Kimizero Jilid 8 Bab 3.5 Bahasa Indonesia

Chapter 3.5 — Panggilan Telepon Panjang Antara Luna dan Nikoru

 

Ngomong-ngomong, Nikoru?

Hmm?"

“Aku pernah menanyakannya beberapa waktu yang lalu, tapi bagaimana perkembangan hubunganmu sama Nishina-kun?

“Tidak ada apa-apa, biasa saja, sama seperti yang sudah-sudah.

... Boleh aku bertanya sesuatu yang agak pribadi?

“Kenapa sungkan begitu sih. Kita berdua kan sahabatan.”

“Yah, memang sih! Tapi kita sudah bukan anak SMA lagi, jadi harus sedikit hati-hati 'kan!? Apalagi lewat panggilan telepon!”

“Haha. Tidak seperti dulu yang bisa ketemu setiap hari dan ngobrol. Dulu 'kan kita ketemu setiap hari dan telepon setiap malam, jadi rasanya aneh ya.”

“Beneran itu! Kenapa dulu kita bisa punya banyak topik pembicaraan sih?”

“Aku masih bisa ngobrol santai, tapi waktunya kurang cukup ya, karena kita sudah dewasa.”

“Iya 'kan! Aku juga begitu! Aku bisa ngobrol santai dengan Nikoru lho! Aku mau pergi ke pemandian air panas atau semacamnya dan mengobrol sampai pagi!”

“Enak tuh. Lain kali kita usahakan liburan bareng yuk!”

“Iya! ... Ah, tapi kalau liburan panjang seperti itu, mungkin lebih baik aku pergi dengan Ryuuto dulu...”

“Ah.”

“Untuk menebus kejadian yang di Okinawa itu...”

“Jujur aja, kalau cuma mau melakukan begituan, satu malam yang mana saja juga bisa, 'kan? Gimana kalau di akhir pekan? Ah, tapi kamu harus kerja dari pagi sampai malam di hari Sabtu-Minggu ya, Luna.”

“Kadang-kadang aku bisa mendapatkan libur di hari Sabtu, sekitar sebulan sekali.”

“Kalau begitu, bukannya itu bisa, 'kan?”

“Tapi kalau hari Sabtu, Ryuuto harus bekerja sampai malam, jadi ia seharian mengajar di sekolah bimbel.”

“Ah... Kalian tidak bisa menemukan waktu yang pas ya.”

“Rasanya memang tidak ada waktu yang tepat... Waktu aku pergi menemui pacar Onee-chan yang lalu itu juga sama.”

“Ah, yang pernah kudengar di pesan itu ya. Sama seperti kasusnya senpai, Luna memang suka bertindak sembarangan ya.”

“Habisnya, aku tidak bisa memaafkan pacar Onee-chan yang membuatnya menangis seperti itu!”

“Tapi syukurlah. Soal lirik lagunya, apa itu sudah ada kemajuan?”

“Iya, Ryuuto sepertinya sedang melihatnya... Tapi entahlah? Ryuuto juga bilang dia tidak tahu harus memberi saran apa, jadi dia ingin pendapat perempuan juga, lalu dia memperlihatkan videonya padaku... Tapi aku juga tidak terlalu paham...”

“Begitu ya? Kalau begitu, biar aku, si penyair agung Nikoru, yang melihatnya!"

“Eh? Ah, boleh juga tuh! Lagipula, kalau dipikir-pikir, Maria juga sedang magang di editor yang sama dengan Ryuuto, jadi bagaimana kalau kita semua memberi saran?”

“Wah, pasti jadi kacau deh, lucu!”

“Tapi kayaknya seru! Ayo kita coba!”

Jangan senang-senang gitu dong.

Bukan begitu! Aku hanya ingin Hanada-san menyelesaikan laguku, lalu aku ingin ia cepat-cepat pergi menemui Onee-chan!

Lalu, apa maksudmu saat kamu bilang 'pergi menemui pacar kakakmu' tadi?

Eh? ... Ah, iya! Saat pulang, aku diam-diam ngasih kode keras kepada Ryuuto, tapi suasananya jadi canggung!

Haha, lucu juga.

Tapi. karena aku terlalu samar-samar, jadi sama sekali tidak tersampaikan! Aku cuma terlihat jadi menyebalkan saja! Aku malu sekali!

Sudahlah, tidak apa-apa 'kan? Bilang saja dengan tegas, 'Aku ingin begituan, jadi ajak aku', daripada kode-kodean segala.

“Enggak mauuu! Kalau begitu, aku yang mengajaknya 'kan? Aku ingin Ryuuto sendiri yang mengajakku! Aku 'kan sudah bilang begitu!

Iya iya, dasar hati gadis kasmaran.

Kamu paham 'kan?!

Aku paham kok. Aku juga senang kalau senpai yang mengajakku. Memang, sebagai perempuan, kita ingin diminta oleh laki-laki, iya 'kan?”

Iya... Eh, bagaimana dengan Nishina-kun? Ah iya, aku ingin menanyakan itu sejak awal!

Haha, kita terlalu banyak topik nih!

Jadi, bagaimana dengan Nishina-kun? Jangan-jangan, kalian belum melakukannya?

Belum. Bahkan ciuman pun belum.

Apa?! Masih hanya berpegangan tangan saja?!

Iya.

Begitu ya...berarti...ini... Cinta yang murni ya?"

Begitulah.

Kalau Nikoru, meskipun Nishina-kun yang mengajakmu, kamu tetap tidak mau melakukannya 'kan? Kamu bilang tidak ingin suasana seperti itu lagi.

Hmm... Tidak, aku tidak keberatan. Dia 'kan pacarku. Kurasa itu yang paling alami.

Kalau begitu...

Tapi... Entah kenapa, aku merasa kalau Ren sendiri masih belum siap untuk itu? Aku juga sih...

“Apa maksudmu?

Saat bersama senpai, aku sangat ingin melakukannya... Bahkan saat kencan biasa pun, aku sudah basah duluan.

Wah, kamu berani sekali!

Tapi kamu paham 'kan?

Aku paham kok. ... Kalau aku, mungkin sekitar akhir kelas 2 SMA.

"Iya 'kan? Pasti ada masa-masa seperti itu saat kita menyukai seseorang, ‘kan? Tapi dengan Ren, aku masih belum sampai ke tahap itu.

...Itu berarti, kalau ditunggu, suatu saat akan datang?

Entahlah. Aku 'kan cuma pernah menyukai senpai.

...Tapi kamu juga menyukai Nishina-kun 'kan?

Iya. ... Aku menyukainya, sejak kami masih berteman dulu.

Tunggu, jangan-jangan kamu menyukainya bukan sebagai pacar, tapi 'sebagai teman'?

"...Aku juga tidak tahu.

Hah?! Lah, malah dari awal?!

Tapi 'kan, walaupun awalnya hanya 'suka sebagai teman', berubah jadi pacar itu hal yang biasa terjadi di dunia ini.

Iya, aku sering mendengar itu.

"Jadi, aku berencana untuk terus bersamanya, dan suatu hari nanti perasaanku padanya bisa berubah seperti perasaanku pada senpai.

Begitu ya... Tapi...

Hm?

“Aku jadi merasa kasihan dengan Nishina-kun. Karena ia tidak tahu kapan perasaan Nikoru bisa berubah.

...Iya, aku merasa bersalah setiap kali bertemu dengannya.

Nikoru...

Tapi, kalau aku sekarang memaksakan diri untuk maju... aku takut akan terasa seperti 'membiarkannya' ia melakukannya.

Ah! Itu sebaiknya jangan! Nanti kamu akan menyesal, tau!

Pengalaman pribadi?

Iya... Rasanya seolah-olah kalau hati ini terkikis. Dulu itu terasa normal dan kupikir itu cinta... Tapi sekarang, tidak lagi.

Apa laki-laki tidak pernah merasakan itu ya? Katanya mereka bisa melakukan begituan dengan gadis yang tidak mereka sukai.

Aneh ya.

“Jadi gadis tuh benar-benar merepotkan! Aku juga bingung dengan diriku sendiri.

Aku juga. Aku tidak menyangka aku akan menjadi perempuan yang menyebalkan seperti ini.

Luna dan yang lain terus-terusan menyia-nyiakan kesempatan, sih.

Iya, sih.

Makanya Kashima Ryuuto masih tidak punya pengalaman begituan, ya.

...Begitulah.

“Kalau gitu, mendingan kamu jangan harap dia akan bertingkah seperti laki-laki dari manga shoujo.

...Ya. Aku sangat setuju dengan itu, sekarang...

Kenapa bicara formal begitu?

“....Tapi, aku ingin.... Ryuuto sendiri yang...mulai mengajakku begituan.”

“Ahaha, kenapa kamu jadi kaku begitu?”

...Tapi, aku sangat ingin Ryuuto mengungkapkan perasaan aslinya padaku. Aku ingin ia tidak perlu menahan diri. Walaupun tidak keren, aku ingin dia menunjukkan semuanya padaku.

Luna...

“Karena aku sudah siap menerimanya apa adanya."

 

 

Sebelumnya Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama