Roshidere Jilid 9.5 Chapter 1 Bahasa Indonesia

Chapter 1 —Vol 1 SS Baru: Alya-san Seorang Detektif Yang Tersesat?

 

“Ah, permisi~. Aku ingin bertanya sedikit mengenai jalan.”

Sembunyikan niat terselubungmu dengan lebih baik

“Eh, o-oh... e-ekskyus mi?”

Tatapanmu sudah kelihatan jelas sekali. Lagipula, rasanya aneh sekali jika kamu tersesat tapi tidak memegang smartphone. Biasanya, orang akan mencari alamat atau membuka aplikasi peta

“Ugh... kyen yu supik English?”

Aku bisa berbicara bahasa Jepang sebelum bahasa Inggris, tapi aku merasa tidak ada gunanya untuk berbicara denganmu. Lagipula, memangnya perkataanku bisa dimengerti oleh seekor monyet yang bertindak berdasarkan hasrat seksualnya?

“Ah~....... Kurasa aku akan mencarinya saja sendiri deh. Hehe......

Alisa menatap dingin ke arah pria yang pergi dengan senyuman samar dan mengalihkan pandangannya.

Setiap kali datang ke tempat yang ramai, dirinya selalu mengalami hal seperti ini. Padahal dia merasa sudah memiliki “aura jangan berbicara denganku yang cukup kuat, tetapi masih ada saja seseorang yang berusaha mendekatinya. Entah itu pria yang mencoba merayunya, orang-orang dari dunia hiburan, atau terkadang pria paruh baya yang tiba-tiba memberikan selembar kertas dengan alamat email.

(Ah~ menjengkelkan banget)

Mendapatkan perhatian dari pria perayu merupakan hal biasa, tetapi hari ini Alisa merasa sangat tidak nyaman.

Karena sebenarnya, itu adalah kedua kalinya dia digoda hari ini, dan hanya sepuluh menit yang lalu dia juga baru saja digoda oleh pria lain... dan pria itu sangat tidak sopan. Saat itu, Alisa merespons dalam bahasa Rusia, tetapi ketika pria itu melihat bahwa dia tidak mengerti bahasa Jepang, dia mendengus dan berkata, “Jangan datang ke Jepang jika kamu tidak mengerti bahasa Jepang,” lalu pergi nyelonong begitu saja. Dia tertegun dan hanya bisa melihat pria itu pergi menjauh, tetapi sekarang saat dia mengingatnya kembali, Alisa merasa marah pada pria itu dan juga pada dirinya sendiri yang tidak bisa mengatakan apa-apa.

(Mungkin sebaiknya aku perlu mengatakan dengan jelas dalam bahasa Jepang, "Aku berbicara dalam bahasa Rusia karena aku tidak ingin berbicara denganmu"?)

Ketika Alisa kembali digoda setelah berusaha melupakannya, rasa kesalnya yang sempat mereda kembali meningkat tajam. Jika dia digoda lagi sekarang, Alisa yakin bisa melontarkan makian tanpa ampun dalam bahasa Rusia.

(Hah... memiliki penampilan yang terlalu mencolok juga menjadi masalah)

Dia menghela napas panjang seolah-olah ingin mengeluarkan rasa kesalnya. Jika tidak suka dirayu, mungkin dia bisa berdandan sederhana agar tidak menarik perhatian, tapi entah kenapa itu terasa seperti kalah, dan dia tidak ingin melakukannya. Kenapa dia harus merelakan penampilan cantik dan kesempurnaannya hanya untuk orang-orang rendahan seperti itu?

(Sungguh, jika mereka langsung berkata, Aku jatuh cinta pada pandangan pertama! Mari kita mulai sebagai teman! sambil menundukkan kepala, mungkin aku masih bisa mendapat kesan yang baik kepada mereka)

Namun, jika ditanya apakah Alisa akan mengangguk dalam situasi seperti itu, jawabannya adalah tidak. Meskipun begitu, jika mereka mengungkapkan perasaan dengan begitu lugas, dia mungkin takkan merasa tidak nyaman.

(Yang paling membuatku jengkel adalah tujuan mereka bukan untuk hubungan yang serius, melainkan hanya bermain-main... Memangnya aku terlihat seperti wanita murahan? Itu sama sekali tidak lucu. Aku takkan pernah menunjukkan kulit atau membiarkan orang lain menyentuhku kecuali dengan seseorang yang berjanji untuk masa depan—ah~, sudah cukup. Sekarang adalah waktu berbelanja yang berharga, jadi sayang sekali jika aku merasa kesal terus karena perkara sepele begini)

Usai memikirkan itu, dia menggelengkan kepala dan melangkah menuju pusat perbelanjaan besar yang menjadi tujuannya... tiba-tiba, dia melihat pria yang tadi berusaha menggodanya, sedang berbicara dengan wanita lain.

..... sungguh tak tahu malu.”

Pria itu terus berbicara sambil berjalan beriringan dengan seorang wanita yang tidak berhenti berjalan. Setelah melemparkan tatapan penuh penghinaan, Alisa melangkah melewati pintu otomatis.

(Mereka benar-benar makhluk yang sangat menyedihkan. Mereka ucma mengejar pantat wanita... Apa mereka tidak punya harga diri? Jika itu aku, aku akan merasa malu dan pasti tidak akan melakukan hal seperti itu)

Bahkan setelah naik lift dan turun ke lantai tempat yang khusus menjual pakaian wanita, Alisa masih merasa kesal sambil memikirkan hal-hal tersebut. Dan saat dia berusaha mengubah suasana hatinya, dia menghela napas dan melihat sekeliling, tiba-tiba matanya tertuju pada sosok dari belakang.

(........ara?)

Sosok itu segera menghilang ke dalam kerumunan, tetapi ketika dia berjalan sedikit, dia melihatnya lagi dari jauh.

............Kuze-kun?

Alisa tidak bisa langsung memastikannya hanya berdasarkan postur dan belakang kepala, tetapi saat orang itu menghadap ke toko di sebelah kanan, dia bisa melihat profilnya.

Ah, sudah kuduga......

Melihat wajah yang sudah dikenalnya, Alisa berpikir untuk menyapanya, tetapi seketika itu juga dia merasa ragu.

(Tidak ada gunanya menyapa jika aku tidak ada urusan dengannya, kan...? Hanya menyapa dan berkata, Baiklah, sampai jumpa lagi terasa aneh, dan aku merasa ia akan berpikir, “Ia datang untuk apa, ya?... Lagipula, bagaimana caraku menyapanya?)

Apakah seharusnya dia hanya mengatakan “selamat siang” dengan biasa? Atau mungkin sedikit dengan gaya feminim, Oh, Kuze-kun, kebetulan sekali? Namun, bagaimanapun juga, dia tidak tahu bagaimana melanjutkan perakapan setelah itu. Alisa bisa membayangkan perpisahan yang samar-samar dengan kata-kata seperti, Ah, kalau begitu sampai jumpa.......

(Sebenarnya, jika tidak ada yang ingin dibicarakan, kurasa aku tidak perlu repot-repot menyapanya, kan?)

Namun, jika memang begitu, dia merasa akan kesulitan bereaksi ketika dirinya ditemukan oleh pihak lain......

Umm~......

Jika ada orang yang mendengarnya, mereka mungkin akan memberitahu, “Bagaimana kalau berbicara saja dengan normal tanpa terlalu memikirkannya? Namun, jika itu bisa dilakukan, Alisa tidak akan disebut sebagai putri penyendiri.

Dia biasanya tidak berbicara kecuali kepada segelintir orang yang dia kenal, dan tidak akan berbicara kecuali ada tujuan. Bahkan jika dia berbicara, itu hanya percakapan yang paling mendasar. Itulah sebabnya Alisa disebut sebagai putri penyendiri. Jadi saat-saat seperti ini, dia tidak tahu bagaimana harus berbicara. Intinya, dia memiliki kekurangan fatal dalam keterampilan berkomunikasi.

(Umm~, hmm~...)

Alisa memiringkan kepalanya saat dia mengikuti langkah Masachika. Dia dengan serius memikirkan cara menyapa saat bertemu teman pria di tengah kota di hari libur.

Ketika dirinya terus merenung... tiba-tiba Alisa teringat kalimat manis yang pernah diucapkan oleh seorang selebriti di televisi.

Bisa bertemu di tempat seperti ini, apa ini yang namanya takdir...?

Dia bergumam pelan, merasakan betapa konyolnya pemikiran itu sampai-sampai membuatnya merasa geli sendiri. Lalu, demi mengalihkan perhatiannya, Alisa membersihkan tenggorokannya dan mengakhiri pemikirannya.

(Sungguh konyol sekali. Apa sih yang kupikirkan... maksudku, bagaimana aku akan melanjutkan setelah itu? Pembicaraan kami pasti akan menyebabkan suasana aneh dan canggung.)

Di sana Alisa menghentikan langkahnya dan berbalik. 

(Sudah ah, sudah. Sudah kuduga, kurasa aku tidak perlu berbicara dengannya jika tidak ada urusan. Meskipun kami memiliki tujuan yang sama, aku datang untuk membeli pakaian sedangkan Kuze-kun tidak, jadi tujuan kami tidak akan cocok. Lagipula, jika aku menyapanya, kami pasti akan segera berpisah...)

Baru saat itulah, dia tiba-tiba menyadari sesuatu

(...Eh? Bukannya ini lantai yang khusus menjual pakaian wanita?) 

Setelah menyadari hal tersebut, Alisa memutar badannya dan melihat kembali. Dan akhirnya, dia menyadari ada sosok yang familiar di samping Masachika yang terlihat jauh. 

Eh, Suou... Yuki-san?

Tubuhnya kecil dan ramping. Rambut hitam panjangnya diikat dengan gaya kuncir kuda

Begitu dirinya melihat sosok itu, Alisa tanpa sadar langsungt bersembunyi ke tiang terdekat dan mengintip dari balik bayangan untuk mengamati kedua orang itu. 

(Ke-Kenapa mereka berdua... Jangan-jangan, mereka sedang berkencan! Bukannya anak SMA yang berkencan di hari libur itu cuma terjadi di dunia manga saja?) 

Tentu saja, Alisa tahu bahwa hal seperti itu tidak hanya terjadi di dunia manga shoujo saja. Misalnya, ketua dan wakil ketua OSIS merupakan sepasang kekasih, dan mereka pasti berkencan di hari libur. 

Namun, karena Alisa belum pernah menyaksikan momen itu secara langsung, dan meskipun melihat sepasang kekasih yang berjalan bersama di jalanan, mereka semua tetaplah orang asing. Rasanya seolah-olah seperti kejadian dari dunia jauh yang tidak ada hubungannya dengan dirinya, sehingga dia tidak merasakan realitasnya. 

Itulah sebabnya, pemandangan dua temannya yang berkencan sangat mengejutkan bagi Alisa, seolah-olah mereka berdua tiba-tiba menjadi penghuni dunia yang jauh... 

(Tidak, tidak, mungkin itu bukan kencan. Mereka berdua adalah teman masa kecil. Pergi jalan-jalan bersama di hari libur pasti hal yang biasa! Itu juga sering terjadi di manga!) 

Dalam hal ini, biasanya di dalam manga, si pria pasti menyukai si wanita, tetapi Alisa secara tidak sadar mengalihkan pandangannya dari fakta tersebut

Pada saat yang sama, Alisa dengan hati-hati mengamati situasi di antara mereka berdua sambil mengalihkan perhatiannya dari kenyataan bahwa dia sekarang berada dalam posisi gadis pengganggu dalam manga shoujo. Yang pertama harus diperhatikan adalah tangan mereka. 

(Tangan mereka... tidak bergandengan. Mereka bahkan tidak saling rangkulan. Jadi, benar-benar bukan kencan... Ti-Tidak! Ada kemungkinan mereka baru mulai berpacaran dan belum bisa bergandengan tangan!)

Kemudian, sekarang Alisa memperhatikan ekspresi kedua orang itu. Dengan hati-hati berjalan sambil bersembunyi di balik bayangan, dia mengamati wajah samping mereka berdua yang terlihat sesekali. Dan ketika dia mengakui bahwa tidak ada rasa malu atau kekakuan di wajah mereka, Alisa menghela napas lega. 

(Dari ekspresi mereka, sepertinya tidak ada kemungkinan mereka baru mulai berpacaran... tampaknya, itu bukan kencan, hanya jalan-jalan biasa...) 

Namun, di saat itu, ada kemungkinan lain yang muncul di dalam benak Alisa. 

(Tunggu... ada kemungkinan kalau mereka berpacaran tetapi menyembunyikannya?) 

Jika dipikir-pikir lagi, posisi mereka berdua adalah gadis konglomerat sejati dan pemuda dari keluarga menengah. Mereka berdua merupakan sepasang kekasih dengan perbedaan status sosial. Oleh karena itu, hubungan mereka harus dirahasiakan. Itulah sebabnya, mereka tidak bisa bergandengan tangan di luar supaya mereka punya alasan meskipun ada orang yang memergoki mereka jalan berdua

(Jika di luar mereka berperilaku begitu, berarti di dalam rumah mereka berdua...?) 

Karena mereka tidak bisa berkelakuan mesra di luar, Alisa membayangkan mereka berdua bermesraan sepuasnya di dalam rumah, dan dia merasakan kejutan. Lalu, dia menggeleng-gelengkan kepala untuk menyingkirkan imajinasinya yang semakin liar

(Tenanglah dulu, diriku. Terlalu banyak berpikir juga tidak baik. Yang seharusnya aku percayai adalah informasi utama yang dilihat dengan mata kepalaku sendiri...) 

Namun, meskipun begitu, jika dilihat dari sudut pandang itu, pakaian kasual Yuki terasa berbeda dari biasanya, dan jika disebut sebagai gaya menyamar, sepertinya itu akan masuk akal. 

(Mmmmmm~~~~~~) 

Apa mereka beneran berpacaran atau hanya teman masa kecil? Tidak, meskipun mereka berpacaran, Alisa tidak memiliki hak untuk menyalahkan mereka.  

Namun... bagi Alisa, Masachika adalah teman pria pertamanya, dan Yuki adalah teman wanita yang didapat setelah beberapa tahun. Keduanya adalah teman istimewa bagi Alisa. 

Tetapi bagi mereka berdua, sosok yang istimewa adalah satu sama lain, sedangkan Alisa hanyalah salah satu dari sekian banyaknya teman mereka. Memikirkan hal itu membuat Alisa merasa sangat sedih dan kesepian... 

.........dasar tukang selingkuh 

Dia mengeluarkan unek-unek yang ada di dalam hatinya dan membuntuti langkah kedua orang itu. 

Dan begitulah, penyelidikan perselingkuhan detektif Alisa terus berlanjut hingga Yuki berbalik dan menyapanya.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama