Pendahuluan
***
Ada seorang
wanita yang tidak kukenal
berdiri di hadapanku. Aku
tahu dari instingku kalau aku bukan tandingan orang ini.
“Mari
kita mulai saja wawancaranya, oke? Siapa namamu?”
“Namaku Toudo Tsuyoshi.”
“Kamu tahu mengapa kamu bisa ada sini?”
“Aku dijual oleh orang tuaku.”
“Benar sekali,
orang tuamu merasa ngeri dan jijik karena takut dengan anak yang bisa mematikan emosinya.”
“Aku
tidak tahu lagi karena aku sudah 'mereset'
hal seperti itu.”
“Kekuatan
itu yang disebut reset… Itu adalah kekuatan yang sangat luar biasa, tau. Kamu akan diterima di sekolah
dasar yang kami kelola.
Ada juga anak-anak lain yang
seperti kamu, tapi kamu
adalah orang yang paling istimewa.”
“...Siapa
namamu?”
“Aku?
Namaku Eli. Aku
orang yang paling penting di institut ini. Fufufu,
meski begitu, aku masih tidak mempercayainya kalau
kamu baru lulus TK.”
“Aku tidak peduli tentang itu.”
Entah
mengapa, aku merasa kalau aku melupakan sesuatu yang penting. Gambaran
samar seorang gadis muncul di pikiranku. Aku mengabaikannya
dan meraih tangan Eli. Itulah awal dari kehidupanku.
***
Aku, Toudo
Tsuyoshi, memiliki banyak kenangan yang aku lupakan.
Aku hanya
mempunyai sedikit ingatan tentang orang tuaku. Aku
hanya melihat mereka di dalam foto.
Ingatanku di sekolah dasar sebagian besar
dipenuhi dengan bagian-bagian yang hilang.
Karena aku sudah melakukan reset berulang
kali. Kurasa ada kalanya ketika aku tidak bisa mengendalikan emosiku dengan baik sehingga aku menghapus semua ingatanku.
Pasti ada
sesuatu yang sangat penting. Tapi aku justru
melupakannya.
Kehilangan
ingatanmu itu sama seperti mengubah kepribadianmu. Namun, jauh di dalam lubuk hatiku, aku merasa ada kenangan penting yang telah kulupakan. Itulah bukti bahwa kenangan tersebut masih
hidup.
“Baiklahhh!
Toudo, kamu masuk kelas khusus mulai hari
ini, ‘kan? Aku sudah mengajakmu berkeliling
beberapa hari yang lalu, ‘kan? Kamu melupakannya? Ya enggak
apa-apa deh, ayo berangkat bersama!”
Tanaka
mendekatiku saat aku berdiri diam di depan gedung kelas khusus. Aku menahan
jantungku untuk tidak berdetak dengan cepat.
Dia
adalah anggota senior dari rekan
kerja paruh waktuku dan aku memiliki hubungan yang baik
dengannya. Informasi yang direkonstruksi muncul
kembali di dalam pikiranku.
Bagiku, dia gadis pertama yang kutemui dua
minggu lalu. Meskipun aku melupakan namanya, tapi ketika aku memikirkannya, aku merasakan sakit yang menusuk di bagian hatiku. Aku menyangkal diriku sendiri.
Aku sudah menghapus semua kenanganku
dengan Tanaka.
Dan
satu-satunya kenangan yang tersisa pada waktu itu, 'kesukaan terhadap
Tanaka', juga telah diatur ulang. Oleh karena
itu, aku seharusnya tidak memiliki perasaan apapun padanya.
.........
Tanaka
tersenyum padaku. Sekali lagi, dadaku berdebar
dengan kencang dan suhu tubuhku meningkat. Ada juga gangguan
pada pernapasan. Jantungku berdetak
dengan kecepatan yang tidak biasa.
Tanaka berpikir
bahwa hubungan kami berubah menjadi aneh karena aku mereset perasaanku.
Aku tidak
bisa membiarkan Tanaka mengetahuinya. Tanaka akan sedih jika dia mengetahui kalau aku
kehilangan ingatanku. Maka tidak ada masalah jika aku membangun kembali hubungan baru
dalam pikiranku.
...Apa
itu baik-baik saja? Apa aku bisa meyakini kalau aku tidak
membuat pilihan yang salah
lagi? Wajah tersenyumnya ditujukkan pada diriku yang
dulu. Bukan kepada diriku
yang sekarang...
Rasa
sakit yang kurasakan perlahan-lahan menjadi parah.
Aku tidak bisa membiarkan dia melihat wajahku yang sakit.
“Aku
hanya merasa sedikit gugup saja. Tanaka, ayo kita pergi bersama.”
“Okee~!
Hehe, ayo kita segera masuk ke dalam kelas.”
Entah kenapa,
Tanaka tampak sangat bahagia. Aku merasa penasaran. Aku adalah orang yang canggung,
tidak pandai bersosialisasi dengan orang lain, dan mempunyai kepribadian yang
membuat orang mudah membenciku.
Namun, hari itu, Tanaka pergi bersamaku.
“Hmmm? Kamu
kenapa? Kamu terlihat aneh.”
“Bu-Bukan
apa-apa. Um, Tanaka mengerti kalau aku sudah
melakukan reset, ‘kan?”
“Ya,
aku merasa kesepian , tapi aku mengerti!
Hehe, tapi kita
bisa mulai berteman lagi dari
awal!”
Bagaikan
matahari yang menyinari dunia ini. Dia tampak terlalu terang bagiku. Jawaban seperti apa yang aku berikan di masa lalu? Aku tidak
tahu sekarang.
“Oh, ayo kita mengulang… Tidak, itu sama sekali tidak benar, tolong jadilah temanku.”
“Hehe,
yup!! Ah, bukan ke arah situ. Ruang kelasnya berada di
sebelah sini!”
Tanaka
meraih seragamku, dan jarak di antara
kami sedekat saat aku berjalan
dengan Hanazono.
Aku
merasa malu dan mengambil jarak darinya. Kenapa aku
malah merasa malu? Aku sendiri
tidak memahami maksudnya ......,
tidak, aku tidak berusaha untuk mencoba
memahaminya.
Semua
emosi memiliki arti.
“Muu...”
Perasaan memegang pakain itu menghilang bersamaan hembusan nafas
Tanaka. Aku merasa sedikit kesepian dan
bersalah.
Perasaan
bersalah? Penyesalan? Sesuatu
di dalam dadaku terasa bergejolak.
Ada sesuatu yang berbeda pada reset kali ini.
Ada sesuatu yang tersisa yang belum sepenuhnya direset.
Sekalipun
aku melupakan perasaanku atau kehilangan
ingatanku, aku tidak ingin membuatnya
sedih atau menangis, itulah yang kupikirkan. Tapi
itu merupakan sesuatu tyang mustahil. Karena reset seharusnya menghapus semua emosi.
Namun, aku merasa terkejut dengan [gairah] yang
membuncah. Sepertinya bagian lain dari diriku menjadi liar.
Aku
benar-benar berubah sejal melakukan reset pada hari itu.
[Terus
melangkah ke depan]
Punggung
Tanaka saat dia berjalan di depan. Sekalipun aku
mengulurkan tanganku, tapi aku tidak
dapat meraihnya. Rasa penyesalan
merembes ke dalam hatiku ...
Tapi
suatu hari nanti... Aku yakin aku akan bisa
meraihnya. Aku tahu
ada sesuatu yang terukir di dalam jiwaku.
Aku tidak
akan pernah menyakiti gadis-gadis ini
lagi.
Semangat
yang berapi-api tersebut membara
di dalam hatiku......