

Tawanya terdengar agak kering. Ini bukan tawa pada ibunya yang tidak masuk akal, tapi tawa yang penuh dengan celaan pada dirinya sendiri.

“Aku diberitahu seperti 'Berhenti mengatakan hal-hal kekanak-kanakan seperti itu,' 'Padahal Onee-chan tidak pernah mengeluh.'...Kalau dipikir-pikir lagi, mungkin itu yang dimaksud saat aku dimarahi. Saat itu, Mamah masih menaruh harapan padaku.... tapi sekarang dia tidak memiliki harapan itu lagi, jadi aku bisa memakan apapun yang aku mau.

Sambil berbicara, Kazemiya membawa steak hamburger dingin, yang telah dipotong kecil-kecil, ke dalam mulutnya.

“Mamah sudah tidak mengharapkan apa pun lagi dariku. Dia sudah tidak tertarik padaku. Itu sebabnya dia tidak peduli dengan apa yang kulakukan...Tapi, ada kalanya dia peduli padaku.

“…Pasti ada kaitannya dengan kakakmu, ya.

“Betul. Dia tidak peduli dengan apa yang kulakukan. Tapi aku tidak boleh melakukan apa pun yang akan menjatuhkan reputasi Onee-chan. Aku juga tidak boleh melakukan apa pun yang menghalangi Onee-chan. Aku tidak boleh melakukan apa pun yang menyebabkan masalah untuk Onee-chan. ──Seperti begitulah rasanya. Onee-chan. Onee-chan. Onee-chan. Hanya itu melulu rasanya.”

Dia menjentikkan cangkir putih toko itu dengan jari-jarinya yang halus dan indah.

“Itulah sebabnya, ketika aku berbicara dengan Narumi Mama beberapa hari yang lalu… Aku merasa sedikit iri.”

“Kamu merasa iri... padaku?

Ya. Aku bisa merasakan kalau dia sangat mengkhawatirkan Narumi, dan dia terlihat sangat senang saat tahu kalau kamu punya teman perempuan. Mamahku tidak akan seperti itu.”

Kazemiya tertawa mengejek diri sendiri, dan percakapan kami berhenti di situ.

Percakapan antara pekerja kantoran dalam perjalanan pulang kerja dan para pelayan toko yang sedang melayani pelanggan. Suara-suara yang biasanya tidak akan menggangguku jika kami sedang bercakap-cakap, tapi sekarang aku bisa mendengarnya dengan jelas.

...Maaf. Aku tidak bermaksud ingin menceramahimu.

Aku tahu bukan itu maksudmu.

Aku tidak akan membahas masalah keluarga Kazemiya.

Kazemiya juga tidak ikut campur dalam urusan keluargaku.

Kami hanya saling mengeluh dan mendengarkan satu sama lain. Kami tidak melangkah lebih jauh dari itu——begitu maksudnya, kan? Oleh karena itu, kamu tidak perlu khawatir tentang hal itu, Kazemiya.

“Entah kenapa, rasanya sangat enteng sekali ketika berbicara denganmu, Narumi. Aku berharap semua anak laki-laki seperti Narumi.

Kalau aku sih tidak menyukai hal seperti itu.”

“Yah, dari sudut pandang orangnya sendiri sih memang ada benarnya.”

Kazemiya mengambil nafas dan menyegarkan tenggorokannya dengan segelas teh hitam dingin.

Hahh...rasanya sungguh aneh. Mungkin ini pertama kalinya aku mengeluh sebanyak ini tentang keluargaku.

“Sekarang setelah kamu menyebutkannya, rasanya ini juga pertama kalinya aku bisa berbicara tentang ayahku dengan begitu santai.”

Meskipun kadang-kadang aku berbicara dengan Natsuki, tapi aku masih selalu merasa bersalah.

Bukan suasana untuk melampiaskan keluh kesah seperti ini.

Sebenarnya, aku tidak ingin membicarakan tentang Onee-chan atau Mamahku.”

Aku bisa melihatnya dengan melihat perilaku Kazemiya di kelas.”

“Hentikan napa.”

Kazemiya menggembungkan pipinya karena tidak setuju.

“Pada awalnya, aku biasanya menolak ketika ada gadis-gadis yang mendekatiku hanya untuk mengetahui Onee-chan. Tapi kemudian, ada beberapa yang masih tidak mau menyerah. Tapi, begitu aku mencoba mengintimidasi mereka seperti itu, atau memakai headphone dan menonton film.... Mereka akan akhirnya berhenti dating sendiri. Gosip tentang diriku menyebar secara sembarangan, dan orang-orang akan pergi dengan sendirinya.

Aku yang memahami bahwa berperilaku baik adalah pembelaan diri bagiku, perilaku acuhnya di dalam kelas juga mungkin merupakan pembelaan diri bagi Kazemiya.

...Rumor tentang Kazemiya yang suka keluyuran di malam hari dan bergaul dengan orang-orang yang tidak terlalu baik. Sepertinya rumor itu beredar tidak hanya di kalangan Natsuki dan yang lainnya, tapi juga di kalangan anak kelas satu.

“Hmm. Begitu ya.”

“Kamu bereaksi seolah-olah itu adalah urusan orang lain.

“Karena itu memang urusan orang lain. Maksudku, kenapa malah Narumi yang merasa sebal dengan hal itu?

“Malah tanya kenapa...

...Lagian, memangnya kamu tidak pernagh kepikiran kalau rumor itu benar?

Sebuah pertanyaan yang menusuk. Suara anorganik yang terdengar seolah-olah emosinya telah dilucuti.

“Apa kamu tidak pernah berpikir bahwa aku mungkin seperti yang dikatakan rumor? Aku mungkin keluyuran pada malam hari, bergaul dengan orang yang nakal.

Kazemiya berhenti menggerakkan garpu dan pisaunya, menatap mataku dengan tatapan penuh pesona yang misterius.

...Kazemiya

...Aku sama sekali tidak masalah. Bahkan jika kita membubarkan aliansi. Naruumi mungkin akan dirugikan jika kamu bergaul dengan orang-orang sepertiku. Jika itu membuat Narumi merasa lebih nyaman, maka aku ...... baik-baik saja dengan itu.

Aku ambil hamburger itu.

“Ah────!”

Aku segera mengambil salah satu steak hamburger yang sudah dipotong dengan hati-hati dengan garpu.

Aku segera memasukkannya ke dalam mulutnya sebelum dia bisa mengambilnya kembali. Aku bisa menikmati elastisitas sedang dan tekstur kenyal dengan teriakan kecil Kazemiya sebagai musik latar belakang.

Ya. Rasanya masih enak meski sudah dingin.

“Enak apanya! Itu ‘kan hamburgerku...!

Mau tidak mau aku tertawa terbahak-bahak saat Kazemiya menatapku dengan tatapan mencela.

...Itu sama sekali tidak lucu, tahu.”

“Tidak, aku minta maaf. Aku hanya berpikir itu mustahil banget.”

Hah? Dari sudut pandangku, rasanya lebih mustahil lagi kamu mencuri steak hamburger seseorang tanpa izin.

Ah sudah kuduga, yang ini benar-benar Kazemiya. Aku tidak tahu apakah itu benar atau tidak, tapi setidaknya itulah yang kupikirkan.

“Aku tidak tahu apakah rumor itu benar atau tidak. Tapi Kazemiya Kohaku yang aku kenal berbeda dari rumor yang beredar. Dia tidak punya tempat tinggal di rumah, jadi dia menghabiskan seluruh waktunya di restoran keluarga, menonton film sepanjang waktu, suka pilih-pilih makanan, begadang sepanjang malam cuma untuk bermain game, selera makannya agak kekanak-kanakan, dan suka meributkan sepotong hamburger. Gadis seperti itulah yang kumaksud.”

Benar atau tidaknya rumor tersebut. Apa Kazemiya Kohaku adalah orang yang benar-benar persis seperti disebutkan dalam rumor tersebut atau tidak?

Tidak perlu ragu dengan pertanyaan itu. Faktanya, aku sudah mengatakan ini kepada Tsujikawa tanpa ragu-ragu.

Kazemiya bukan orang yang digosipkan. Itulah yang kupikirkan.”

...Mungkin saja aku sedang menipumu loh, Narumi.

Haahhh. Jika kamu benar-benar menipuku, aku akan berterima kasih padamu karena sudah menunjukkan mimpi indah padaku... Yah, pertama-tama, apa gunanya menipuku? Aku tidak pernah mentraktirmu sesuatu yang mahal saat makan bersamamu, dan aku tidak pernah dipaksa membeli pot dan vas aneh maupun semacamnya.”

“...Kenapa malah kamu yang marah?”

Entahlah, kenapa ya.

Kalau dipikir-pikir, kata-kataku tadi mungkin terdengar sedikit jengkel.

Pertama-tama, mengapa malah aku yang sebal dengan rumor Kazemiya?

Jika dia sendiri tidak keberatan, maka itu bukanlah sesuatu yang perlu aku khawatirkan.

...Mungkin karena aku tidak menyukainya.

Pikirkan, pikirkan, pikirkan. Jangkau pemikiran di bawah permukaan pikiranku dan keluarkan perasaanku yang sebenarnya.

“Aku tidak menyukainya dan menjadi marah karena.... ada yang menanggapi rumor konyol itu dengan serius dan orang-orang mengatakan hal-hal jelek tentang temanku.”

Sekarang aku akhirnya mulai paham. Aku tadi penasaran dengan alasan mengapa aku melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan karakterku.

“Aku marah karena ada rumor yang mengatakan hal-hal buruk tentang temanku.

Ternyata sesederhana itu.

Ahhh, aku merasa lebih plong sekarang. Rasanya ada beban yang terangkat dari dadaku.

..............

Ketika rasa sesak di dadaku menghilang dan suasana hatiku menjadi lebih cerah, Kazemiya yang duduk di depanku tiba-tiba terlihat kaku.

“Kamu kenapa? Mendadak terlihat linglung begitu.

Eh... Ah...

Entah kenapa, Kazemiya terlihat gelisah dan canggung. Aku belum pernah melihatnya tidak stabil seperti ini di dalam kelas maupun di restoran keluarga.

“Itu... ketika ada yang memberitahuku kalau kita adalah teman secara langsung... dan marah demi diriku... rasanya agak canggung.

Maafkan aku karena sudah membuatmu malu.

Tidak, bukan itu. Bukan karena aku tidak suka... tapi lebih karena...

Kazemiya terdiam seolah-olah mencari kata-kata dalam dirinya. Tapi, sepertinya dia segera menemukan kata-katanya. Dengan telinga yang merah padam, dia mengalihkan pandangannya dariku seraya berkata...

Terima kasih... Aku sangat senang sekali.

...Tadi itu berbahaya sekali. Jika saat itu aku sedang membuka mode kamera ponsel, mungkin saja aku tidak bisa menahan diri untuk mengambil fotonya.

(Hal yang sama juga terjadi saat dia tidur... Tolong jangan lakukan itu lahi. Seriusan.)

Ekspresinya begitu mematikan. Hal itu pasti membuat siapa saja ingin menjadi lebih dekat.

“Jadi kita berdua adalah teman, ya. Bukannya sekutu aliansi.

Aku hanya mengatakannya karena terbawa suasana tanpa banyak berpikir... tapi, bukannya memang begitu? Aku juga memberitahu ibu kalau kita adalah teman.

Oh, iya. Benar juga ya.

Tentu saja, hubungan 'persekutuan' kita tidak akan hilang.

Sekutu aliasni. Teman. Semakin banyak label dalam hubungan kami. Namun aku tidak membencinya.

...Ya. Teman. Narumi Kouta dan Kazemiya Kohaku adalah teman.

...Mengenai rumor yang kamu bicarakan tadi.

...Mm, iya.

“Seenggaknya, aku biasanya tidak melakukan apa-apa selain pulang ke rumah dari restoran keluarga di malam hari. Kadang-kadang aku singgah ke minimarket, tapi aku tidak pernah keluyuran maupun bergaul sembarangan. Dan rumor tentang keterlibatan dengan orang-orang jahat... mungkin hanya karena aku terlihat sedang presiden agensi hiburan. Karena orang itu mempunyai penampilan yang mencolok.

“Begitu ya. Yah... mungkin begitulah kebenaran dari rumor. Alasan kenapa kamu membiarkan rumor tersebut beredar begitu saja karena demi mengurangi jumlah orang yang datang mencari kakak perempuanmu, kan?”

...Jadi kamu bisa melihat sampai sejauh itu. Hebat juga.”

Jika aku mempertimbangkan masalah keluargamu, aku bisa memperkirakannya. Bahkan ketika menyangkut gosip yang berkeluyuran di malam hari, sebenarnya sudah bisa ditebak sedikit... Yah, meskipun diluar dugaan karena tentang perekrutan, tetapi jika dipikir-pikir, itu bukan sesuatu yang sangat mengejutkan.

“Harusnya kamu terkejut tentang itu, tahu.”

Jika itu tentang Kazemiya, rasanya tidak mengherankan jika ada satu atau dua perekrutan di industri hiburan.

... Apa maksudnya dengan itu?

“Maksudnya, bergitulah artinya memiliki teman yang mempesona.

... Kalau itu sih, makasih banyak.

Aku tidak akan mengatakan Kazemiya memiliki reputasi yang sangat baik ketika dia berada di dalam kelas.

Meski demikian, semua orang tidak bisa melepaskan pandangannya dari Kazemiya. Mereka sadar akan Kasegamiya. Hal tersebut menunjukkan seberapa besar daya tarik yang dimilikinya.

Mau pesan parfait? Aku akan mentraktirmu karena aku sudah mengambil hamburgermu tanpa izin tadi.

... Aku akan makannya.

Dia memesan satu parfait anggur kepada pelayan yang dipanggil.

Saat menunggu hidangan penutup, Kazemiya dengan santai membuka pembicaraan.

Apa kamu benar-benar sangat tidak menyukai rumor aneh tentang diriku, Narumi?”

Sejak awal, aku tidak menyukai rumor semacam itu. Sekarang setelah aku berteman dengan Kazemiya, aku jadi semakin tidak menyukainya. Aku mengerti bahwa itu adalah bentuk pertahanan bagimu, jadi mulai sekarang aku akan mencoba untuk bersabar.

"... Sudah kuduga, kamu tuh dewasa sekali ya, Narumi.

“Sudah kubilang tidak begitu.”

“Pantas kamu hanya memesan carbonara saja.

Memangnya carbonara ada hubungannya dengan itu?

Mau tak mau aku mengeluarkan tawa kecil dan kami berdua tertawa bersama.

Untuk saat ini, aku bisa melupakan hal-hal yang tidak penting. Kutukan kata-kata yang ditanamkan oleh ayah kandungku. Tentang rumah yang tidak nyaman. Tentang gosip. Dengan cara begitu, kami bisa tertawa bersama.

Tapi, Narumi itu curang, tau.

“Curang apanya?

“Suka menonton film, memiliki sifat yang pilih-pilih, begadang main game, selera yang agak kekanak-kanakan, membuat keributan hanya karena sepotong hamburger... Aku merasa hanya sisi memalukanku saja yang diketahui.

“Cara bicaramu cukup menyesatkan.

“Kamu juga harus bercerita dong, Narumi. Hal-hal yang memalukanmu. Kalau tidak begitu, rasanya itu tidak adil.

“Malahan seharusnya itu tidak adil kalau hanya aku saja yang membicarakan bagian memalukanku.”

“Hanya aku saja yang terus-terusan kena.

“Kalau kamu sih bukan bagian yang memalukan, tapi malah bagian yang menggemaskan."

“Jadi ini masalah perbedaan pandangan ya.

Sambil berbicara begitu, Kazemiya sudah menghabiskan separuh hamburgernya.

Dengan wajah yang terlihat seperti Aku adalah seorang wanita cool yang cantik, dia menyantap hamburger dengan lahap. Kesenjangan ini membuatnya terlihat menarik tanpa pernah membuatku bosan.

Mungkin ada baiknya jika kita berdua pergi ke suatu tempat lagi seperti ini.

Ke mana?

Umm, yah... ke berbagai tempat.

Meskipun Kazemiya menunjukkan sedikit keragu-raguan, dia justru membiarkan pikirannya melayang ke masa depan karena sulit untuk memutuskannya.

Mungkin ke karaoke, arena permainan, atau ke akuarium. Mungkin juga kita bisa bermain bowling. Buffet kue-kue dan toko pancake yang selalu kau suka. Atau menonton film lagi, atau hanya berjalan-jalan santai di kota... Tapi akhirnya kita akan makan di restoran seperti ini. Bagaimana menurutmu?

“Kurasa itu sangat bagus.”

“Nah, ‘kan? ...Oh ya, aku juga ingin pergi ke batting center.

“Kamu suka bisbol?

“Bukannya suka sih... Tapi, itu loh? Game open-world yang kamu rekomendasikan kepadaku, Narumi. Di tengah-tengah misi cerita ada planet di mana kita bisa bermain mini-game olahraga. Salah satunya adalah batting center.

Kazemiya membuat gerakan memukul kecil seakan-akan sedang tongkat, memberikan kesan polos dan lucu. ... Jika aku mengatakan sesuatu seperti itu, dia mungkin akan tersinggung dan berkata Jangan memperlakukan aku seperti anak kecil atau semacamnya.

Ah... maksudnya mini game di mana kamu harus memukul bola dengan tongkat di mesin itu?

Ya, benar. Aku sangat tertarik pada itu sampai-sampai hanya itu yang aku mainkan sekarang. Rasanya aku jadi ingin pergi mengunjungi batting center yang sebenarnya.

... Aku merasa mini game itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan perkembangan cerita.

Ya, memang begitu, tapi entah kenapa aku ketagihan. Habisnya, ada berbagai tingkat kesulitannya, kan? Aku jadi ingin mencapai home run di semua level dan mencapai hasil menamatkan semuanya.

“Kamu sangat ngotot di bagian-bagian yang aneh ya, Kazemiya...

Malahan aku hanya memainkan mini game itu dan tidak melanjutkan cerita.

Kamu itu pasti tipe orang yang akan betah berada dalam kasino jika itu muncul di dalam kota game RPG, kan?

Aku membayangkan Kazemiya yang kecanduan dengan pesona kasino.

Bukankah kamu sendiri yang lebih suka pergi ke kasino, Narumi?

Aku tipe orang yang puas setelah aku berhasil menyelesaikan cerita dan menyelesaikan permainan.

“Padahal menyelesaikan semua elemen permainan itu yang menyenangkan, tau?

“Sudah kuduga bakal begitu.

Pada saat yang tepat, parfait anggur yang dia pesan tiba. Sambil menyantap anggur dan krim dengan sendok panjang khusus parfaitnya, aku secara tidak sengaja mengajukan saran kepada Kazemiya.

... Bagaimana kalau kita pergi ke batting center selanjutnya? Selagi semangat bermain game-mu masih tinggi, Kazemiya.

Ayo pergi. Aku pasti akan pergi. Selain itu, aku belum pernah mengunjungi batting center. Bagaimana denganmu, Narumi?

“Aku pernah pergi beberapa kali ke sana bersama Natsuki saat masih SMP dulu. ... Jadi, berikutnya kita ke batting center ya... Oh, tapi ujian akhir semester sudah dekat ya. Aku harus belajar dengan serius.

Kamu itu beneran serius sekali, ya.

Ibuku memang tidak terlalu memaksa soal belajar, tapi ya untuk jaga-jaga saja. Aku tidak ingin disuruh berhenti bekerja paruh waktu karena nilaiku turun.

... Begitu ya. Kamu akan merasa bersalah kalau nilamu menjadi jelek, ya.

Kamu bisa memahami hal seperti itu dengan cepat. ... Yah, bahkan jika aku harus berhenti bekerja, aku hanya akan melarikan diri asal-asalan. Tidak ada yang berbeda dengan sebelumnya.

“Kalau itu sih enggak boleh.

Jika aku berhenti dari pekerjaan paruh waktuku, aku akan lari ke restoran keluarga lagi.

Aku bisa menghabiskan seluruh waktuku sepulang sekolah di restoran keluarga. Namun, Kazemiya dengan tegas menyatakan bahwa itu tidak baik.

Kamu tidak boleh menghancurkan keluargamu dengan tanganmu sendiri. Karena rumah Narumi belum sepenuhnya berakhir.”

“Kazemiya…?”

Jangan membahasnya. Kazemiya juga pasti tidak mau ikut campur.

Itulah aliansi kami. Namun entah mengapa, itu terasa seperti belenggu.

“Bagaimana kalau aku membantumu belajar? Kamu hanya perlu menjaga supaya nilaimu tidak turun, kan? Jika nilaimu baik, kamu bisa bekerja dan bermain sepuasnya.

... Kamu mau membantuku belajar?

“Apa-apaan dengan reaksimu itu?

“Ngomong-ngomong, berapa peringkatmu di UTS kemarin?

“Peringkat ke-24. Kalau kamu, Narumi?

“.....Ke-58.

Oke, sudah diputuskan. Aku akan menjadi guru. Kamu boleh memanggilku 'Kazemiya-sensei', loh.

Dia benar-benar bangga atas kemenangannya, sialan. Tapi...

“....Hahaha.

Hm. Apa ada yang salah?

Entah kenapa, rasanya begitu menyegarkan. Bisa membicarakan tentang nilai dengan begitu santai.

Hal semacam ini tidak mungkin dilakukan di rumah. Itu adalah sesuatu yang bahkan tidak boleh diucapkan. Itu adalah keputusan yang dibuat tanpa izin.

Apa aku boleh curhat juga?

Tentu saja. Aku akan mendengarkannya jika kamu tidak keberatan kalau aku menjadi tempat curhatmu.

Hanya dengan mengetahui kalau orang yang mendengar curhatanku adalah Kazemiya, hatiku menjadi jauh lebih lega.

Mungkin itu jika dengan orang lain, aku akan merasa bersalah dan membenci diriku sendiri terhadap keluarga.

Hasil ujian pasti akan keluar, kan?

Ya... namannya juga ujian, sudah pasti begitu.

Setelah hasilnya keluar, suasana di rumah akan menjadi tidak nyaman lagi.

Karena kamu akan dibandingkan dengan orang lain?

Hampir benar. Lebih tepatnya, keluarga baruku berusaha untuk tidak membandingkannya.

Sepertinya Kazemiya sudah cukup memahami situasinya.

... Itu cukup sulit, ya.

“Aku sudah ,erasa seperti menjadi tumor di rumah. Topik  tentang ujian menghilang begitu dari meja makan hingga batas yang tidak wajar. Selain itu, adik tiriku sangat pintar dan berada di sekolah yang sama...

Artinya kalian satu sekolah... dia anak kelas 1?

Iya, dia bernama Tsujikawa Kotomi.

... Aku pernah mendengar tentang dia dari temanku. Ada gadis kelas pertama yang sangat pintar di sekolah. Kalau tidak salah dialah yang memberikan sambutan sebagai perwakilan kelas saat upacara masuk sekolah, kan?

Jika dipikir-pikir kembali, itu memang benar. Tsujikawa adalah siswa berprestasi yang masuk sekolah dengan nilai tertinggi.

Tidak mengherankan jika beberapa siswa kelas dua sangat menghormatinya.

Aku tidak pernah menyangka bahwa aku akan menyadari sekali lagi betapa tinggi spesifikasi adik tiriku di tempat seperti ini.

Begitu ya. Jadi gadis itu adalah adik tirimu...Itu pasti sulit.

Benar sekali, aku mengalami berbagai kesulitan.

Aku menyadari betul kalau Tsujikawa sama sekali tidak bersalah. Ketidaknyamanan di rumah itu adalah akibat dari diriku sendiri, dan karena itu, rasa bersalah terhadapnya juga semakin besar.

Narumi, apa kamu pernah mencoba untuk berusaha agar tidak kalah dengan adik tirimu yang sangat pintar...?

Seandainya itu aku yang dulu, aku mungkin akan melakukannya.

Tapi sekarang berbeda?

Apa aku terlihat seperti tipe orang yang akan melakukan hal seperti itu sekarang?”

Haha. Enggak, sih.

“Nah, ‘kan?

Bahkan jika aku melakukan hal tersebut, hasilnya sudah jelas-jelas terlihat.

Ketika hasil yang sudah terlihat menjadi kenyataan, suasana di rumah itu akan semakin menjadi tidak nyaman.

“Jadi di tempatmu juga sama, ya. Dulu aku juga mencoba berusaha keras. Tapi sia-sia. Kupikir aku bisa melakukan apa yang dilakukan Onee-chan, tapi nyatanya aku tidak bisa melakukan apa-apa. Aku bahkan tidak bisa berjalan di jalur yang sama. Mamak sudah menyerah padaku, dan aku merasa putus asa. Aku berhenti mencari apapun yang bisa mengalahkan Onee-chan, berhenti berusaha untuk mengejarnya, dan menyerah atas segalanya.

Baik Kazemiya dan aku, kami berdua sama-sama berhenti di tempat.

Orang-orang mungkin akan mengatakan, jangan menyerah. Jangan berhenti. Jangan lari. Teruslah berjuang, yang penting jangan berhenti mencoba.

... Aku mengerti hal itu. Kata-kata indah selalu benar. Mereka selalu benar dalam segala hal.

Aku dan Kazemiya sama-sama memahami hal itu. Karena kami memahami kebenaran kata-kata indah tersebut, itulah sebabnya kami merasa bersalah.

Aku... melarikan diri dari Onee-chan.

Melarikan diri juga sah-sah saja, kan?”

... Apa iya? Melarikan diri tidak akan menyelesaikan apa pun, kan? Itu hanya menunda masalah saja.”

Benar juga. Memang itu tidak akan menyelesaikan masalah sama sekali. Suatu saat, masalah yang ditunda akan datang lagi. ... Tapi, tidak semuanya buruk. Jika ada hal baik setelah melarikan diri, maka itu bukan sia-sia.

Hal baik?

Aku melarikan diri dari keluargaku. Tapi, setelah melarikan diri, aku bisa berteman dengan Kazemiya. Sama seperti ini, menonton film setelah sekolah, bersenang-senang, mengeluh di restoran sambil makan... Bisa menghabiskan waktu dengan nyaman seperti ini.

“Memangnya itu bisa dianggap sebagai hal baik?

Bagiku itu adalah hal baik. Meskipun baru beberapa hari sejak kita berteman... Aku cukup menyukai waktu yang kuhabiskan bersamamu di restoran keluarga, Kazemiya.

Kazemiya tidak mengatakan apa-apa. Dengan ekspresi terkejut, dia hanya menatap wajahku.

Aku merasa senang karena berhasil melarikan diri. Bagaimana denganmu, Kazemiya?

...

Kazemiya menunduk. Seolah-olah dia sedang bertanya pada batinnya sendiri.

“....Aku juga merasakan hal yang sama.

Dan kemudian, dia mulai berbicara seolah-olah ingin meluapkan emosinya.

Dulu aku merasa bersalah. Ada rasa menyesal juga. Tapi sekarang, aku merasa lega karena berhasil melarikan diri. Waktu yang aku habiskan bersamamu di sini... ya, rassanya menyenangkan.

Tanpa disadari, aku mulai menantikan untuk pergi ke restoran keluarga tempat di mana aku biasa melarikan diri dengan perasaan bersalah. Aku bahkan tidak menyadari hal itu sampai aku mengungkapkannya dengan kata-kata.

Aku yakin Kazemiya juga merasakan hal yang sama. Aku berharap begitu.

Hehe... rasanya aneh mengatakan bahwa melarikan diri adalah pilihan yang tepat. Biasanya, melarikan diri dianggap tidak baik, kan?

... Iya.

──── Aku tidak terlalu mengenal tentang Kuon, yang merupakan kakak perempuannya Kazemiya dan terkenal di depan umum.

Tetapi aku yakin kalai senyuman Kazemiya yang ada di depan mataku saat ini... tidak kalah menariknya dengan kakaknya.

Aku tidak tahu senyuman yang lebih menawan daripada dirinya, dan aku bahkan tidak bisa membayangkannya.

 

☆☆☆☆

 

Setelah membayar di kasir dan meninggalkan restoran, aku mengantar Kazemiya pulang dengan menaiki kereta.

Perjalanan pulang lebih panjang dari biasanya. Percakapan kami selama perjalanan pulang terasa lebih sedikit. Mungkin karena kami sudah banyak berbicara di restoran, tetapi setelah melihat senyuman Kazemiya, entah kenapa aku kehilangan kata-kata.

Aku tidak tahu alasannya. Bahkan aku merasa agak gugup.

Selain itu, Kazemiya juga terlihat sedikit aneh. Dia lebih pendiam dari biasanya.

... Aku mengerti sekarang. Kemungkinan besar, kami hanya merasa malu. Baik itu aku maupun Kazemiya.

Saat aku menenangkan diri dan memikirkannya kembali, aku merasa seperti telah mengatakan sesuatu yang sedikit memalukan, dan aku merasa seperti membiarkan orang lain mendengarnya.

Lebih dari itu, aku merasa telah terlalu banyak berbicara dengan semangat. Rasanya aku sudha bertingkah berbeda dari biasanya.

Waktu keheningan yang menyenangkan berlalu begitu cepat, dan sebelum aku menyadarinya, kami sudah sampai tepat di bawah menara apartemennya.

Kita sudah sampai...

Kita sudah sampai, ya...

Hari ini, terima kasih banyak. Aku benar-benar menikmatinya.

Aku juga sama. Lain kali, ayo pergi ke batting center setelah ujian akhir semester ya.

Yeah. Aku juga menantikannya. Tapi sebelum itu, kita harus belajar bersama.

Aku tahu.”

Mungkin kami berdua hanya saling merasa lega.

Selebihnya, hanya tinggal pertukaran kata-kata standar seperti biasa.

“....Kalau begitu, sampai jumpa lagi, Narumi.

“.... iya, sampai ketemu, Kazemiya.

Biasanya, aku hanya perlu mengawasi punggung Kazemiya saat dia masuk ke dalam apartemennya.

“Kamu keluyuran dari mana saja sampai baru pulang semalam ini——Kohaku?

Sampai ada suara wanita dengan nada yang begitu dingin memanggil nama Kazemiya.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama