BAB SS 5
“Ngomong-ngomong,
Fujimiya, pacarmu itu gadis yang seperti apa?”
Amane
saat ini sedang bekerja di kedai kopi, dan sudah hampir waktunya bagi mereka
untuk tutup. Karena tidak ada pelanggan yang terlihat dan waktu pemesanan
terakhir sudah lewat, maka restoran ini secara efektif sudah tutup. Miyamoto,
yang bekerja pada shift yang sama dengan Amane, tiba-tiba menanyakan pertanyaan
ini saat dia membersihkan dapur.
“Bukannya kamu sudah pernah menanyakan hal
itu sebelumnya?”
“Masa? Ayolah, buatlah aku terhibur.
Biar aku tahu apa yang kamu pikirkan tentang dia sekarang.”
“Kenapa
kamu tiba-tiba tertarik dengan hal itu?” Bukannya Amane tidak mempercayai
Miyamoto sebagai pribadi, tapi ia merasa malu untuk membicarakan pacarnya
secara terbuka. Amane juga
tidak ingin orang lain tahu tentangnya. Setelah enggan menjawab, Ia melihat Miyamoto tersenyum kecut.
Setelah
hening beberapa saat, Miyamoto memulai, “…Kamu sangat berhati -hati, ya? Jangan
khawatir, aku tidak akan menggodamu atau meminta foto atau apa pun.”
“Aku hanya
khawatir apa aku akan bicara terlalu banyak,”
Amane menjelaskan.
Jika
ditanya, Amane bisa membicarakan pacarnya sampai akhir zaman. Namun, setelah itu Ia akan merasa sangat
malu. Untuk menghindari pemikiran itu, Amane ingin menghindari membicarakan pacarnya
sama sekali.
“Hah hah!
Kamu benar-benar jatuh cinta padanya ya.”
“Tolong
diam.”
“Bukankah
itu agak kasar? Aku seniormu, tahu.”
“Aku
minta maaf.”
Karena
mereka berdua tahu kalau mereka hanya main-main, mereka bisa saling melontarkan
lelucon ringan. Namun, Amane tidak akan pernah lupa bahwa Miyamoto adalah
seniornya, dan tahu untuk tidak terlalu terbawa suasana.
“Dia
pasti gadis yang sangat baik hingga kamu begitu jatuh cinta padanya. Aku yakin
kamu memiliki perhatian yang baik terhadap wanita—bahkan mungkin pandangan yang
tajam.”
“Apa
maksudnya itu?”
“Hmm? Eh,
maksudku, bukannya kamu
pria yang populer?”
“Tidak,
tidak pernah sekali pun dalam hidupku aku
menjadi populer… Dia adalah pacar pertamaku.”
Sebelum
Ia mulai berpacaran dengan
Mahiru dan bahkan sampai sekarang, Amane tidak ingat pernah menjadi populer.
Meskipun Ia menerima pujian aneh tentang penampilannya, tidak ada orang lain
selain Mahiru yang pernah menunjukkan ketertarikan romantis padanya. Seandainya ada yang jatuh hati
padanya, mereka pasti tidak akan mengungkapkan perasaan mereka melalui
kata-kata atau tindakan. Oleh karena itu, Amane bisa
dengan yakin mengatakan bahwa ia tidak pernah populer.
“Oh,
pacar pertamamu, ya?”
“Boleh
aku bertanya untuk apa senyuman itu?”
“Bukan apa-apa kok~? Aku hanya
berpikir kalau pacarmu
pasti merasa kerepotan.”
“Aku sangat sadar mengadari kalau aku
mempunyai kekurangan. Ada kalanya aku tidak bisa memahami perasaannya dan
membuatnya kesal, atau saat-saat ketika aku membuatnya merasa kesepian. Namun
itulah mengapa aku selalu berusaha untuk menghabiskan waktu bersamanya sebanyak
mungkin saat kami bersama.”
“Kamu
sama sekali tidak mengerti, kan...? Itulah
yang aku maksud. Aku lebih khawatir tentang apa yang mungkin dilakukan orang
lain terhadapmu daripada apa yang mungkin kamu lakukan untuknya.”
Amane
tercengang. “Hah…? Apa maksudmu?”
“Menjadi
pekerja kafe bisa membuatmu cukup populer, tau?”
“Benar, para tuan dan nyonya di sini memang
menyukaiku.”
“Yah, bukan itu maksudku sih…”
Miyamoto
menatapnya dengan kasihan,
yang membuat Amane sedikit jengkel.
Entah Miyamoto tahu bagaimana perasaannya atau tidak, Ia hanya menghela nafas.