Chapter SS — Pembicaraan Gadis-Gadis Di Karoke
“Kalau begitu, tema kita kali ini adalah cerita kegagalan terbaru!
Ayo Saki, apa ada yang
ingin kamu ceritakan?”
“Hmm,
memangnya itu obrolan yang harus kita bicarakan saat
pergi karaoke?”
“Karena
kita sudah datang ke karaoke, jadi harusnya
kita bercerita tentang hal-hal seru!”
“Tapi
aku tidak setuju dengan penggunaan 'karena' itu.”
“Sudah, sudah, tidak perlu terlalu dipikirkan. Ayo,
Ryo-chin juga sudah siap untuk bercerita, ‘kan?”
“Itu sama sekali tidak benar...” kata Ryo-chin, atau Satou
Ryouko, dengan suara kecil, tetapi sepertinya tidak terdengar oleh Maaya.
“Ayo, ayo, Ryo-chin. Jadi, apa ada yang ingin kamu ceritakan?”
“Ehm... tidak ada yang bisa
diceritakan sih...”
“Hal-hal yang sepele juga tidak masalah. Tidak
ada orang lain selain kita bertiga.
Justru, berbicara tentang hal-hal yang tidak bisa kita katakan di depan anak
laki-laki adalah inti dari obrolan gadis!”
Jangan menyebut dirimu sendiri sebagai gadis kali.
“Hal-hal
yang tidak bisa dikatakan di depan anak laki-laki juga tidak akan kita katakan
di depan gadis, ‘kan?”
Eh, memangnya itu beda?
Kenapa
aku juga dipandang dengan tatapan 'Dasar Saki-san' dari Satou-san?
“Kalau gitu,
silakan, Ryo-chin!”
“…Kali
ini aku membuat telur dadar, tapi──”
Satou-san
sengaja meletakkan mikrofon dan mulai bercerita. Dia serius.
“──Jadi,
saat satu sisi sudah matang dan aku mencoba melipatnya.”
“Melipat?
Bukan menggulung?”
“Ah,
di rumahku hanya ada wajan bulat biasa, jadi aku memang membuatnya datar dan bulat,
kemudian melipatnya menjadi dua, dan menumpuknya lagi
menjadi dua.”
“Jadi
kamu melipatnya dengan cara biasa, ya?”
“Iya.
Bentuknya jadi seperti crepe yang dipipihkan, tapi saat dijadikan bento, aku memotong bagian yang
kotak-kotak itu dan sisanya aku makan. Jadi, saat melipat, aku biasanya
mengetuk-ngetuk dengan tangan, ‘kan?”
Dia
menunjukkan cara mengetuk di pergelangan tangan kirinya yang memegang wajan,
seperti yang sering kita lihat di acara masak televisi.
Ketika melihat
gerakan tangan dan tatapannya, aku pikir dia menggeser telur dadar bulat yang
sudah diratakan ke sisi wajan, kemudian membalikkan pergelangan tangannya untuk
melipatnya. Begitulah cara dia melakukannya.
“Karena aku
tidak bisa melakukan itu, jadi aku menggunakan spatula..."
“Oh,
mungkin cara Saki-san jauh
lebih mudah ya.”
“Terus,
terus?”
Maaya mendesak.
“Aku jadi kesulitan, dan terlalu kuat
membalikkan pergelangan tangan sehingga telur dadar itu──”
“Terbang
sampai ke wajahmu!”
“Tidak,
itu terlalu berlebihan.”
Dia menceritakan
kisah lucu tentang bagaimana telur dadar itu terbang sampai ke dekat ibu jari
tangan kirinya yang memegang wajan dan sedikit terkena luka bakar.
“Tapi
aku segera mendinginkannya dengan air, jadi tidak masalah.”
“Kita memang
harus berhati-hati
ya.”
“Oke,
selanjutnya Saki.”
“Beberapa
waktu lalu, saat aku memanggang ikan sanma──”
“Dilarang
membahas masakan!"
“Kenapa!?”
“Karena
Saki pandai memasak, jadi tidak boleh. Kegagalan orang yang pandai memasak kedengarannya tidak menarik!”
“Jadi
harus cerita yang menarik!?”
Aku
merasa itu tidak adil. Selain itu, aku tidak merasa bahwa aku sangat pandai
memasak.
“Apa enggak ada yang lain, misalnya saja terkait dengan Asamura-kun.”
“Kenapa
namanya tiba-tiba diungkit?”
“Pacar!” (TN: Di sini Saki bilangnya
‘Kare’ dalam artian umum, sedangkan Maaya malah kayak merujuk panggilan
romantis)
“Bukan,
bukan begitu maksudku!”
Aduh, ini
malah menambah bensin ke api. Bahkan Satou-san
jadi terlihat bersemangat.
“Ayo
Saki, cepat beri kami bahan bakar!"
Apa yang sedang mereka rencanakan...? Karena kami
sekamar saat perjalanan sekolah, Satou-san
jadi sedikit tahu tentang hubunganku dengan
Asamura-kun. Apa yang harus kulakukan? Mereka sudah sangat menunggu-nunggu.
“As-Asamura-kun...”
Keduanya
menelan ludah. Apa yang harus kuperbuat, apa ada sesuatu yang terjadi?
“Beberapa
waktu lalu, saat membuat sup miso, aku
salah memasukkan garam dan gula!”
Suasana
tatapan Maaya
langsung berubah dingin. Bahkan dia sampai berkata dengan nada heran untuk
berhenti berbohong sesuatu
yang tidak realistis. Asamura-kun, tingkat kepercayaannya tinggi ya. Satou-san mencoba menenangkan dengan baik.
Hmm... kegagalan ya? Apakah ada yang terjadi?
“Kalau
begitu... Hmm, aku rasa aku cukup sering membaca resep dan buku masak, jadi aku
mengingat istilah memasak. Tapi, aku malah salah mengingat spatula sebagai 'wajan
balik'.”
“Rasanya
kayak Saki banget!"
Hah!? Bahkan Satou-san
juga setuju?