Houkago, Famires de Volume 2 Bab 1 Bagian 2 Bahasa Indonesia

 

BAGIAN 2

 

Kazemiya mulai menceritakannya padaku. Bahwa ibunya menyuruhnya untuk tetap tinggal di rumah selama liburan musim panas. Tapi dia menolak. Lalu ibunya menyuruhnya pergi dari rumah. Dan dia pun langsung pergi begitu saja karena terbawa emosinya.

...Rasanya aku masih terlalu kekanak-kanakan.

“Kita berdua memang masih anak-anak.

“Memang sihm tapi bukan itu maksudku.

Aku tahu.

Kazemiya meringkuk seolah-olah dia membenci dirinya sendiri.

Apa keinginanku agar Kazemiya tidak membenci dirinya sendiri itu hanya keegoisanku saja?

Aku memahaminya, kok. Jadi, di depanku, kamu bebas bertingkah seperti anak-anak. Karena kita memang berdua sama-sama masih anak-anak.

Kalau dikatakan begitu, aku malah merasa lebih kekanak-kanakan dan itu membuatku kesal.

Kamu ingin jadi dewasa?

Mungkin. Setidaknya sama seperti dirimu, Narumi.

Aku juga bukan orang dewasa, tahu.

Tapi bagiku, kamu terlihat begitu.”

“Terlihat seperti apa?”

“Dari sudut pandangku, kamu terlihat lebih tenang dan berwibawa.

“Jika aku memang terlihat seperti itu,  semua itu berkat kamu, Kazemiya.”

Kalau kuingat-ingat lagi, dulu saat semester pertama, aku sendiri sebenarnya belum merasa begitu tenang.

Perjalananku untuk pulang ke rumah rasanya seperti berjalan di atas ranjau yang tajam. Hanya bernafas di rumah ini saja rasanya seperti ada timah di dalam paru-paruku. Aku merasa sangat tertekan dengan kehidupan sehari-hari. Tapi setelah bertemu dan berteman dengan Kazemiya Kohaku, membentuk 'Aliansi Restoran Keluarga' dan menghabiskan waktu bersama dengannya, sedikit demi sedikit aku merasa beban di hatiku mulai berkurang.

Apa-apaan itu. Justru aku yang dapat banyak bantuan darimu, tau.

Tidak masalah jika kamu tidak memahaminya. Biarkan saja aku bersikap sok keren.”

...Oleh karena itu, aku sudah memutuskan. Apapun yang terjadi, aku akan selalu menjadi sekutu Kazemiya Kohaku.

Jadi, Kazemiya... mulai sekarang, apa yang ingin kamu lakukan?

...Aku tidak tahu. Aku belum memutuskan apa-apa.

“Apa kamu ingin kembali pulang?

...Aku tidak ingin pulang.

Kazemiya menunduk, memeluk dirinya sendiri.

Dia terlihat seperti seorang anak kecil yang sedang berusaha menahan keinginannya untuk menangis.

...Aku tidak ingin kembali ke rumah itu. Tapi aku juga tidak tahu apa yang sebenarnya aku inginkan. Kadang aku malah berpikir ingin menghilang ke tempat yang jauh... Pemikiran bodoh anak-anak yang hanya berputar-putar di kepalaku.

Begitu dia mandi dan menenangkan diri, dia menjadi tenang dan dapat memahami bahwa tidak ada jalan keluar dari situasi tersebut.

...Tapi pada akhirnya, satu-satunya yang bisa kulakukan hanyalah pulang dan meminta maaf, seperti biasa.

Sepertinya seiring dia berbicara, Kazemiya mulai bisa menata pikirannya.

Kabur dari rumah memang tidak realistis. Apalagi aku yang hanya bisa merengek seperti anak kecil.

Setiap kata-katanya terdengar putus asa, seolah-olah dirinya sudah merasa pasrah.

...Iya. Terima kasih untuk hari ini. Kamu sudah menyelamatkanku, Aku akan pamit dengan baik-baik pada Mamah Kouta dan yang lain, aku akan pulang ke rumah. Memang sangat memalukan. Tapi... karena Narumi ada di sini, aku...

...Kalau begitu, bagaimana kalau kita kabur bersama-sama saja?

...............Hah?

Kazemiya terdiam dengan mulut ternganga, seakan-alan dia tidak percaya dengan apa yang barusan kukatakan.

Dengan mata biru yang membulat, seolah-olah menampung hanya langit biru yang jernih, dia perlahan mengeluarkan kata-katanya.

“Apa.... maksudnya...itu?

“Maksudnya persis sesuai kata-kata itu. Aku dan kamu kabur dari rumah. Besok kita bisa naik kereta pagi-pagi dulu. Untuk sementara... yah, bagaimana ya. Kita berdua sudah merencanakan liburan musim panas. Jadi kita menjalani rencana itu saja. Mumpung kita berniat kabur dari rumah, sayang banget dong kalau tidak menikmatinya. Aku juga ingin bersenang-senang denganmu, Kazemiya.

Tu-Tunggu dulu sebentar!

“Kalau soal uang, jangan khawatir. Aku sudah mempunyai rencana untuk dana pelarian.

Bukan itu masalahnya! ...Kabur betulan? Kamu enggak main-main?

Kalau Kazemiya menganggap cuma seagai main-main, ya anggap saja main-main.

Pulang ke rumah. Jika itu memang keinginan terdalam Kazemiya Kohaku, aku takkan mencegahnya sama sekali.

Tapi aku tidak ingin menjadikan rencana kabur ini sekadar main-main saja. Aku ingin Kazemiya tertawa, aku tidak ingin melihatmu menangis. Kalau kamu menangis, aku ingin menghapus air matamu. Kalau kamu merasa sedih, aku ingin membuatmu senang. Perasaanku ini tulus, tau.

Aku adalah sekutu sekaligus teman Kazemiya Kohaku. Meski pertemanan kami singkat, tapi menurutku hubungan kami sudah dekat. Bagiku, kata-katanya tadi untuk pulang ke rumah tidak terasa tulus.

Pasti ada pilihan lain yang bisa dia ambil. Jika memang begitu, maka aku ingin menciptakan pilihan itu untuknya.

...Kenapa kamu mau berbuat sejauh itu untukku?

Pertanyaan yang sangat wajar. Jawaban untuk itu sudah tumbuh di tangan kiriku.

Karena kamu memberiku tanda bunga mekar padaku.

────Kamu sudah berjuang dengan baik.

Setelah mengatakan itu, Kazemiya menggambar tanda bunga mekar di tangan kiriku.

Ketika aku masih kecil, itulah kata-kata yang sangat ingin kudengar tapi tak pernah kudapat.

Dan Kazemiya Kohaku lah yang memberikannya padaku.

Hanya karena alasan itu saja...?

“Bukannya alasan itu saja sudah cukup?

Lagipula, itulah kata-kata yang pasti diinginkan Kazemiya juga. Kata-kata yang sangat ingin dia dengar tapi tak pernah dia dapatkan. Padahal dia sendiri terluka dan berantakan, tapi dia memberikannya padaku.

Aku sudah memutuskannya. Kalau aku akan menjadi sekutu Kazemiya.

...Sebenarnya mungkin aku yang salah. Merengek pada Mama dan kabur meninggalkan rumah, menipu Narumi, membuatmu khawatir...

“Entah kamu yang salah atau tidak, aku dibohongi atau tidak, itu tidak masalah bagiku. Aku sudah pernah bilang, ‘kan? Meskipun kamu menjadi raja iblis yang akan menghancurkan dunia, aku akan tetap menjadi sekutu Kazemiya Kohaku.

...Ah, sudahlah...

Kazemiya ambruk ke atas tempat tidur dan menutupi wajahnya dengan selimut.

“Sudah kubilang, jangan memanjakanku seperti itu.

Makanya, aku bilang kamu boleh bersikap manja denganku.

Walaupun dia menyembunnyikan wajahnya dengan selimut, Kazemiya akhirnya menatap ke arahku.

...Apa aku benar-benar boleh bersikap manja?

Boleh.

...Aku mungkin akan manja sekali.

Aku akan menerimanya.

...Nanti aku akan menjadi anak yang manja sekali, tau.

Kazemiya yang seperti itu justru pas.

...Aku mungkin akan banyak merengek.

Apapun yang kamu mau, aku akan mengabulkannya.

...

Sepertinya dia sudah mengungkapkan semua yang ingin dia katakan. Kazemiya lalu diam tak bergerak di dalam selimut.

Kalau begitu, boleh aku minta satu hal sekarang?

Silakan.

Ada keheningan yang berlangsung beberapa saat. Keheningan yang menyiratkan keraguan, kebimbangan yang lemah, dan kemauan untuk mengulurkan tangan terpancar di keheningan itu.

...Tolong, kaburlah bersamaku.

Suaranya terdengar gemetar, seolah-olah nyaris menangis kapan saja. Suara seorang anak kecil yang takut ditolak.

Aku tahu, ini akan mengganggu Narumi. Dan keluargamu... keluarga Narumi. Tapi... maaf. Ini memang keinginan egoisku. Tapi... aku ingin kabur bersamamu. Aku ingin bersamamu, Narumi.

Kata-kata tersebut pasti membutuhkan keberanian yang luar biasa bagi gadis yang bernama Kazemiya Kohaku

Tapi dia tetap mengatakannya. Keinginan yang biasanya dia hapus lebih dulu. Harapan yang biasanya dia abaikan. Kemanjaan yang terlihat bodoh dan klise bagi orang dewasa, tapi sangat serius bagi kami anak-anak.

Jika itu keinginanmu, aku akan kabur bersamamu. Kemanapun, sejauh apapun... selamanya.

Aku meraih tangannya yang menjulur dari celah selimut.

Aku menggenggamnya erat-erat, saling melingkarkan jari-jari kami dan tidak akan pernah melepaskannya. Tak akan terputus oleh siapapun.

 

☆☆☆☆

 

Aku menggenggam erat jari-jemarinya. Tangan kami saling bertautan. Tak akan pernah terlepas dan takkan pernah terputus oleh siapapun.

Lalu Narumi tidak mengatakan apa-apa, ia hanya duduk diam di sampingku.

Seiring waktu yang terus berjalan, sesuatu tumbuh di dalam diriku.

Seperti buah yang hangat dan manis, sesuatu itu pasti tumbuh.

(...Hangatnya)

Setelah selesai mandi, seharusnya suhu tubuhku sudah turun. Ruangan ini juga ada AC, dipenuhi udara dingin. Tapi tetap saja... rasanya terasa panas.

Detak jantungku berpacu semakin kecang, dan setiap kali hatiku bergetar, rasanya seperti buah yang matang.

.......

Mungkin karena kelelahanku sudah semakin menumpuk. Kelopak mataku perlahan-lahan semakin menurun.

Bagian depan mataku diselimuti kegelapan. Tapi aku sama sekali tidak takut. Tidak dingin. Kegelapan ini terasa sangat nyaman.

Rasanya berbeda dengan yang tadi. Kegelapan yang samar-samar diterangi lampu jalan itu terasa lebih menakutkan. Lebih dingin.

Apa yang membedakannya? Apa karena aku di dalam ruangan? Karena aku di balik selimut yang hangat?

(Ah... begitu rupanya...)

Jawabannya langsung muncul begitu saja. Itu tepat di depan mataku. Aku bahkan tidak perlu memikirkannya lagi.

(Karena Narumi ada di sini...)

Oleh karena itu, aku sama sekali tidak takut. Aku bahkan bisa tidur dengan tenang. Pandangan yang dipenuhi kegelapan juga tidak apa-apa.

Situasinya tidak berubah. Sebaliknya, aku bahkan sampai melibatkan Narumi.

Tapi sekarang aku merasa tenang. Lebih dari apapun.

Narumi. Narumi. Narumi.

Kesadaranku mulai memudar. ku tenggelam ke dalam rawa yang disebut mimpi indah.

“..........Maafin aku, ya.

Aku minta maaf karena sudah melibatkanmu. Karena aku anak yang bodoh.

Aku sudah merepotkan Narumi.

Maafkan aku. Maafkan aku. Narumi.

Meskipun aku sudah banyak merepotkan Narumi, tapi aku justru merasa tenang. Aku senang kamu mau kabur bersamaku. Sebenarnya aku tidak boleh senang, tapi...

Aku merasa senang bisa kabur bersama Narumi.

Aku senang bisa menghabiskan waktu bersamanya.

Jangan minta maaf begitu.

Dengan satu kalimat lembut dari Narumi, buah manis yang penuh kehangatan itu tumbuh semakin besar di dalam diriku. Hanya dengan jari-jari kami yang saling menggenggam, atau tangannya yang membelai rambutku, perlahan-lahan tapi pasti, ia terus tumbuh-

Aku tidak merasa kamu merepotkanku. Dalam hatiku, aku juga merasa senang bisa kabur bersamamu, Kazemiya.

────Keberadaan seorang laki-laki yang bernama Narumi Kouta di dalam diriku semakin membesar.

“...........Terima kasih.

Sambil merasakan buah-buah manis nan hangat yang terus tumbuh, aku pun jatuh terlelap.

 

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

 

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama