Kimizero Jilid 8 Bab 3 Bahasa Indonesia

Chapter 3

 

 

Musim gugur telah tiba, dan cuaca sudah mulai dingin meskipun hanya mengenakan baju lengan pendek.

Semester baru di universitas pun dimulai, dan aku kembali ke dalam rutinitas sehari-hariku untuk berkuliah dan bekerja paruh waktu.

 

Kemudian, pada suatu hari Minggu.

Aku dan Luna turun di stasiun di daerah yang tidak kami kenal ketika waktunya menjelang sore hari.

──Hei, aku berhasil menemukannya! 'Rai-kun'! Si detektif yang memberitahuku bahwa ia membantu pengiriman makanan di restoran keluarga di Atsugi!

Beberapa hari yang lalu Luna meneleponku untuk melaporkan itu.

──Aku benar-benar ingin mengatakan sesuatu. Aku ingin bertanya kepadanya alasan mereka putus dan meminta maaf kepada Onee-chan. Setelah itu, aku ingin ia mengucapkan Terima kasih selama ini. Aku ingin ia memberinya kata-kata yang bisa membuat Onee-chan melangkah ke depan. Karena laghipula, Onee-chan benar-benar menyayangi pacarnya.

──Apa kamu sudah memberitahu kakakmu kalau kamu berhasil menemukan keberadaan pacarnya?

──Belum. Aku melakukannya atas inisiatifku sendiri, dan kurasa keadaan saat ini lebih baik kalau dia tidak mengetahuinya.

──Begitu ya...

──Aku akan pergi menemui 'Rai-kun'.

──Hah?!

──Maria sudah melarangku untuk melakukan hal sembarangan seperti ini meski aku sudah meminta bantuan detektif, dan juga dilarang untuk menemuinya karena akan berbahaya. Tapi... aku benar-benar tidak bisa memaafkannya. Aku ingin mengatakan sesuatu sebagai pengganti Onee-chan.

──Jadi kamu sudah memutuskannya, ya?

──Ya. Karena aku sudah membayar mahal untuk meminta bantuan detektif. Aku harus pergi menemuinya, tidak ada artinya jika aku tidak melakukannya.

──... Oke, kalau begitu aku juga akan ikut.

──Eh?! Ryuuto, kau mau ikut denganku juga?

──Karena aku khawatir denganmu, Luna.

──... Ryuuto... Terima kasih...

Bagaimanapun juga, orang yang akan kami temui adalah seorang pria yang tega membuang pacarnya yang telah bersama dengannya selama tiga tahun. Meskipun aku ikut, dia mungkin saja meledak marah, dan itu memang menakutkan. Tapi, lebih baik daripada membiarkan Luna pergi sendirian dan khawatir.

 

Jadi, kami pergi menemui Rai-kun yang adalah mantan pacar kakak Luna, Hanada Raion, berusia 23 tahun.

Kami sudah mendapat informasi dari kakak perempuan Luna bahwa dia berasal dari Atsugi, dan kami juga menemukan informasi tentang sekolah lamanya dari media sosial. Oleh karena itu, biaya detektif yang diperlukan juga tidak terlalu mahal.

Orang tuanya bercerai saat ia masih kecil, ayahnya meninggal segera setelah itu, dan ibunya, yang selama ini mengasuhnya, menikah lagi setelah ia lulus SMA dan memiliki keluarga baru.

Saat ini, Raion tinggal di rumah pamannya, yang merupakan kakak laki-laki dari ibunya. Paman Raion menjalankan restoran Tiongkok tradisional yang telah diwariskan dari orang tuanya, dan saat ini Raion membantu untuk mengurus pengiriman makanan di restoran tersebut.

Informasi ini diperoleh oleh detektif dan disampaikan kepada Luna, dan aku mendengarnya darinya saat dalam perjalanan.

... Sepertinya ia tidak memiliki kehidupan keluarga yang baik...

Saat berjalan menuju restoran Tiongkok tersebut dari stasiun, aku menyuarakan pikiranku.

“....Tapi itu bukan alasan untuk meninggalkan pacarnya dengan sembarangan."

Luna menanggapinya dengan suara keras tanpa memandangku.

Sepertinya dia benar-benar tidak bisa memaafkan pacar kakaknya yang telah menyakiti kakaknya yang sangat dia sayangi.

“Onee-chan memang sering sedih setiap kali putus dengan pacarnya... Tapi baru pertama kalinya dia sampai ingin bunuh diri.

Tampaknya itulah yang paling mengejutkan baginya. Luna menggigit bibirnya.

“Sepertinya dia sangat mempercayai pacarnya itu. Aku benar-benar tidak bisa memaafkan 'Rai-kun' yang telah mengkhianati kepercayaan kakakku yang sangat mencintainya dan penuh kasih sayang itu.

Luna memang sering melakukan tindakan ekstrem demi orang-orang terdekatnya, seperti menyeret Sekiya-san yang ditemuinya di jalan untuk meminta bantuan agar bisa berbaikan dengan mantan pacarnya, Yamana-san.

Aku tidak menyangka kalau dia benar-benar akan menyewa detektif, tapi aku yang telah memberinya ide, jadi sekarang kami harus bertekad untuk menyelesaikannya.

 

Ketika matahari mulai terbenam dan suasana mulai remang-remang, kami akhirnya tiba di tempat tujuan.

Restoran Tiongkok itu berada di kawasan perumahan, sekitar 20 menit berjalan dari stasiun. Di tengah pertokoan yang tampak lesu, dengan hanya ada minimarket dan agen properti yang masih buka, restoran ini terlihat sebagai satu-satunya toko tradisional yang masih bertahan.

Dengan gorden merah memudar, pintu geser kaca buram yang tebal, restoran ini terlihat sangat kental dengan nuansa restoran Tiongkok tradisional, tertata dengan sedemikian rupa seolah-olah ini adalah lokasi syuting drama kolosal.

Setelah kami berdiri di bayang-bayang tiang listrik selama beberapa saat, akhirnya sebuah sepeda motor tua melaju dari jalan raya dan berhenti di depan restoran. Sepeda motor dengan kotak besi tua di belakangnya, seperti yang sering muncul dalam drama klasik.

Dari sepeda motor itu, turun seorang pria kurus yang masih mengenakan helm, lalu masuk ke dalam restoran.

...Itu dia! Yang barusan itu, 'Rai-kun'! Apa kamu melihatnya!

Eh?!"

Aku yang sedang melamun, tiba-tiba dibuat terkejut saat lenganku ditarik oleh Luna.

Itu dia, 'Rai-kun'! Sama persis seperti di foto!

“Be-Begitu ya...

Aku kagum dengan kemampuan pengamatannya yang bisa mengenali orang hanya dari balik helmnya saja.

Sepeda motor yang dikendarai oleh seseorang yang diduga Hanada Raion, keluar masuk toko beberapa kali.

Tepat pukul 19:58, saat ia pergi meninggalkan toko, Luna berkata,

"Kurasa itu pengiriman terakhirnya. Restorannya tutup jam 8 malam sesuai yang tertulis di internet.

Begitu ya...

Ketika sepeda motor itu kembali setelah pukul 20:00, Luna mendekati toko. Aku juga terburu-buru mengikutinya.

Permisi!

Luna menyapa dengan nada yang tidak terlalu bersahabat.

Ya?

Pria yang turun dari sepeda motor itu menanggapi dengan nada suara yang agak bingung.

“Aku adalah adik dari Shirakawa Kitty.

...

Meskipun ekspresinya tidak terlihat dengan jelas karena masih mengenakan helm, tampaknya ia sangat terkejut dengan perkenalan Luna.

“Aku ingin berbicara mengenai kakak perempuanku.

Dia terdiam sejenak, lalu melihat-lihat sekitar sebelum menjawab.

Bisakah kita bicara sekitar 30 menit lagi?

Baik. Kamu tahu restoran keluarga di belokan jalan besar itu, ‘kan? Kami akan menunggu di sana.

...Baiklah.

Tolong pastikan kamu datang ya? Kalau kamu kabur, aku akan datang mengunjungi restoran ini lagi.

Luna memperingatkannya dengan tegas, lalu menatapnya dengan tajam.

 

◇◇◇◇

 

Ia akhirnya datang ke restoran keluarga tepat 30 menit setelah kami menyuruhnya.

Karena saat itu jam makan malam, aku dan Luna sudah lebih dulu memesan makanan karena kami mulai lapar. Seolah-olah menunggu kami selesai, ia muncul di meja kami.

.....”

Ia berdiri di hadapan kami tanpa mengatakan apa-apa, lalu duduk di kursi dengan ragu-ragu. Kami duduk di salah meja untuk empat orang, sementara Luna dan aku duduk bersebelahan di satu sisi, dan dia duduk di hadapan kami, kira-kira di antara aku dan Luna.

Ia memiliki badan yang kurus dan mungkin sedikit lebih pendek dariku. Gaya rambutnya yang mirip jamur, sepertinya sudah lama tidak dipotong sejak terakhir kali dipotong oleh kakaknya Luna. Karena gaya rambutnya, ia terlihat jauh lebih muda dari usianya.

Ditambah dengan kontur wajahnya yang putih, tanpa banyak garis wajah, membuatnya tampak rapuh. Penampilannya yang mengenakan sweater gombrang, celana hitam, dan sepatu kets, terlihat seperti remaja pada umumnya. ...Mungkin aku tidak boleh berkata begitu.

Dari informasi yang aku dengar bahwa ia adalah seorang musisi yang disponsori oleh pacarnya, aku sempat memiliki prasangka negatif bahwa ia terlihat pembohong. Tapi dari sikapnya yang canggung dan pendiam, sepertinya ia adalah orang yang tampak lebih sensitif dan pemalu.

“Namaku Shirakawa Luna, adik dari Shirakawa Kitty. Dan ini, pacarku...

“Aku Kashima Ryuuto.

Saat kami berdua memperkenalkan diri, dia mengangguk kecil.

...Namaku Hanada Raion.

Saat ia memperkenalkan dirinya, Luna menatapnya dengan tajam.

Kalau kamu tidak keberatan, silakan ambil minuman dulu. Aku sudah memesan minuman dari bar minuman.

Tetapi, ia tetap menggelengkan kepalanya.

Tidak usah, terima kasih."

Kalau begitu, mau pesan makanan lain?

Air saja cukup... Soalnya aku tidak punya uang.

Setelah mendengar itu, Luna menghela napas dengan lelah.

“Aku yang akan membayarnya, jadi setidaknya minumlah sesuatu.

...Terima kasih.

Setelah mengatakan itu, ia bangkit dari tempat duduknya dan ketika kembali, dia membawa segelas minuman berwarna hijau gelap seperti jus bayam. Memangnya ada minuman yang aneh seperti itu?

...Itu apa?

Aku tidak bisa menahan diri untuk bertanya karena penasaran.

Raion-san melirikku sebentar sebelum menjawab.

Ini campuran Coca-Cola dan soda melon. Aku sudah menyukainya sejak dulu.

Ah, begitu ya...

Memang dulu pernah ada minuman seperti itu, tapi di suasana tegang begini, memesan minuman aneh dari bar minuman dan ditambah lagi memakai uang orang lain sepertinya ia agak aneh.

Saat Raion-san duduk di kursinya dan meneguk minuman, Luna segera memulai pembicaraan.

Kenapa kamu tiba-tiba meninggalkan Onee-chan?

Raion-san memandang Luna dengan terkejut.

Ak-Aku tidak meninggalkannya!

Ia berkata dengan panik, lalu menyadari tatapan tajam Luna dan menundukkan matanya.

... Tapi, jika aku tetap di sana, aku merasa akan menjadi orang yang tidak berguna.

Tidak berguna? Apa maksudmu?

Sementara Luna terus memperhatikannya, Raion-san mulai berbicara seperti anak yang dimarahi.

... Aku akan berusia 24 tahun tahun ini. Teman-teman sekelas yang lain sudah pada menikah dan bahkan ada yang sudah punya anak, tapi aku masih terus menjadi 'penulis lagu mandiri' begini... Aku tahu dalam pikiranku bahwa aku tidak bisa terus menjalani hidup seperti ini selamanya.

Ah, jadi ia memang sudah menyadarinya.

Tapi Kitty-chan selalu mendukung impianku... Dia selalu menyemangatiku dengan mengatakan 'Rai-kun pasti bisa!'. Meskipun dia bekerja seharian dan pulang dalam keadaan lelah, dia masih peduli padaku dan merawatku... Padahal aku tidak melakukan apa-apa.... aku jadi merasa bersalah.

Jadi itulah sebabnya kamu melarikan diri dari Onee-chan?

Melarikan diri...

Raion-san mengulangi kata-kata Luna dan wajahnya berubah sedih.

... Mungkin saja iya begitu.

Kemudian, saat Luna membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu,

Tapi aku berencana untuk menjemputnya!

Ujar Raion-san.

Menjemputnya? Kapan?

Luna bertanya dengan wajah tegas.

Raion-san menundukkan kepala dan membuka mulutnya.

Setelah tiga bulan... Aku belum pernah bertahan di satu pekerjaan selama tiga bulan. Aku ingin menemuinya sebagai seorang pria dewasa yang bisa melindungi Kitty-chan.

...Lantas, kenapa kamu tidak mengatakannya dulu kepada Onee-chan sebelum pergi meninggalkannya? Kamu bahkan memblokir LINE-nya... Jadi dia pasti berpikir kalau kamu sudah memutuskannya.

Raion-san mengernyitkan keningnya dengan sedih.

... Tapi aku tidak punya pilihan lain. Jika aku mengatakannya pada Kitty-chan, dia pasti akan berkata 'Rai-kun juga bisa tetap seperti biasanya kok', dan aku pasti akan kembali menggantungkan diri padanya, dan tidak ada yang berubah dari kehidupanku yang sebelumnya.

Mengingat tingkah laku dan perkataan kakak perempuan Luna, aku merasa kalau ucapannya itu mungkin ada benarnya.

Setiap kali aku bilang 'aku akan mulai bekerja', Kitty-chan selalu mendukungku, tapi setelah mencobanya, ternyata pekerjaan tersebut tidak cocok denganku dan langsung berhenti... Aku sudah kebanyakan menghabiskan 'kesempatan terakhir' seperti itu, dan jika lagi-lagi tidak bertahan, aku hanya akan mengecewakannya. Aku tidak punya lagi kewenangan untuk berbicara tanpa hasil nyata.

Raion-san berbicara dengan kepala tertunduk dan terbata-bata.

Saat ini aku sedang bekerja di restoran pamanku... Itu adalah restoran masakan Tiongkok yang tadi. Sekarang aku bekerja sebagai kurir, tapi putri pamanku yang juga sepupuku—dia bekerja di kota, dan tidak berminat untuk melanjutkan usaha tersebut. Jadi pamanku bilang, jika aku bekerja dengan serius, ia akan mengajariku memasak untuk bisa melanjutkan bisnis restoran. Aku memang lulusan sekolah kuliner, tapi kenapa aku ingin jadi penulis lagu, ceritanya panjang... Maaf, aku memang bukan pembicara yang baik. Apa kamu mengerti?

“Aku kurang lebih paham.

Selain itu, aku juga mulai merasakan kalau ia bukanlah orang jahat. Sikapnya yang masih kekanakan saat bermain di bar minuman juga, mungkin menunjukkan kalau ia adalah orang yang polos.

Luna juga tampaknya berpikir demikian, karena ekspresi marahnya perlahan-lahan berubah menjadi ekspresi khawatir seperti orang tua yang cemas pada anaknya.

... Sudah berapa lama kamu bekerja dengan pekerjaan yang sekarang?

Segera setelah aku pergi dari rumah Kitty-chan... Kurasa sudah sekitar satu setengah bulan? Masih setengah dari targetku.

“Apa kira-kira kamu bisa bertahan selama sisa satu setengah bulan lagi?"

Saat mendengarnya, aku berpikir bahwa ia harus bisa bertahan lebih lama dari itu. Raion-san balas mengangguk.

... Aku tidak tahan dimarahi.... Jika atasan menegurku, aku jadi ingin kabur. Tapi paman dan bibi sangat baik, mereka mengajari satu per satu hal-hal yang tidak aku ketahui tentang norma sosial, meskipun sikapku terkadang tidak sopan. Aku benar-benar bersyukur dengan kebaikan mereka.

Aku melihat senyum samar terukir di wajahnya untuk pertama kalinya, menunjukkan bahwa ia memang baik-baik saja di sana bersama paman dan bibinya.

Tapi Luna masih tidak berhenti menginterogasinya.

Lalu bagaimana jika sebelum tiga bulan berlalu, Onee-chan sudah punya pacar baru?

Ekspresi Raion-san kembali menjadi sedih mendengar pertanyaan itu.

... Aku memang pergi dengan niatan untuk berpisah. Jadi, walaupun itu terjadi, aku akan menerimanya. Aku tahu aku sudah melakukan hal yang cukup menyakitkan.

Tampaknya ia memang benar-benar memahaminya. Ia tidak terlihat seperti orang yang tak tertolong seperti yang kubayangkan.

Tapi aku berpikir bahwa aku tidak bisa terus begini. Satu-satunya cara untuk mengubah diriku adalah dengan melakukan ini. Jika aku tetap tinggal di sana, aku akan terus terlalu fokus pada Kitty-chan yang terlalu baik padaku, dan tidak akan memikirkan masa depanku sendiri.

Mengingat penampilan kakak perempuan Luna yang montok dan feminim, aku bisa memahami perasaan Raion-san sebagai seorang laki-laki. ... Tapi aku tidak berani mengatakannya kepada Luna.

... Jadim apa kamu sudah tidak berminat lagi menjadi penulis lagu?

Aku pun bertanya.

Restoran Tiongkok itu sepertinya cukup berkembang, jadi jika ia serius meneruskan usaha itu, sepertinya ia takkan punya waktu lagi untuk aktivitas musiknya.

Raion-san kembali menunduk sedikit saat menjawab.

Jika aku benar-benar bekerja keras, aku akan menyerah. ... Tapi sebelum itu, aku ingin membuat satu lagu terakhir yang benar-benar mencerminkan diriku saat ini, dan dengan lagu itu, aku ingin menjemput Kitty-chan.

... Lagu itu, apa itu sudah jadi?

Melodinya sendiri sudah selesai. ... Tapi aku sama sekali belum bisa menyelesaikan liriknya.

Ia berkata demikian sambil tersenyum kecut.

Seperti yang kamu lihat, aku memang payah dalam menyampaikan perasaan dan pikiranku pada orang lain. Aku berpikir jika aku menyanyikannya, aku bisa mengungkapkan apa yang ingin kukatakan lewat melodi. Tapi... aku mempunyai banyak perasaan yang ingin kusampaikan kepada Kitty-chan sehingga sulit untuk menuangkannya ke dalam lirik.

“Kamu bukannya payah

Pada saat itu, Luna menyela dengan nada menenangkan.

“...Dari tadi, aku sudah bisa mengerti sebagian besar yang ingin kamu katakan.

... Itu mungkin karena kamu menanyakan banyak hal padaku. Tapi, kalau mengungkapkannya sendiri memang sangat sulit.

Aku pun sedikit tersentak ketika mendengar itu. Kesulitan mengungkapkan sendiri adalah sesuatu yang baru-baru ini juga kurasakan dalam hubunganku dengan Luna.

... Tapi setelah kamu berhassil bertahan selama tiga bulan, aku ingin kalau Hanada-san bisa segera menemui Onee-chan secepat mungkin.”

Luna berkata demikian dengan ekspresi memohon.

... Onee-chan terlihat sangat terluka. Karena kamu pergi tanpa mengatakan apa-apa...

Setelah mendengar hal itu, ekspresi Raion-san kembali menjadi sedih.

Aku memang merasa bersalah. Tapi saat ini pikiranku masih terlalu dipenuhi dengan diriku sendiri.

Setelah mengatakan itu dan terdiam sejenak, ia kembali bersuara.

Aku benar-benar sedang memikirkan masa depanku bersama Kitty-chan.

Ia menatap ke arah meja dengan ekspresi yang serius dan berkata,

Jika aku meneruskan bisnis resstoran itu, aku berharap Kitty-chan bisa ikut membantu di restoran sama seperti yang dilakukan bibiku sekarang. Tapi... jika Kitty-chan ingin tetap menjadi penata rambut, ada banyak tempat kosong di sekitar sini yang bisa dia gunakan untuk membuka salon sendiri. ... Untuk itu, aku harus membuat restoran ini sukses dan menghasilkan uang untuk membiayainya.

.....

Aku terkejut karena tidak menyangka dia memiliki rencana sejauh itu, sehingga membuatku jadi terdiam.

Dari ekspresi Luna yang ada di sampingku, aku tahu dia juga memiliki pemikiran yang sama.

Aku tidak bisa mengungkapkan semua rencana itu sebelum pergi dari rumah... karena aku tidak percaya diri dengan diriku sendiri saat ini.

Setelah mendengar itu, aku tersentak. Aku juga baru-baru ini memikirkan hal yang sama.

Jadi setelah bekerja selama tiga bulan... dan menjadi sosok yang baru, aku ingin membuat lagu yang benar-benar mewakili perasaanku, dan menyanyikannya untuk Kitty-chan.

Ketika aku dan Luna yang mendengarkan dengan seksama, Raion-san berbicara dengan nada tulus.

Kitty lebih berhak untuk bahagia dari siapa pun. Dia benar-benar wanita yang baik. Jadi aku ingin 'menunjukkan pada Kitty bahwa aku berbeda dari mantan pacarnya yang lain, dan akan benar-benar membuatnya bahagia'. Tapi setiap kali aku berpikir bahwa dari sudut pandang orang luar, aku hanyalah seorang parasit tanpa pekerjaan, dan lebih rendah dari mantan pacarnya yang punya pekerjaan sehingga aku menjadi malu.

Berbeda dari mantan-mantan pacarnya.

Saat Raionne mengatakannya, aku kembali tersentak untuk kesekian kalinya. Perasaan itu sama dengan perasaan yang kumiliki saat mulai berpacaran dengan Luna.

Tapi karena aku belum mencapai apa pun, aku tidak bisa mengatakan apa-apa, dan satu-satunya jalan adalah pergi diam-diam dari rumah.

... Aku paham perasaanmu, Hanada-san,

Luna berkata demikian.

Memangnya menulis lirik sesulit itu ya?

Ya... Seperti yang sudah aku ceritakan tadi, aku memang lebih lemah dalam menulis lirik dibandingkan komposisi. Dan dengan rutinitas kerja seharian dari pagi sampai malam, tubuhku selalu lelah saat pulang, jadi aku hanya tidur. Kalau ada orang yang bisa diajak bicara, mungkin aku bisa lebih semangat untuk mengerjakannya.

Begitu ya..."

Luna mengernyitkan alis dengan ekspresi kecewa. Dia pasti ingin Raion-san segera menjemput kakaknya, tapi hatinya terasa risau.

Aku juga merasakan hal yang sama.

──Aku berbeda dari mantan-mantan pacarnya.

Meski ia memiliki pemikiran itu, ia tidak bisa mewujudkannya, dan hanya bisa pergi meninggalkan pacarnya sekaligus menyakiti hatinya.

Aku juga...

──Aku berbeda dari mantan-mantan pacarnya.

Empat tahun yang lalu, saat di kamar Luna, aku memutuskan untuk tidak melakukan tindakan s*ksual apapun untuk menunjukkan pemikiranku secara tindakan. Aku bertekad untuk benar-benar menghormati keinginan Luna dalam hal hubungan fisik.

Tapi karena itulah, sekarang aku... menderita.

Aku ingin melakukannya. Tapi aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku takut mengungkapkannya... Apa aku boleh mengatakan hal itu, sementara aku bukanlah orang yang bisa bertanggung jawab jika terjadi sesuatu? Pemikiranku menjadi rumit dan akhirnya aku tidak bisa melakukan apa-apa dan hanya bisa berkeluh kesah.

Aku ingin membantu Raion-san untuk menyelamatkan diriku sendiri juga.

Mungkin itulah perasaan yang kumiliki.

Mari kita lakukan, menulis lirik. Jika kamu tak keberatan, aku akan ikut membantumu.”

Tanpa disadari, aku sudah mengatakannya.

Eh?

“Ryuuto?

Raion-san dan Luna melihatku dengan terkejut.

Aku, meskiput terlihat begini... bekerja di bagian redaksi penerbit. Aku hanya sebagai pekerja paruh waktu, jadi kebanyakan hanya mengerjakan pekerjaan remeh. Tapi... mungkin aku bisa memberikan beberapa saran sebagai calon editor.

Itu hampir seperti kebohongan, karena aku hampir tidak pernah menyentuh tugas editorial, tapi aku mengatakannya agar Raion-san merasa tenang.

Aku sendiri terkejut dengan antusiasme yang muncul dalam diriku.

Tapi itu bukan masalah orang lain.

──Mengungkapkannya sendiri... memang sangat sulit.

──Aku tidak bisa mengungkapkan semua rencana itu sebelum pergi dari rumah... karena aku tidak percaya diri dengan diriku sendiri saat ini.

──Aku berbeda dari mantan-mantan pacarnya.

Perasaan itu memang benar-benar ada dalam diriku.

Jadi aku berharap Raion-san bisa melaluinya dan menjadi pria yang pantas untuk menjemput kakaknya Luna. Itu adalah harapanku sebagai sesama pria dalam situasi yang sama.

Benarkah...? Terima kasih banyak, itu sangat membantu!

Raion-san menatapku dengan pandangan seperti melihat seorang penyelamat, sambil mengucapkan terima kasih.

Tanpa perhitungan atau rencana apa pun, aku hanya mengangguk penuh semangat ke arahnya.

──Kupikir kamu bisa menjadi seorang editor yang baik loh, Kashima-kun.

Mungkin kata-kata yang sering diucapkan Fujinami-san kepadaku, tanpa dasar yang jelas, memberi kepercayaan diri yang tidak beralasan.

“Aku berharap Raion-san bisa membuat lagu terbaik, dan satu setengah bulan kemudian, datang menemui Kitty-san dengan bangga...

Raion-san mendengarkan kata-kataku dengan pandangan serius.

... Terima kasih banyak! Aku akan berusaha sebaik-baiknya!

Ia membalas demikian sambil membungkuk dalam-dalam kepalanya.

 

◇◇◇◇

 

Saat kami keluar dari restoran keluarga dan hendak melakukan perpisahan, Raion-san tiba-tiba mengatakan sesuatu kepada kami.

“Ngomong-ngomong, bagaimana kalian bisa tahu aku ada di sini? Aku rasa aku belum memberitahu Kitty-chan nama restoran pamanku.

Setelah mendengar itu, aku dan Luna saling berpandangan.

... Itu, aku punya teman yang tinggal di sekitar sini, dan kebetulan melihat Hanada-san saat datang main!

“Be-Benar sekali, kalau tidak salah kakakmu pernah menunjukkan foto pacarnya kepadamu, ‘kan, Luna? Itulah sebabnya kami jadi mengetahuinya.

“Bener banget, bener banget!”

Kami berdua langsung mencari-cari alasan di tempat.

Oh, begitu ya. Kebetulan yang menakjubkan seperti itu beneran ada, ya.

Raion-san berkata dengan nada terkesan sembari memasang wajah kaget.

Melihat dirinya yang tidak curiga sama sekali, aku berpikir bahwa ia memang orang yang tulus dan polos. Sebelum bertemu dengannya, aku heran kenapa kakak perempuan Luna membiayai pria yang terlihat gagal, tapi sekarang aku mengerti ada sisi yang baik darinya.

Si Onee-san juga terlihat seperti orang yang agak kekanakan dan polos, jadi mereka mungkin pasangan yang cocok.

Baiklah, terima kasih banyak atas makanannya. Aku akan langsung pulang dan mulai bekerja keras untnuk menulis liriknya.

Setelah berkata begitu, ia berbelok ke arah pertokoan di jalan utama dan menghilang dari pandangan kami.

 

Setelah tersisa hanya tinggal kami berdua, kami berjalan dalam diam menuju stasiun.

...

──Raion-san ternyata orang yang lebih baik dari yang kubayangkan, ya.

──Syukurlah, Onee-san tidak benar-benar dicampakkan.

Aku memikirkan kalimat mana yang paling tepat untuk memulai pembicaraan, tapi akhirnya memutuskan untuk menunggu Luna berbicara.

Saat memeriksa waktu sebelum keluar tadi, waktu sudah menunjukkan lewat setengah sembilan malam.

Kami masih bisa sempat naik kereta terakhir. Meski mungkin aku tidak boleh mengantar Luna sampai rumah, tapi dalam situasi semacam ini kurasa dia bisa naik taksi saja.

Kami juga sudah selesai makan malam, jadi tidak ada lagi urusan di kota ini.

Kami hanya bisa kembali ke Tokyo dengan kereta, dan sampai rumah mungkin sudah dini hari.

Luna harus bekerja di toko pakaian besok pagi.

Dengan kata lain, kami tidak punya pilihan lain selain harus segera pulang.

Apapun yang aku pikirkan, hanya kesimpulan itu saja yang bisa kudapatkan.

...

Aku penasaran apa yang sedang dipikirkan Luna ketika aku berjalan dalam diam di sampingnya.

Saat aku berpikir begitu, Luna menoleh ke arahku, dan pandangan mata kami bertemu.

... Terima kasih, Ryuuto,”

Dia mengatakan itu dengan menunjukkan sedikit senyum lembut.

Aku senang Ryuuto ada di sini bersamaku.

Namun, beberapa saat kemudian, ekspresinya tiba-tiba berubah samar.

... Itu yang selalu kurasakan selama empat tahun ini.

Sambil menghadap ke depan, Luna mengangguk meyakinkan diri sendiri.

... Ya. Hanya dengan adanya kamu di sampingku saja, aku sudah sangat bersyukur. Kupikir aku harus berterima kasih untuk itu...aku sudah berpikir demikian.

Luna...?

Melihatku yang masih belum memahami maksud perkataannya, Luna tersenyum menenangkan.

Aku sudah tahu dengan baik seperti apa dirimu, Ryuuto... Dan aku juga tahu bahwa tidak ada lagi hal mengejutkan yang bsia terjadi.

Meskipun ekspresinya menjadi tegang pada kalimat terakhir, Luna tetap mempertahankan senyumannya.

Tapi, aku tetap menyukaimu, jadi aku ingin terus berada di sampingmu selamanya, Ryuuto.

Saat aku merasa senang mendengarnya, Luna terus melanjutkan.

Awalnya aku berpikir, 'jika ada sesuatu yang ingin dilakukan, kita berdua harus mengungkapkan perasaan masing-masing dengan jelas'. Tapi... Jika harapanku adalah 'aku ingin pacarku memberi kejutan', lalu aku meminta kekasihku untuk memberi kejutan, bukannya hal itu bukan lagi dianggap sebagai kejutan?

“Iya juga...?”

Di dalam drama, kita bisa membuat karakter pria sebanyak mungkin kalimat yang kita inginkan seperti, 'Aku berharap pacarku akan mengatakan ini padaku'...tapi pada kenyataannya tidak bisa begitu.

... Luna, apa aku... melakukan sesuatu yang salah?

Atau mungkin karena tidak melakukan sesuatu?

Aku bertanya dengan cemas.

Luna langsung menggelengkan kepalanya dengan terkejut.

Ah, tidak, maaf. Itu hanya... semacam monolog untuk meyakinkan diriku sendiri. Aku memang kurang pandai berpikir dalam diam, jadi aku mencoba menjelaskan dan menjernihkan pikiranku.

Dia mengatakan itu sambil tersenyum meyakinkan.

Satu-satunya hal yang ingin aku sampaikan kepada Ryuuto hanyalah bagian ‘Terima kasih’ saja.

Bangunan stasiun sudah terlihat di depan mata.

 

◇◇◇◇

 

Walaupun beberapa hari telah berlalu ssejak pertemuan kami dengan Raion-san, aku masih belum bisa memahami sepenuhnya arti kata-kata Luna.

Kami tidak bertengkar, tidak ada suasana canggung, dan kami bahkan mengobrol seperti biasa saat perjalanan pulang dengan kereta.

Tapi aku merasa ada sesuatu yang mengganjal.

Jika saja aku bisa berkonsultasi dengan Sekiya-san di saat-saat seperti ini. Sekiya-san baru akan kembali saat liburan musim semi. Ini bukanlah topik yang harus kusampaikan lewat telepon atau pesan.

Setelah dipikir-pikir lagi, aku tidak punya orang lain yang bisa kuajak bicara tentang Luna.

Malahan, akulah yang paling sering dimintai nasihat soal wanita oleh yang lain. Seperti Icchi yang tiba-tiba meneleponku saat aku sedang di Okinawa.

Karena orang-orang di sekitarku adalah teman-teman laki-laki yang kurang gaul, jadi aku dianggap yang paling bisa diandalkan di antara mereka karena sudah lama berpacaran.

 

Yang paling tipikal dari mereka, bahkan bisa dibilang bos terakhirnya, adalah Kujibayashi-kun.

 

Bagaimana perkembanganmu dengan Kurose-san setelah itu?

Suatu hari saat jam istirahat makan siang di kantin yang enak dengan menu kari katsu, aku bertanya pada Kujibayashi-kun yang makan di hadapanku.

Sebenarnya Kujibayashi-kun sendiri tidak meminta aku untuk memberi nasihat soal urusan Wanita, jadi ini murni karena perhatianku.

Tapi masalah Kurose-san ini, akulah yang mengenalkan mereka, dan baik Kurose-san maupun Kujibayashi-kun sama-sama kurang berpengalaman soal lawan jenis, jadi kurasa sebaiknya aku memantau perkembangannya.

Aku tahu betul tentang mereka berdua, dan aku tidak ingin mereka jadi saling menjauhi hanya karena tidak saling memahami kelebihan masing-masing.

Dan aku yakin, jika dibiarkan begitu saja, mereka pasti akan saling menjauhi.

... Bagaimana apanya?

Kujibayashi-kun menghentikan makannya dan bertanya padaku dengan tatapan waspada dari balik kacamatanya.

Apa kalian sudah bertukar pesan LINE atau apa setelah itu?

... Setelah pulang, daku menerima ucapan terima kasih darinya, jadi daku mengirimkan pesan balasan.

Begitu ya.

Kurasa itu sudah cukup baik, tapi mengingat perilaku Kijibayashi-kun waktu itu, tiba-tiba aku merasa khawatir.

... Kalau boleh, apa kamu bisa perlihatkan percakapan LINE-nya sebentar?

Tidak masalah.

Kujibayashi-kun lalu mengeluarkan ponselnya dari saku dan menunjukkan percakapan LINE yang terbuka di layar.

Percakapan terakhir tampak di sana, dengan tanggal sehari setelah pertemuan acara makan malam.

 

[Maria]

Terima kasih sudah menyempatkan waktu kemarin

Aku banyak belajar

Aku juga harus belajar dari Kujibayashi-kun

 

[Kujibayashi Haru]

Jika itu hanya sekedar harus belajar, maka kamu tidak perlu memaksakan diri

Universitas bukan tempat pendidikan wajib

 

[Maria]

Ada benarnya juga...

 

...!?

Aku tidak bisa mempercayai penglihatanku karena saking terkejut melihatnya.

Percakapan mereka berakhir di situ.

Hei, apa-apaan ini, Kujibayashi-kun!?

Hm?

Kenapa kamu membalas seperti itu!?

Tidak, bagaimana mungkin dia bisa membalas seperti itu kepada gadis yang disukainya!?

Apa kamu tidak menyukai Kurose-san?

Kujibayashi-kun mengerutkan alisnya seakan ia tidak mengerti maksud ucapanku.

Aku tidak akan membalas orang yang tidak kusukai.

Tidak, mustahil! Perasaanmu takka tersampaikan kalau hanya segitu!

Jelas ada nada menyesal dan frustasi dalam balasan Ada benarnya juga... dari Kurose-san.

Sebagai mahasiswa sastra, seharusnya Kujibayashi-kun bisa memahami hal itu karena memiliki pemahaman bacaan yang sangat baik. Kenapa ia tidak memahaminya?

... Kamu tidak berniat membiarkan ini begitu saja, kan?"

Sudah hampir satu bulan sejak terakhir percakapan mereka.

Aku bertanya dengan cemas, tapi Kujibayashi-kun menatapku dengan bingung.

“Daripada dibilang membiarkan, tapi percakapan ini sudah diselesaikan dia sendiri, ‘kan?”

Tidak, yang begini tidak bisa diabaikan begitu saja.

Kurose-san menutup diri dari pembicaraan dan hatinya karena dia tidak ingin terluka karena didorong pada kebenaran lagi.

Kenapa? Alasan 'harus belajar' itu menunjukkan dia belum menemukan subjek yang ingin dia pelajari. Jika dia butuh bantuan untuk menemukannya, aku tidak keberatan membantunya. Tapi dia sendiri yang memutuskan mengakhiri percakapan di sini berarti itu karena kemasalannya sendiri.

...

Aku paham argumen Kujibayashi-kun, dan secara akademis itu memang benar. Tapi hubungan antar-manusia biasa tidak sesederhana itu...

Atau lebih tepatnya, caranya untuk menyampaikan itu terlalu tidak terampil.

... Kujibayashi-kun, sebenarnya kamu ingin menjalin hubungan seperti apa dengan Kurose-san? Hubungan murid-guru? Atau hubungan romantis?

...

Pertanyaanku membuat Kujibayashi-kun tiba-tiba mengatupkan bibirnya dan terdiam.

... Jika Kujibayashi-kun punya sedikit keinginan untuk jadi teman yang lebih dekat dengan Kurose-san, atau bahkan lebih dari itu... sebaiknya kamu mencoba mencairkan suasana. Kalau dibiarkan seperti ini, Kurose-san mungkin takkan pernah menghubungimu lagi.

Setelah aku berkata begitu, Kujibayashi-kun menundukkan kepalanya lesu dan melihat kembali layar percakapan LINE di ponselnya.

... Memang benar, jika dilihat seperti ini, caraku bicara terdengar kurang peduli. Karena Daku hanya punya ilmu pengetahuan, mungkin Daku terlalu bersemangat ingin membantunya.

...

Aku mengerti perasaan Kujibayashi-kun.

Dia memang orang yang baik, aku sangat mengetahui itu sebagai temannya.

Hanya saja, dia terlalu tidak terampil.

... Sekarang bagaimana Daku harus membalasnya?

Kujibayashi-kun bertanya padaku dengan sungguh-sungguh, membuatku agak tergagap.

Hmm... kurasa kamu tidak perlu menyinggung percakapan sebelumnya. Coba awali dengan 'Bagaimana kabarmu?' atau semacamnya...

“Daku tidak akan berkata seperti itu."

Oh, ya sudah...

Meskipun itu hanya contoh, aku tidak bisa menahan senyum malu melihat minimnya sisi kreatif dalam diriku.

Yah, kamu bisa mencoba sendiri bikin balasannya. Tidak harus sempurna, yang penting terkesan akan terus berlanjut.

Usai mendengar itu, Kujibayashi-kun terlihat seperti sedang menghadapi masalah rumit dalam hidupnya.

Dan jika dapat balasan yang sulit dibalas, pakai saja stiker dulu.

Itulah teknik yang kupelajari dari Luna.

Sejak aku masuk kuliah, cara kami berkomunikasi jadi lebih banyak melalui DM Instagram, jadi kami agak terasing dari budaya LINE.

Dulu ketika kami berdua masih SMA, Luna sering menggunakan stiker lucu di LINE, dan aku masih ingat seberapa senangnya Luna ketika aku mmbeli stiker yang sama dan menggunakannya sesekali.

Kurose-san suka menggunakan stiker 'Chikyawa' ya.

Kurose-san dan aku saling memblokir ketika kami masih di sekolah SMA, dan satu-satunya cara kami berkomunikasi adalah melalui LINE, jadi kami juga berkomunikasi melalui LINE sejak kami menghidupkan kembali hubungan kami. Saat ini, kami terutama berkomunikasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan, tapi dia kadang-kadang mengirimiku stiker Chikyawa.

Chikyawa adalah karakter dari manga medsos populer beberapa tahun terakhir ini. Manga tersebut menampilkan karakter-karakter imut yang terinspirasi dari hewan-hewan kecil, yang berusaha keras untuk melakukan berbagai hal, dan tidak hanya disukai oleh para penggemar manga, tapi juga telah menjadi populer di kalangan umum.

Kujibayashi-kun, kamu punya stempel apa saja?

...Stempel beruang cokelat, kelinci putih, manusia wajah bulat putih, atau manusia rambut kuning?

Itu sih stempel gratis bawaan LINE!

Aku juga tidak tahu karakter apa itu sebenarnya.

Kalau begitu, bagaimana jika kali ini kamu beli? Kalau kamu pakai stempel yang sama, mungkin Kurose-san juga akan senang."

Setelah mendengar saranku, Kujibayashi-kun menunjukkan wajah jelas-jelas tidak suka.

...Apa kamu menyarankanku untuk membeli Chikyawa?”

“Kalau sekali saja tidak ada salahnya ‘kan...

Aku juga awalnya merasa ada perlawanan psikologis saat membeli stempel OsaUsa yang disukai Luna, seolah-olah aku akan kehilangan sesuatu, jadi aku lumayan memahami perasaannya.

Kalau Kurose-san sendiri memakainya, berarti dia menyukai karakternya, jadi menurutku lebih baik beli yang itu daripada yang lain.

...

Kujibayashi-kun diam-diam mengoperasikan ponselnya.

Aku memandang pemandangan di luar jendela di belakangnya.

Kantin ini terhubung dengan koperasi di lantai satu, jadi aku bisa melihat suasana di lantai satu melalui jendela.

Di sana, aku tidak tahu mereka dari fakultas mana, tapi aku bisa melihat sekelompok pria dan wanita yang kelihatannya sangat populer, sedang mengobrol dengan akrab.

Aku merassa penasaran apakah orang-orang seperti mereka akan menganggap kalau obrolan kami ini sangat kekanak-kanakan.

150 yen...

Kujibayashi-kun, yang mungkin sedang melihat halaman pembelian koin LINE, bergumam dengan pelan.

Dengan 150 yen, Daku bisa mencetak 15 halaman dari buku di perpustakaan..."

Kalau begitu, kenapa kamu tidak meminjam buku di perpustakaan lalu mencetaknya di printer di rumah? Bukannya cara yang begitu jauh lebih hemat?

Namun, perpustakaan juga memiliki koleksi buku langka yang tidak bisa dipinjam.

“Be-Begitu ya...

Aku, sebagai mahasiswa yang tidak terlalu rajin, tidak tahu hal itu, jadi aku berani berkomentar lebih lanjut dengan mengatakan,“Kenapa kamu tidak memfotonya saja dengan ponselmu?”, karena aku meyakini kalau Kujibayashi-kun akan membantah lagi.

Karena Kujibayashi-kun bersekolah di sekolah elit swasta sejak SMP, kurasa keluarganya lebih berada daripada aku. Tapi ia tetap menjalani kehidupan yang hemat meski tinggal di rumah dan berencana melanjutkan ke pascasarjana tanpa bekerja sampingan.

Yah, aku tidak memaksamu untuk membelinya, tapi setidaknya itu bisa jadi opsi jika kamu tidak percaya diri mengungkapkannya dengan kata-kata.

Setelah aku mengatakan itu, aku mencoba berdiri untuk membereskan nampan yang telah habis kumakan,

“Kashima-dono

Kujibayashi-kun yang memanggilku, berkata dengan suara kecil sambil masih menatap layar ponselnya.

... Sekarang Daku penasaran, bagaimana caraku menggunakan 'Chikyawa' yang baru Daku beli dalam percakapan...?

 

◇◇◇◇

 

Aku menunjukkan riwayat percakapan masa lalu antara aku dan Luna kepada Kujibayashi-kun, dan memberikan contoh penggunaan stiker. Ketika aku pulang ke rumah setelah menyelesaikan kuliah dan pekerjaan paruh waktu, Raion-san menghubungiku.

‘Aku sudah menulis lirik untuk bagian intronya, bisakah kamu mendengarkannya dan memberikan pendapatmu?

Setelah itu, video Raion-san yang sedang menyanyi dikirimkan kepadaku.

Sepertinya video tersebut direkam di rumah pamannya, Raion-san duduk di atas tatami di ruang Jepang, memegang gitar dan mulai bernyanyi.

Dalam mimpiku~~ berkali-kali~~ aku memanggil namamu~~

Ia menunduk melihat jemarinya yang memetik gitar, menyuarakan lagu dengan penuh perasaan.

Aku tak akan pernah~~ melepaskanmu~~ aku tak ingin kehilanganmu~~ untuk selamanya~~

Setiap kali mendengar lagu jenis ini, aku selalu bertanya-tanya, seberapa tulus seorang pria yang menulis dan menyanyikan lagu cinta seperti ini?

Aku juga berpikir, jika ada survei yang memberikan pilihan [ya], [tidak], atau [tidak ada pendapat] untuk pertanyaan Apa kamu tidak ingin pernah meninggalkan pacarmu selamanya?, aku akan memilih [ya]. Tapi aku tidak akan pernah secara sukarela mengungkapkannya kepada orang lain, apalagi bernyanyi dengan begitu bersemangat, itu terlalu memalukan untuk membayangkannya.

Sambil mendengarkan, aku tak bisa menghentikan pikiranku berpikir demikian, lagu Raion-san... yah, jujur saja, terdengar klise.

Namun, saat berbicara dengannya sebelumnya, aku merasa ia memiliki suara yang bagus. Kemampuan menyanyinya memang tidak luar biasa, tapi cukup mahir, jadi suaranya tidak menyakitkan telinga untuk mendengarkannya berulang kali.

Yang paling kusukai hanyalah suaranya, sementara melodi dan liriknya terasa seperti lagu cinta biasa yang sering didengar. Aku sendiri tidak terlalu paham musik, jadi aku tidak bisa memberikan komentar teknis lebih jauh.

Karena hanya bagian intro, jadi video penampilan nyanyiannya juga cepat selesai.

......

Karena sulit untuk membalas dalam bentuk teks, jadi aku memutuskan untuk melakukan panggilan video.

Kerja bagus...

Ah, Ryuuto-san, terima kasih!

Sepertinya Raion-san mengira kalau aku sedang memujinya, karena tatapan matanya tampak berbinar-binar di layar. Meski usianya lebih tua dariku, ia menyapa dengan rendah hati seperti seorang junior.

Jadi, rasanya agak sulit untuk memberikan komentar jujur.

“Pertama-tama, aku ingin menyampaikan sesuatu dulu... aku belum pernah menulis lirik atau komposisi lagu, dan juga tidak terlalu ahli dalam musik, jadi aku benar-benar kagum dengan orang-orang seperti Raion-san...

Ah, tidak perlu begitu.”

... Jadi, ini hanyalah pendapatku pribadi sebagai orang awam...”

Rasanya sulit untuk memberitahunya....pikirku, sembari memilah-milah kalimat yang harus kusampaikan dan melanjutkan.

“Tapi... bukannya liriknya itu agak... umum? Atau lebih tepatnya... meski itu tidak buruk, tapi terkesan biasa-biasa saja...

Meskipun mendengar kritikan semacam itu, Raion-san tidak menunjukkan kekecewaan yang terlalu jelas.

... Begitu ya

Ia sedikit menundukkan kepala dan berkata dengan nada sedih,

“Aku juga berpikir demikian, karena aku tidak bisa menemukan lirik lagi setelah ini... Itulah sebabnya aku ingin meminta saran dari Ryuuto-san tentang apa yang harus aku lakukan.”

Meminta saran.

Ah iya, aku memang pernah memberitahunya pada waktu itu.

Pada saat itu aku terlalu berempati dengan perasaan Raion-san, hanya dengan antusias menawarkan diri untuk membantu, tapi bagaimana caranya aku harus memberi saran tentang penulisan lirik, aku benar-benar bingung.

Aku segera dihadapkan dengan tembok dasar seperti itu, dan aku pun mulai panik sendirian.

“U-Umm...

... Apa yang harus kulakukan?...?

Bagaimana ini? Aku belum pernah menulis lirik sebelumnya, dan aku juga bukan pendengar musik hits terkini. Jadi aku sama sekali tidak punya ide apa-apa.

... Raion-san-san, lagu seperti apa yang ingin kamu buat?

Aku bertanya dengan pasrah, dan Raion-san-san menjawab Hmm.

Aku ingin menuangkan perasaanku kepada Kitty-chan melalui lagu itu... Meskipun mungkin orang lain tidak akan mengerti, setidaknya aku ingin membuat lagu yang akan menyentuh hati Kitty-chan.

Be-Begitu ya...

Setelah mendengar itu, tanpa prinsip atau ide apapun, aku tidak tahu harus berkata apa.

U-um, sebenarnya apa yang harus kulakukan...

Bagaimana ya...

Hmm...

Aku dan Raion-san-san terus berbicara selama sekitar 20 menit, tapi pada akhirnya aku tidak bisa memberinya petunjuk atau saran yang berarti, dan terpaksa harus mengakhiri pembicaraan hari itu.

 

◇◇◇◇

 

Meskipun masalah lirik Raion-san-san masih mengganjal di pikiranku, beberapa waktu telah berlalu sejak hari itu.

“Kashima-kun, Kurose-san, apa kalian senggang nanti malam? Jika kalian tidak keberatan, aku mau mentraktir makan malam nih.

Di ruang redaksi yang berhembus udara segar setelah melakukan pengoreksian, Fujinami-san memanggilku.

Fujinami-san sering mengajakku makan malam bersama sekali sebulan atau dua bulan, biasanya setelah waktu pengoreksian selesai.

Terima kasih banyak! Aku ikut!

Sepertinya Kurose-san juga tidak ada acara, jadi setelah jam kerja, kami bertiga pun pulang bersama.

 

Fujinami-san mengajak kami ke sebuah kafe restoran di dekat stasiun. Dindingnya seluruhnya terbuat dari kaca, dan meja serta konter menggunakan kayu bermotif alami, membuat dekorasinya terlihat elegan.

Mungkin Fujinami-san mempertimbangkan keberadaan Kurose-san, karena biasanya kami makan di kedai izakaya biasa. Entah kenapa, itu membuatku merasa sedikit aneh.

Karena kami bertiga sering bertemu setiap hari, jadi tidak ada pembicaraan khusus, kami hanya membicarakan isu terkini dan komik-komik populer, sampai saat Fujinami-san izin pergi ke toilet.

... Hei, Kashima-kun.”

Kurose-san berbisik pelan kepadaku.

Kami duduk di meja empat orang di dekat dinding kaca, Kurose-san dan aku duduk saling berhadapan.

Hei, bisakah kamu lihat ini sebentar?

Kurose-san menyodorkan ponselnya kepadaku. Dia menyalakan layarnya dan menggesernya ke arahku.

Apa ini?

Yang terlihat di layarnya adalah percakapan di LINE.

 

[Kujibayashi Haru]

Harry Pocchari dan Tubuh Puding Misterius

 

...Hah?

Aku cepat-cepat memeriksa percakapan sebelumnya, tapi percakapan terakhir mereka hanya “Ada benarnya juga... dari Kurose-san.

Setelah itu tidak ada apa-apa lagi.

Tentu saja, Kurose-san juga tidak mengirim apa-apa.

...Menurutmu ini apaan? Pesan ini datang dua jam yang lalu..."

Kurose-san menatapku dengan kerutan dalam di antara alisnya.

...Y-Yah, mungkin ia salah memasukkannya ke memo catatan? ...

Itu adalah jawaban yang ingin kuberikan, meskipun terasa sulit.

Karena pesannya terlalu aneh.

Tapi bahkan jika ia salah mengira itu sebagai memo, ini terlalu tidak jelas. Apa ini lelucon? Atau semacam kuis?

Haha... Mungkin ia salah mencatat judul buku yang ingin dibaca?

“Ino kesalahan yang terlalu besar. Terlalu konsisten untuk itu.

Ahaha...

Mau tak mau aku hanya bisa tertawa kering sekarang.

Lalu, tiba-tiba...

...!?

Percakapan di layar itu bergerak naik dengan sendirinya. Baik aku maupun Kurose-san tidak menyentuhnya.

Kujibayashi-kun telah mengirimkan sesuatu secara langsung.

Itu adalah stiker.

...Chikyawa...?

Ada beberapa stiker Chikyawa yang dikirimkan berturut-turut, mungkin sekitar tujuh. Banyak di antaranya menunjukkan ekspresi cemas dan gelisah, seolah berkata, Masih belum dibalas?

Huwaa, mengerikan! Aku malah sudah membaca semua pesannya!

Kurose-san berseru seperti berteriak.

“...Kalian kenapa?

Saat itu, Fujinami-san kembali dan duduk di sampingku seperti semula.

...Fujinami-san, apa kamu mengerti maksud ini?

Aku mengambil ponsel Kurose-san dan menunjukkan pesan Harry Pocchari dan Tubuh Puding Misterius’ kepadanya.

“Ehh, apa-apaan ini, konyol banget.”

Fujinami-san tertawa dengan nada yang mirip seperti gadis SMA.

Ini pasti parodi dari 'Harry Potter dan Pangeran Berdarah'. 'Tubuh Puding Misterius' yang pasti merujuk pada 'Pocchari' itu benar-benar tidak misterius lagi dan cukup menggelikan.

Di tambah lagi, dirinya langsung menganalisis dari sudut pandang editor.

“Editor yang handal memang beda level...

Yah, karena cerita Harry Potter memang dari zamanku dari aku masih kecil. Ku juga dulu suka membacanya.

Begitu ya...

Meskipun aku hanya bekerja paruh waktu di bagian editorial, aku merasa malu karena kurang wawasan di bidang ini.

Apa ini? Siapa yang mengirim pesan LINE ini? Ia punya selera yang bagus lho.

... Ia adalah laki-laki kenalanku...

Ah, begitu. Apa beneran cuma kenalan saja~? ... Ah, sebaiknya aku tidak bertanya begitu. Lupakan saja."

Fujinami-san terlihat lebih ceria karena sedang minum, tapi ia masih menjaga kesadarannya akan aturan perusahaan.

Haaah... Tapi, jadi anak mudah tuh memang menyenangkan ya.

Fujinami-san juga masih usia dua puluhan, ‘kan?

Haha, sayangnya aku sudah tidak secemerlang kalian lagi... Bekerja di masyarakat memang seperti itu.

Ia tersenyum masam lalu meneguk minuman lemon sour-nya.

“Aku sudah tidak punya tenaga untuk urusan cinta. Sekarang, pekerjaanku lah yang paling utama, jadi aku bahkan tidak punya energi untuk sengaja bertemu orang lain di luar waktu kerja.

... Sudah kuduga, editor memang sibuk ya?

Setelah mendengar celotehan Fujinami-san, Kurose-san bertanya dengan antusias. Sebagai seseorang yang serius mengejar karir editor, masalah keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi pastilah menjadi perhatiannya.

Ya... Terutama aku, saat ini ada banyak hal pribadi yang sedang kuurus.

Fujinami-san menjawab sambil meletakkan gelas di meja.

Tapi, karena tidak ada yang harus aku lindungi selain diriku sendiri, aku jadi terlalu bebas dan menghabiskan terlalu banyak waktu untuk pekerjaan.

Ada banyak pria dan wanita berjas di dalam restoran setelah jam 9 malam pada hari kerja. Fujinami-san yang mengenakan kaos dan jeans terlihat seperti orang dewasa dengan jiwa yang sangat bebas.

Tapi, uang dan waktu bisa aku gunakan sesuka hati, dan aku bisa pindah ke kota yang kusukai setiap dua tahun... Kurasa hidup lajang cocok untukku yang tidak ingin terikat. Ketika aku melihat orang yang sudah menikah, sepertinya mereka tidak bisa hidup sesuai keinginan mereka. Aku kecanduan kerja, tapi aku menyukai pekerjaanku dan merasa sangat terpenuhi.

Pekerjaan... pekerjaannya sebagai editor. Fujinami-san yang merasa sangat puas oleh pekerjaannya memang merupakan editor yang sangat kompeten.

Setelah memikirkan itu, aku jadi reringat akan saran yang tidak bisa kuberikan dengan baik kepada Raion-san-san sebelumnya, sehingga rasa malu muncul dalam diriku.

... Fujinami-san, menurutmu, keterampilan apa yang dibutuhkan untuk menjadi seorang editor?

Saat aku bertanya, Fujinami-san menaikkan alisnya.

“Ohh, Kashima-kun, akhirnya kamu memutuskan untuk serius menjadi editor? Bagaimana kalau aku mempekerjakan kamu?"

Eh, tidak adil!

Ketika mendengar itu, Kurose-san juga mengangkat alisnya. Mungkin karena dia sedang minum-minum, ekspresinya terlihat lebih langsung dari biasanya.

Kalau Fujinami-san punya wewenang seperti itu, aku ingin dijadikan editor juga!

Haha. Tiba-tiba banyak yang menginginkanku. Sudah kuduga, pria memang harus punya kekuasaan, ya!

Dan begitulah, Fujinami-san mengalihkan pembicaraan, jadi pada akhirnya aku tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaanku.

 

◇◇◇◇

 

Keesokan harinya, sebelum aku pergi berangkat kerja paruh waktu di bagian editorial, aku memanggil Kujibayashi-kun di kampus.

Karena aku hanya ada sampai kelas ketiga, aku memintanya untuk menemuiku di taman kampus, di mana dirinya sedang berada di perpustakaan saat kelas keempat kosong.

Taman kampus adalah jalan penghubung di antara gedung-gedung kampus. Saat para mahasiswa yang tidak ada kelas bercengkerama atau lalu-lalang, aku menemukan sosok Kujibayashi-kun.

Ia duduk di bangku batu yang melingkari pohon besar di tengah taman.

... Umm, Kujibayashi-kun.

Saat aku memanggilnya, Kujibayashi-kun mengangkat wajah dari buku akademis yang sedang dibacanya.

Meskipun biasanya tempat ini ramai dengan mahasiswa, saat ini hanya ada beberapa orang yang duduk berjauhan, jadi suasananya lumayan sepi.

"Kemarin, seorang karyawan di tempat kerjaku mengajakku makan malam bersama Kurose-san... Dan saat itu, aku secara tidak sengaja melihat pesan LINE yang dikirim Kujibayashi-kun untuk Kurose-san...

Sambil berdiri di depan Kujibayashi-kun, aku mengatakannya dengan perasaan yang sulit.

Itu adalah sebuah insiden...

...

Kujibayashi-kun menampakkan wajah yang sedikit tegang, tapi ia tetap diam saja. Buku di tangannya pun tertutup dengan suara cukup kerass.

“Pertama-tama, aku ingin bertanya, apa itu 'Harry Pocchari'?

Ketika mendengar pertanyaanku, Kujibayashi-kun membuka mulut dengan mata yang tertunduk.

...Aku membutuhkan beberapa hari untuk menemukan konten yang cukup lucu. Akhirnya aku mendapat ide yang aku percaya sebagai karya terbaik.

Apa-apaan!? Kamu bukan pembuat kartu pos, tau! Kamu tidak perlu bersikap aneh seperti itu saat bertukar pesan LINE dengan gadis.

...Tapi jika dia mau membacanya, aku ingin membuatnya tertawa.

...

Mendengar niat tulus Kujibayashi-kun, aku jadi tak tahu harus berkata apa.

Aku juga tahu ekspresi Kurose-san yang terlihat canggung saat menunjukkan percakapan itu, jadi hatiku terasa sakit.

...Dan soal mengirim stiker bertubi-tubi setelahnya, itu juga lumayan agak bagaimana gitu...

Saat aku mengatakan itu, Kujibayashi-kun menatapku dengan sedikit kesal.

Untuk yang itu, aku hanya meniru pacarmu.

...Ah, Luna ya.

Benar juga, dalam percakapan LINE yang pernah kutunjukkan, Luna sering mengirim stiker bertubi-tubi saat dia sedang bersemangat. Dia memang sering menggunakan stiker seperti itu.

Aku menunjukkan percakapan kami sebenarnya karena aku ingin Kujibayashi-kun melihat tulisanku yang biasa-biasa saja tapi tidak berbahaya, dan bertanya Apa ini cukup baik?. Tapi mengatakannya membuatku sedih.

...Yah, Luna itu perempuan dan dia mahir bersosialisasi, jadi jika kita amatiran menirunya, bisa-bisa dia malah merasa jengkel.

Kiriman stiker Chikyawa yang banyak dari Kujibayashi-kun jelas berbeda dampaknya dengan kiriman stiker Luna.

Kurose-san, kira-kira apa dia bisa tidur dengan nyenyak semalam...?

Aku turut prihatin membayangkan perasaan Kurose-san. Aku hanya memberinya saran yang malah membuatnya merasa takut pada laki-laki, padahal dia sudah mempunyai traumanya sendiri.

Lalu, apa balasan Kurose-san?

Tidak ada. Hanya dibaca saja.

Begitu ya...

Aku tersenyum masam, lalu duduk di samping Kujibayashi-kun.

...Ayo, buat pesan balasan untuknya. Sebaiknya cepat, sebelum terlambat.

...

Kali ini, mari kita pikirkan Bersama-sama denganku. Kamu tidak perlu mengatakannya langsung, jadi coba kirimkan dulu padaku apa yang ingin kamu katakan kepada Kurose-san.

“Ehh...

Untuk sesaat, Kujibayashi-kun menampilkan ekspresi sangat tidak suka. Tapi kemudian ia tampak berubah pikiran, memasukkan bukunya ke tas lalu mengeluarkan ponsel dari saku celananya.

...Lalu, bagaimana sebaiknya aku menuangkannya?

Ah, kamu mau mendengarkanku?

Sepertinya aku telah melakukan kesalahan yang besar, jadi jika ada asuransi yang bisa aku ikuti dari sini, aku ingin mendaftarkannya.

Oke.

Kujibayashi-kun memang keras kepala soal bidang akademiknya, tapi dia sangat polos tentang hal-hal lain. Ya, ia memang pria yang sangat murni. Baik dalam arti positif maupun negatif.

Sejauh ini, aspek negatifnya memang lebih menonjol, tapi aku berharap sisi positifnya juga bisa tersampaikan sedikit demi sedikit pada Kurose-san.

Hmm, baiklah...

Sambil memikirkan hal itu, aku kembali melihat percakapan penuh kemacetan antara Kujibayashi-kun dan Kurose-san.

...

Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, apa benar-benar ada asuransi yang bisa dimasuki Kujibayashi-kun dari sini, sementara ekspresiku menjadi tegang.

 

 

 

Sebelumnya Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama