[LN] Otonari no Top Idol-sama Jilid 2 Bab 8 Bagian 1 Bahasa Indonesia

Ronde 8Tetangga Yuzuki Adalah Dirimu

Bagian 1

 

Setelah mengantar Yuzuki pergi, aku juga check-out dari hotel dengan jarak waktu yang berbeda.

Sekarang masih menjelang siang hari. Di hari Minggu siang seperti ini, suasana di pusat kota sedang ramai sekali. Saat berdiri menunggu lampu merah di persimpangan, orang-orang tampak tak sabar seperti kuda pacu yang sedang menanti garis start dibuka. Mungkin mereka akan pergi bermain atau kegiatan lainnya. Sorot mata mereka penuh harapan dan semangat.

Aku juga berpikir untuk mampir ke game center karena sudah sekian lama tidak mengunjunginya.

Ketika aku dengan santai mengalihkan pandanganku pada layar digital raksasa di atas gedung komersial, secara kebetulan di sana sedang diputar video klip single terbaru [Spotlights].

Orang yang berdiri di tengah-tengah mereka berlima, tentu saja, adalah Arisu Yuzuki. Kecuali lagu debut mereka [Spotlight], mereka terus mempertahankan posisi center mereka hingga sekarang. Di posisi paling kiri, Ruru-san mendukung grup tersebut dengan tariannya yang.

Dua orang pria yang juga sedang menatap layar itu sama sepertiku, tiba-tiba berseru.

Wah, single terbaru [Spotlights] rilis minggu depan, ya!

Kali ini kostumnya imut banget! Apalagi Arisu Yuzuki, dia cantik banget. Akhir-akhir ini aku bingung mau beli fotonya atau tidak.

Keduanya mengenakan jaket yang kelihatan mahal, juga jam tangan dan tas yang terlihat premium. Meskipun penampilannya masih muda, sepertinya mereka sudah bekerja.

Omong-omong, teman kerjaku juga baru beli buku fotonya.

Aku sih sebenarnya kurang tahu anggota [Spotlights] selain Arisu Yuzuki.

Aku juga. Memang semua anggotanya cantik sih, tapi ujung-ujungnya mataku tetap tertuju ke arah Arisu Yuzuki.

Aku menonton rekaman konsernya beberapa hari yang lalu. Dan hampir semua lightstick warnanya kuning, warna Arisu Yuzuki.

Aku juga menonton rekaman konser itu di rumah. Di tengah kilauan lightstick berbagai warna, warna kuning terlihat sangat mendominasi.

Kalau yang di ujung sana namanya siapa, ya?

“Hmm kalau tidak salag namanya Enomoto? Egashira?

“Ahh, rasanya mirip-mirip sekitar begitu. Wajahnya kelihatan bagus, tapi keberadaannya terlalu biasa. Dia hampir tidak pernah bicara di acara variety juga.

Iya, dia terlalu tidak menonjol!

Begitu lampu hijau menyala, aku buru-buru menyeberang jalan. Karena aku tidak ingin mendengar percakapan mereka lebih jauh.

Karena aku tidak berselera lagi untuk mampir ke game center, jadi aku langsung turun di stasiun terdekat dan mampir ke supermarket.

Aku mengisi troli dengan berbagai bahan makanan.

Stok miso dan saus ponzu sepertinya sudah hampir habis, jadi aku memutuskan untuk membelinya lagi.

Hari ini adalah hari diskon makanan beku, mungkin aku harus mengambil sayuran campur beku juga.

Ternyata daging has babi sedang ada diskon. Kebetulan sekali aku sedang membutuhkannya, jadi aku langsung membelinya dalam jumlah banyak.

Semakin penuh troli belanjaanku, semakin berkurang pula perasaan jengkelku. Dulu aku tak paham kenapa orang bisa merasa lebih tenang dengan berbelanja, tapi sekarang aku mengerti. Seperti melampiaskan ketidakpuasan pada uang tunai, lalu melepaskannya.

Aku berjalan pulang sambi membawa kantong plastik yang menggelembung penuh.

Meski sudah berbelanja besar-besaran, tapi perasaan tidak nyaman masih belum menghilang dari lubuk hatiku.

Aku memakai earphone nirkabel, lalu menelepon seseorang.

Tidak sampai tiga panggilan, suara ceria menyambut.

Suzu, halooo~!

Orang yang ada di seberang telepon adalah Rika. Suaranya yang hiperaktif ini selalu membuatku tenang.

Maaf kalau aku mendadak meneleponmu. Kamu lagi senggang sekarang?

Iya, aku lagi senggang, kok. Lagian, kalau Suzu yang menelepon, aku pasti akan langsung mengangkatnya meskipun lagi kerja.

Jangan gitu, konsentrasi saja di pekerjaanmu.

Aku bisa mendengar suara orang tuaku dari seberang telepon. Sepertinya Rika sedang di Aien Kien”. Mungkin dia sudah masuk shift sore, jadi aku tak mau mengambil banyak waktu.

“Meski ini bukan sesuatu yang pantas disebut meminta saran, tapi ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepada Rika.

Eh~ apa~apa? Aku jadi penasaran nih, mana mungkin tentang tiga ukuran tubuhku, ‘kan? Meski aku tidak bisa memberitahumu hal itu, tapi aku pasti bisa menjawab mayoritas hal-hal lain, kok!

Dasar tukang goda. Kalau kami berhadapan, pasti dia akan bertanya soal itu.

Tapi sepertinya dia menerima hampir semua pertanyaan, jadi aku bertanya langsung.

Menurutmu, aku ini apa bagimu, Rika?"

“Huee?!?

Sepertinya itu pertanyaan di luar dugaannya, karena Rika mengeluarkan suara aneh. Lalu terdengar suara benda jatuh dengan keras.

...Apa jangan-jangan...nyataan cint...? Tapi kenapa... Terlalu tiba-tiba...?

“Oi, kaum tidak apa-apa?

A-Aku tidak apa-apa, aku cuma menjatuhkan ponsel saja... !

Dia jelas-jelas terlihat panik. Semoga saja layer ponsernya tidak retak.

Nah, jadi bagaimana?

...Itu, apa harus aku sendiri yang bilang, ya...?

Yah, kurasa itu akan lebih lancar kalau kamu yang memulainya.

Aku bisa mendengar suara Rika yang menahan napas dari seberang telepon, seolah sedang memantapkan sesuatu. Tapi kemudian, terdengar gumaman pelan, Mungkin sebaiknya aku mulai membangun suasana dulu sebelum begini...

Suzu adalah teman masa kecilku yang penting, tau? Sebagai kakakmu, aku ingin...

Nah, itu dia!

...Heh?

Sebenarnya aku ingin tahu bagaimana perasaan seorang kakak.

Pe-Perasaan kakak? Tiba-tiba kenapa kamu malah menanyakan itu?

Aku merangkum garis besar kejadian yang terjadi Ruru-san selaku ketua dari grup idol [Spotlights] menawarkan diri untuk mengurus Yuzuki, dan mengklaim dirinya sebagai kakak Yuzuki. Karena masakanku, mereka berdua jadi bertengkar.

Aku tidak bisa sepenuhnya memahami kenapa Emoto-san begitu terobsesi pada Yuzuki... Mungkin Rika bisa memahami bagaimana perasaan Emoto-san.

Hah, apaan? Ternyata masalah begitu saja? Kukira...

Kukira?

Tidak, bukan apa-apa.

Entah kenapa, nada suara Rika sedikit tersinggung. Lebih baik tidak terlalu menanyakannya.

...Jadi, apa kamu mempunyai pendapat lain?

Rupanya, salah satu alasan Rika ingin menjadi ‘kakak perempuan’ku adalah karena dia merasa berhutang budi padaku.

