Kimizero Jilid 8 Bab 4 Bahasa Indonesia

Chapter 4

 

Pada suatu malam tidak lama setelah bulan November tiba.

Aku sedang melihat layar laptop yang terbagi menjadi lima layar kecil di dalam kamarku.

Maaf semuanya. Demi aku...

Raion-san terlihat canggung di ruangan bergaya Jepang di seberang layar.

Tidak apa-apa! Kami semua adalah tim pendukungnya Hanada-san! Sejak lama Maria juga selalu khawatir pada Onee-chan.

Salam kenal, namaku Maria. Terima kasih banyak sudah mengurus kakakku. Mohon bantuannya untuk ke depan.

Dengan latar belakang ruangan yang tertata rapi di sisi lain layar, Kurose-san, yang diperkenalkan oleh Luna, menundukkan kepalanya.

Te-Tentu saja...!

Raion-san menjawab dengan suara lirih dan agak malu-malu, tapi ia tetap membungkuk dalam-dalam.

Maria bekerja di departemen editorial yang sama dengan Ryuto dan sedang mengejar karir menjadi editor. Jadi kupikir dia bisa membantu!

Jangan membuat targetnya terlalu tinggi begitu, Luna.

Tak apa-apa! Nah, yang ini sahabatku, Nikoru.

Luna menunjuk ke sudut kanan bawah layar, tapi di layarku penempatannya berbeda, dan Yamana-san berada di samping Luna.

Halo! Aku menyebut diriku penggemar puisi, jadi aku sedikit tertarik untuk mencoba menulis lirik.

Dia mengatakan itu sambil tertawa santai, tidak seperti Yamana-san yang biasanya.

Terima kasih semuanya... Senang bertemu kalian.

Dan dimulailah pertemuan penulisan lirik untuk lagu yang ditulis Raion-san untuk pacarnya, Kitty-san.

 

Sepertinya rapat ini bermula dari percakapan telepon antara Luna dan Yamana-san.

Saat aku berkonsultasi mengenai masalah Raion-san tentang penulisan liriknya, dia pun mengundang semua anggota di sini.

 

“Jadi lagunya benar-benar belum selesai selain intronya ya?

Ya... Meskipun ada beberapa bagian yang sudah jadi...

Raion-san menjawab pertanyaan Luna.

Tapi, kalau begini, mungkin itu tidak akan menyentuh Kitty-chan sama sekali, jadi aku berpikir untuk membuang semuanya termasuk intro.

Apa!? Itu sih bakal masalah! Kalau kamu melakukan itu, apa kamu bisa menyelesaikannya dalam sebulan lagi!?

Luna terdengar panik.

Menulis lirik biasanya memakan waktu berapa lama, Nikoru?

Eh? Entahlah, aku tidak tahu... Tapi katanya, kalau penulis profesional bisa menyelesaikannya dalam sehari.

Benar, menulis lirik lagu berbeda dengan komik karena prosesnya lebih sederhana. Seorang editor pernah bilang, penulis cepat bisa menulis satu novel pendek dalam seminggu.

Apa?! Itu gila! Menyelesaikan satu buku dalam seminggu?!

“Hal semacam itu cuma khusus untuk penulis yang sangat cepat, tapi orang-orang seperti mereka juga tidak bisa selalu menulis secepat itu.

Kurose-san sepertinya mendapat informasi itu dari sumber yang berbeda. Berbeda denganku, dia sepertinya sering melakukan riset kepada Fujinami-san atau editor lainnya terkait pekerjaannya di masa depan, jadi aku sedikit mengaguminya.

Berarti secara jadwal, masih ada banyak waktu ya... Karena masih sebulan lagi.

Benar, kalau begitu kita bisa menentukan tenggat waktunya dulu. Ada editor yang bilang bahwa apapun projectnya, kita harus selalu menetapkan tenggat waktunya dulu.

Ah, benar juga! Kalau begitu...

Sebulan lagi, 'kan? ... Kebetulan itu dekat dengan Natal!

Eh, sudah sedekat itu?!

Setelah mendengar suara Luna, aku juga ikut terkejut dan melihat kalender di ponselku.

Lebih tepatnya, tinggal satu bulan lebih beberapa hari lagi hingga Natal tiba. Tahun ini pun, tanpa terasa sudah dekat dengan musim tersebut.

Eh, kalau begitu bagaimana kalau kamu menyanyikannya untuk pacarmu saat malam Natal? Itu romantis banget, kan?!

Yamana-san mengusulkan hal itu dengan antusias. Tak disangka kalau dia rupanya gadis yang menyukai hal-hal romantis juga.

Wah, ide bagus tuh! Ayo lakukan itu, Hanada-san!"

Luna juga tampak bersemangat.

Eh? Hah....tapi, aku 'kan tidak bisa sembarangan pergi ke rumah Kitty-chan...

Biar aku yang mengajak Onee-chan! 'Ayo makan malam bersama saat Natal' begitu!

Kurasa sebaiknya biar aku saja yang mengajaknya ketimbang kamu, Luna. Dia mungkin akan marah dan berusaha menolak sambil mengatakan hal-hal seperti 'Karena kamu sudah punya pacar, kamu tidak perlu mengkhawatirkanku di malam Natal'.

Kurose-san berkata demikian menanggapi perkataan Luna.

Benar juga. Kalau begitu, aku akan menyerahkan itu pada Maria... Lalu, dimana kamu akan menyanyikannya?

“Mumpung di hari yang spesial, bagaimana kalau di tempat yang ada lampu-lampu Natal yang indah?

Ah, benar... Oh iya, bukannya Hanada-san sering bermain musik di jalanan? Kira-kira apa kamu tahu ada tempat yang bagus di depan stasiun atau sejenisnya gitu?

Ah, itu...

Raion-san membalas seolah-olah baru teringat sesuatu.

“Ada alun-alun di depan Stasiun Yokosuka, dan saat musim dingin, pohon besar di sana dihiasi lampu-lampu seperti pohon Natal. Tempat itu sering digunakan untuk pertunjukan musik jalanan...

Ah, kalau begitu di sana saja!

Akhirnya, tanggal dan tempatnya sudah diputuskan.

“Satu-satunya yang tersisa tinggal memikirkan liriknya saja...

Ujung-ujungnya, kami kembali ke masalah awal dan hal itu membuat kami semua terdiam sejenak.

“Umm...

Kemudian Raion-san membuka suara.

Kira-kira untuk para wanita.... apa yang ingin kalian dengar dari pacarmu?

Hmm, begini ya!

Orang yang paling bersemangat menjawab pertanyaan itu adalah Luna.

'Aku ingin memelukmu', 'Aku menginginkanmu', atau 'Aku ingin memilikimu seutuhnya' mungkin?

Woi, Luna! Nafsumu terlalu kelihatan jelas!

Yamana-san tertawa terbahak-bahak ketika mendengar jawaban Luna.

...Haa...

Raion-san terlihat kebingungan dengan semangat Luna, namun tetap menulis di kertas yang ada di meja.

Sementara itu, aku...

...

Aku tidak tahu harus menatap ke mana di layar laptopku, jadi aku melihat-lihat sekeliling ruangan sambil menyusun pikiranku.

Apa-apaan itu tadi...

Luna menyebutkan hal yang ingin dikatakan pacarnya’... Pacar Luna adalah aku... Jadi, semua itu adalah hal yang ingin Luna katakan padaku...?! Begitu?!

──Aku ingin memelukmu.

──Aku menginginkanmu.

──Aku ingin memilikimu seutuhnya...

Aku mencoba mengatakan semuanya di kepalaku, tapi aku bahkan tidak bisa membayangkannya, jadi aku menyerah.

Itu mustahil.

Lagian, pertama-tama, apa maksudnya dengan Aku ingin memelukmu? Kapan aku harus mengatakannya? Bukannya sebaiknya langsung memeluk saja kalau bisa? Kalau tidak bisa, ya percuma saja mengatakannya.

Oh ya, kita pasti juga ingin dibilang 'imut' atau 'cantik', iya ‘kan?

Lalu Yamana-san menambahkan.

“Bener banget, bukannya kamu pengin dikatakan ‘Aku menyukaimu’ juga, 'kan Nikoru?

Iya, setiap hari juga boleh.

“Bagaimana kalau 'Aku mencintaimu'?

“Kalau yang itu sih cukup sesekali saja. Kalau setiap hari, rasanya jadi terdengar palsu.

Aku paham banget!

Luna dan Yamana-san saling menanggapi dengan penuh semangat.

Sementara Raion-san menulis dengan cepat.

“...Lalu, apa ada kata-kata yang tidak ingin didengar?

Hmm, apa ya?

Ketika Luna terlihat sedang berpikir keras, Yamana-san malah jadi semakin bersemangat.

Aku ada! Aku ada! Perkataan 'Kamu adalah gadis yang terbaik' itu menyebalkan! Memangnya siapa yang jadi keduanya?! Bikin kesal saja!

Jangan-jangan itu yang sering dikatakan Sekiya-san dulu?

Iya! Setiap aku cemburu pada perempuan lain, itu yang selalu dikatakannya! Ugh, setelah mengingatnya masih bikin aku jengkel saja!

Ah...

Luna tersenyum masam.

Kalau begitu, kata-kata apa yang akan membuatmu senang?

“Aku pasti akan memaafkannya kalau dibilang 'Hanya kamu saja'! Berarti hanya aku satu-satunya! Iya, iya, bagus!

Ah, aku paham perasaan itu.

Luna bereaksi sembari mengangguk-angguk.

Sepertinya aku tidak pernah mengatakan hal-hal seperti itu... Aku jadi merasa cemas.

Ada satu kata-kata yang sangat membuatku senang saat aku baru berpacaran dengan Ryuuto.

Luna mulai bercerita dengan riang.

Dia bilang, 'Ini pertama kalinya aku berpacaran, dan aku tidak punya teman perempuan yang dekat, jadi aku tidak akan pergi dengan perempuan lain.'

Sekarang setelah diingat-ingat lagi, sepertinya aku memang pernah mengatakan itu... Semua mata seakan tertuju padaku, membuatku merasa sangat malu.

Aku langsung merasa, 'Aku adalah seseorang yang spesial baginya saat ini.' ....Aku sangat senang...

Luna berkata dengan bahagia dan pipi yang merah merona.

Kata-kata yang membuat kita merasa 'spesial' itu penting, menurutku... Ah, maaf! Pembicaraan ini tidak ada hubungannya dengan menulis lirik ya?

Tidak, ini sangat berguna untuk dijadikan referensi.

Raion-san menjawab dengan serius, sambil mencatat.

Kemudian, ia berhenti menulis dan tiba-tiba mengangkat wajah.

...Tapi, aku bisa mengerti kenapa cowok akan mengatakan 'Kamu adalah gadis yang terbaik.' Pria memang cenderung mementingkan peringkat dan persaingan.

Raion-san tersenyum getir dan memandang jauh.

“Karena mereka ingin menjadi yang terbaik... Jadi, saat ada pacarmu yang mengatakan 'Kamu yang terbaik'...kurasa mereka mengatakannya tanpa niat jahat karena mereka ingin membuat pacarnya bahagia...

Ucapan Raion-san terdengar seperti gumaman.

Tentu saja, aku ingin mengalahkan para mantannya... Aku ingin menjadi 'pria nomor satu' di antara semua pria yang dikenalnya.

Setelah mendengar itu, Yamana mendongak ke atas sembari menghela napas. Latar belakangnya tampak seperti kafe yang stylish, tapi aku hanya bisa melihat sedikit kursi yang dia sandari.

Jadi begitu rupanya. Aku jadi sedikit mengerti sekarang.

Katanya sambil sedikit mengembungkan pipi.

Kalau dia menjelaskan begitu, mungkin aku tidak akan kesal seperti itu. Harusnya dia bilang begitu."

“Mana mungkin kami bisa mengatakannya. Itu terlalu memalukan untuk dikatakan. Aku juga tidak akan menjelaskannya jika bukan di tempat seperti ini.

Raion-san tersenyum masam.

“Tapi sebaliknya, pria akan merasa tertekan jika pacarnya mengatakan 'Hanya kamu' padanya, meskipun itu orang yang sangat disayanginya. Rasanya kayak begitu berat.”

“Ehh?!

Kenapa?!

Luna dan Yamana-san berseru kaget secara bersamaan.

Yah bagaimana ya... meskipun dia punya banyak hal penting lain seperti pekerjaan atau hobinya, jika si gadis mengesampingkan itu semua demi fokus pada pacarnya, itu bisa membuat pacarnya merasa sesak... Saat putus, ia akan merasa bebas dan senang.

Tiba-tiba, Raion-san tersadar.

Ah, yang aku maksud bukan tentang Kitty-chan, itu cerita masa lalu."

Setelah mengatakan itu, ia perlahan menundukkan pandangannya.

Tapi ternyata, perempuan juga hanya ingin mengungkapkan kata-kata yang diinginkannya pada pasangannya... Aku baru menyadari hal itu sekarang.

Kemudian saat itu, Kurose-san yang dari tadi diam akhirnya mulai angkat bicara.

...Pria ingin menjadi ‘number one’, sementara wanita ingin menjadi ‘only one’ ya.

Ketika mendengar itu, Luna dan Yamana-san terlihat bersemangat.

Wah, Maria, kamu hebat! Apa kamu ingin jadi penulis lirik, bukannya editor?"

Ah, itu yang ingin aku katakan!

“Sama seperti 'Satu-satunya bunga di dunia' ya.

Raion-san berkata.

Ah, itu kan lagu yang ada di buku pelajaran musik SD!

Itu memang lagu yang bagus.

"...Lagu dari penyanyi yang sama juga ada 'Lion Heart'. Dari situlan asal usul namaku, tau.

Tiba-tiba Raion-san mulai bercerita.

Waktu ibuku sedang mengandungku, lagu itu sedang populer. Katanya, saat mereka tahu aku laki-laki, mereka berharap aku bisa menjadi pria yang bisa melindungi orang yang kusayangi seperti 'Lion Heart'.

Wah, itu cerita yang indah sekali!

...Dulu aku merasa sangat malu karena namaku terdengar unik sekali.

Raion-san tersenyum simpul menanggapi kegirangan Luna.

Saat pertama kali aku bertemu Kitty-chan, aku juga menceritakan itu. Ternyata kami banyak berbagi cerita unik tentang nama, jadi kami jadi cepat akrab.

"Memang, nama kakakmu juga unik banget! Katanya, itu pemberian ayah, karena ibu yang memilih namaku dan Luna.

Tapi, karena karakternya dirancang ibu, tetap ada keunikannya tersendiri ya.”

Tapi aku suka nama ini!

Aku juga.

Mendengar obrolan hangat dua bersaudari ini, aku jadi tersenyum.

Oke, kembali ke topik penulisan lirik.

Aku teringat dengan tujuan awal kami dalam mendukung Raion-san dalam menulis lirik.

Jadi, kurang lebih begitulah kata-kata yang ingin didengar wanita?

Ah, Maria belum kasih pendapatnya!

Pada saat itulah tiba-tiba Luna menyadari sesuatu.

“Kalau kamu bagaimana, Maria? Ada kata-kata yang ingin kamu dengar dari pacarmu, atau yang tidak ingin kamu dengar?

Aku 'kan belum punya pacar, jadi tidak tahu.

Kurose-san menjawab singkat.

“Be-Begitu ya, kalau begitu... Kata-kata yang ingin kau dengar dari pria yang kamu sukai?

“Pastinya sih kalimat 'Maukah kamu jadi pacarku?'.

...Iya, benar.

Lalu Yamana-san angkat bicara.

Kalau dari pria yang mungkin jadi pacarmu nanti, kata-kata apa yang akan membuatmu senang?

...Kata-kata yang tidak dibuat-buat untuk menyanjungku.

Setelah berpikir sejenak, Kurose-san menjawab.

“Jika pria yang tidak kusukai mengatakan sesuatu seperti 'Kamu cantik' atau 'Aku menyukaimu', itu terasa klise dan tidak membuatku menyukainya lebih dalam.

Setelah mendengar jawaban Kurose-san, kedua wanita lain tampak tidak begitu paham.

Kalau begitu, aku lebih senang mendengar kata-kata yang mencerminkan sifat dan hati nuraninya. Kata-kata yang bisa membuatku mengenalnya lebih dalam.

Tapi aku tahu. Aku tahu betapa senangnya Kurose-san saat Naoki memanggilnya imut.

Kalau dipikir-pikir lagi sekarang, mungkin pada saat itulah dia sudah menyukai Sato-san.

Kurose-san mungkin berbeda dengan Luna. Dia hanya bisa berpacaran dengan orang yang benar-benar dia sukai.

Jadi, dia ingin pria tersebut menunjukkan daya tariknya terlebih dahulu, baru kemudian membuatnya jatuh cinta.

Sato Naoki memiliki daya tarik tersebut. Itulah sebabnya kata-kata imut darinya sangat berpengaruh pada Kurose-san.

Mungkin ini ada hubungannya dengan pandangan cintanya yang terbentuk karena selalu dibilang “aku menyukaimu” dan imut sejak dulu seolah-olah itu adalah sebuah sapaan.

Karena Kurose-san adalah orang yang memiliki prinsip kuat seperti itu, aku berpikir kalau dia mungkin takkan gampang jatuh cinta pada Kujibayashi-kun. Tapi setidaknya, aku ingin mereka berdua bisa menjadi teman.

Dua orang yang berteman denganku memiliki kesamaan denganku, dan menurutku kesamaan tersebut akan membantu mereka memahami satu sama lain.

Setelah memikirkan hal itu, aku kembali fokus pada rapat.

Kurang lebih seperti itu ya? Raion-san, apa itu bisa sedikit membantu?

...Ya. Aku akan berusaha keras.

Raion-san mengangguk dengan semangat.

Terima kasih banyak atas waktunya, semuanya.

Sifatnya yang jujur dan sopan memang menjadi daya tariknya. Pasti itulah yang membuat pacarnya juga selalu berterima kasih dan mengungkapkan perasaan. Meskipun ia orang yang seperti itu, sepertinya ia melarikan diri tanpa mengatakan sesuatu yang penting.

Ketika aku melihat Raion-san, dan mendengar ucapan Luna tadi... Aku sedikit merefleksikan sikapku sendiri.

Luna.

Saat suasana pertemuan jarak jauh ini akan berakhir, aku memanggil Luna.

Bisa kita bicara sebentar setelah ini?

Eh?

Luna terlihat bingung.

Ah, iya, boleh...

Kalau begitu, kami duluan ya?

“Ah iya benaar juga, kami pamit dulu ya~”

Tampaknya Kurose-san dan Yamana-san berusaha memberi kami waktu berdua.

Sekali lagi, terima kasih banyak.

Raion-san juga keluar dari obrolan grup setelah mengucapkan terima kasih.

Yang tersisa hanya aku dan Luna saja yang ditampilkan di layar.

...Ada apa, Ryuuto?

Sekarang setelah tinggal kami berdua, Luna terlihat gugup.

Umm, itu...

Aku juga jadi gugup.

Kita berdua sudah berpacaran hampir empat setengah tahun, ‘kan...

Ah, iya. Tepat di sekitar Natal.

Ya...

Sembari mengingat perkataan Luna tadi, aku akhirnya memberanikan diri untuk mengatakannya,

...Kamu tahu, kamu adalah pacar pertamaku, dan sejak awal kamu memang spesial bagiku...

Aku masih tak sanggup menatap matanya melalui layar.

...Dan sekarang kamu masih tetap spesial untukku.

Akhirnya aku berhasil mengatakannya.

Ryuuto...

Wajah Luna berseri-seri. Matanya terlihat berkaca-kaca, meskipun kualitas gambar kurang jelas sehingga aku tidak bisa memastikannya.

Ryuuto adalah pria yang paling terbaik bagiku.

Luna berkata dengan tulus sambil meletakkan tangannya di dadanya.

“Kamu adalah pria yang paling keren, paling istimewa, dan yang paling aku cintai!

Luna...

Padahal aku ingin membuatnya senang, tapi malah aku yang jadi senang.

Aku ingin mengatakan sesuatu yang lebih banyak lagi, tapi yang kuingat adalah kata-kata Luna sebelumnya.

── Aku ingin memelukmu.

── Aku menginginkanmu.

── Aku ingin memilikimu seutuhnya...

...

De-Demi bisa mengatakan itu...! Rintangannya terlalu sulit...!

Tapi...

── Kalau ini drama, aku bisa membiarkan karakter laki-laki mengucapkan semua kata-kata yang ingin didengar pasangannya. Tapi di dunia nyata, manusia tidak bisa melakukan sesukanya seperti itu.

Aku ingat keraguan Luna waktu itu.

Keraguan itu terus mengganggu pikiranku.

Jika Luna memang menginginkan aku mengucapkan kata-kata itu... Mungkin itu adalah isyarat bahwa dialah yang ingin aku ucapkan.

Kalau begitu, aku...aku ingin mengatakannya pada Luna.

Aku... selalu...berpikir.... ingin memelukmu...

Dengan susah payah, akhirnya aku bisa mengatakannya.

Ryuuto...

Luna bergumam dengan suara bergetar.

“Duhh~ kenapa sih harus lewat online begini...

Suaranya terdengar frustrasi.

Aku ingin kamu memelukku tahu~... Ryuuto...”

Wajah Luna semakin dekat ke layar.

Dan aku ingin kita bersama sampai pagi...

Desahan nafasnya membuat jantungku berdebar-debar melalui layar.

Luna...

Bisakah kamu mengatakan itu lagi saat kita bertemu nanti?

Aku baru akan menjawab Ya, tapi kemudian tersadar.

Sekarang kami terpisah secara fisik, jadi kami hanya bisa bertukar kata-kata.

Kalau aku mengatakan Aku ingin memelukmu di depan Luna secara langsung, kelanjutannya...yah, kita sudah tahu kelanjutannya.

Tapi...

──Karena kita sudah sampai sejauh ini... jadi mungkin...menikah duluan bisa menjadi pilihan, ‘kan?

Aku tidak tahu apa aku boleh mengatakan hal-hal seperti itu pada Luna, yang baru saja mengatakannya padaku. Aku sudah memutuskan untuk menghargai keinginannya, tidak seperti mantan-mantan pacarnya sebelumnya.

Akhirnya, aku kembali pada masalah yang sedang kami hadapi.

...Hmm...

Saat aku terus memikirkan hal itu, aku hanya bisa memberikan jawaban yang ambigu.

Entah apa yang dipikirkan Luna tentang sikapku, tapi dia masih tersenyum manja.

Aku masih belum ingin mematikan sambungan... Hei, bagaimana kalau kita melakukan panggilan tidur?

Pa-Panggilan tidur...?"

Apa-apaan itu?!

“Maksudnya kita tetap terhubung lewat telepon sampai tertidur.

“Me-Memangnya kamu bsia tidur sambil begitu...?

Aku khawatir jika aku menggertakkan gigi atau mendengkur, itu akan mengganggu dan bisa menyebabkan insomnia.

“Entahlah. Aku pernah ketiduran saat menelepon Nikoru, tapi dia yang memutuskan duluan saat sadar aku sudah tidur.

Yah, kalau tidak ada kesepakatan untuk panggilan tidur, pasti akan berakhir seperti itu.

“Ap-Apa yang namanya, 'panggilan tidur' itu budaya para pasangan, ya...?

Belakangan ini aku sering melihatmua di media sosial. 'Aku melakukan panggilan tidur dengan pacarku, aku sangat bahagia'.

Begitu ya...

Sepertinya selera Luna dan aku memang agak berbeda. Aku yakin kalau pasti tidak pernah melihat postingan pengungkapan rahasia para anggota Ken’s Kids.

“Nee~ Ayo kita coba~

Ba-Baiklah...

Entah bagaimana, kami jadi melanjutkan dengan panggilan tidur setelah pertemuan jarak jauh.

Karena dia kesulitan untuk tidur dengan layar yang menyala, jadi kami beralih ke panggilan suara di LINE.

Ryuuto, kamu benar-benar sudah berbaring di tempat tidur?

Eh?! Kita beneran tiduran?

Kalau tidak tiduran sambil mengobrol, kita tidak akan bisa ketiduran, tau?

Benar juga...

Karena Luna bilang begitu, aku juga ikut berbaring di tempat tidur.

Ryuuto? Kamu sudah di tempat tidur?

Ketika aku sudah berbaring, aku bisa mendengar suara Luna di dekat telingaku... hal itu membuatku jadi berdebar-debar.

Iya...

Saat aku menjawab sambil merasa gelisah, Luna terkekeh.

Mungkin karena sedang di tempat tidur kali ya... Entah kenapa, rasanya jadi... sedikit erotis, ya...?

Eh?!

“Cuma aku saja? Apa Ryuuto juga enggak begitu?

Dengan nada menggoda dan sedikit merengek, aku tak bisa melawan Luna.

...Tentu saja...aku juga sama...

Asyik, aku berhasil! Ryuuto juga mesum!

Luna tertawa senang.

“Lantas, buat Ryuuto-kun yang mesum, apa yang ingin kamu lakukan denganku?”

Luna bersuara riang di seberang telepon.

Aku...

Terdengar suara gesekan kain.

“Aku ingin berciuman denganmu tau, Ryuuto~!

...?!

Lu-Luna?! Kenapa dia sampai seantusias itu...? Apa dia mabuk? Tidak, saat rapat online dia masih kelihatan normal. Ini... mungkin efek relaksasi di tempat tidur, memicu napsu alami...!

Ryutooo... Chu~

“!?”

Aku bisa mendengar suara kecupan Luna di telingaku.

Dia mencium ponselnya... Jantungku dibuat berdebar keras.

...Ryuuto juga, coba lakukan?

Eh?!

Meskipun aku merasa malu untk melakukannya, tapi aku tetap mencium ponselku seperti yang dimintanya.

...Su-sudah.

Ehh~, tapi aku tidak mendengar suaranya! Coba buat suaranya sih~!

“It-Itu sih mustahil, maaf.

Eeh?!

Aku membuat Luna terdengar kecewa. Maafkan aku.

Ahh~... Kalau saja Ryuuto ada di sampingku sekarang...

Tiba-tiba Luna berkata seperti itu.

Sekarang aku sedang memeluk Chii-chan, membayangkannya kalau itu kamu, Ryuto

Eh?!

Ryutooo... Peluk~!

Aku kembali mendengar suara gesekan kain.

Sepertinya Luna benar-benar memeluk sesuatu.

...Bisakah kamu memeluk sesuatu juga, Ryuuto?

Eh?! Uh, ya...

Meskipun begitu, di sekitarku tidak ada boneka atau guling yang pas. Jadi, aku tidak punya pilihan lain selain memeluk selimut.

Kamu sudah memeluknya?

I-iya...

“Coba panggil namaku?

Suara manja Luna terasa menggelitik di telingaku.

...Lu-Luna...

Ryutooo...

Luna sepertinya sedang memeluk Chii-chan dengan nafas yang terengah-engah.

...Haa...aku merasa tenang.....rasanya seolah-olah Ryuto memelukku...

Saat dia bilang begitu, selimut ini terasa seperti Luna, membuatku jadi panas.

“Nee, Ryuuto, coba katakan 'aku menyukaimu'?

Luna meminta dengan suara yang semakin manja.

"...Aku su-suka...

Ah, apa itu peragaan ulang dari 'Susuki desu'?

Mungkin dia mengingat pernyataan cintaku sewaktu kelas 2 SMA di masa lalu. Aku jadi semakin malu karena aku tidak berniat melakukan itu.

“Coba dibisikkan dengan lebih lembut?

Tapi, aku tak bisa menolak rengekan manis Luna.

...Aku... menyukai...mu...

Hmm~~~~...

Luna mengerang seakan-akan ingin menghayati pengakuanku.

...Aku juga, menyukaimu...

Bisikannya yang menggoda telingaku membuat merinding seluruh tubuhku.

Percakapan ini benar-benar berbahaya.

Sekarang aku jadi memahami perasaan para pasangan yang kecanduan panggilan tidur.

Ah... Aku jadi terlalu tenang dan mengantuk...

Suara Luna perlahan-lahan semakin pelan.

Ryuuto...

Aku bisa mendengar kembali suara gemirisik pakaiannya, seperti dia memeluk sesuatu.

Aku... sayang kamu...

Suaranya yang manis terasa seperti seakan-akan dia sedang mengelus bulu halus di telingaku.

Lama-kelamaan, terdengar suara napas teratur dan dalam.

...Luna?

Tidak ada jawaban. Yang terdengar hanya suara dengkuran pelan.

Panggilan telepon kami masih terhubung, dan kemudian terdengar suara gesekan pakaian serta desahan Mmh...

Dia terlalu tak berdaya.

Karena ini di dalam kamar pribadinya, perasaan santainya terpancar begitu jelas.

Situasi ini terlalu erotis sampai-sampai membuatku tak tahan mendengarnya.

Aku jadi tidak bisa tidur...

Dengan mata yang terbakar gairah, aku terus mempertahankan ponsel di dekat telinga.

 

◇◇◇◇

 

Kurose-san, terima kasih untuk kemarin lusa.

Saat aku bertemu Kurose-san di pekerjaan paruh waktuku di departemen editorial, aku mengucapkan terima kasih atas rapat jarak jauh itu.

Sama-sama. Jika ada yang bisa kubantu, jangan sungkan-sungkan.

Dia malah menanggapinya dengan tangan terbuka.

Lalu, bagaimana? Lirik lagunya, apa itu sudah hampir selesai?

Umm...

Dua hari lalu, Raion-san terlihat sangat semangat, tapi sejak itu tidak ada kabar kemajuannya.

Entahlah...

Jujur saja, aku merasa kesal pada diriku sendiri.

Meskipun aku menerima permintaannya untuk membantu, tapi aku tidak tahu bagaimana cara mendukungnya dengan baik, jadi aku hanya bisa diam. Sementara waktu terus berlalu, dan aku semakin merasa cemas.

Oh iya, Kashima-kun,

Saat aku sedang dilanda tekanan batin, Kurose-san berkata padaku.

“Apa kamu mau minum-minum lagi malam ini? Sudah lama sekali kita tidak melakukannya, 'kan?

Hah?

Kalau sudah Desember, bar pasti ramai. Anggap saja ini perayaan kecil karena sudah bekerja keras.

Sekarang aku jadi mengingatnya, sebentar lagi sudah memasuki bulan Desember.

Ah, iya, boleh.

Kalau begitu, sepulang kerja nanti ya.

Dia tersenyum tipis lalu pergi.

Aku penasaran apa ada hal baik yang terjadi padanya.

 

◇◇◇◇

 

““Bersulang!””

Setelah jadwal pekerjaan kami selesai, kami bersulang di kedai izakaya langganan.

Meskipun bukan akhir pekan, tempat ini masih ramai dengan karyawan yang sudah melonggarkan dasi dan melepas jas. Sepertinya musim pesta akhir tahun sudah dimulai.

“Selamat untuk pekerjaan paruh waktu kita.

Setelah meneguk bir pertamanya dengan nikmat, Kurose-san berkata dengan nada serius.

“Kira-kira sudah hampir setengah tahun, ya? Aku senang kamu mau bergabung, jadi pekerjaanku jadi lebih mudah. Terima kasih, ya.

Tidak, justru aku yang harus bilang begitu...

Aku tidak bisa mengatakannya dengan jelas karena malu, tapi aku menundukkan kepala ke arah Kurose-san sambil menikmati minuman beralkohol.

Berkat kerja di editorial, pandanganku menjadi lebih luas. Aku senang bisa berinteraksi lagi dengan Kurose-san, dan juga bisa dekat dengan orang-orang hebat seperti Kamonohashi-sensei.

“Pada waktu itu, aku senang kamu mau mengajakku.

Melihatku begitu, Kurose-san menampilkan senyumannya.

“.....Kalau dipikir-pikir, cuma kamu satu-satunya laki-laki yang bisa kuajak dengan santai seperti ini, ya.

...Bagaimana dengan Kujibayashi-kun? Apa kalian masih saling menghubungi lewat LINE?

Saat aku menanyakan hal seperti itu, Kurose-san mengangguk, seperti teringat sesuatu.

Ah... Iya.

Lalu, dia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas yang tergeletak di bawah.

Lihat ini.

Layar percakapan di ponsel Kurose-san menunjukkan banyak sekali pesan yang dihapus, lalu dilanjutkan dengan kiriman stiker dari Harry Pochhari yang juga terhapus bersih.

Setelah itu, ada percakapan seperti ini:

 

Kujibayashi Haruku

Maaf

Ini pertama kalinya aku bertukar pesan dengan Wanita lain selain keluarga, jadi aku tidak tahu harus bagaimana, jadi mohon maaf atas pemandangan yang kurang pantas.

Aku akan mengatur ulang kembali.

Mohon maafkan kekurangajaranku sebelumnya.

 

Maria

Tidak masalah sama sekali, tapi terima kasih sudah mengatakannya.

 

Kujibayashi Haruku

Bagaimana harimu hari ini?

Hariku biasa-biasa saja.

Roti panggang yang aku beli dari minimarket hari ini rasanya enak.

 

Maria

Keseharianku juga biasa saja.

Dedaunan musim gugut di kampus terlihat sangat indah, jadi aku merasa tenang ketika melihatnya.

 

Kujibayashi Haruku

Di kampus kami juga sedang musim gugur.

Tapi karena ada banyak pohon ginko, jadi aroma daun ginkonya selalu mengganguku setiap tahun.

 

Maria

Aku cukup menyukai buah ginko.

Aku hanya pernah memakannya yang dikukus dalam mangkuk teh.

 

Kujibayashi Haruku

Aku juga suka memakannya.

Sejak kecil, keluargaku selalu membelinya di restoran ryotei, lalu digoreng dengan garam, rasanya enak sekali.

 

Maria

Aku belum pernah mengunjungi ryotei.

Keluargamu pasti berkecukupan, ya.

 

Kujibayashi Haruku

Karena menunggu makanan lama, anak-anak biasanya gampang sekali bosan.

Tapi mungkin cocok untuk ngobrol santai sebagai orang dewasa.

 

Maria

Wah, aku jadi ingin sekali pergi ke sana.

 

Kujibayashi Haruku

Saat kamu dewasa nanti, kamu pasti akan punya kesempatan.

Biasanya kamu makan di restoran mana?

 

Maria

Karena pergi dengan teman perempuan, tempat yang sering dikunjungi adalah kafe atau toko kue.

 

Kujibayashi Haruku

Apa yang biasanya kamu pesan?

 

Maria

Aku menyukai jenis makanan manis apa saja, tapi saat ini aku sedang ingin roti panggang.

 

Kujibayashi Haruku

Kebetulan sekali, aku juga makan itu hari ini.

 

Maria

Aku jadi ingin makan itu setelah membaca pesanmu.

 

 

Percakapan itu diakhiri dengan Kujibayashi-kun yang mengirim stiker Chikyawa yang terkejut.

...Ahaha...

Aku mengenali semua percakapan ini.

Karena semua pernyataan dari Kujibayashi-kun merupakan hasil rekayasaku.

Aku menerima tangkapan layar balasan Kurose-san, lalu menulis balasan yang diharapkan Kujibayashi-kun, kemudian aku sunting, dan Kujibayashi-kun akan mengirimnya jika tidak ada keberatan. Ini adalah hasil percakapan yang terbentuk setelah proses yang sangat rumit.

 

──Dia bilang ingin pergi ke ryotei! Bukannya kesempatan untuk mengajaknya!

──Tapi tempat itu bukanlah tempat yang cocok untuk pasangan muda

──Dia ingin makan roti panggang! Kali ini kamu pasti bisa mengajaknya!

──Aku hanya pernah makan yang dari minimarket, jadi aku tidak tahu restoran mana yang bagus

──Aku akan ikut mencarinya! Aku akan menanyakan itu ke Luna juga!

──Aku tidak ingin melakukan sesuatu di luar kemampuanku

──Kenapa sih?!

──Aku takut ditolak

──Mana mungkin dia akan menolakmu dengan alur seperti ini!

──Aku sama sekali tidak mengerti hati perempuan

 

Ahaha...

Saat mengingat percakapan canggung itu, mau tak mau aku hanya bisa tertawa getir.

Meski Kujibayashi-kun mempunyai dua kesempatan untuk mengajak kencan Kurose-san, tapi ia tak bisa menyepakati pertemuan. Mungkin kelambanan ini memang sesuai dengan tempo Kujibayashi-kun.

...Sepertinya hubungan kalian tampak membaik, ya?

Saat aku berkata begitu, Kurose-san menelengkan kepalanya dengan bingung.

“Entah kenapa, rasanya ia menjadi orang yang berbeda. Kashima-kun, kamu tidak mengedit percakapannya, 'kan?

Eh?! Ti-tidak kok!

Aku panik dan berteriak karena tebakannya tepat sasaran, tapi Kurose-san hanya tertawa.

Biasanya gadis-gadis yang melakukan itu. Anak cowok mana mungkin melakukan itu, iya, ‘kan?”

...Memangnya para gadis suka saling mengedit?

Lebih tepatnya sih, gadis-gadis suka nyebarin screenshot percakapan cowoknya ke grup dan bilang 'Bukannya orang ini rada sangklek, ‘kan?'

Eh...

Apa-apaan itu, mengerikan banget... Aku mengernyit dengan pergaulan para gadis, tapi Kurose-san tersenyum tipis.

Tapi aku tidak pernah melakukannya. Teman perempuanku yang pakai aplikasi kencan suka berbagi percakapan dengan cowok yang mereka temui di sana di grup obrolan.

Begitu ya...

Syukurlah percakapan Kujibayashi-kun tidak tersebar. Tapi gadis-gadis memang menakutkan. Mungkin kekhawatiran Kujibayashi-kun tidak terlalu berlebihan.

...Awalnya dia memang sedikit berlebihan, tapi sebenarnya dia bukan orang jahat. Apa kamu mengerti?

Iya.

Kurose-san tersenyum. Melihat tanggapannya yang begitu membuatku merasa lega.

Kalau kamu tidak keberatan, bisakah aku sesekali ikut ngobrol lewat LINE?

Kalau dia menghubungi. Tapi mungkin juga ia takkan menghubungi lagi."

Aku yakin ia akan menghubungi...

Aku akan menyuruhnya untuk mengirimnya... Tapi saat aku berpikir begitu, Kurose-san tersenyum lembut.

Aku tidak punya laki-laki yang mau menghubungiku bahkan ketika aku tidak punya urusan khusus, dan aku tidak mengerti pentingnya tetap berhubungan dengan seseorang yang bukan pacarku.

Setelah mengatakan itu, Kurose-san tersenyum lembut.

Tapi kalau percakapan seperti ini, aku sedikit menikmatinya.

 

◇◇◇◇

 

Dan kemudian, bulan Desember pun tiba.

Suatu hari, Icchi mengirim pesan di grup LINE yang terdiri dari kami bertiga, Ada yang ingin aku bicarakan.” Ia pasti ingin membicarakan tentang kehamilan Tanikita-san.

Sejak telepon di Okinawa itu, Icchi tidak pernah menghubungi kami lagi, tapi aku sudah mendengar dari Luna bahwa kehamilan Tanikita-san sudah pasti. Nisshi juga pasti sudah mendengarnya dari Yamana-san.

Sembari merasakan suasana yang sedikit berat, kami bertiga akhirnya sepakat untuk bertemu, sama seperti saat insiden Chamotaro dulu.

 

Pada hari Minggu, kami bertiga berkumpul di stasiun O di siang hari lalu pergi ke restoran keluarga China yang dulu sering kami kunjungi sewaktu SMA, sekitar 15 menit berjalan kaki.

Icchi yang sekarang tidak makan sebanyak dulu, tapi hari ini ia memesan nasi goreng dan ramen porsi besar, lalu menghabiskannya dengan luar biasa.

Setelah itu ia mengambil minuman di bar minuman, lalu dengan wajah serius ia menghadap ke arahku dan Nisshi yang duduk di seberang meja.

...Aku memutuskan untuk menikah dengan Akari.

Aku dan Nisshi saling bertukar pandang.

Umm... Selamat?

Apa ini baik-baik saja?

Nisshi berkata, dan aku menimpali.

Biasanya ini akan menjadi kabar gembira, tapi raut wajah Icchi justru tampak muram.

Sejak bertemu dengannya hari ini, kami berdua tahu ia terlihat lesu. Jadi kami cukup terkejut mendengar pengumuman bahagia ini.

...Terima kasih...

Icchi berkata dengan suara hampir tak terdengar.

La-lalu, soal upacara pernikahan kalian...?”

“Kami takkan mengadakannya... karena itu bukan prioritas sekarang... Akari sudah mulai mengalami mual-mual.

Be-Begitu ya.

Aku sadar kalau pertanyaanku kurang sensitif, tapi aku benar-benar tidak tahu harus bertanya apa.

Lalu, soal uang bagaimana? Masih ada lebih dari setahun sebelum kamu lulus, 'kan?

Nisshi bertanya dengan hal yang praktis.

Nah, soal itu...

Icchi menggigit bibirnya sebelum berkata.

...Aku sudah berhenti kuliah.

““Apa?!””

Aku dan Nisshi berseru bersamaan.

Ayahku benar-benar marah besar... Berkat ibuku, setidaknya aku tidak dicoret dari kartu keluarga, tapi katanya 'Orang tak senonoh sepertimu tidak pantas kuliah. Cepat kerja untuk menghidupi istri dan anakmu kelak.'

Kami berdua kehilangan kata-kata saat mendengar cerita Icchi.

Sekarang aku bekerja di proyek konstruksi alumni kampusku.

...Kamu bekerja sebagai apa di proyek konstruksi itu?

Aku bertanya dengan ragu tentang pekerjaan Icchi di proyek konstruksi, karena sulit membayangkan dirinya bisa ada di sana.

Aku jadi pekerja biasa. Tipe pekerja yang sering disebut pekerja kuli, begitu.

...

Sungguh tak disangka, Icchi yang dulu lebih suka main game daripada mengangkat barang berat, sekarang jadi pekerja kuli... Aku merasa terkejut, tapi sekarang mengerti kenapa ia makan begitu lahap tadi.

Aku dibentak terus setiap hari, kerja terus-terusan sampai capek. Ketika pulang, Akari sudah mual-mual sampai lemas.

...Jadi kalian berdua sudah tinggal bersama?

Lebih tepatnya, aku diusir dari rumahku.

““Ehh?!””

Sekarang aku tinggal di rumah orang tua Akari bersama keluarganya.

““Hah?!””

Kami terus-menerus dibuat terkejut dengan perkembangan yang mengejutkan ini.

It-Itu pasti merepotkan, ya...

Icchi mengangguk ketika mendengar tanggaanku.

Ibunya Akari bahkan mencucikan bajuku yang kotor, aku jadi merasa tidak enakan dengannya.

Haa...

“Itulah sebabnya orang tua Akari jadi marah pada orang tuaku, sehingga menyebabkan hubungan kedua belah pihak jadi memburuk.

Begitu ya...

“Pada awalnya, ayahku bilang akan membayari uang untuk menggugurkan, asalkan aku bisa lulus kuliah. Tapi Akari memutuskan untuk melahirkan anak kami, jadi ia bilang 'Terserah kamu saja di keluarga Tanikita', seakan-akan menghancurkan kehidupan putranya sendiri.

“.....

Permasalahannya sudah berada di luar jangkauanku, jadi aku kehabisan kata-kata untuk menanggapinya.

Nisshi juga tampaknya merasakan hal yang sama, kami hanya diam mendengarkan cerita Icchi.

Pokoknya, aku tidak bisa tenang di rumah maupun di luar, setiap hari rasanya seperti di neraka...

"..."

Kehidupan sehari-hari Icchi terdengar begitu menyedihkan.

Kalian berdua, hati-hati jangan sampai gagal memakai kontrasepsi seperti aku...

Mendengar kata-kata Icchi yang terdengar dipaksakan, Nisshi tersenyum miris.

“Apanya yang gagal kontrasepsi, hubungan kami 'kan belum sampai tahap itu.

“Ehh?

Nisshi, jangan-jangan kamu dan Yamana-san belum melakukannya...?”

Sementara aku dan Icchi menatapnya, Nisshi balas mengangguk dengan malu-malu.

Begitu ya... Aku tidak bisa berkomentar apa-apa, tapi mereka 'kan baru pacaran sejak musim semi, wajar saja kalau belum sampai tahap itu.

...Kasshi. Apa kamu tahu sampai sejauh mana hubungan Nikoru dengan mantan pacarnya?

Hah?

“Mantan pacarnya adalah pacar pertamanya Nikoru, iya ‘kan? Aku dengar mereka putus di tengah jalan, jadi aku penasaran apa mereka benar-benar melakukannya sampai akhir atau tidak.... Kasshi, karena teman dekat mantan pacarnya, kamu pasti tahu sesuatu, ‘kan?

Umm...

Ketika Nisshi bertanya begitu, aku mencoba mengingat-ingat kenangan masa laluku.

Kalau kamu menanyakan hal itu padaku, aku tidak tahu pasti...

Aku memang pernah mendengar dari kamar cewek bahwa mereka tidak jadi melakukannya saat study tour semasa SMA dulu. Tapi aku tidak tahu apa yang terjadi setelahnya.

Pada awalnya mereka kelihatan baru akan melakukannya kalau Sekiya-san berhasil diterima kuliah kedokteran... Tapi karena ia harus ikut program khusus, jadi pada akhirnya aku tidak tahu perkembangan hubungan mereka bagaimana.

Setelah Sekiya-san berhasil diterima dengan sukses, mereka justru langsung putus.

Meskipun aku kadang-kadang berbincang dengan Sekiya-san, aku tidak akan bertanya hal-hal pribadi kecuali ia sendiri yang menceritakannya.

Tapi, karena ini tentang Sekiya-san, kurasa ia tidak akan bisa menahan diri sampai bertahun-tahun seperti aku.

Aku tersenyum, tapi rasanya sedih.

“....Ehh?””

Tiba-tiba Nisshi dan Icchi berseru bersamaan.

Kasshi, apa kamu sudah menahan diri selama itu?

Kapan pertama kali kamu berhubungan badan dengan Shirakawa-san?

Ups, aku baru menyadari kalau belum cerita ke mereka.

...Sebenarnya, aku belum pernah...

Aku mengatakannya tanpa ada yang disembunyikan, tapi Nisshi dan Icchi bereaksi sangat kaget ketika mendengar pengakuanku.

““Masih belum pernahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh?!””

Teriakan mereka bergema di dalam restoran.

Pengunjung di sekitar kami mengalihkan perhatian mereka kepada kami, dan bahkan robot pelayan yang bergerak di lorong sepertinya berhenti sejenak karena terkejut dengan suara mereka.

Ah, ja-jangan sampai berteriak sekeras itu napa.

“Ka-Kamu kenapa, Kasshi? Bukannya kalian berdua sudah berpacaran 1,2,3.... 4 tahun sejak kamu SMA!

Apa kamu dilarang berhubungan s*ks oleh agamamu sebelum menikah?

Aku masih kewalahan dengan reaksi mereka yang panik mendesakku, seolah-olah tak bisa memahaminya.

“Tidak, ya.... ada beberapa kali kesempatan kami bisa melakukannya, tapi... aku selalu melewatkannya...

Saat aku mengatakan ini, aku teringat penderitaanku baru-baru ini dan merasa tidak berdaya.

Tapi mereka berdua tidak menyerah begitu saja.

“Bukannya pacarmu itu Shirakawa-san? Masa 4 tahun tidak pernah melakukan itu sama sekali?

Ngapain gengsi sih? Shirakawa-san sendiri sudah memiliki pengalaman sama banyak cowok, harusnya kamu bisa langsung ambil kesempatan!”

Aku mengerti maksud mereka, tapi...aku mengangkat bahuku dengan pasrah.

...Iya, aku memang pengecut.

Bener sekali! Sekarang juga langsung temui dia!

“Asli, apa sih yang kamu pikirin?! Kamu tinggal melakukannya saja!

“Hari kelulusan! Ayo jadikan hari ini sebagai hari kelulusan keperjakaanmu!

Karena kamu pengecut, maka gunakan cara seorang pengecut dengan menyembah-nyembah meminta izin dulu!"

...Udahlah, jangan bahas aku lagi!

Aku merasa sangat menyedihkan jika topik inibahas lebih lanjut, jadi memaksa mengubah topik.

Topik sekarang adalah membahas Nisshi, kan!? ... Makanya, jika dipikirkan secara logis, aku merasa ada hubungan seperti itu antara Yamana-san dan Sekiya-san.”

Ketika aku memaksakan diri untuk mengembalikan pembicaraan, Icchi tampak masih ingin membicarakan topikku, tetapi Nisshi terlihat lesu.

…Yah, kurasa memang begitu, ya.

Ia menunduk dan menghela napas dalam-dalam.

Hah… Mungkin karena aku, ya… Mungkin aku tidak bisa merasakan hal seperti itu…

Ngomong-ngomong, Icchi, bagaimana caramu bisa menjalin hubungan seperti itu dengan Tanikita-san?

Karena Nisshi dalam suasana hati yang murung, dan aku tidak ingin pembicaraan kembali membahas diriku, jadi aku bertanya kepada Icchi.

 Aku merasa bahwa bertanya hal seperti ini kepada Icchi mungkin aman. Ia pasti sudah menjadi orang yang sangat bahagia, hampir menjadi seorang ayah.

Eh?

Icchi awalnya tampak bingung sejenak, tetapi setelah mengingat masa lalu, wajahnya menjadi ceria.

“Tidak, yah, karena Akari sangat bersemangat…

Dengan senyum tak tertahankan, Icchi mulai menceritakan.

Pada hari kami mulai berpacaran, di Love hotel

“Eh──!””

Dengan kata lain.

Setelah ciuman di jalanan pada hari insiden Chamotaro, mereka langsung berhubungan badan di hari yang sama?

Apa itu! Aku tidak percaya! Semoga ini hanya jebakan! Semoga mereka mati saja!

Nisshi sangat bersemangat.

Tapi lihat, hasilnya malah seperti ini…

Setelah mengatakan itu, Icchi tampak kembali ditarik dalam kenyataan dengan ekspresi lesu.

Kalian berdua masih beruntung…

Icchi mengeluarkan suara penuh perasaan seolah-olah benar-benar berpikir demikian.

Aku sudah berada di kuburan kehidupan… sudah di ambang neraka…

Setelah berkata demikian sambil menutupi wajahnya, Icchi membuat kami kembali kehilangan kata-kata.

 …Hmm?

Icchi mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan menatap layar selama beberapa saat.

Kemudian, ia menatap kami dan berkata.

…Maafkan aku, aku harus pulang sekarang.

Ada apa?

Sepertinya Akari sedang tidak enak badan. Meskipun ini hari libur, ketika aku menelepon pihak rumah sakit, mereka bilang, 'Kalau Anda merasa khawatir, datanglah dan kami akan memeriksanya,' jadi aku harus mengantarnya.

Eh, serius?

“Pasti rasanya sulit, ya… semoga cepat sembuh.

Terima kasih. …Nah, aku pergi dulu.

Icchi, dengan cara yang khas, menghitung biayanya dengan cepat dan meninggalkan uangnya, sementara aku dan Nisshi terdiam sejenak.

…Kurasa kita juga harus pergi."

Iya, setuju.

Entah kenapa, aku jadi teringat pada insiden Chamotaro.

Pada saat itu, aku sama sekali tidak membayangkan Icchi akan berada dalam situasi seperti ini.

 

◇◇◇◇

 

Kami berdua berjalan menyusuri jalanan menuju stasiun di sore hari. Dengan dinding beton yang memisahkan rel kereta dan jalan raya di sebelah kiri, aku dan Nisshi berjalan berdua di trotoar yang cukup lebar, tanpa banyak bicara. Karena trotoarnya lebar, sepeda sesekali melintas di samping kami, dan aku merasa itu berbahaya dan mengganggu.

Tiba-tiba, Nisshi membuka mulutnya.

…Aku berencana untuk memberi tahu Nikoru.

Eh?

“Hari natal sudah lumayan dekat, kan? Kalau kita bertemu di malam Natal, aku akan mengajaknya, 'Aku ingin bersamamu malam ini.'

Nisshi berkata demikian sambil tidak menatapku, dengan kedua tangan diselipkan di saku celananya.

“Rasanya sungguh lucu sekali karena kami benar-benar tidak pernah berada dalam suasana seperti itu… tidak ada yang berubah dari saat kami berteman dulu. Tapi, karena ini hari istimewa, tidak ada salahnya jika aku mengatakannya, kan? Karena aku adalah pacarnya Nikoru.

Aku mengangguk, memahami apa yang dikatakan Nisshi.

Iya. Benar.

Aku mengerti. Mungkin Nikoru tidak ingin aku mengatakannya. Dia yang menjaga hubungan kita tetap seperti teman.

Dengan kata-kata itu, Nisshi menggigit bibirnya.

…Tapi, aku sudah… merasa tersiksa dalam keadaan ini. Jadi, jika Nikoru menolakku… aku tidak keberatan kembali menjadi orang asing, bukan teman maupun kenalan.

Ada cahaya tegas di dalam tatapan matanya.

Jadi kamu sudah memutuskannya, ya?

Iya, aku sudah memutuskannya. Karena kamilah yang berpacaran.

Kata-kata itu membuatku terkejut.

“Mana mungkin cuma aku yang terus-menerus menahan diri, kan?

Itu memang benar.

Walaupun Luna berharap kalau kami tidak akan melakukan itu sampai kami menikah, tidak ada salahnya untuk menyampaikan bahwa aku tidak berpikir demikian.

——Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang harus diusahakan oleh salah satu pihak... Tapi sesuatu yang akan muncul ketika kalian berdua saling berjalan bersama.

Aku jadi teringat kata-kata kakak perempuannya Luna dan merasa sangat yakin tentang itu.

…Semoga semuanya berjalan baik.

 Ketika aku mengatakannya, Nisshi akhirnya menatapku dan tersenyum.

“Kamu juga, Kasshi.

Aku merasa malu seolah-olah dia bisa membaca pikiranku yang sedang memikirkan diriku sendiri, jadi aku hanya tersenyum kembali.

 

Setelah aku berpisah dengan Nisshi dan turun dari kereta di Stasiun K, ponselku mendadak bergetar.

Ketika aku melihatnya, itu adalah panggilan masuk dari Kamonohashi-sensei.

Halo, ini Kashima.

Karena baru keluar dari gerbang, aku berjalan menuju taman stasiun yang tenang sambil menjawab telepon.

“Halo, bagaimana kabarmu?

Suara Kamonohashi-sensei terdengar ceria seperti biasa.

Bagaimana kabar Kurose-san setelah itu? Apa Sato-kun masih mengganggunya?

“Kupikir semuanya sudah tidak masalah lagi. Terima kasih banyak untuk waktu itu.

Ah, itu sebenarnya cukup menyenangkan, jadi tidak apa-apa.

Percakapan terhenti sejenak di situ, dan aku merasa bingung tentang apa yang harus dibicarakan dengan mangaka terkenal itu, sambil diam-diam berkeringat dingin.

Maksudku

Sepertinya Kamonohashi-sensei adalah orang yang perhatian kepada orang-orang terdekatnya, tetapi apa dia benar-benar meneleponku hanya untuk menanyakan tentang Kurose-san?

 Saat aku berpikir seperti itu, di ujung telepon, sensei memulai pembicaraan, “Begini.

Fujinami-kun sepertinya akan keluar dari Penerbitan Iidabashi. Apa kamu tahu sesuatu tentang itu?

Eh!?

Aku sangat terkejut sampai-sampai tidak bisa menahan suara asliku. Burung merpati yang ada di tanah taman terbang karena suaraku.

Apa maksudnya!?

Tadi, Fujinami-kun tiba-tiba menghubungiku dan bilang, 'Aku akan keluar dari jabatan ini sebelum akhir tahun,' jadi aku tanya dia mau pindah ke departemen mana, dan dia memberi kesan akan keluar dari perusahaan. Dia bilang, 'Mari kita makan bersama untuk terakhir kalinya,' dan sudah menentukan hari untuk bertemu, mungkin dia akan bilang di sana, tapi itu membuatku takut! Aku sudah takut bertemu orangnya langsung, dan aku ingin tahu segera. Kira-kira apa kamu tahu alasannya?

Eh… aku sama sekali tidak tahu…

Aku hanya bisa menjawab dengan kebingungab. Fujinami-san selalu bilang, Kerja itu menyenangkan dan "Aku merasa puas, jadi ini benar-benar seperti petir di siang bolong.

Aku pikir Fujinami-kun adalah orang yang sukses dan semangat, tapi tiba-tiba dia ingin keluar. Aku jadi berpikir, apa ada masalah atau skandal yang terjadi? Jika itu bukan masalah seperti itu, tidak apa-apa sih.

Kurasa bukan masalah seperti itu. Sungguh, aku tidak pernah mendengar apa-apa darinya.

Jika ada kejadian seperti itu dan menjadi perbincangan di dalam departemen editorial, pasti informasi itu akan sampai ke telingaku yang hanya seorang pekerja paruh waktu. Meskipun aku tidak tahu, Kurose-san pasti sudah berbicara dengan editor lain, jadi dia juga akan memberitahuku.

Kalau begitu tidak apa-apa… tapi sayang sekali. Aku pikir mungkin suatu saat aku bisa bekerja sama dengan Fujinami-kun.

Suara Kamonohashi-sensei terdengar benar-benar begitu kecewa. Sepertinya ia tidak menggambar manga baru-baru ini, tetapi mungkin ia benar-benar ingin bekerja dengan Fujinami-san. Sambil menghormati Fujinami-san, pertanyaan yang sebelumnya tidak terjawab kembali muncul di pikiranku. Seperti biasa, lirik lagu dari Raion-san belum juga maju.

…Ehm, Kamonohashi-sensei.

Ya?

Maaf jika ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya, tetapi… menurut Anda, keterampilan apa yang dibutuhkan seorang editor?

Hah, aku tidak tahu! Tanyakan saja kepada editor lah!

Pertanyaanku yang sudah aku putuskan dengan hati-hati, langsung ditolak mentah-mentah oleh Kamonohashi-sensei.

Tidak, maksudku, dari sudut pandang seorang mangaka saja sudah cukup…

Karena saat ini aku benar-benar bingung tentang penulisan lirik Raion-san, aku berusaha lebih keras dari biasanya.

Kamonohashi-sensei lalu berpikir sejenak.

Ini juga sulit. Seorang mangaka itu kumpulan dari berbagai kepribadian, jadi semua orang memiliki karakter yang berbeda, dan apa yang mereka gambar pun sangat bervariasi, kan? Jika seorang mangaka menggambar cerita hard-boiled, mungkin dia ingin editor yang paham tentang senjata, bukan?

Bukan itu yang aku maksud… pikirku, tapi sensei menambahkan, Tapi,

“Sebaiknya kamu menyukai penulis yang kamu tangani. Kami juga berusaha untuk menyukainya.

Apa maksud Anda editor yang bertanggung jawab?

Ya.

Setelah sampai di bangku taman, aku pun duduk. Di bawah tangga yang luas, ada lapangan rumput bulat di mana anak-anak berlarian dengan ceria.

Jika itu datang dari seseorang yang kamu suka dan percayai, meskipun mereka mengkritik dengan keras, kamu akan merasa ingin mendengarkannya, kan? Terutama di masa muda, aku sering menerima banyak kritik dari editor, tetapi aku bisa mendengarkannya karena aku merasakan cinta terhadap karyaku dan diriku. Jika itu tidak ada, maka sama saja dengan orang-orang yang mencaci maki di internet, kan? Yah, mungkin tidak persis sama sih, hahaha.

Kamonohashi-sensei tertawa sendirian.

Ada banyak mangaka yang bilang, 'Istriku adalah editor terbaik.' Kami tahu bahwa orang yang kami sampaikan karya adalah orang biasa yang suka manga dan buku, bukan kritikus, jadi itu sudah cukup. Oleh karena itu, untuk konten, wakili pembaca umum dengan menyampaikan pendapatmu yang tulus. Agar mereka bisa mendengarkan dengan jujur, penting untuk membangun hubungan saling mempercayai. Jika kamu mulai menangani seorang penulis, mulailah dengan membaca karya-karya sebelumnya atau mengobrol tentang latar belakang dan kehidupan pribadinya untuk mengenalnya. Jika kamu mengenalnya, kamu bisa menyukainya. Sebaliknya, mungkin juga kamu bisa tidak suka, tapi ya sudah, namanya juga pekerjaan! Hahaha!

Setelah mendengar itu, aku terkejut.

Aku merasa ada sesuatu yang mendalam dari apa yang dikatakan Kamonohashi-sensei menjadi penyebab nasihatku kepada Raion-san tidak berjalan dengan baik. Aku juga memberi nasihat kepada Kujibayashi-kun mengenai tanggapannya terhadap LINE untuk Kurose-san.

Meskipun aku merasa aneh untuk mengatakannya, hingga saat ini, hal itu berjalan cukup baik. Aku sudah berteman dengan Kujibayashi-kun hampir tiga tahun, jadi aku tahu banyak tentang sisi baiknya. Meskipun dia terkadang mengatakan hal yang konyol, aku bisa bersikap sabar dan berusaha memahami maksud sebenarnya. Ia juga merasakannya, dan di tempat-tempat yang perlu dia kompromikan, ia mau mendengarkan apa yang aku katakan.

Aku merasa alasan kenapa aku tidak bisa memberikan nasihat kepada Raion-san sepertinya berasal dari ketidaktahuanku tentang dirinya.

 

◇◇◇◇

 

Pada malam itu, aku menghadapi Raion-san di layar komputer.

“Jadi, bagaimana dengan perkembangan liriknya?

Saat aku bertanya lagi, Raion-san tampak sedikit canggung.

Ya... setelah rapat jarak jauh tempo hari, aku sempat merasa termotivasi, tapi karena pekerjaan di siang hari, jadi malamnya aku merasa mengantuk sekali...

Ahaha...

Aku hanya bisa tertawa pada pernyataan yang tidak berdaya itu. Sepertinya orang ini perlu perhatian dan bimbingan seperti Kujibayashi-kun.

...Berbicara tentang itu.

“Kalau boleh tahu, sejak kapan Raion-san bercita-cita ingin menjadi seorang penyanyi sekaligus penulis lagu?

Ketika aku mengajukan pertanyaan itu, Raion-san membuka matanya lebar-lebar karena terkejut.

Kemudian ia menatap ke arah langit-langit seraya bergumam,“Hmm....”.

“....Setelah aku lulus SMA, ibuku menikah lagi, dan aku tidak punya rumah yang bisa kukunjungi dengan santai... Ketika aku tidak tahu harus berbuat apa, yang terlintas di pikiranku adalah menjadi seorang penyanyi-penulis lagu.

Setelah mengatakannya, ia menyipitkan matanya seolah-olah mengenang masa lalu.

Ketika aku masih kecil dulu... baik dalam belajar maupun olahraga, aku tidak pernah pandai dalam hal apapun, tetapi hanya saat menyanyi, ibuku akan memujiku. Itulah sebabnya aku jadi suka menyanyi.

Mungkin karena teringat masa itu, Raion-san tersenyum kecil.

Aku menyanyikan berbagai lagu, seperti 'Lagu Mencuci Piring' atau 'Lagu Mencuci Pakaian,' dengan lirik yang sembarangan dan melodi yang terdengar familiar, sambil membantu pekerjaan rumah... Aku senang melihat ibuku tertawa mendengarnya.

Namun saat ia mengatakan itu, ekspresi di wajahnya tiba-tiba menjadi suram.

“Itulah sebabnya, aku berpikir, jika aku menyanyi, mungkin aku bisa membuat orang lain bahagia lagi... Karena itu, aku merasa telah merepotkan Ryuuto-san dan yang lainnya... Aku benar-benar minta maaf.

Dengan mengatakan itu, Raion-san menundukkan kepalanya melalui layar.

Karena aku tidak bisa menyelesaikan lagu untuk orang yang aku sukai tanpa bantuan orang lain... Aku pikir, aku memang tidak memiliki bakat.

Ah, itu sama sekali tidak benar... Dari sudut pandangku, bisa menulis dan menciptakan lagu saja sudah luar biasa.

Mendengar dukunganku, Raion-san hanya bisa tersenyum pahit dan menggelengkan kepala.

Seorang senior yang pernah menjadi penyanyi-penulis lagu jalanan dan sudah merilis CD pernah bilang padaku. 'Aku pernah bertemu dengan penyanyi terkenal yang bisa hidup dari lagu-lagu mereka, tetapi mereka semua bukan orang biasa. Baik saat mereka sangat senang sampai ingin menari, atau saat mereka sangat menderita, kata-kata dan melodi selalu mengalir dari dalam tubuh mereka, dan jika mereka tidak menyanyi dan mengeluarkannya, otak mereka akan tersumbat dan mati. Mereka adalah makhluk seperti itu sejak lahir.'

Setelah berbicara dengan tenang, Raion-san berkata dengan pelan.

...Aku bukan orang seperti itu.

“Itu...

Tapi, meskipun aku hanyalah orang biasa, lagu-laguku... Kitty-chan memujiku seperti ibuku yang dulu, 'Hebat, bagus!'... Itu membuatku senang... dan aku jadi sulit untuk melepaskannya...

Dengan ekspresi yang bahagia sekaligus sedih, Raion-san terus melanjutkan.

Di sudut kepalaku, aku selalu berpikir untuk bekerja di toko pamanku suatu saat nanti. Ibuku juga pasti merekomendasikan sekolah kuliner untuk itu... Tapi, aku tidak punya kesempatan... Sulit untuk melepaskannya, juga karena Kitty-chan mendukungku, tetapi kenyataan yang membawaku untuk menghadapi itu juga berkat keberadaan Kitty-chan.

Setelah mengatakan itu, Raion-san terdiam sejenak, lalu membuka mulutnya lagi seolah merenungkan sesuatu.

...Jadi, lagu terakhir yang akan aku buat ini, meskipun bagi orang lain bukanlah lagu yang luar biasa... Aku ingin membuatnya menjadi sesuatu yang bisa membuat Kitty-chan benar-benar bahagia... Semakin aku memikirkannya, semakin terasa tekanan untuk 'menulis lirik yang bagus,' dan kata-kataku menjadi tidak keluar...

Saat mendengarkan cerita Raion-san, aku tiba-tiba berpikir bahwa mungkin aku bisa membantunya.

Namun, berlawanan dengan harapanku, ekspresi Raion-san semakin suram.

Tapi, jika aku tidak bisa menemukan ide, mungkin sudah tidak mungkin lagi. Mungkin lebih baik menyerah dan pergi meminta maaf kepada Kitty-chan meskipun itu terlihat konyol...

Jangan bilang begitu. Mari kita coba lagi tanpa menyerah.

Dengan semangat, aku berbicara ke arah mikrofon untuk memberi semangat pada Raion-san yang ada di layar.

“Apa kamu bisa menceritakan kenanganmu bersama Kitty-san?

Eh?

Raion-san tampak kebingungan.

“Aku baru menyadarinya sekarang. Apa yang kurang dari lagu ini adalah kekhususannya. Bukan lagu cinta yang terdengar biasa, tetapi lagu yang hanya bisa menyentuh satu orang di dunia ini, yaitu Kitty-san... Jika kita ingin mewujudkan keinginan Raion-san untuk membuatnya, kita harus menulis tentang pengalamanmu dengan Kitty-chan, bukan kata-kata yang abstrak.

Aku merasa senang telah mendengarkan cerita ini. Dengan antusias, aku mengungkapkan ide ini.

Kita bisa mengumpulkan kenangan kalian berdua dan mengubahnya menjadi lirik lagu. Kita bisa memilih episode mana yang ingin dipilih dan bagaimana menyusunnya... Aku juga akan ikut berdiskusi.

Jika diingat kembali dan dikatakan seperti itu... rasanya sulit...

Itu sama sekali tidak sulit.

Aku berkata pada Raion-san yang tampak bingung.

“Bukannya kamu baru saja memberitahuku hal itu? Lagu yang membuat ibumu senang ketika kamu kecil adalah... lirik yang bisa kamu ucapkan langsung dari apa yang kamu lihat, kan?

Ah...

Kamu pernah menceritakan itu sebelumnya. Pada hari pertama kamu bertemu Kitty-chan, kalian berbincang seru tentang 'Nama Keren dan Nyeleneh.' Cerita-cerita seperti itu, tolong ceritakan lebih banyak. Mari kita jadikan itu liriknya. Bersama-sama.

Mendengar kata-kataku, Raion-san mengangguk penuh semangat.

...Baiklah. Terima kasih banyak.

 

Sejak hari itu, aku mulai bekerja sama untuk menulis lirik dengan Raion-san.

 

Dan lagu terakhir Raion-san sebagai seseorang yang mengaku-ngaku sebagai penyanyi sekaligus penulis lagu” akhirnya selesai sehari sebelum malam Natal.

 

 

Sebelumnya Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama