Kimizero Jilid 8 Prolog Bahasa Indonesia

Prolog

 

Ap-Apa, kamu hamil!? Akari!?”

Luna yang berada di sampingku berteriak sambil memegang ponsel di dekat telinganya.

Pada malam kedua perjalanan kami ke Okinawa, aku dan Luna tiba-tiba menerima panggilan telepon dari Icchi dan Tanikita-san.

Kami berdua, aku dan Luna, hampir akan melakukan hal-hal intim saat telepon itu datang. Jadi Luna hanya mengenakan bra dan celana dalamnya saja.

Hei, Kasshi, menurutmu apa yang harus kulakukan!?

Saat aku mendekatkan ponselku ke telinga, aku bisa mendengar suara Icchi yang memilukan dari ponselku.

Aku bahkan masih mahasiswa tahun ketiga, dan aku belum bisa mendapatkan sertifikat insinyur sipil sampai aku wisuda! Biaya rumah sakit dan biaya persalinan, bagaimana dengan kehidupanku nanti!?

“Eh, kamu berniat melahirkannya?

Meskipun pertanyaan itu mungkin terdengar tidak manusiawi, tapi aku bertanya dengan kaget.

Aku juga tidak tahu! Mungkin saja ada semacam kesalahan!

“Hah? Dengan kata lain kamu belum pergi ke dokter untuk memeriksanya?

“Kami bisa mengetahuinya dari tes kehamilan! Akari bilang dia tidak datang bulan, jadi aku membelinya di apotek dan hasilnya positif. Aku beli tiga merek berbeda dan hasilnya semua positif!

“.....

Aku memaksa diri untuk mengeluarkan urin tiga kali, jadi sekarang aku sangat dehidrasi!

Aku juga bida menddengar suara Tanikita-san dari seberang.

Hah, apa? Apa yang kalian bicarakan? Akari?

Luna menempelkan ponselnya di telinga dengan wajah bingung, sepertinya dia tidak mendengar apa yang dikatakan Icchi.

...Lah, Icchi dan Tanikita-san, kalian berdua sedang bersama-sama, kan? Aku dan Luna juga sedang bersama, jadi bagaimana kalau kita membicarakannya lewat satu panggilan saja?

“Ehh, Akari, apa kamu sedang menelepon Shirakawa-san!?

Eh? Apa mungkin orang yang ditelepon Yusuke adalah Kashima-kun!?

Sepertinya mereka berdua juga baru menyadarinya. Kelihatannya mereka terlalu panik begitu hasilnya keluar, jadi mereka langsung menelepon kami.

 

Kemudian Tanikita-san mengakhiri penggilannya dengan Luna, dan kami berempat bicara bersama.

Aku meletakkan ponselku di atas tempat tidur dan mengaktifkan mode speaker, sementara aku dan Luna duduk di kedua sisinya. Ngomong-ngomong, Luna juga sudah mengenakan piyama hotel saat percakapan dimulai.

Aku memang penasaran dengan apa yang terjadi pada Icchi dan yang lainnya, tapi jujur saja, aku merasa sangat kecewa. Acara intim denganku dan Luna terpaksa ditangguhkan untuk sementara waktu...

Dan yang paling menyebalkan adalah, pada saat yang tidak tepat ini, Luna sedang datang bulan. Jika bukan karena itu, mungkin kami sudah memadu kasih, dan bahkan bisa mengabaikan telepon itu.

Aku sekali lagi tidak bisa membuang keperjakaan-ku... Entah sudah berapa kali hal ini terjadi. Apa Tuhan tidak ingin aku menjadi dewasa?

Ini sungguh keterlaluan! Kami sudah menghabiskan waktu dan uang untuk datang ke Okinawa, dan situasinya sudah sangat sempurna. Kami berdua menikmati liburan kami, tapi sebenarnya itu bukan tujuan utama kami... Tidak, sebenarnya itu memang tujuan utama kami. Setidaknya untukku...

Ah, aku ingin menyentuh Luna... Aku ingin menempel padanya, mandi bersama, dan bermesraan sepuasnya.

Ikan yang lepas memang besar, tapi waktu yang terlewat terlalu banyak, menyesalinya sekearang pun tidak ada gunanya. Aku ingin waktu diputar balik. Kalau aku tahu malam ini akan seperti ini, meskipun kelelahan, aku akan melakukannya kemarin malam, bahkan jika harus mencuci mataku dengan pasta gigi.

Pikiranku dipenuhi penyesalan, dan aku mendengarkan pembicaraan Icchi dan yang lain dengan kosong.

“Kalau semua tesnya positif... Sepertinya kemungkinan hamilnya memang tinggi...

Luna yang mendengar ulang situasinya, berkata dengan wajah serius.

“Tidak, itu masih belum tentu, kan...

Seolah-olah masih menggantungi harapan terakhirnya, Icchi membantah dengan suara gemetar.

Kan ada yang namanya kehamilan khayalan’...

Meskipun aku bukan orang IPA, kurasa tidak mungkin zat kimia yang bisa membuat tes kehamilan positif bisa dibuat hanya dari daya imajinasi...

Aku mengomentari dengan tenang, padahal aku sendiri sedang kecewa.

Tapi manusia punya imajinasi yang hebat, ‘kan!

Icchi masih ngotot.

Tapi bukannya berarti kalian berharap punya anak, ‘kan?

Dalam kepanikan mereka berdua, sepertinya mereka tidak begitu menginginkannya sehingga mereka menganggapnya sebagai hamil imajinatif.

“Memangnya kalian berdua.... tidak menggunakan alat kontrasepsi atau semacamnya?”

Luna bertanya dengan canggung.

Memang benar, sejak masa SMA dulu Icchi selalu berkata padaku Seorang laki-laki harus selalu membawa kondom untuk jaga-jaga kalau terjadi sesuatu.

“Tentu saja kami memakainya... Tapi ada satu yang pernah sobek.

Makanya sudah kubilang ‘kan, ‘Apa ini beneran baik-baik saja?’”

Tanikita-san tiba-tiba mulai marah saat mendengar kata-kata Icchi.

“Entah kenapa rasanya nyeri dan tidak nyaman, jadi aku tanya ‘apa itu tidak sobek? Tapi dia bilang Pasti baik-baik saja.

“Makanya sejak saat itu aku selalu membawanya sendiri tanpa perlu memakai yang ada di hotel!

Tapi sekarang sudah terlambat! Hasilnya positif, aku yakin semuanya pasti dari kejadian waktu itu!

“Tapi pada waktu itu Akari sendiri yang berkata, Aku ingin mencobanya sekali lagi,' kan?”

Hah? Padahal kamu sendiri juga kelihatan mupeng banget, kan! Seharusnya kamu bilang saja, Tidak bisa, karena aku tidak membawa kondom yang lebih besar’!

Aku juga beru pertama kali melakukannya dengan Akari, jadi aku tidak tahu banyak! Aku tidak pernah menyangka kalau kondom yang sedikit kecil itu akan sobek saat sedang melakukannya! Kamu juga bilang Pasti tidak apa-apa, kan?! Kalau khawatir, harusnya kamu minum obat pencegah kehamilan atau apa gitu!

Kok jadi salahku?! Ini kan gara-gara kamu tidak tahu ukuranmu sendiri! Obat pencegah kehamilan kan harus diambil di rumah sakit, kamu tahu sendiri seberapa ramai klinik wanita di kota?!

...

Perdebatan sengit dan sadis terjadi di seberang telepon, sementara aku dan Luna hanya saling pandang dengan bingung.

Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya aku melihat Icchi bugil, pertama kali saat acara menginap ketika kami masih kelas 1 SMA, pada waktu itu ia masih gemuk dengan perut buncit yang menonjol. Jadi aku tidak tahu kalau Icchi mempunyai ukuran sebesar itu.

“Su-Sudah, sudah... Seperti yang dikatakan Icchi, kalau hanya tes kehamilan saja belum pasti, jadi bagaimana kalau besok kalian berdua sebaiknya pergi ke dokter dulu?

...Tapi aku ada pekerjaan besok.

Tanikita-san menjawab dengan nada ketus.

Omong-omong, Akari, kamu sudah lulus sekolah dan bekerja, ya? Aku tidak pernah melihat postingan soal pekerjaanmu di Instagram. Karena kalian berdua tampak mesra jadi aku sama sekali tidak melihat-lihat beranda instagramku. Maria juga bilang tidak tahu.

Luna bertanya seolah-olah dia baru mengingatnya.

Aku belum bekerja. Aku hanya membantu senior di sekolah kejuruan yang bekerja di bisnis Imecon (images consultan). Jadi aku cuma melakukan pekerjaan administrasi seperti mengurus jadwal pemesanan, membuat bahan, dan melayani pelanggan.

Jadi semacam kerja paruh waktu gitu?

Ya. Tapi seniorku ini sangat populer di Instagram, jadwal pemesanannya penuh sampai setahun ke depan, jadi aku sangat sibuk. Tapi aku banyak belajar dari interaksi dengan berbagai pelanggan, dan aku menikmatinya.

Ah, sepertinya itu memang cocok dengan Akari.

...Maaf, ‘Imecon’ itu apa ya?

Aku bertanya dengan suara pelan kepada Luna. Di benakku, aku membayangkan seorang wanita seksi berdiri di samping mobil mewah, tapi aku mengetahui kalau itu sebenarnya [Event Consultant].

Ah, Imecon itu singkatan dari Image Consultant. Mereka yang melakukan konsultasi mengenai warna personal, analisis struktur tubuh, dan sebagainya.

“Benar banget. Seniorku memiliki kualifikasi sebagai penata rias dan instruktur etiket, dan aktif sebagai 'pendukung kehidupan total bagi para wanita untuk menjalani kehidupan sehari-hari yang gemerlap'.”

Tanikita-san berkata menimpali melalui telepon, seolah melengkapi jawaban Luna.

Ma-Maaf, tapi bukannya 'warna pribadi' dan 'analisis kerangka tubuh' itu sebenarnya masih misteri...?

Aku terus-menerus bertanya dengan rasa bersalah, dan Luna tersenyum pahit dan berkata 'Benar sih.'

Intinya, itu adalah pekerjaan untuk memberitahu orang-orang warna dan gaya pakaian yang cocok dengan mereka, kan?

Iya betul. Apalagi banyak wanita yang punya 'bayangan penampilan yang diinginkan', tapi 'apa yang cocok dengan diri mereka sebenarnya tidak sesuai dengan kesukaan mereka sendiri'. Jadi kadang kami juga melakukan konseling hati-hati untuk mencari titik temu antara 'yang cocok' dan 'yang disukai', lalu pergi berbelanja bersama-sama untuk menyusun outfit, jadi ada juga semacam pekerjaan sebagai stylist. Entah kenapa rasanya menyenangkan. Aku sendiri juga ingin suatu hari nanti membuka usaha konsultasi pencitraan, jadi sekarang aku terus belajar dari senior di tempat kerja.

Dari nada suara Tanikita-san, tampak jelas bahwa dia sangat bersemangat dan menyukai pekerjaannya saat ini. Aku jadi teringat masa lalunya saat dia hampir menjadi wanita penjaja, aku merasa tenang sebagai teman lamanya.

...Tapi kalau sampai hamil dan melahirkan, aku harus menyerah pada hal itu...

Suara Tanikita-san tiba-tiba menjadi gelap.

...Akari, itu...

Luna kembali membuka mulut dengan ragu-ragu.

“Jika kamu memang beneran hamil...apa kamu ingin melahirkannya?

Dia mengajukan pertanyaan yang pernah kukatakan tadi.

...Ketimbang dibilang ingin melahirkannya...

Setelah jeda sejenak, Tanikita-san menjawab.

...Pilihan untuk 'menggugurkan'-nya sama sekali tidak pernah terlintas di kepalaku.

Suaranya terdengar suram seakan-akan datang dari jurang keputusasaan.

“Karena aku sangat menyukai Yusuke, jadi aku ingin selalu bersamanya, dan aku juga ingin punya anak suatu hari nanti...

Aku yang hanya mengenal mereka berdua sejak masa SMA, tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutku dan hampir membuatku berinang air mata. Luna tampaknya juga merasakan hal yang sama, dan tatapan kami yang berkelana di ruang hampa itu bertubrukan untuk sesaat, meski dalam situasi seperti ini.

Tapi aku juga bertanya-tanya, 'Kenapa malah sekarang?'...

Suara Tanikita-san yang terdengar suram kembali menciptakan atmosfer yang berat.

“Padahal akhirnya aku berhasil menemukan pekerjaan yang ingin kulakukan, bisa mendapat uang dari hal yang kusukai dan setiap hari terasa sangat memuaskan... Aku bisa pergi jalan-jalan dengan teman-teman, mencoba wahana ekstrem, menikmati teh sore di kafe-kafe keren, masih banyak hal yang ingin kulakukan saat masih muda...

Suara Tanikita-san mulai bercampur dengan isakan tangisnya.

Hei Lunacchi... Kalau ternyata aku benar-benar hamil, aku harus bagaimana...

Suara isakan tangis Tanikita-san membuat Luna di sampingku juga mulai ikutan berkaca-kaca.

Akari...

Luna menatap ponselnya dengan wajah penuh kesedihan.

Meskipun ia terus diam saja sedari tadi, aku bisa membayangkan apa yang sedang dirasakan Icchi, yang pasti berada di samping Tanikita-san saat ini.

 

◇◇◇◇

 

Pada akhirnya, percakapan di telepon tidak memecahkan masalah apa pun, tapi setidaknya kami memahami situasi mereka. Jadi aku mengusulkan agar mereka pergi ke dokter kandungan di hari libur selanjutnya, lalu mengakhiri panggilan.

...Hamil ya...

Luna bergumam setelah aku memutuskan panggilan.

Luna masih duduk di tempat tidur, tampak sedang memikirkan sesuatu.

...Memang betul, meskipun kita berusaha keras untuk mencegahnya, masih ada risikonya juga. Kalau pernah melakukan hubungan s*ks, kemungkinan hamil tidak bisa dianggap nol...

...Iya, benar...

Aku membalasnya, tapi Luna tampaknya tak begitu mendengarkanku, dia hanya menundukkan kepalanya.

...Sebelum berpacaran dengan Ryuto, aku bahkan tidak pernah benar-benar memikirkan hal-hal seperti ini...

Luna berkata sambil menghela napas.

“Rasanya memang wajar jika melakukan s*ks dengan seseorang yang mambuatmu berpikir Aku ingin memiliki anak bersama orang ini’. Tapi mungkin itu adalah sesuatu yang harus dilakukan kalau kamu benar-benar siap dan menginginkannya...

Hah? Hatiku menjadi resah dan tidak nyaman.

Aku berencana masuk sekolah kejuruan bulan depan untuk menjadi pengasuh anak. Tapi kalau aku hamil seperti Akari....rasanya pasti akan sangat merepotkan...

Itu memang benar. Tapi alur pembicaraan ini... Eh?

Luna mengangkat wajahnya menghadapku yang kebingungan, lalu membuka mulut dengan ekspresi yang galau.

Kita berdua... Sekarang sudah sampai sejauh ini, mungkin... Menikah duluan juga bisa menjadi pilihan, ‘kan?

Jantungku berdegup kencang ketika mendengar kata pernikahan.

Kalau kita sudah membuat landasan hidup bersama yang kuat, meskipun terjadi kehamilan, kita bisa merasa baik-baik saja. Kurasa itu akan membuat kita berdua lebih tenang, ‘kan?

...

Dari segi ketenangan pikiran, memang benar begitu.

Tapi aku juga punya keinginan untuk tidak ingin mengangguk begitu saja pada pertanyaannya.

Karena pada dasarnya, rasanya tidak terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa kami datang ke Okinawa ini untuk bisa saling terikat dan menjadi satu.

Walaupun pengalaman intim kami tertunda karena datangnya menstruasi Luna yang begitu tiba-tiba, kami sudah sampai pada tahap akan melakukannya secara oral. Tapi entah kenapa, atmosfernya malah seperti akan mengalir ke arah yang lain...?

Hah? Apa aku lagi-lagi akan menjadi korban ‘suasana’? Bahkan sampai harus menunggu sampai menikah dulu?!

Aku sudah tidak sanggup lagi... Tapi suasananya pasti memang menuju ke arah sana...

Serius? Beneran?

Mustahil! Setidaknya biarkan kamu melakukannya secara oral! Atau pakai tangan juga tak apa! Kumohon, tolong lakukan...!

Padahal tadi suasananya begitu bagus, masa itu cuma bohong?!

Katakan itu cuma bohong, Luna!

Meskipun aku memohon atau berteriak frustasi di dalam kepalaku,

...Menurutmu bagaimana, Ryuuto?

Saat dia menatapku dengan wajah yang memohon begitu, aku...

...Yah...kurasa... aku juga... setuju...

Hanya bisa menjawab seperti itu.

 

 

Sebelumnya Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama