Kimizero Jilid 8 Bab 5.5 Bahasa Indonesia

Chapter 5.5 — Panggilan Telepon Panjang Antara Luna dan Nikoru

 

“Jadi, aku akhirnya bisa bersatu dan memadu cinta dengan Ryuuto~

“Selamat! …Tapi, wah, rasanya butuh waktu yang lama sekali ya."

“Benar! Ini hampir seperti pengalaman pertamaku! Eh, itu terlalu berlebihan mungkin, hehe...”

“Hahaha.”

“Aku memang merasakan kalau itu sangat nikmat, tapi...”

“Apa, pendapat tentang pengalaman pertamamu?”

“Bukan itu kali! …Aku sudah lama berpacaran dengan Ryuuto, jadi ingatan tentang mantan-mantanku sudah terhapus semua, dan aku pikir ingatan tentang berpacaran dengan orang lain hampir tidak ada.”

“Iya.”

“Tapi, ternyata ada sedikit ingatan yang tersisa karena aku belum pernah melakukan itu dengan Ryuuto.”

“Oh, begitu.”

“Lalu, setelah bisa berhubungan s*ks bersama Ryuuto, aku merasa bisa menghapus ingatan itu dengan baik.”

“Iya.”

“Itulah yang membuatku senang. Jika kita terus melakukannya mulai sekarang, aku merasa ingatan itu akan dipenuhi dengan kenangan bahagia bersama Ryuuto.”

“…Iya, benar."

“Tapi, meskipun kita sudah berpacaran selama empat tahun, aku masih merasa sangat malu! Meskipun aku sudah sering membayangkannya, melihat bagian yang tertutup oleh baju renangnya itu adalah pengalaman pertamaku.”

“Jadi bagaimana? Dibandingkan dengan yang kamu bayangkan?”

“Hmm… jika dibandingkan dengan yang kubayangkan…”

“Ayolah, jangan bikin aku penasaran.”

“…Ternyata itu lebih gagah~.”

“Wah, aku merasa rugi mendengar itu!”

“Aku tahu kalau Ryuuto belum terbiasa, tapi aku juga sama sekali tidak terbiasa… jadi rasanya kita berdua sama-sama agak kikuk begitu. Hehe.”

“Kalian berdua memang serasi sekali.”

“Ya iyalah~.”

“Wah, itu menjengkelkan. Aura bahagiamu bikin aku mau mati.”

“Duhh! Ayo rayakan lebih banyak lagi!”

“Aku sudah merayakannya. Dalam hati, kok.”

“Diucapkan dong!”

“…Seriusan, aku benar-benar ikutan senang. Selamat.”

“Ehehe, terima kasih.”

“…Sungguh… aku benar-benar bersyukur…”

“Eh, Nikoru?”

“…Aku ingin Luna bahagia… juga untuk diriku…”

“Eh, apa mungkin… kamu sedang menangis?”

“…Selamat…”

“…? Terima kasih…”

“Benar-benar… sungguh… aku turut bersyukur untukmu… Luna…”

“Nikoru…?”

“Karena aku… aku tidak tahu harus bagaimana dengan diriku…”

“Nikoru? Eh, ada apa? Apa ada sesuatu yang terjadi?”

“…………”

Di ujung telepon, Nikoru terus menangis tanpa menjawab pertanyaan Luna.

Melihat keadaan sahabatnya itu, Luna merasa kebingungan sambil terus mendekatkan smartphone di telinganya.

 

 

 

Sebelumnya Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama