Chapter 4.5 — Obrolan Tongkrongan Antara Akari-chan dan Marimero
Di sebuah
kafe di dalam gedung fashion di Tokyo, hari
ini juga, Akari-chan dan Marimero
sedang menikmati minum teh sambil berhadapan.
Raut wajah
Akari-chan tampak pucat, dan dia
menempelkan handuk kecil di mulutnya.
“…Ugh…!”
“Akari-chan,
kamu baik-baik saja?”
Marimero mengulurkan
tangannya dengan khawatir dan
meraih bahunya.
“Kalau
kamu merasa tidak enak badan,
seharusnya kita bisa menundanya saja…”
Begitu mendengar
kata-kata tersebut, Akari-chan
menggelengkan kepalanya.
“Tidak
apa-apa. Soalnya, aku ingin bertemu Marimero…”
Dia
melepaskan handuk dari mulutnya dan berkata begitu.
“Mualku
di pagi hari lumyan parah,
jadi aku harus berhenti kerja lebih awal… Aku
selalu merasa mual setiap hari di rumah, dan itu
hanya membuatku semakin buruk.”
Marimero masih melihatnya dengan
khawatir.
“Syukurlah kalau
kamu baik-baik saja…”
“Aku
baik-baik saja. Aku tipe yang merasa mual kalau lapar, jadi meskipun aku merasa
buruk, selama aku makan, aku bisa bertahan.”
“Baru
pertama kalinya aku mendengar
kata-kata seperti itu.”
Marimero tersenyum pahit.
Akari-chan
juga memaksakan senyuman.
“…Baru-baru
ini, aku pergi ke kantor pemerintah dan mendaftarkan
pernikahanku. Pada
hari pasutri yang baik.”
“Selamat!”
Marimero mengucapkan selamat dengan
senyum lembut.
Akari-chan
membalasnya dengan tertawa
pahit.
“Tapi
rasanya sungguh konyol sekali. Yusuke pulang kerja setiap hari
dalam keadaan lelah dan langsung tidur, sedangkan aku seharian terbaring, jadi
aku tidak tahu apa yang membuat kami pasangan yang baik.”
“Bagaimana
dengan cincin pernikahan?”
“Belum.
Kami sudah membicarakannya untuk membelinya
nanti, tetapi Yusuke masih belum punya uang, jadi cincin pertunangan pun tidak
mungkin. Kami sama sekali tidak bisa bergantung pada orangtuanya. Sekarang,
yang penting adalah mengamankan uang untuk melahirkan.”
“Jadi
begitu.”
Marimero berkata sambil menunduk dengan lembut.
“Tapi,
itu luar biasa… Sekarang kamu sudah menjadi seorang istri sekaligus ibu, Akari-chan.”
“Aku
tidak merasakannya sama sekali. Secara fisik, perutku mulai membesar, dan aku
merasa tidak nyaman karena mual, jadi aku
hanya bisa menjalani semuanya.”
Akari-chan
terus tersenyum pahit sambil mengelus perutnya. Meskipun masih belum terlihat besar,
perutnya sudah membesar seperti setelah makan berlebihan.
Kemudian,
dia menatap temannya di depannya. Sepertinya suasana hatinya sedikit membaik.
“Kalau kamu
sendiri bagaimana, Marimero?
Bagaimana hubunganmu dengan
cowok yang pernah kamu sebutkan
sebelumnya? Tidak ada perkembangan?”
“Ah…”
Marimero menggumam seolah mengingat
sesuatu.
“Aku sering bertukar pesan LINE
dengannya. Setiap beberapa hari."
“Eh,
serius!? Keajaiban macam apa yang sedang terjadi di sana!?”
“Mau
lihat?”
Dia
mengambil ponselnya yang ada di atas meja dan menghadapkannya ke arah
Akari-chan.
“Mau, mau!
…Eh, ternyata kalian cukup banyak ngobrol. Waktu aku lihat pesan sebelumnya, itu benar-benar
aneh."
“Iya,
benar.”
Marimero tersenyum pahit dan menatap
ponselnya.
“…Aku
merasa pesan LINE-nya ini seperti ada saran dari
Kashima-kun.”
“Eh,
serius? Kenapa?”
“Aku
tidak bisa menjelaskan dengan baik… tapi aku merasakan ada sedikit kepribadian Kashima-kun
di sini.”
Marimero berkata demikian kepada
Akari-chan yang bingung.
“Tapi,
ada juga bagian yang bukan Kashima-kun…”
Sambil
mengikuti tulisan di layar percakapan dengan mata, Marimero secara alami tersenyum.
“Mungkin
itu adalah diri orang ini yang sebenarnya… dan aku tidak merasa keberatan
dengan itu, jadi aku terus melanjutkan.”
Mendengar
perkataan sahabatnya itu,
Akari-chan berseru, “Eh?”
“Kashima-kun
memang terlihat seperti orang yang sangat
perhatian, tapi apa ia benar-benar memberi saran LINE kepada teman
laki-lakinya? Karena kalian sudah banyak berkomunikasi.”
Setelah
mendengar itu, Marimero
menunduk.
“Iya,
jadi mungkin saja Kashima-kun tidak ada hubungannya…”
Dia
tersenyum pahit seolah menertawakan dirinya sendiri yang berpikir terlalu jauh,
lalu melanjutkan.
“Aku
merasa mengerti mengapa Kashima-kun bisa akrab dengan orang ini.”
Lalu, dia
tersenyum lembut dan berkata seolah berbicara pada dirinya sendiri.
“Aku
juga tidak membencinya. Mengenai orang
ini.”