Epilog — Di Tempat Duduk Biasa, Bersama Teman
Saat aku berjalan menyusuri jalanan, aku bisa
mencium bau aspal yang terbakar karena
panas sambil bermandikan tiupan angin
yang menyegarkan. Langit biru yang terhampar di atas terlihat sebening biru laut. Sama seperti yang tersirat dari
kata-kata tersebut bahwa itu akan membawa kebahagiaan.
Bunga-bunga yang bermekaran di pinggir jalan.
Pohon-pohon yang berjajar. Mobil-mobil yang melintas.
Semua dunia yang terbentang
dalam jalur perjalananku dipenuhi dengan panas
tertentu. Pada akhir
Juli. Setelah berhasil menyelesaikan upacara penutupan semester pertama, aku
pun dalam perjalanan pulang sekolah lebih awal dari biasanya, berpamitan
sebentar dengan teman-teman sekelasku. Sekarang
sudah memasuki musim panas, jadi tidak
mengherankan jika segala sesuatu di luar sedang
terasa panas.
“Gerah banget…”
Cuacanya
sangat panas sampai-sampai aku tidak bisa menahan diri
untuk tidak berpikir demikian. Meskipun aku merasa seperti baru saja
mengganti pakaian musim panas, namun rasanya tetap
sama seperti menjadi batu panas ketika
dihadapkan pada suhu di luar. Tentu saja, ini mungkin jauh lebih efektif
daripada mengenakan baju lengan panjang, tetapi pakaian yang panas tetaplah
panas. Jika mengenakan baju lengan pendek dapat mengatasi panasnya musim panas,
manusia tidak akan pernah menemukan yang
namanya AC.
Ketika aku
melanjutkan perjalanan, aku melihat
papan nama sebuah tempat yang sudah tidak asing
lagi.
Restoran
keluarga, Flowers.
Restoran
keluarga ritel yang buka
sepanjang tahun. Aku sudah sering pergi ke restoran ini sehingga daftar menunya langsung
muncul di kepalaku hanya
dengan melihat papan nama dan siluet restoran. Aku
bahkan telah menaklukkan semua yang ada di menu kecuali untuk menu yang hanya
tersedia dalam waktu terbatas.
“...Sundae coklat.”
Keputusan
itu dibuat dalam sekejap. Aku sudah memayangkan
sepiring coklat batangan, es krim coklat, pisang, dan topping lainnya.
Anehnya, perutku menjadi
tidak mampu menerima apa pun selain sundae coklat.
Sembari menyeret
kakiku yang sudah tak kuat menahan suhu panas, aku langsung masuk
ke dalam restoran. Tanpa berbicara dengan pelayan, aku berjalan menyusuri restoran
dengan gaya berjalan yang tidak asing lagi.
Tempat
yang aku tuju adalah tempat duduk yang
biasa aku duduki. Dan di sana ada gadis
yang selalu duduk di sana.
Rambut
panjang keemasannya begitu indah bahkan sinar matahari pun seolah menjadi
budaknya. Matanya yang berwarna biru terlihat
lebih indah dari samudera
manapun di dunia ini. Kulitnya yang begitu putih dan
halus, seolah-olah dia
tidak peduli dengan teriknya sinar matahari di pertengahan musim panas. Seragam musim panas SMA Hoshimoto
menutupi gayanya yang luar
biasa bak seorang idola, dengan dada yang besar dan pinggangnya yang ramping.
Kazemiya
Kohaku.
Seorang
siswi kelas 2-D di SMA Hoshimoto, teman
sekelasku dan——
sahabatku.
“Ah,
akhirnya kamu datang juga.”
Aku bergabung dengannya di
kursi tempat di mana Kazemiya duduk.
“Maaf
aku terlambat.”
“Mau
bagaimana lagi jika ada guru yang tiba-tiba meminta bantuanmu. Jadi kurasa kamu tidak perlu meminta maaf, oke?”
“Kazemiya,
kamu sepertinya sangat menantikan hari ini, ya.”
“Ak-Aku tidak menantikannya, kok.”
Rupanya, dia sangat menantikannya.
“Tapi kamu sudah bersusah payah sampai
menyebarkannya di atas meja.”
“Persiapan.
Aku baru saja melakukan persiapan!”
Apa yang Kazemiya
sebarkan di atas meja adalah [Daftar
Hadiah Liburan Musim Panas] yang kami bicarakan di batting center
setelah ujian akhir.
Dan hari
ini, berdasarkan 'daftar hadiah liburan musim panas' ini, kami
memutuskan untuk membuat rencana liburan musim panas bersama di sebuah restoran
keluarga.
“Aku
mau pergi ke bar minuman dulu. Oh,
dan...”
“Sundae
coklat?”
“...Tepat sekali. Bagaimana kamu bisa mengetahuinya?”
“Cuma
insting. Aku hanya mengira kalau
kamu sepertinya ingin makan itu, Narumi.”
Kazemiya terlihat bangga dengan kemenangannya.
Tampaknya akar permasalahannya adalah fakta bahwa karena sedikit menggodanya tentang [Daftar Hadiah Liburan Musim Panas]. Yah,
tapi aku tidak menyesalinya sama sekali. Dia harusnya menyadari bahwa meski dia
melakukan hal seperti itu, dia masih
tetap terlihat lucu dan menggemaskan.
“Kalau
begitu, aku akan meminta bantuanmu.”
“Serahkan
saja padaku.”
Aku menuangkan
caira soda melon ke dalam gelas.
Ngomong-ngomong,
aku menambahkan es batu lebih banyak
dari biasanya. Meskipun isinya
akan berkurang, tapi aku tidak mempermasalahkannya.
Apalagi ini adalah bar minuman yang menjadi sahabat para pelajar. Aku bebas menuangkannya sebanyak yang aku mau.
“Sudah kuduga, kamu pasti memesan soda
melon lagi.”
“Kalau tidak memesan minuman ini, rasanya
kayak ada yang kurang, tau.”
“Hahaha, apa-apaan
itu.”
Kazemiya
terkekeh setelah mendengar
kata-kataku. Kazemiya selalu memiliki citra yang kuat sebagai gadis cantik yang
dingin di kelas, namun dia selalu
terlihat seperti ini saat mengobrol di restoran
keluarga sepulang sekolah.
“Aku
memesan sundae coklatmu.”
“Makasih.”
Aku
melihat sekilas ke samping pada terminal layar sentuh yang terletak di sudut meja. Produk baru
berbentuk persegi yang masih asing di toko ini, baru saja dipasang beberapa
waktu yang lalu dan tampak bersinar seperti baru.
“Haaa… untung
saja pemesannya jadi lebih
mudah berkat panel layar sentuh ini.”
Kazemiya juga melihat ke arah terminal baru tersebut sambil
dipenuhi dengan rasa syukur yang tulus.
Restoran
keluarga ini, Flowers, dulunya adalah tempat di mana kamu perlu memesan langsung dari pelayan,
tetapi baru-baru ini mereka memperkenalkan sistem layar sentuh untuk memesan.
Baik aku maupun Kazemiya merupakan anak-anak modern yang akrab
dengan perangkat digital. Kami
dapat mengoperasikan terminal dan melakukan
pemesanan dengan lancar.
“Bagian
terbaiknya adalah kita tidak
perlu berbicara langsung dengan pelayan
restoran.”
“Apa kamu
sangat tidak menyukainya?”
“Aku
tidak ingin saat orang-orang
melihatku dan berpikir, 'Oh, anak ini
ada di sini lagi.'”
“Kamu nya saja yang terlalu
paranoid.”
“Tapi
kamu tahu bagaimana rasanya mengkhawatirkan hal seperti itu, ‘kan?”
“Ya bukannya
aku tidak paham sih. Aku bahkan penasaran
apa mereka diam-diam memberi nama julukan padaku.”
“Ahaha.
Kamu benar-benar mirip kayak
aku.”
Aku hanya
berharap kalau julukan itu tidak pernah sampai
ke telinga kami.
“...Yah,
sudalah. Mari kita mulai sekarang.”
“Woke.”
Setelah
berbincang-bincang sebentar, kami
segera masuk ke topik utama.
Topik
hari ini untuk [Aliansi
Restoran Keluarga] kami ialah—— rencana liburan musim panas yang akan kami jalani nanti.
Kami mulai
membuat rencana berdasarkan [Daftar
Hadiah Liburan Musim Panas]
yang sudah dibuat setelah ujian akhir, tapi
sekarang kami terpaksa
membuat beberapa penyesuaian besar. Semua itu
dikarenakan...
“‘Restoran
Keluarga, Flowers.
Proyek Pengumpulan Perangko Liburan Musim Panas untuk Memperingati Pencapaian
300 Restoran' ......itu
sangat cocok untuk liburan musim panas 'Aliansi Restoran Keluarga' kita.”
Restoran
keluarga favorit kami, Flowers, memiliki jaringan di seluruh negeri.
Baru-baru
ini, jumlah restorannya mencapai 300, dan proyek pengumpulan perangko
diluncurkan untuk memperingati pencapaian ini.
Jika kamu membelanjakan lebih dari 1.000 yen di restoran keluarga Flowers mana pun
di seluruh negeri, kamu bisa
mendapatkan satu prangko. Dengan mengumpulkan lima prangko, kamu bisa mendapatkan barang edisi
terbatas dan kupon khusus.
“Nah, ‘kan?
Aku berencana untuk sering pergi keluar
selama liburan musim panas, karena mumpung lagi ada
wakti. Mungkin sulit untuk mengatur lokasi supaya kita bisa mengumpulkan prangko, sih.”
“Kupikir
tidak sesulit itu, kok? Sepertinya ada restoran Flowers lain yang dekat dengan tempat yang kita rencanakan sebelumnya... tapi
sepertinya mungkin agak sulit untuk mengumpulkan kelima
prangko, sih.”
“Bagaimana kalau kita menginap?”
“Ah,
begitu ya. Karena sekarang sudah liburan musim panas, kita
bisa melakukan hal seperti itu juga, kurasa itu ide
yang bagus.”
Rumah merupakan tempat yang tidak nyaman bagi kami berdua.
Rasanya
cukup menggembirakan bisa meninggalkan rumah seperti itu, walaupun hanya untuk
sementara.
“Tapi
meskipun kita ingin
memesan hotel… itu akan sulit karena ini
adalah musim liburan musim panas.”
“Hmm...
yah, kurasa bakalan aman-aman saja? Kalau
itu tempat wisata, kita mungkin
tidak bisa mendapatkannya. Jika kita memang
berencana menginap, kita
mungkin bisa memperluas jadwal aktivitas kita.
Aku sudah melakukan beberapa riset, tapi... lihat. Masih ada
beberapa kamar yang tersedia di sini. Kebetulan
banget ada pantai di dekatnya, dan ada restoran keluarga
lain yang dapat dijangkau dengan berjalan kaki.”
“Kazemiya, ketika kamu bepergian, sepertinya kamu sudah mempunyai rencana dan
jadwal yang teratur, ya. Kelihatannya kamu sudah
melakukan riset mengenai tempat-tempat yang ingin
kamu kunjungi dan mempunyai
pandanganmu sendiri, ya.”
“Sepertinya kamu adalah tipe orang yang cenderung
akan berkeliaran tanpa rencana ya, Narumi.”
“Benar
banget, benar banget. Aku pergi jalan-jalan bersama Natsuki, dan rasanya seru banget
kalau main dengannya. Kami berdua
pernah pergi ke Toto Fantasy Land sebelumnya. Meski cuma dua orang cowok, tapi rasanya tetap
menyenangkan.”
“Bukannya
Toto Fantasy Land sudah masuk
dalam jadwal rencana kita?”
“Karena
dipengaruhi Natsuki, aku jadi ikutan memakai
bando kemomimi. Pada waktu itu, aku sedang bersemangat
secara misterius dan mengambil foto kami berdua... Ini dia. Lihat, konyol banget, ‘kan?”
Foto dua
bidikan bersama Natsuki yang tersimpan dalam folder gambar di ponselku. Pada saat
itu, aku benar-benar diseret dan dipengaruhi
Natsuki. Tapi entah kenapa rasanya
menyenangkan.
“Hahaha.
Apa-apaan ini? Jadi kamu juga pernah melakukan hal semacam ini ya,
Narumi. Rasanya sedikit
mengejutkan.”
“Pada saat
itu, aku sedikit aneh. Aku dan Natsuki sudah kenal sejak kecil, jadi terkadang
kami berdua melakukan hal-hal bodoh.”
“Hmm?
Jadi, apa kamu akan melakukan hal bodoh bersamaku saat kita pergi bersama... hehe.”
“Oke-oke
saja sih, tapi kamu juga harus pakai ini. Bando kemomimi.”
“Ya enggak masalah, kok.
Mumpung ada kesempatan bagus, aku juga ingin
mengenakan yukata saat festival musim panas, ya.”
“Yukata
ya. Kalau dipikir-pikir aku belum
pernah mengenakannya.”
“Kalau
begitu, kamu harus memakainya
saat liburan musim panas kali ini.”
“Berjalan-jalan
di sekitar festival musim panas sambil mengenakan yukata, rasanya seperti gambaran liburan musim panas yang sempurna.”
“Aku
cukup mengidolakan hal-hal seperti itu. Berjalan-jalan jauh dengan teman-teman,
pergi ke festival musim panas... dan berbagai
hal lainnya.”
Kazemiya memandang pemandangan luar yang
disinari oleh teriknya suhu musim
panas.
“Aku
merasa begitu menantikan liburan musim panas ini... mungkin baru pertama
kalinya aku sangat menantikannya.”
“...
Aku juga.”
Rasanya sungguh
menyenangkan hanya dengan membayangkannya saja.
Dan pasti akan lebih menyenangkan saat imajinasi itu menjadi kenyataan.
Aku yakin
akan hal itu.
“...Ayo
kita buat liburan musim panas yang menyenangkan, Narumi.”
“...Ya.
Mari kita buat liburan musim panas yang menyenangkan.”
Setelah
itu, sambil bercengkerama sedikit, kami berdua merencanakan liburan musim panas kami, menyelesaikan tugas PR, dan pada akhirnya berpisah pada
hari itu.
“Kalau gitu,
sampai jumpa besok.”
“Ya.
Kita berkumpul di depan stasiun jam sepuluh pagi besok, dan langsung ke
bioskop... ‘kan?”
“Setelah
menonton film, kita akan mengincar prangko pertama di restoran keluarga di sekitar sana. Jangan sampai
terlambat dan merusak rencana yang sudah dibuat.”
“Kamu juga sama.”
Dengan
sedikit guyonan, Kazemiya
juga tersenyum seperti biasa.
“Sampai
jumpa lagi, Kazemiya.”
“Sampai
ketemu. Terima kasih sudah mengantarkanku, Narumi.”
“Tentu
saja.”
Dengan
begitu, kami berdua
berpisah seperti biasa.
Jika
harus disimpulkan────rencana liburan musim panas yang kami buat malahan sudah berantakan
sebelum hari pertama tiba.
“Maaf,
Narumi. Aku............”
Karena
setelah itu. Aku bertemu lagi dengannya pada
waktu larut malam.
Dalam kegelapan malam. Di tengah hujan yang lebat, aku bertemu────
“.........Aku
kabur dari rumah.”
────Dengan Kazemiya
Kohaku yang kabur dari rumah.