Rika, yang menderita asma dan sering berselisih dengan orang-orang di sekitarnya saat masih kecil, akhirnya membuka diri padaku, meski tidak peduli seberapa dinginnya aku memperlakukannya. Untuk membalas budi, dia akhirnya mulai memanggil dirinya sendiri dengan sebutan 'kakak'.

Setelah jeda yang panjang, Rika mulai bicara.

“Sejujurnya, aku juga tidak terlalu paham konsep 'kakak ideal' atau bagaimana seorang kakak seharusnya. Aku  juga tidak tahu apa yang dipikirkan Emoto Ruru. Karena hubungan kakak beradik itu berbeda-beda untuk setiap orang.

...Begitu ya. Maaf, pertanyaanku yang tiba-tiba pasti membuatmu kebingungan.

Tapi yang pasti, aku ingin menjadi orang yang paling bisa diandalkan untukmu, Suzu.

Suara Rika di earphone terdengar penuh keyakinan.

Suzu punya banyak teman di sekolah, dan jauh lebih dewasa daripada aku. Mungkin saja kamu bisa baik-baik saja tanpaku. Tapi, aku tetap ingin berdiri di jalan yang kamu tempuh. Jika kamu sampai tersesat, aku ingin menjadi orang pertama yang membantumu. Kurasa cita-cita itulah yang menjadi akar keinginanku untuk kakaknya Suzu.”

Jadi, menjadi kakak bukan karena soal usia atau status, tapi tentang cara hidup.

Mungkin Emoto Ruru juga sama. Dia pasti ingin menjadi penunjuk jalan bagi Arisu Yuzuki.

Apa itu sesuatu yang tak bisa didapat hanya dari menjadi rekan satu grup?

Karena hubungan rekan itu hanya berdasarkan menjadi idol. Emoto Ruru ingin terhubung dengan Arisu Yuzuki tanpa terkait pekerjaan. Sebagai keluarga, hubungan itu akan tetap ada meski nanti Yuzuki bukan idol lagi, karena ikatan kekeluargaan takkan pernah hilang.

Jadi Rika juga ingin tetap bersamaku di masa depan nanti, tak peduli jarak atau sekolah kami.

 

“Aku ingin memiliki hubungan yang tidak berubah dengan Suzu selamanya. Jika kita bisa memiliki hubungan seperti keluarga, jika kita bisa membangun hubungan yang tidak akan pernah berubah... Itulah kebahagiaanku.

Kecuali jika sebagai keluarga, pada akhirnya perpisahan pasti terjadi. Hari di mana masing-masing menempuh jalan sendiri pasti akan datang. Meskipun begitu, aku merasa senang melihat Rika menyayangiku dengan tulus. Pasti Emoto-san juga memiliki perasaan yang sama pada Yuzuki.

...Rupanya di luar sepengetahuanku, kamu sudah memikirkan banyak hal.

Iya dong, aku ‘kan Onee-channya Suzu!

Aku yakin kalau Rika sedang tersenyum nakal sembari mengedipkan matanya di seberang sana.

Kemudian aku bisa mendengar suara ayahku memanggil Rika. Kurasa sebentar lagi sudah waktunya buka.

Maaf, aku harus segera pergi.

Baik, itu sangat membantuku, terima kasih banyak.

Saat Rika akan mengakhiri panggilan, aku menyampaikan sesuatu.

Aku akan selalu mengandalkanmu, Rika-oneesan.

“Hm~~~~Serahkan saja padaku!

Suaranya yang ceria terdengar lembut di telingaku.

Kali ini aku benar-benar menekan tombol akhiri, lalu bergumam,

“Mempunyai kakak tuh memang suatu kebahagiaan, ya.

 

 

Sesampainya di apartemen, aku mengambil pamflet dari kotak surat, lalu naik lift. Aku memandang sekilas prakiraan cuaca mingguan di layar lift, lalu turun di lantai 8.

...Eh?

Tanpa sadar aku bersuara kaget. Karena aku melihat ada seseorang yang duduk bersila di depan pintu kamar 810.

Wanita dalam balutan dress itu tak menyadari kehadiranku. Dia sama sekali tak bergerak.

...Permisi.

Dia mendongak. Ada banyak kelelahan yang menumpuk di sorot matanya yang biasanya tajam. Tas jinjing besar di sebelahnya telah kehilangan elastisitasnya dan tergeletak lelah di lorong.

...Mamori-san.

Suara Emoto-san tak lagi bersemangat. Rambut hitam legamnya tak bercahaya, bola matanya hijau zamrudnya redup, dan ada bekas air mata di pipinya.

“Jadi kamu datang berkunjung juga hari ini iya....apa jangan-jangan kamu sudah ada di sini sejak pagi?

Menunggu berjam-jam seperti ini sudah menjadi makanan sehari-hari di lokasi syuting.

Dengan senyum sedih, Emoto-san terlihat seperti orang yang tak lama lagi akan meregang nyawa.

Karena aku tidak bisa menghubungi Yuzuki, jadi aku tidak punya pilihan lain selain menunggu di sini.

Emoto-san terlihat kehilangan ketenangannya. Dia pasti belum istirahat dan makan dengan baik, sehingga jalan pikirannya tak lagi jernih.

Yuzuki sudah pergi bekerja, dan sepertinya tidak akan pulang sampai malam. Menunggu di sini pun tidak akan ada gunanya...

Begitu ya. Itu berarti kurasa aku harus bersabar selama setengah hari lagi...

Tidak, tidak, tidak, tidak! Tubuhmu bisa sakit kalau kamu terlalu lama duduk di tempat seperti ini!

“Jangan khawatir, tidak masalah. Berbeda dengan Yuzuki yang sibuk, aku sedang libur untuk sementara.

Tidak ada masalah apanya. Mengabaikan kondisi tubuhnya sendiri, tapi mengaku ingin menjadi pengasuh Yuzuki, itu hanya pengorbanan diri semata.

Jika dia menemui Yuzuki dalam kondisi yang memprihatinkan seperti ini, dia malah hanya akan membuat Yuzuki merasa cemas dan tidak nyaman.

Tolong jangan khawatir. Ini memang keinginanku sendiri.

Emoto-san memaksa dengan senyuman lemah.

...Baiklah.

Kalau dia sampai bersikeras sejauh itu, aku takkan mencampuri urusannya lebih jauh. Aku membuka pintu apartemen 809, lalu meletakkan kantong belanjaan. Kemudian dengan tanganku yang sudah bebas, aku menarik lengan Emoto-san.

...Eh, Ma-Mamori-san?

Emoto-san tampak terkejut dengan tindakanku.

Kalau dia bersikeras melakukan apa yang dia mau, aku juga akan melakukan apa yang kuinginkan.

Cepat masuk. Aku akan membuatkanmu teh.

 

Begitu aku meletakkan cangkir teh hijau di atas meja pendek, Emoto-san langsung meneguknya dengan tergesa. Tampaknya tenggorokannya benar-benar kering. Jangan-jangan dari pagi dia belum makan dan minum sama sekali?

Saat aku menuangkan teh lagi, mata hijau zamrudnya terlihat gelisah mencari-cari sesuatu.

Yuzuki... apa dia baik-baik saja?

Dia sudah membaik.

Ketika aku menjawab dengan jujur, Emoto-san hanya bergumam Begitu ya. Mungkin dia tahu aku dan Yuzuki sempat bersama, wajar saja jika dia menebak begitu.

Ada keheningan sejenak beberapa saat.

...Maaf, aku sudah lama ingin menanyakannya. Tapi, Apa Mamori-san menyukai Yuzuki?

Ya, aku menyukainya. Sebagai lawan jenis.

Pada titik ini, aku memutuskan kalau sekarang sudah saatnya aku perlu blak-blakan.

...Kalau misalnya Yuzuki dan aku memutuskan untuk berpcaran, apa kamu akan menolaknya?

“Aku bahkan tidak ingin membayangkan adik perempuanku yang imut punya pacar, aku sama sekali tidak suka. Sangat tidak menyukainya.

Jawaban Emoto-san terdengar lugas dan tegas sekali.

“Aku benar-benar tidak menyukainya, tapi... aku tidak akan menolaknya, jika itu memang yang diinginkan Yuzuki.

Setelah menyesap teh cangkir keduanya, Emoto-san menghela napas.

Kupikir kamu pasti akan melakukan segala cara untuk menghalanginya.

“Aku mungkin pasti akan banyak berkomentar mengenai berbagai macam. Tapi pada akhirnya, aku akan menerimanya. Karena menolak pacar Yuzuki, sama saja dengan menolak perasaan Yuzuki sendiri.

Raut wajah Emoto-san tampak diliputi kerumitan. Dia pasti tidak ingin membayangkan Yuzuki punya pacar, karena itu terlalu menyedihkan.

Mamori-san, boleh aku menanyakan satu hal lagi? Apakah alasanmu memasak untuk Yuzuki karena kamu ingin lebih dekat dengannya?

Pupil matanya yang berwarna zamrud itu menatap lurus ke arahku.

Aku hanya ingin Yuzuki bahagia dengan masakan buatanku. Itu saja.

...Begitu ya.

Tidak ada tanda-tanda dia akan menyerang balik. Sepertinya dia sudah menerima penjelasanku. Meski begitu, ada sesuatu yang tiba-tiba membuatku penasaran.

Kebetulan apartemen kami bersebelahan, lalu setiap hari aku memasakkan makanan untuknya, apakah itu tindakan yang terlalu berlebihan?

Ya, itu sangat tidak sopan. Sungguh keterlaluan ketika melihat orang asing ingin mengurus Yuzuki.

Jika hanya melihat kata-katanya, memang terdengar tajam. Tapi aku tak lagi merasakan adanya persaingan seperti dulu.

Tapi ada satu hal yang perlu kutegaskan.

Aku dan Yuzuki bukanlah orang asing.

Matanya yang sipit itu sedikit menajam.

“Apa kalian berteman? Atau sebagai senior-junior di sekolah?

“Karena kami bertetangga.

Mungkin karena aku begitu percaya diri, Emoto-san juga tampak sedikit terkejut.

Pada akhirnya, kamu tetap saja orang asing. Kenapa kamu bisa seyakin itu? Walaupun kalian bertetangga, jika salah satu pindah, hubungan itu juga akan putus...

Memang mungkin begitu di mata orang luar. Tapi bagiku, hubungan kami sama berharganya dengan hubungan idol dan penggemar. Seperti hubungan kakak-adik.

Sudah sekitar tiga bulan berlalu sejak aku mengenal Yuzuki. Ada kalanya kami memiliki perbedaan pendapat, ada juga jarak di antara kami. Tapi kami masih tetap menjadi tetangga.

Itulah bukti hubungan kami yang tak tergantikan.

Lalu bagaimana denganmu, Emoto-san? Aku memahami bahwa kamu sangat menyayangi Yuzuki. Apa kamu juga punya alasan tertentu untuk mementingkan bentuk hubungan kalian berdua?

Cara pertemuan dan hubungan kami berdua dengan Yuzuki jauh berbeda. Tanpa bertanya langsung, aku takkan mengetahui isi hati Emoto-san.

...Yuzuki adalah idol yang luar biasa.

Hah? Iya, memang.

Pujian langsung tanpa keraguan itu membuatku sedikit terkejut.

“Entah itu dalam bernyanyi, menari, penampilan, akting, berbicara, komunikasi... Apa pun yang dia lakukan, kemampuan Yuzuki pantas disebut elit. Aku meyakini bahwa tidak lama lagi dia akan menguasai puncak dunia idol dan menjadi representasi idola zaman ini.

Aku tidak memahami mau di bawa ke mana arah ceritanya dan mengernyit bingung. Apa dia ingin memberitahuku untuk jangan menghalangi jalan ratu idola masa depan?

Dia bekerja dengan keras, sangat bersemangat dari kebanyakan orang, dan paling mencintai dunia idol. Aku sangat bangga melihat Yuzuki benar-benar bersinar di berbagai bidang. ...Tapi...

Tangan Emoto-san tampak gemetar saat dia menutupi sekitar cangkirnya.

“Walaupun aku merasa bangga padanya, tapi aku juga iri padanya. Usahanya membuahkan hasil, dia dinilai adil oleh orang-orang di sekitarnya, dan meraih kejayaan sebagai bintang. Itu membuatku malu pada diriku sendiri yang hanya bisa memandangnya dari bawah. Semakin aktif dirinya, aku semakin terpaksa dibuat menyadari kekuranganku sendiri.”

Pada single debut mereka, Yuzuki dan Emoto-san berada di posisi paling pinggir. Tapi pada single kedua, Yuzuki tiba-tiba langsung menjadi center, sementara Emoto-san masih tetap di posisi pojok.

Setelah grup idol mereka mulai mendapat perhatian publik, Yuzuki tidak hanya tampil di acara musik, tapi juga melakukan berbagai pekerjaan individual. Dia hampir tak punya hari libur dalam setahun, semua waktunya tersita untuk kegiatan idol.

Di sisi lain, Emoto-san masih punya waktu luang, dia bahkan bisa minum teh hijau di apartemenku sebagai orang biasa di hari Minggu siang. Melihat perbedaan status seperti itu, wajar saja dia tidak merasa tenang.

Mungkin suatu saat aku bisa terkena efek cahaya Yuzuki. Aku menyembunyikan rasa frustrasi karena tak bisa bersinar, dengan mengambil posisi sebagai pengasuh Yuzuki... Oleh karena itu, aku iri padamu.

Iri...

Ternyata alasan utama yang mendorong tindakan Emoto-san adalah rasa iri.

Menjadi 'kakak' Yuzuki yang merupakan seorang idol popular sudah menjadi pegangan jiwaku selama ini. Selama tiga tahun terakhir, aku mempercayai bahwa mengurus Yuzuki adalah peranku di dalam grup. Tapi sejak awal musim semi ini, sedikit demi sedikit, Yuzuki mulai berubah.

Perubahan yang terjadi di musim semi itu, mungkin disebabkan karena kemunculanku.

Sikap dan ekspresi Yuzuki jadi terlihat jauh lebih rileks. Dulu dia selalu datang lebih awal ke ruang ganti, lalu terus berlatih tanpa henti sampai tampil. Tapi sejak masuk SMA, keseimbangan antara tegang dan lenturnya semakin bagus, dia juga jadi lebih sering tersenyum. Semangat di antara anggota grup pun meningkat, dan pada awalnya aku juga ikut merasa senang."

Awalnya?

Sejak konser Mei lalu, Yuzuki malah semakin memaksakan diri, seakan-akan seperti sedang menghukum dirinya sendiri.

Pada saat itu, setelah melakukan kesalahan koreografi dalam pertunjukkan langsung, Yuzuki pergi meninggalkanku dan berusaha kembali menjadi idol yang sempurna. Kelihatannya Emoto-san juga menyadari ada sesuatu yang tidak beres pada Yuzuki.

Meskipun Yuzuki terus berpura-pura seperti biasa, wajahnya tampak pucat pasi, seperti orang yang hendak menuju kehancuran saat fan meeting.

Emoto-san tersenyum tipis, entah sedang mengejek dirinya sendiri atau menyesalinya.

Sebagai ketua grup, tapi lebih dari itu, sebagai 'kakak'-nya, aku mencoba memberi semangat saat istirahat latihan. Tapi Yuzuki...

 

──Hei, Yuzuki. Sebaiknya kamu istirahat sebentar.

──Terima kasih. Setelah latihan ini sekali lagi, aku baru beristirahat.

 

Di matanya, keberadaanku seakan tak ada artinya. 'Hanya sekali lagi saja' katanya, tapi aku tahu dia sengaja mengucapkan begitu agar aku menyerah.

Aku ingin tahu seberapa dalam kata-kata itu melukai hati Emoto-san.

“Keberadaanku sama sekali tidak mempunyai arti bagi Yuzuki. Bagiku, itu sama saja dengan kehilangan tiga tahun ini. ...Tapi, aku tak bisa memaksakan diri. Aku takut Yuzuki akan semakin menjauh. Aku berkali-kali meyakinkan diri, 'jika itu yang diinginkan Yuzuki'. Akhirnya, hari itu aku memutuskan untuk mundur.

Aku memahami perasaannya. Pada waktu itu, aku juga sempat putus asa. Kalau bukan karena dorongan Rika, aku tak akan kembali mengurusi Yuzuki.

Keesokan harinya, Yuzuki sudah pulih sepenuhnya. Aku tidak tahu persis apa yang terjadi pada malam itu. Tapi saat itu juga, dia membatalkan rencana pindah, jadi aku yakin kamulah yang sudah melakukan sesuatu, iya ‘kan?

...Ya, begitulah.

Sementara Mamori-san mencoba berusaha untuk Yuzuki, aku sendiri jutsru tidak bisa melakukan apa-apa. Padahal aku terus mengaku sebagai 'kakak'-nya, tapi nyatanya aku tak berguna sama sekali. Sikapku yang keras padamu selama ini sekarang sudah jelas, itu semua karena aku tak ingin Yuzuki direbut dariku. Aku membatasi perilakunya dan memperlakukan hal-hal yang disukainya dengan kasar. Aku adalah kakak perempuan paling beracun.”

Emoto-san menghabiskan tehnya, lalu berdiri.

Aku akan pulang. Terima kasih untuk tehnya."

...Mulai sekarang, apa yang akan kamu lakukan?

Tidak ada yang berubah. Aku hanya akan terus mendukung Yuzuki agar bisa menjadi idol yang lebih hebat lagi. Meskipun Yuzuki tidak lagi menyayangiku. Itu adalah penebusan diri dan cintaku untuknya.

Lalu... bagaimana dengan perasaan Emoto-san sendiri?

Rasanya terlalu kejam untuk berpura-pura tidak tahu perasaan dirinya sendiri meskipun dia sudah menyadarinya.

Aku sudah melakukannya selama tiga tahun terakhir. Jadi tidak ada masalah.

Senyumnya terlihat sangat tipis dan lemah. Jelas-jelas dia sedang berbohong pada dirinya sendiri, dan memaksakan diri.

Tenang saja, aku tidak akan muncul lagi di hadapanmu. Aku akan pensiun dari posisi pengasuh Yuzuki, dan menyerahkannya padamu.

 

──Mulai sekarang, akulah yang akan menjadi pengasuh Yuzuki!

 

Jangan main-main denganku. Setelah bertingkah begitu keras kepala, apa dia mau mengakhirinya begitu saja?

Aku meraih lengan Emoto-san dan mencegatnya yang hendak kabur dari ruang tamu.

...Mamori-san, tolong lepaskan tanganku.

Ya ampun. Yang namanya Idol tuh memang buruk dalam menyembunyikan perasaan asli mereka saat tak ada kamera. Tapi, pasti ada batas di mana mereka tak bisa lagi mengabaikannya.

Tidak mau. Jika ada seseorang yang melihatmu keluar sambil sesenggukan begitu, pasti ada bakalan gosip yang beredar. Padahal aku baru tinggal di sini tiga bulan jadi aku tidak mau menjadi bahan omongan orang lain.

Tentu saja itu cuma alasan saja. Aku hanya ingin menahannya meskipun cuma sesaat.

Aku pun berdiri, lalu menuju dapur.

“Kamu sedang lapar tidak? Aku akan memasakkan sesuatu yang ringan.

Pada masa-masa sulit seperti ini, istirahat sejenak dengan makan akan membuatmu merasa lebih baik.

Manusia adalah makhluk yang unik, mereka bisa merasa lebih tenang hanya dengan makan.


 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama