Prolog
“Sudah
sekitar dua bulan berlalu sejak
saat itu ya.”
Aku bergumam
dengan linglung sambil bersandar di kamarku.
“Sejak
saat itu” yang kumaksud adalah sejak aku
menjadi diriku yang sekarang —
Yukishiro Towa — di dunia
ini.
Dalam dua
bulan ini, suhu udara juga semakin meningkat, yang
mana hal itu menandakan datangnya musim panas.
“......”
Aku memejamkan mataku dan memikirkan kembali apa yang
telah terjadi selama ini.
Aku dan
Ayana kini benar-benar menjadi
sepasang kekasih, dan hubunganku dengan orang lain juga mengalami perubahan yang signifikan.
Hubunganku
dengan Shuu masih tetap
sama seperti biasanya, tapi
aku senang bisa berdamai dengan Seina-san,
ibu Ayana yang selalu menyimpang prasangka buruk padaku... Alhasil, ibuku juga bisa
akrab dengan Seina-san,
dan semuanya tampak menuju arah yang positif.
“... Rasanya
sedikit menakutkan, tapi mengingat apa yang sudah terjadi, jadi kurasa imbalan sebesar ini terasa pantas.”
Yah,
sebenarnya imbalan yang kami dapat terlalu berlebihan.
Apa yang
terjadi dalam dua bulan ini benar-benar luar biasa... Tapi pada akhirnya, aku dan Ayana meraih sesuatu yang sangat
besar.
“Aku
penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya.”
Memang
masih ada rasa khawatir, tapi perasaan harapanku jauh lebih besar.
Bisa
terus berada di sisi Ayana, sosok
penting di dunia ini... Bisa melihat senyumannya di sampingku, itu adalah kebahagiaanku
yang paling besar.
“......”
Satu-satunya
hal yang masih membuatku cemas adalah Shuu.
Memang ada banyak hal yang terjadi dengan Shuu... Aku sudah menyampaikan
apa yang kupikirkan tentangnya, dan Ayana
juga dengan jujur menyatakan perasaannya
pada Shuu.
Tapi dua
bulan setelah kejadian itu, kami sama sekali belum bicara lagi dengannya.
Bukan
hanya aku saja, tapi Ayana juga tidak tahu apa yang
dilakukan Shuu
belakangan ini.
“Aku yakin Ayana pasti akan bilang kalau aku terlalu khawatianr.”
Memang
benar itulah yang kupikirkan, tapi.... waktu yang kami habiskan bersama
Shuu bukanlah kebohongan.
Ada
saat-saat kami bertiga saling tertawa
dan berbuat konyol bersama-sama.
Aku tidak
menutup kemungkinan untuk kembali pada masa-masa
itu , tapi lebih baik kalau kami bisa
berbicara dengan santai dan tersenyum, karena pada akhirnya kami adalah teman
masa kecil.
“Tapi...
Memang ada banyak penderitaan dan masalah yang
harus kuhadapi terkait Ayana dan diriku sendiri, tapi aku bisa melewatinya. Mana mungkin ada badai lain yang akan menghancurkan
kebahagiaanku, 'kan?”
Memang
tidak ada gunanya membayangkan bencana yang bisa datang tiba-tiba, tapi aku merasa
yakin kalau aku mampu
melewati apa pun yang terjadi.
“...Anehnya,
aku tidak merasa takut sama sekali.”
Semua itu
pasti karena ada dia di sampingku—
“Towa-kun,
aku masuk ya~”
Terdengar
ketukan pelan di pintu, lalu muncul sosok seorang gadis.
Rambut
hitamnya yang indah, wajah yang sempurna
sehingga menyita perhatian siapa pun, serta postur yang sangat menawan... Tidak
peduli berapa kali aku memandanginya,
aku tidak pernah menemukan satu pun
kekurangan darinya.
“Ayana.”
“Iya~♪”
Sosok
paling berharga yang kutemui di dunia ini── heroine
utama di sini.... tidak,
setelah sampai sejauh ini, boleh 'kan kalau aku menyebutnya begitu?
Otonashi
Ayana, satu-satunya
heroine... Ahaha,
rasanya sedikit memalukan.
“Apa ada
yang salah?”
“Tidak,
aku hanya berpikir seberapa
manisnya Ayana setiap kali aku melihatnya.”
“Fufu,
terima kasih♪ Sebagai kekasih Towa-kun, aku harus selalu berinvestasi untuk
kecantikanku, bukan?”
Dia
tersenyum manis, lalu duduk di sampingku dan bersandar di bahuku.
“Udaranya
sudah mulai panas ya.”
“Iya,
sepertinya aku harus membersihkan filter AC sebentar lagi."
“Kurasa
begitu, walaupun untuk
saat ini kipas angin saja masih
cukup.”
Itu
benar, dan rasanya akan lebih sejuk di
malam hari jika jendelanya dibuka dan dipasang kasa nyamuk.
Aku sudah
terbiasa dengan suara-suara mencekam dari luar, tapi bagaimana dengan Ayana?
(....Tidak,
justru sebaliknya, mungkin makhluk yang di luar lebih takut kepada Ayana)
Bahkan aku akan merasa takut jika sisi gelap Ayana alias Kuro Ayana, keluar. ...... Jika
dipikir-pikir, Ayana memang gadis yang kuat dalam banyak artian.
“Hmm?
Rasa-rasanya aku sedang dibicarakan tidak baik.”
“Tidak,
itu hanya perasaanmu saja.”
“Benarkah?”
Dan seperti
biasa, dia sangat peka jika menyangkut diriku.
Di sisi lain, itu berarti aku tidak bisa berbohong pada Ayana, tapi
aku tidak punya niatan untuk berbohong kepadanya kecuali
dalam kondisi sangat genting.
“Kamu pasti
sedang memikirkan sesuatu 'kan? Jangan meremehkan intuisiku, lho."
“Lalu
kau mau apa? Memaksaku untuk mengatakannya?”
“Kalau
itu memang keinginanmu...Ei!”
Ayana
menyeringai dan melompat ke arahku.
Kupikir
dia akan melakukan sesuatu, tapi aku tidak menyangka dia akan melompat ke
arahku dengan kekuatan seperti itu, jadi aku hanya
bisa pasrah berbaring karena berpikir sia-sia juga untuk melawannya.
“Karena
ini tentang Towa-kun, kamu pasti akan memberitahuku jika
aku memintanya. Tapi rasanya
tidak seru, jadi biar aku sendiri yang coba mencari tahu dari tubuhmu!”
“Kamu sudah kalah lagi, ya?”
Setelag mendengar
itu, Ayana mendengus.
“Kamu tidak boleh bilang begitu!
Secara umum, wanita memang lebih lemah daripada pria!”
“Ah,
baik.”
“Pertama-tama, Towa-kun itu sangat memikat...
Jatuh cinta denganmu, aku pasti akan kalah. Ya, aku mengakuinya! Alasannya
tidak penting, aku hanya ingin bermesraan denganmu saja! Bagaimana, apa kamu sudah puas mendengarnya?”
“Iya,
iya, aku mengerti. Ayo kemari.”
Aku
melingkarkan lenganku di punggungnya untuk
menariknya mendekat.
Daripada
memikirkan ucapan malu-malunya tadi, sekarang aku hanya ingin bersantai saja.
“...Ahh,
ini benar-benar surga♪”
“Syukurlah
kalau begitu.”
Semangat
yang tadi langsung menghilang seketika, dan kini Ayana sedang menggosok
pipinya ke dadaku dengan ekspresi yang tidak pernah dia tunjukkan pada orang
lain.
Baik di
sekolah maupun di luar, penampilan Ayana bisa dikatakan
sangatlah cantik.
Tapi
gadis secantik dia bisa terlihat sepolos ini, dia bahkan
hampir mengeluarkan air liur, penampilannya yang
seperti itu merupakan pemandangan langka yang hanya
bisa kulihat.
“Naa...Ayana, aku sudah sering bilang, 'kan?
Aku benar-benar merasa
bahagia.”
“Aku
juga. Bisa menghabiskan keseharianku dengan santai
bersamamu... Aku benar-benar bahagia.”
Setelah
memeluknya untuk beberapa saat, aku bisa mendengar napas teraturnya. Sepertinya
Ayana tertidur dalam posisi ini.
Kalau
beginim aku jadi merasa
kesulitan karena tubuhku tidak bisa digerakkan, tapi
aku tidak ingin membangunkannya.
“...Yah,
tidak terlalu merepotkan juga sih.”
Apa pun
yang dilakukan gadis cantik, menggemaskan
dan sosok yang berharga ini, aku akan
menerimanya dengan senang hati.
“Kita
akan terus bersama dari sekarang. Begitu pula
dengan yang lainnya... Aku harap kita bisa terus akrab,
Ayana.”
Di saat
seperti ini, biasanya Ayana
pasti menjawab “Tentu
saja" dengan semangat. Tapi karena dia benar-benar tertidur, aku tidak
bisa memastikan sudah berapa lama kami dalam posisi seperti ini.
Meski
begitu, aku tidak ingin menganggu
tidurnya.
“Terlahir
kembali di dunia game, ya...”
Ini benar-benar
kejadian yang luar biasa, tak peduli seberapa sering aku memikirkannya.
Hari-hari
mengkhawatirkan posisi kami sendiri kini sudah berlalu... Aku, Ayana, dan orang-orang terdekatku,
kami semua berjalan di jalur yang berbeda dari yang seharusnya.
Aku tidak bisa melihat ke masa depan,
tidak ada seorang pun yang bisa.
Tapi
itulah yang membuatku bersemangat dan gugup. Yang pasti, bisa menuju masa depan
itu bersama Ayana... Itu
adalah kebahagiaan yang tak terbandingkan.
“Mmh...
Towa-kun... Uhehehe.”
“...Mimpi
apa sih yang dia lihat?”
Lho, air
liur! Kali ini air liurnya betulan
menetes!
Aku tidak punya tisu atau apa pun di dekat sini, jadi
aku tak bisa berbuat apa-apa. Tapi setelah Ayana bangun, aku tak segan-segan
mengejeknya habis-habisan.
“Itu
terlalu memalukan...!”
“Tapi
kamu lucu juga, sih.”
“Tetap
saja!”
Interaksi
kami tidak memberi tanda-tanda masa depan yang suram, dan yang lebih penting,
aku senang bisa
mengetahui bahwa Ayana sudah
tidak memiliki kebencian terhadap masa lalu.
Aku ingin
agar dia terus berjalan ke depan. Aku ingin agar dia tidak pernah bersedih atau
membenci siapa pun, dan selalu menampilkan senyum tulus seperti saat ini—— itu adalah harapanku, dan demi menjaganya, aku ingin terus
berada di sisinya.
“Bukannya
tidak adil jika Towa-kun juga tidak menunjukkan sisi memalukannya!?”
“Tapi
Ayana yang memperlihatkannya sendiri, ‘kan?”
“Tidak,
aku masih tidak terima! Aku akan mengambil
ketenangan itu darimu!”
Dia
melompat ke arahku setelah mengatakan itu,
dan aku menahannya, lalu menyerangnya dengan gelitikan... Di atas tempat tidur,
Ayana terengah-engah sambil menatapku
dengan mata berkaca-kaca.
“Towa-kun, dasar nakal...”
“...Reaksimu
juga terdengar nakal.”
Mendengar
perkataanku, Ayana
memalingkan wajahnya dengan malu.
Dan begitulah,
baik aku dan Ayana terus
menghabiskan waktu bersama dalam kebahagiaan seperti itu
dan tak pernah kehilangan senyum.
Ah, tapi
sepertinya Ayana memiliki
sesuatu yang mengganggunya belakangan ini. Ketika kita sudah sebahagia ini,
apakah mungkin akan datang rasa bosan dan jenuh lebih cepat...?
(Aku
seharusnya tidak mengatakan ini, tapi apa
hal seperti itu akan terjadi di antara kita?)
Aku
tidak bisa mengatakan bahwa kemungkinan semacam
itu tidak ada. ...... Tidak, aku
bisa mengatakan bahwa itu pasti tidak ada.
Lagipula,
kami sudah bersama selama ini, jadi menurutku itu tidak mungkin.
“Hei
Ayana, kita tidak perlu khawatir soal
kebosanan, kan?"
“It-Itu
hanya asal bicara saja! Mana
mungkin itu terjadi padaku, dan jika terjadi
padamu, aku akan mengurungmu agar kamu
tidak berpaling pada wanita lain!”
“Ah,
ya...”
Bisa enggak
jangan sampai mengurungku segala?
Meskipun
merasa takut akan perasaan cintanya yang besar, aku merasa bahagia
karena begitu dicintai. Mungkin sudah terlambat bagiku untuk menghindarinya.
“Towa-kun...
Aku mencintaimu. Aku mencintaimu
dari lubuk hatiku yang terdalam♪”
Sambil
memeluk Ayana yang mengungkapkan cintanya, hari ini pun aku menikmati
kebahagiaan tertinggi.
▼▽▼▽
Setelah
sekolah selesai, aku berpamitan dengan teman-teman sekelas yang ada di dekatku sebelum keluar kelas bersama
Ayana untuk pulang.
“Kamu
tadi terus memperhatikan Shu-kun juga, ya?”
“...Yah,
memang agak menggangguku sih.”
Bukannya
berarti aku jatuh cinta padanya...
itu sungguh pemikiran yang
konyol. Tapi wajar-wajar saja
jika aku merasa penasaran melihat hubungan kami yang rumit di masa lalu.
“Bukan
berarti aku ingin menunda-nunda masalahku dengannya.
Ayana juga pasti mengerti itu."
“Ya,
memang benar. Meskipun ada hubungan
dari masa lalu, tapi hari-hari
menyenangkan yang kita lewati bertiga jelas bukan kebohongan.”
Ayana berhenti berjalan, jadi aku juga
ikut berhenti.
“Ini
adalah perasaan yang aneh, tapi sejak
aku memutuskan untuk tidak terjebak di masa lalu dan melangkah maju, aku jadi
sering mengingat masa-masa di mana Shu-kun ada bersama kita. Aku meyakini kalau itu pasti karena
aku sudah bisa melepaskan kebencianku, jadi aku bisa memiliki ketenangan pikiran.”
Ketenangan
pikiran... Bagi
Ayana, itu memang benar.
Selain Shu, dia juga sudah memaafkan ibu
dan adik Shu, Hatsune-san dan Kotone.... Dia juga menyampaikan
perasaanmua yang membara kepada mereka.
Dan yang
terpenting, hubungannya dengan satu-satunya keluarganya, Seina-san, juga sudah diperbaiki.
Hal-hal itu telah memberinya kelegaan hati.
“Semua
itu berkat kehadiranmu, Towa-kun. Karena ada dirimu, aku bisa seperti ini
sekarang.... hatiku menjadi ringan, hari-hariku mulai terasa hangat, tanpa perlu
menahan diri lagi... Uuh!”
“A-Ayana?”
Aku merasa panik saat Ayana tiba-tiba mengerang di tengah
kalimatnya.
Dengan
kepala tertunduk, tubuhnya bergetar. Lalu tiba-tiba, dia mengangkat wajahnya
dengan kuat.
“Semua
itu berkat hari-hari yang kamu
berikan padaku!”
“Ah,
iya...”
Kamu agak
terlalu bersemangat, Ayana-san.
Sepertinya dia juga menyadari itu, dia lalu
berdehem untuk menenangkan diri sebelum
melanjutkan.
“Jadi
karena aku punya kelegaan hati, aku juga sama khawatirnya dengan perubahan
hubungan kami. Meski membutuhkan waktu yang lama, aku berharap hari-hari di mana
kita bisa tertawa bersama akan kembali.”
“...Benar juga, karena ia adalah teman
masa kecil kita.”
“Ya♪”
Lebih
baik bisa berinteraksi satu sama lain sambil
tersenyum daripada terus bermusuhan atau hubungan yang canggung. Kami menegaskan kembali perasaan
masing-masing, lalu melanjutkan langkah kami.
Meskipun
Ayana tidak akan menginap di rumahku karena besok masih ada sekolah. Tapi
sepulang sekolah, dia sudah pasti akan datang ke rumahku.
Sebaliknya,
aku juga sering pergi ke rumah Ayana,
dan setiap kali itu aku berkunjung,
Seina-san akan menyambutku dengan hangat sampai-sampai membuat Ayana sedikit cemburu.
“...?”
“Ada
apa?”
Saat
memikirkan Ayana yang
cemburu, kami sudah sampai di depan rumah.
Ada
seseorang berdiri diam di depan rumahku....
Dari sini, aku bisa melihat bahwa dia adalah seorang wanita, dan bukan seorang
pengantar barang.
“...Hm?”
“Towa-kun?”
....Entah
kenapa, aku merasa pernah melihat wanita itu sebelumnya. Aku berusaha keras untuk mengingatnya, lalu
teringat.
“Orang itu...
Aku pernah bertemu dengannya di pinggir jalan, dan
memanggilku 'Nak Towa'.”
“....Eh?
Sepertinya dia bukan
orang yang kamu kenal?”
Kenapa
dia ada di sini? Saat aku sedang berpikir begitu,
pandangan mataku bertemu dengan wanita itu, dan membuatku terkejut karena
pertemuan kami yang mengesankan itu.
“...kira-kira dia siapa, ya?”
“Entahlah,
aku ingin berharap dia bukan orang jahat, tapi...”
Kami
tidak bisa mengabaikannya begitu saja, karena dia berdiri di depan rumahku. Dengan berdoa agar tidak
terjadi hal buruk, kami mendekati wanita itu.
Saat kami berhjalan cukup dekat, wanita itu
mengangkat tangan dan membuka mulutnya.
“Halo,
nak Towa, sudah lama ya. Bagaimana kabarmu? Baik-baik saja?”
“...”
“Lho,
jangan-jangan kamu lupa? Tidak mungkin, kan, nak Towa!”
“...Kamu bukan kenalannya, kan?”
Maaf Ayana,
aku juga tidak mengerti kenapa dia begitu akrab denganku.
Wanita
yang terlihat mencolok seperti ibuku ini...kira-kira
dia siapa? Segera setelah itu, dia memperkenalkan dirinya.
“Ah,
benar! Kalau dipikir-pikir lagi, aku belum
memperkenalkan diri. Maaf atas keteledoranku. Namaku
Kanzaki Eto, teman
ibumu.”
Aku
dan Ayana sama-sama terkejut ketika mendengar itu.
Pertemuan
baru dengan orang asing ini akan memberi tahu kami suatu fakta yang tidak kami
ketahui.