Houkago, Famires de Volume 2 Bab 1 Bagian 1 Bahasa Indonesia

 

Chapter 1 — Sekutu Kazemiya Kohaku

Bagian 1 


Kazemiya berdiri dalam kegelapan malam tanpa membawa payung di tengah hujan lebat yang mengguyur. Dengan keadaan basah kuyup, wajahnya tampak seperti nyaris menangis, seakan-akan dirinya menderita luka yang menyakitkan.

Aku tidak bisa meninggalkannya sendirian. Tidak ada pilihan seperti itu.

Aku langsung melupakan tujuan awalku yang datang ke minimarket, diam-diam membawanya masuk ke dalam payungku, dan membawanya pulang. Kazemiya terlihat tidak siap untuk kabur dari rumahnya, jadi mana mungkin aku tega meninggalkannya sendirian di jalan gelap ini. Lagipula rumahku dekat dari sini. Ayah dan ibuku juga menyukai Kazemiya, jadi mereka pasti akan menerimanya jika aku membawanya pulang.

Dugaanku memang tepat sasaran. Saat aku membawa pulang Kazemiya yang dalam keadaan basah kuyup, ayah, ibu, dan Tsujikawa terkejut. Tapi saat melihat Kazemiya yang menunduk lesu, mereka berkata Sebaiknya biarkan dia mandi dulu dan mengizinkannya masuk.

Setelah memasukkan Kazemiya yang murung ke dalam bak mandi, seorang gadis bertubuh mungil dengan berambut hitam panjang datang ke kamarku.

“Nii-san, boleh aku bicara sebentar denganmu?

Tsujikawa Kotomi, dia adalah gadis yang musim semi ini menjadi adik tiriku karena ibuku menikah lagi.

Dia benar-benar kebalikan dariku, dia adalah murid berprestasi yang jago di segala bidang, bahkan menjadi pembicara perwakilan di upacara penerimaan murid baru. Meskipun secara resmi dia sudah menjadi adik tiriku, aku masih memanggilnya dengan nama keluarganya, Tsujikawa, karena belum terbiasa.

...Tidak ada masalah sih. Tapi kalau soal Kazemiya, aku sendiri tidak tahu banyak selain dia kabur dari rumahnya.

Begitu ya. Kupikir Nii-san pasti mengetahui lebih banyak.

Apa maksudmu dengan ‘pasti mengetahui lebih banyak’?

Kupikir Nii-san berpacaran dengannya.

...Ya enggaklah, kami hanya teman biasa. Jangan bicara yang aneh-aneh.

Kalimat 'teman biasa' itu membuatku sejenak terdiam. Padahal itu hal yang seharusnya tidak perlu dipikirkan.

Tapi tanpa sadar aku mulai memikirkannya, apakah Kazemiya Kohaku benar-benar hanya teman biasa bagiku?

Fufu, aku minta maaf jika sudah menyinggung perasaanmu. Tapi menggoda soal percintaan kakaknya memang tugas seorang adik perempuan, bukan? Tadi itu aku hanya ingin menghadiahkan poin adik tiri kepada diriku sendiri.”

Muncul lagi poin misterius yang sering dia bicarakan. Entah apa yang akan terjadi jika poinnya sudah terkumpul banyak.

“...Kamu tampak sangat ceria. Apa ada sesuatu yang menyenangkan terjadi?

Ya, tentu saja. Soalnya Nii-san membawa Kazemiya-san pulang ke sini.

Saat aku masih berusaha memahami maksud ucapan Tsujikawa, dia bercerita dengan riang.

Jika dibandingkan dengan Nii-san yang biasanya, rasanya bahkan tidak aneh kalau Nii-san kabur bersama Kazemiya-san.

Perkataan Tsujikawa yang diucapkan dengan senyum anggun itu adalah pemikiran yang baru saja terlintas di benakku.

Aku sempat berpikir untuk kabur bersama Kazemiya dan menghilang ke suatu tempat. Pergi meninggalkan rumah bersama dia yang juga telah kabur. Tapi aku ingin segera menenangkan Kazemiya yang terlihat terluka itu. Membawanya ke sini adalah keputusan terbaik, karena di sini dia bisa segera menghangatkan diri dan kami bisa bicara dengan tenang.

“Aku bersyukur Nii-san tidak ikutan kabur.

...Kesampingkan dulu tentangku.

Seolah-olah ingin mengalihkan topik pembicaraan, aku mengalihkan pandangan ke arah kamar mandi tempat Kazemiya berada.

Sekarang yang terpenting adalah Kazemiya.

Baik itu soal menghiburnya maupun menyemangatinya, yang terpenting adalah membiarkannya tenang dulu.

Sambil berkata begitu, Tsujikawa menunjuk dahi tengahnya.

Alismu berkerut, Nii-san. Apa kamu sedikit kesal?

Ya... Mungkin aku sedang sedikit kesal.

Saat aku menemukan Kazemiya di depan minimarket, senyuman yang dia tunjukkan sepanjang hari telah menghilang.

Liburan musim panas dimulai besok. Padahal waktu itu dia tampak sangat gembira saat kami membicarakan rencana pergi bersama. Rasa kesal ini memuncak terhadap seseorang yang telah merenggut itu darinya. Rasanya seakan-akan panas di dalam perutku mulai membuncah. ...Tidak, sekarang bukan waktunya untuk marah.

“Untuk saat ini, Nii-san sebaiknya menghilangkan dulu ekspresi masammu itu. Biar aku yang mencoba menyemangati Kazemiya-senpai. Karena bersikap kooperatif pada Nii-san juga adalah peran yang sepantasnya dilakukan oleh adik tiri.

Apa kamu punya rencana yang bagus?

Ya. Aku punya rencana rahasia andalan.

Aku tidak menyangka kalau Tsujikawa Kotomi, murid peringkat pertama di angkatannya, juara umum, dan juga pengurus OSIS, berbicara dengan sangat percaya diri seperti ini. Aku jadi penasaran dengan rencana rahasianya.

Tapi aku tetap membutuhkan bantuan Nii-san untuk menjalankannya.

Tidak masalah. Aku akan melakukan apa saja untuk menyemangati Kazemiya.

Terima kasih. Kalau begitu, tolong siapkan apa yang kusuruh barusan dengan cepat.

Aku menyiapkan apa yang diminta Tsujikawa sesuai perintahnya. Sejujurnya, aku tidak punya bayangan sama sekali apa yang akan dia lakukan dengan barang-barang itu. Tapi kali ini aku akan mempercayai adik tiriku.

Persiapannya sudah selesai.

Begitu ya. Apa ada lagi yang bisa kulakukan?

“Nii-san hanya perlu menunggu di kamarmu saja.

...Hanya itu saja?

Ya, hanya itu saja.

Be-Begitu ya, aku mengerti.

Aku menunggu di kamar seperti yang diminta, tapi... aku merasa cemas karena tidak melakukan apa-apa. Aku sama sekali tidak bisa membayangkan apa rencana 'rahasia' yang dikatakan Tsujikawa. Bagaimana dia bisa menyemangati Kazemiya...?

(Kalau dipikir-pikir lagi....rasanya ini pertama kalinya aku mengobrol selama ini dengan Tsujikawa.)

Sejak ayahku memutuskan untuk menyerah padaku karena kemampuanku yang kurang, dan bahkan setelah ibuku menikah lagi, dia diam-diam membuat aturan di dalam rumah.

Jangan membandingkan kemampuanku dengan adik tiri. Jangan memuji kehebatan adik tiriku di depanku.

Oleh karena itu, Tsujikawa Kotomi tidak pernah mendapat pujian yang seharusnya dia terima.

Perhatiannya yang berlebih ini hanya karena aku anak yang tidak berguna.

Aku merasa sangat tidak nyaman. Aku hanya ingin cepat keluar dari rumah ini. Aku juga merasa bersalah pada Tsujikawa.

Itulah sebabnya aku selalu meminimalkan waktuku di rumah, dan pada akhirnya aku juga mulai semakin jarang berbicara dengan Tsujikawa.

(... Jika bukan karena Kazemiya, hal seperti ini tidak akan terjadi)

Saat aku sedang melamun dalam pemikiranku sendiri...

... Narumi?

... Kazemiya.

Tiba-tiba aku mendengar suara Kazemiya dari balik pintu.

Kamu sudah selesai mandi?

Iya... Terima kasih, itu sangat menolongku.

Begitu ya.

““......””

Percapakan kami berhenti sampai di situ dan terjadi keheningan sejenak. Entah kenapa suasananya jadi canggung. Atau lebih tepatnya, kenapa Kazemiya tidak mau masuk ke dalam?

“Tidak enak juga kalau kamu berbicara di depan pintu begitu. Ayo masuklah, jangan sungkan.

Eh... Ah...

Kalau kamu tidak suka di kamarku, kamu bisa meminta Tsujikawa untuk meminjamkan kamarnya. Atau di ruang tamu juga boleh...

Bukan itu masalahnya... Bukan karena tidak menyukai kamarmu...

Apa? Aku merasa kalau suara Kazemiya terdengar sedikit aneh. Rasanya ada yang tidak beres.

Soal pakaianku...

Pakaian?

Rupanya Kazemiya kabur dari rumahnya hanya dengan membawa ponselnya saja dan tidak membawa apa-apa. Pakaiannya yang basah kuyup sedang dicuci di mesin cuci. Jadi, Tsujikawa mengambilkan baju untuknya di ruang ganti. Tapi dari mana dia bisa mendapatkan baju yang ukurannya pas?

“Apa jangan-jangan ukurannya tidak pas?”

“Dibilang tidak pas sih ya memang tidak pas... Maksudku, ukurannya malah terlalu besar untukku, tapi...bukan itu masalahnya.”

Aku mengira kalau baju ganti dari Tsujikawa ukurannya tidak pas dan dia tidak bisa memakainya dengan benar, tapi ternyata tidak demikian.

“Aku tidak paham.....sudahlah, kamu tetap terlihat cantik dengan pakaian apapun. Setidaknya tunjukkan wajahmu.

Ah, tunggu...

Dia terlihat seperti akan menangis kapan saja ketika aku menemukannya. Aku tidak akan bisa tidur malam ini dengan tenang tanpa melihat penampilannya sekarang.

“────────”

Aku membuka pintu tanpa menunggu lama. Namun seketika aku kehilangan suara.

Aku pernag mendengarnya dari suatu tempat kalau katanya manusia mendapatkan sekitar 80% persepsi panca indera melalui penglihatan. Dan kini, 80% itu seakan dihantam oleh informasi yang begitu brutal.

Di hadapanku ada Kazemiya Kohaku. Pakaian yang dikenakannya jelas tidak pas. Lebih tepatnya, itu bukan pakaian wanita sama sekali. Itu adalah kaus oblong lengan pendek yang biasa aku kenakan. Tentu saja ukurannya kebesaran, karena ukuran tubuhku berbeda dengan Kazemiya. Meski itu hanya kaus murahan dari toko fast fashion, entah kenapa saat Kazemiya yang memakainya, penampilannya justru seolah-olah membawa perasaan yang begitu lembut dan menyejukkan.

... Maaf. Setelah keluar dari kamar mandi, aku hanya melihat pakaianmu yang sudah disiapkan. Jadi cuma ini satu-satunya yang bisa kupakai...

Apa jangan-jangan ini adalah 'strategi rahasia' yang disebutkan Tsujikawa?

Bagaimana mungkin cara begini bisa menenangkan Kazemiya?

“....Asal kamu tahu saja, aku cuma memakai celana, jadi bukannya berarti aku tidak memakai apa-apa di bagian bawah!

“Be-Begitu ya.

Kalau dilihat-lihat lagi lebih dekat, ternyata dia memakai celana olahraga pendek milikku yang biasa kupakai saat olahraga. Tunggu, cuma pakai celana? Apa jangan-jangan maksudnya?! Tidak, lebih baik aku berhenti memikirkannya lebih jauh.

“Tsujikawa lah yang memintaku untuk menyiapkannya. Aku minta maaf soal itu.

Ah, kamu tidak usah meminta maaf. Malahan kamu tidak keberatan kalau aku memakainya.....’kan?

“Hah?”

“Sudah kubilang....pakaianmu. Kalau aku yang memakainya.....”

Tentu saja tidak. Kamu sendiri justru bagaimana? Kalau kamu tidak menyukainya, aku bisa menyiapkan baju yang lain sekarang juga.

“Ak-Aku tidak membencinya! Justru sebaliknya...

Kazemiya sepertinya ingin mengatakan sesuatu, tapi dia langsung menutup mulutnya lagi.

... Maaf, lupakan saja yang aku katakan tadi.”

... Baiklah. Aku akan melupakannya.”

Meski aku penasaran dengan perkataannya tadi, tapi karena aku diminta untuk melupakannya, jadi aku memutuskan untuk tidak memikirkannya lebih lanjut.

Ya sudah, kalau begitu ayo masuk.

... Mm.

Dengan wajah memerah yang mungkin karena sehabis mandi, Kazemiya mengangguk dan masuk ke dalam ruangan.

Saat mengamati tingkahnya, pandangan kami tiba-tiba bertemu.

Ap-Apa?

“Tsujikawa mengatakan kalau dia punya 'strategi rahasia' untuk membuatmu merasa lebih baik. Aku tak paham alasannya, tapi sepertinya strateginya berhasil.

... Iya, sepertinya begitu.

Kazemiya menggenggam ujung kemeja sambil tersenyum lembut.

“Aku akan berterima kasih kepada Gimai-chan nanti.”

Iya, sepertinya dia juga akan senang... Nah, ini kursinya, kamu bisa duduk di sini.

Eh? Tidak apa-apa, aku akan duduk di tempat tidur saja.

“Aku akan kerepotan kalau kamu tertidur saat aku lengah.

Aku tidak akan tidur kok.

Wajahmu terlihat seperti mau tidur banget loh. Kalau memang mau tidur, lebih baik kamu tidur di tempat lain saja.

Kenapa?

“Karena itu tempat tidur yang biasa digunakan anak laki-laki. Secara perasaan, kamu pasti tidak menyukainya, ‘kan?”

Aku tidak keberatan kok, malahan aku...

Setelah menyangkalnya dengan agak pahit, momentum Kazemiya tiba-tiba terhenti, seakan-akan dia menyadari sesuatu. Kemudian, setelah sedikit ragu-ragu, dia bergumam sambil menunduk.

... Aku merasa lebih tenang di sini.

“Merasa lebih tenang?

Iya. Maaf, aku jadi bicara yang aneh-aneh...

Tidak aneh kok. Selama itu bisa membuatmu merasa tenang, aku justru senang.

Kalau begitu... jika kamu merasa senang, aku akan menerima kebaikanmu...

Jadi aku menyerahkan tempat tidurku kepada Kazemiya, yang menggumamkan sesuatu.

Kemudian, setelah jeda sejenak, aku mulai angkat bicara.

... Boleh aku bertanya sesuatu?

Apa?

Ini mengenai kamu yang kabur dari rumah.”

Jangan ikut campur urusan orang lain. Itulah janji kami sebagai Aliansi Restoran Keluarga.

Tapi kali ini situasinya berbeda.

Kita berdua sudah bersekutu, ‘kan? Jadi... Tidak, bukan itu.

Aku menghapus semua alasan yang ada di dalam pikiranku.

Maaf.

Kenapa kamu malah minta maaf?"

“Padahal kita berdua sudah sepakat untuk tidak ikut campur urusan satu sama lain. Tapi... sepertinya aku memang tidak bisa menyanggupinya. Melihat Kazemiya berdiri di tengah hujan dengan wajah seperti itu, aku tidak bisa membiarkannya begitu saja.

Ah, benar. Bagiku, gadis yang bernama Kazemiya Kohaku merupakan sosok yang istimewa.

Dia begitu istimewa sampai-sampai aku rela mengabaikan prinsip yang selama ini kupegang.

Tapi kalau kamu tidak ingin menceritakannya, aku tidak akan memaksamu. Aku akan menunggu sampai kamu siap bercerita.

“Sampai berapa lama?"

Berapa lama yang kamu inginkan?

...Aku tidak tahu. Bagaimana kalau sepuluh tahun?

Kalau itu yang kamu mau, aku bahkan bisa menunggu selama dua puluh tahun.

“Jadi kamu mau tetap bersamaku selama sepuluh atau dua puluh tahun?"

“Tentu saja selama yang kamu inginkan. Selamanya. Selama Kazemiya menginginkanku di sisinya, aku akan selalu menunggu sampai kamu siap bercerita, sekeras apa pun dan selama apa pun itu.

...Bodoh. Pastikan kamu memahami maksudnya sebelum mengatakannya.”

Kazemiya mengalihkan pandangannya dariku. Entah hanya perasaanku atau wajahnya semakin memerah dari sebelumnya.

...Aku akan bercerita sekarang.

“Kamu yakin?

Aku senang kamu bersedia menungguku, tapi mungkin aku akan terlalu bergantung padamu.

Bergantunglah sedikit. Tidak apa-apa.

Tidak mau. Kalau aku mulai bergantung pada Narumi, itu tidak akan cukup hanya sedikit.

Dengan perkataaan itu, Kazemiya mulai menceritakan secara rinci mengenai latar belakang sampai dia memutuskan untuk kabur dari rumah ────

 

☆☆☆☆

 

“Nee Mama, apa kamu bisa ceritakan detailnya padaku?

 

Para staf di lokasi syuting drama spesial itu tampak kebingungan. Kegiatan syutingnya sendiri berjalan lancar, bahkan lebih cepat dari jadwal... Ya. Semua itu berkat usaha keras seorang wanita yang berperan sebagai pemeran utama.

Jika para pemain lain menghadapi masalah, dia akan membantu menyelesaikannya. Jika ada kendala, dia akan menanganinya dengan fleksibel. Selain itu, adegan yang dia bawakan selalu langsung OK, tanpa ada pengambilan ulang. Dia juga selalu perhatian pada staf dan pemain lain, menjaga suasana syuting tetap ceria dan hangat, tapi juga tegas saat diperlukan.

Alasan kegiatan syuting berjalan lebih cepat dari jadwal adalah karena wanita ini────Kuon. Nama aslinya adalah Kazemiya Kuon.

Tapi justru orang itu sendiri yang kini menjadi sumber masalah.

Meskipun syuting hari ini sudah selesai, jadi tidak ada masalah terkait jadwal, tetap saja hal ini sangat mengejutkan bagi staf dan pemain lain.

Kuon, sebenarnya apa yang terjadi?

Kuon yang begitu, Kazemiya Kuon, kini sedang mendesakkan sesuatu kepada manajer sekaligus ibunya, Kazemiya Sorami.

Bahkan orang-orang di sekitarnya dapat dengan jelas melihat bahwa api amarah berkedip-kedip dengan tenang. Dia seperti siap mencengkeram kerah ibunya kapan saja. Ini sangat bertolak belakang dengan sikapnya selama ini yang selalu berusaha menjaga suasana tempat syuting tetap ceria.

...Kamu tidak mendengarnya? Atau kamu masih belum mengerti? Ah, baiklah. Kalau begitu biar aku jelaskan sedemikian rupa hingga Mamah bisa memahaminya.

Lalu dia menatap tajam ibunya, dengan pandangan yang bahkan lebih intens daripada saat syuting.

Aku menyuruhmu untuk menjelaskannya selagi aku bersikap baik padamu, dasar nenek peyot. Sekarang jelaskan padaku tentang cerita omong kosongmu yang mengusir Kohaku-chan dari rumah.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama