Hanayome wo Ryakudatsu Jilid 2 Selingan 2 Bahasa Indonesia

 

Selingan — Bagian Nene 1

 

“Bukannya guru baru itu kelihatan ganteng banget!? 

Di dalam ruangan kelas 3-A tempat Nene berada. Hal ini terjadi pada waktu istirahat setelah hari pertama kedatangan Arata di SMA Amagamine. 

“Iya, iya, bener banget! Badannya tinggi, berkacamata, tampan, dan menjadi guru itu luar biasa!

“Ia jelas-jelas pasti sangat populer. 

Para siswi berkumpul di sekitar meja, menikmati makan siang sambil berbincang-bincang. Tentu saja, topik mereka adalah tentang guru baru matematika, Ichinose Arata

“Kira-kira Ichinose-sensei sudah menikah belum ya?

“Aku tidak melihatnya memakai cincin, jadi sepertinya belum. 

“Kamu terlalu cepat sekali untuk memeriksanya, kalau begitu apakah ia punya pacar?

Yah, dengan wajah seperti itu, tidak aneh rasanya jika ia mempunyai satu atau dua pacar.

Satu atau dua? Ah, itu terlalu dewasa!

Para siswi terus berimajinasi dengan ceria. Namun, bukan hanya gadis-gadis saja yang membicarakan Arata di dalam kelas. 

“Yang begitu sih jelas-jelas kalah.

“Setuju banget.

“Pertandingan macam apa sih yang kalian lakukan?

Pertandingan sebagai pria. Penampilannya jelas sekali terlihat keren...

Sambil berkata demikian, para siswa laki-laki menatap langit dengan ekspresi menyesal. 

Jangan-jangan ia akan merebut Kohinata-sensei.

Hah? Kamu mengincar Kohinata-sensei?

Tidak, maksudku bukan mengincar, tapi aku berharap tidak ada bayangan pria di sekitarnya selamanya. Mirip seperti idola.

Aku mengerti. Tapi, dia guru di bidang yang sama, jadi mungkin mereka akan akrab.

Itu mungkin saja. Dan nanti malam, mereka mungkin pergi ke bar atau semacamnya.

Bar? Keren! Itu terlalu dewasa, kita sama sekali tidak bisa bersaing dengannya.

Dengan pengetahuan yang terbatas tentang orang dewasa, para siswa laki-laki itu tampak mengalami kerugian sendiri. Di tengah suasana riuh kelas saat istirahat, tiga siswi berbicara dengan suara pelan sambil mencondongkan dahi mereka. 

Biasanya, kehadiran mereka akan membuat suasana kelas menjadi ceria, tetapi saat ini, pengaruh mereka tampak sangat menipis

Nene, guru baru yang datang hari ini itu...

Nene-chi, jangan bilang...

Himari dan Miu saling bertukar pandang tanpa mengucapkan kata-kata hingga akhir. Hanya dengan mengatakan itu, Nene memahami apa yang akan diucapkan kedua sahabatnya itu, dan dia mengangguk kecil, namun tegas. 

“Sudah kuduga! Pasti benar begitu, kan!

Ini gawat!!

“Ka-Kalian berdua, suara kalian terlalu keras.

Ssshh, ssshh, Nene menempatkan jari telunjuknya di bibirnya untuk menenangkan teman-teman tercintanya yang bersemangat. 

Meski semangat mereka sedikit meredup, Himari terus berbicara dengan pelan. 

Semua orang mengatakan kalau Arata-san itu tampan.”

“Hmmph.

Satu pipi Nene menggembung tidak senang

Mereka bilang kalau Arata-san dan Kohinata-sensei cocok." 

“Hmmph Hmmph. 

Miu juga ikut menggoda Nene bersama Himari, dan pada akhirnya, Nene pun menggembungkan kedua pipinya dengan kesal. Melihat Nene yang cemburuan begitu, keduanya merasa bahwa dia sangat imut dan langsung memeluknya. 

Setelah beberapa saat, Himari mulai berbicara. 

Ngomong-ngomong, Nene, kapan kamu tahu dia akan datang?

Itu benar, kamu seharusnya memberitahu kami duluan.

“Y-Yah, Nene juga tidak tahu...

Nene mengucapkan kata-kata itu dengan senyuman getir. Ada bayangan gelap yang menutupi wajah cantiknya. 

Kemudian, dia terus melanjutkan dengan bibir bergetar. 

“Lagi-lagi, Ia tidak memberitahuku apa-apa. 

Itu berarti...

Tidak diragukan lagi...

Himari dan Miu saling menatap dan mengangguk seolah-olah merasa yakin. 

Bukannya itu kejutan!!”

Ya, karena Nene masih anak-anak, jadi ia tidak mempercayaiku... eh?

Kata-kata yang tak terduga dari keduanya membuat Nene terkejut. 

Eh? Hah? Kejutan?

Ya, jawab Himari sambil menyisir rambutnya, lalu dia mengenakan kacamata yang entah dari mana diambilnya, dan sedikit mengangkat dagu kecil Nene. 

Aku tidak memberitahumu karena aku ingin melihat wajah terkejutmu, Nene-chan...

Kyah!

Himari berbicara dengan suara yang lebih rendah dari biasanya dan melafalkan kalimat yang dramatis. Ketika melihat itu, kegembiraan Miu meningkat. 

Nene lah yang memberi Arata kesempatan untuk menonton anime, tetapi jika ditelusuri kembali, pengetahuan anime Nene berasal dari Himari.  

Dengan rambut pirang bergelombang dan wajah mencolok, serta sifat ceria yang ramah kepada semua orang, tidak diragukan lagi bahwa Himari adalah seorang gyaru, tetapi dia sangat terpengaruh oleh kakak laki-lakinya dan telah mengenal budaya otaku seperti anime, manga, dan internet sejak kecil. 

Di hari liburnya, dia sering melakukan cosplay, tidak hanya sebagai karakter wanita tetapi juga sebagai karakter pria, dan dia sangat menguasai gerakan tersebut. Kali ini, sisi itu muncul. 

Ja-Jadi, begitu maksudnya...?

“Sudah pasti begitu, Nene-chi! Iya ‘kan, Himari-chi!

Himari menggantungkan kacamata yang dia pakai di dada bajunya yang berkerah lebar dan mengangguk. 

Meskipun bukan begitu, kurasa Arata-san tidak pernah bermaksud buruk.”

Betul banget, itu kebiasaan buruk Nene-chi untuk selalu berpikir terlalu berlebihan jika menyangkut Arata-san.” 

Ya, bagian itu juga imut sih, ucap Miu sambil menyandarkan kedua tangannya di pipinya dan menatap Nene dengan mata menyipit. 

Himari... Miu... Aku ingin mengatakan sesuatu pada kalian, boleh?

Ada apa sih, tiba-tiba begitu?

“Hmm~ apa? Apa~?”

Himari dan Miu mendengarkan kata-kata Nene yang terlihat tersipu malu

Bukan Arata-san, tapi Ichinose-sensei, oke?

Ugh! 

“Hyau!”

Nene tersenyum dingin. Mereka berdua bisa merasakan bahwa suasana di sekitarnya seolah-olah menjadi lebih dingin. 

Ma-Maaf, Nene! Karena Nene selalu memanggilnya begitu." 

“Iya, benar! Kami jadi terbawa suasana. Maaf ya.

Nene mau tak mau tersenyum ketika melihat mereka berdua yang buru-buru menjelaskan dengan panik

“Aku hanya bercanda. Terima kasih banyak, kalian selalu ada untukku. Aku suka kalian.

“Duh, Nene...

Uhh, Nene-chi...

Himari dan Miu seketika memeluk Nene dengan rasa lega dan bahagia setelah mendengarnya. Nene dengan lembut mengelus kepala mereka. 

Melihat pemandangan itu, para siswa laki-laki di kelas merasakan keindahan dan kemuliaan seperti dewa yang mengasihi bidadari

Namun, meski suasana suci itu terasa, Himari dan Miu tidak tahu bahwa mereka berdua berjanji di dalam hati untuk tidak memanggilnya dengan nama itu lagi. 

Setelah beberapa saat, ketiga gadis itu kembali saling menatap dan mulai berbicara pelan. 

Ngomong-ngomong, dalam situasi seperti ini, kita tidak bisa melewatkannya begitu saja, kan?

Aku setuju, Miu juga berpikir begitu.

“Tidak bisa melewatkannya begitu saja, bagaimana caranya?

Tentu saja, itu tentang kisah percintaan di sekolah.

“Pe-Percintaan!?

Su-Suaramu terlalu keras, Nene-chi. 

Ma-Maaf... Tapi, bukannya itu cuma menimbulkan masalah baginya? 

"Tidak apa-apa, kita harus melakukannya dengan cara yang tidak mengganggu. Memiliki orang yang kita sukai sebagai guru di sekolah, rasanya mirip seperti manga shoujo yang menjadi impian semua gadis, kan?

...impian semua gadis.

Nene-chi, kesempatan semacam ini jarang sekali terjadi. Lagipula, setelah lulus SMA, situasi ini akan berakhir, bisa dibilang ini adalah kesempatan terbatas. 

...kesempatan terbatas.

Kesimpulan yang diambil Nene setelah mencerna kata-kata mereka ialah...

Nene akan berusaha.

Dia akhirnya terpengaruh oleh mereka berdua

Nene mengepalkan tinjunya dan mengangkatnya dengan lembut. Diikuti oleh Himari dan Miu, mereka juga mengangkat kepalan tangan mereka dengan serempak.

 

 

Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama