[LN] Saijou no Osewa Jilid 6 Bab 5 Bahasa Indonesia

Bab 5 Negosiasi

 

Keesokan paginya.

Saat aku tiba di sekolah, aku hendak memasuki kelas ketika Tennouji-san tiba-tiba memanggilku.

Tennouji-san?

Tomonari-san, bisa ke sini sebentar?

Aku diarahkan ke tempat tangga yang sepi, lalu Tennouji-san berbalik.

Bagaimana dengan rencana akuisisi itu?

Sudah kuduga kalau dia pasti membicarakan hal itu.

Meskipun ini merupakan pembicaraan yang sensitive sehingga aku tidak tahu harus seberapa banyak yang harus kujelaskan, tapi Tennouji-san adalah orang yang dapat dipercaya dan kami juga telah bersekutu, jadi kurasa itu tidak masalah.

Aku mulai menjelaskan satu per satu secara berurutan. Fakta mengenai bahwa Suminoe-san bertujuan menjadi perusahaan terbesar di bidang industri IT, oleh karena itu dia mengakuisisi Tech Capital, lalu Hinako yang khawatir padaku sehingga dia menawarkan solusi untuk menjadi white knight, dan kemudian—.

...Itulah sebabnya, aku memutuskan untuk menyelesaikannya sendiri tanpa bergantung pada bantuan Konohana-san.

Aku berani menolak tawaran Hinako demi meningkatkan kemampuan diriku sendiri.

Tennouji-san melipat tangannya sembari mendengarkan penjelasanku.

Hoho~... sungguhh keputusan yang bagus.

Senyumanmu terlihat sangat menakutkan.

Tennouji-san menampilkan senyum ganas bak predator.

Pada akhirnya, aku dan Suminoe-san akan bersaing secara frontal. ...Tennouji-san, yang menyukai kompetisi, tampaknya menyukai perkembangan ini. Dia juga sepertinya senang dengan sikapku yang tidak meminta bantuan Hinako, karena menganggapnya sebagai rival.

“Kupikir kamu sudah menyadarinya, tapi keputusanmu itu hanya mungkin dalam simulasi, bukan?

...Ya, aku sudah mengerti betul.

Jika semua kejadian ini terjadi di dunia nyata, aku berarti akan mengabaikan pemikiran karyawan di Tomonari Gift. Padahal aku punya tanggung jawab untuk tidak membiarkan mereka terlantar, tapi aku memilih jalan yang sulit hanya demi gengsi.

Jika aku menghadapi situasi ini di dunia nyata, aku pasti harus berlindung di bawah perlindungan Hinako.

Tapi, aku meyakini kalau ada yang bisa kupelajari dari simulasi ini. Itulah alasanku sering melakukan M&A.

Akuisisi dan merger membutuhkan dana yang sangat besar. Di dunia nyata, M&A tak bisa dilakukan sesering itu, tapi Tennouji-san secara aktif melakukannya demi tujuan belajar.

Tomonari-san memilih opsi untuk belajar, bukan untuk menang. Jika kamu menyadari hal itu, maka aku akan menghormati pilihanmu.

Terima kasih.

Keyakinanku semakin bertambah setelah mendapat dukungan dari Tennouji-san.

Lalu, bagaimana rencana strategimu?

Itu...

Saat aku hendak menjawab, ada seseorang yang mendekat.

Salam sejahtera.

Suaranya yang tenang dan indah terdengar di telingaku.

Suminoe-san...

Ufufu, akhir-akhir ini kita sering bertemu, ya.

Suminoe-san menampilkan senyum yang bersahaja.

Saat aku melihatnya lagi baik-baik, ternyata dia tidak terlihat buruk hati sama sekali. Menjaga penampilannya dengan akting, tindakannya itu mirip dengan Hinako.

Tennouji-san mulai angkat bicara kepada Suminoe-san yang demikian.

Suminoe-san. Sebenarnya, aku sudah beraliansi dengan Tomonari-san di sini."

...Ah, aku sudah mengetahuinya.

Tentu saja dia tahu... Katanya dia sering mengintip pertemuan teh kami.

Jadi, izinkan aku mengatakan satu hal. ...Caramu melakukan itu, seperti menampar lawan dengan tumpukan uang agar patuh. Bukannya itu cukup kasar?

...Memang benar apa yang kamu katakan. Tapi aku memutuskan harus melakukan itu agar bisa membuatmu tersadar, Tennouji-san."

Membuatku tersadar...?

Melihat Tennouji-san yang tampak kebingungan, Suminoe-san kembali melanjutkan.

Tennouji-san. Aku juga memiliki satu hal yang ingin kusampaikan padamu. ...Pria itu, ia sama sekali tidak pantas untukmu. Tomonari Itsuki hanya akan menjatuhkanmu. Aku akan membuktikannya padamu.

Suminoe-san menatapku dengan tajam saat mengatakan hal tersebut. Sepertinya dia memutuskan untuk tidak menyembunyikan perasaannya bahwa dia membenciku.

Ada banyak hal yang ingin kubalas, tapi pertempuran kami sudah dimulai. Berdebat pun takkan mengubah hubungan kami.

Jadi, aku... akan membicarakan urusan bisnis.

Suminoe-san. Apa kamu mengetahui Perusahaan Wedding Needs?

Sepertinya Suminoe-san tak menyangka aku akan berbicara dengannya di suasana tegang ini, dan sedikit terkejut, tapi kemudian dia dengan cepat kembali tenang.

Ya, akku mengetahuinya.

Begitu. ...Hari ini, aku berencana bicara dengan pemilik perusahaan itu.

Setelah aku mengatakan itu, Suminoe-san menanggapi dengan tersenyum.

Ah, begitu rupanya, aku mengerti apa yang ingin kamu lakukan sekarang. Tapi, itu mustahil. Sebab perusahaan itu pernah aku—”

—Perusahaanku berbeda dengan perusahaanmu.

Itulah satu-satunya alasan untuk tidak menerima akuisisi sejak awal.

Tomonari Gift dan SIS memang sangat berbeda. ...Cara pandang kami sebagai pemilik perusahaannya juga berbeda.

Jika itu yang menjadi pemicu keributan, maka menyelesaikannya pun harus dengan hal yang sama.

“Aku akan bertahan hidup dengan cara ini.

Kemungkinan, penyelesaiannya akan terjadi hari ini.

Sepulang sekolah nanti... aku sudah membuat janji dengan seseorang.

 

◆◆◆◆

 

Sepulang sekolah, di kafe akademi kekaisaran.

Aku sudah duduk di tempat yang sudah kupesan sebelumnya, dan ketika aku melihat ada seorang siswa laki-laki yang datang, aku mulai berdiri dari kursiku.

Selamat siang. Perkenalkan, namaku Ikuno dari Perusahaan Wedding Needs.

“Senang bertemu denganmu, aku Tomonari Itsuki dari Tomonari Gift.

Aku berjabat tangan ringan dengan laki-laki yang memperkenalkan Namanya sebagai Ikuno, lalu kembali duduk.

Kali ini, aku mempersiapkan strategi untuk melepaskan diri dari kendali Suminoe-san. Orang kunci-nya adalah teman seangkatan ini.

Pelayan menyerahkan daftar menu pada kami berdua.

Tomonari-kun, kamu mau pesan apa?

Aku pesan kopi blended.

Kalau begitu aku juga pesan yang sama.

Pelayan mengangguk dan pergi.

Ikuno-kun, apa ini pertama kalinya kamu datang ke kafe ini?

Iya. Keluargaku cukup disiplin, jadi aku langsung disuruh pulang setelah sekolah selesai.

Ikuno membalas sembari tersenyum getir.

Aku tahu memang banyak siswa yang seperti itu.

Bisnis keluarga Ikuno, Perusahaan Wedding Needs, merupakan perusahaan terbesar di industri pernikahan. Selain menyediakan tempat resepsi dan bisnis pernikahan, mereka juga memiliki bisnis hotel, restoran, dan berbagai macam lainnya.

Jika ukuran bisnis mereka sampai sebesar itu, pasti aturan orang tuanya juga sangat ketat. Sama seperti Narika dulu, yang dilarang bahkan hanya untuk pergi ke toko permen. Hinako dan Tennouji-san memang terlihat bebas, tapi sebenarnya pasti ada pengawal rahasia saat mereka keluar.

Sama seperti siswa lainnya, Ikuno juga menjalankan perusahaan Wedding Needs milik keluarganya dalam permainan. Ia memegang kendali atas perusahaan terbesar di industri pernikahan, sama seperti di dunia nyata.

“Meski ini baru pertama kalinya aku berbicara denganmu, tapi sebenarnya aku merasa sedikit gugup saat berbicara denganmu, Tomonari-kun.

Eh, kenapa?

Walaupun aku memang sering gugup, tapi tidak ada alasan bagi Ikuno untuk merasa begitu.

Soalnya, Tomonari-kun kan peserta dari acara pertemuan teh yang mulia itu.

Ah muncul lagi, acara pertemuan teh yang mulia.

Akhir-akhir ini aku sering mendengar topik ini. ...Kayaknya ada sedikit kesalahpahaman.

“Umm... Acara pesta minum teh itu sebenarnya cuma sekedar obrolan biasa, bukan sesuatu yang sehebat 'acara teh yang mulia' begitu...

Lho? Tapi menurut kabar anginnya, aku mendengar kalau di sana membahas tentang politik, ekonomi, militer, bahkan arah Akademi Kekaisaran di masa depan secara serius."

Rumor macam apaan itu?

Aku baru saja masuk ke sekolah ini di musim semi. Jadi mana mungkin ada pembicaraan seperti itu.

Tapi, ada juga gosip yang bilang kalau Tomonari-kun adalah orang yang mengendalikan di balik layar.

Ke-Kenapa ada rumor aneh dan konyol begitu, sih...

Soalnya, awalnya kan memang Tomonari-kun yang mengumpulkan anggota itu. Jadi mungkin itulah sebabnya rumor semacam itu bisa muncul...”

Sebenarnya, apa alasan awal kami berenam bisa berkumpul? ...Ah, iya. Karena aneh rasanya kalau aku terus-menerus menolak ajakan bermain dari Taishou dan Asahi-san, jadi aku memutuskan untuk menerimanya, dan karena ada kesempatan, aku juga mengundang Tennouji-san yang terlihat ingin berteman dengan Hinako, dan Narika, yang sepertinya ingin punya teman.

...Jadi memang bukan sepenuhnya salah jika dibilang aku yang mengumpulkan mereka.

Ay-Ayo kita bahas soal game! Toh, pertemuan kali ini juga untuk itu, 'kan?"

I-Iya, kamu benar.

Merasa kalau topik itu terlalu berbahaya, aku mencoba mengalihkan pembicaraan.

Pada saat yang bersamaan, kopi pesanan kami berdua tiba, jadi kami meminumnya untuk menenangkan diri.

Kami berdua sama-sama menghela napas.

Soal akuisisi itu, pasti sangat susah ya.

Ikuno meletakkan cangkirnya di meja dan berkata demikian.

Kamu tahu tentang itu?

Yah, karena jarang-jarang ada yang mengakuisisi perusahaan permodalan.

Sepertinya kabar tentang akuisisi yang dilakukan Suminoe-san juga sudah sampai pada orang-orang yang bahkan tidak terlalu memperhatikanku atau Suminoe-san.

Rasanya tidak nyaman jika aku jadi pusat perhatian begini.

Perusahaan SIS milik Suminoe-san adalah perusahaan IT besar. ...Bagi perusahaan IT kecil yang menerima investasi dari Tech Capital, sebenarnya itu bukanlah hal yang buruk jika perusahaan SIS yang menjadi induknya.

“Aku yakin kalau ada beberapa orang yang berpikir begitu. Tapi aku memutuskan untuk melawan.

Karena itulah aku membuat pertemuan ini.

Aku meneguk kopiku sedikit, lalu memandang Ikuno.

Sekarang——sudah saatnya untuk membicarakan hal yang serius.

Seperti yang sudah kusampaikan sebelumnya, hari ini aku ingin membicarakan tentang kerja sama bisnis.

Aku langsung membicarakan pada intinya.

Tapi Ikuno justru menundukkan kepalanya dengan raut menyesal.

Maafkan aku, meskipun kamu sudah repot-repot mengatur pertemuan ini, tapi aku tidak berencana untuk melakukan kerjasama bisnis.

Ikuno berkata sambil menatap cangkir kopinya.

“Aku sudah menolak semua tawaran kerja sama serupa dari perusahaan IT lainnya...

Termasuk milik Suminoe-san juga, 'kan?

...Kamu tahu soal itu?

“Aku belum mendengarnya secara langsung, tapi aku hanya menduga-duganya saja.

Aku mengeluarkan laptop dari dalam tasku dan berkata,

Tapi mungkin aku bisa mengajukan usulan yang berbeda dari Suminoe-san.

Tatapan mata Ikuno tampak melebar.

Apa kamu tahu tentang Tomonari Gift?

Tidak, aku terlalu fokus menolak tawaran kerjasama, jadi aku tidak terlalu tahu tentang detailnya...

Kalau begitu, silakan lihat dokumen ini.

Sepertinya saat mengetahui bahwa Tomonari Gift bergerak di bidang IT, ia jadi malas untuk mempelajari lebih lanjut. Aku punya dugaan kenapa ia bersikap begitu.

Pertama-tama, aku menampilkan dokumen Tomonari Gift di layar.

Tomonari Gift adalah perusahaan yang fokus menjalankan toko online untuk berbagai macam barang hadiah. Jadi, produk-produk yang kami jual selalu berkualitas tinggi dan sesuai untuk acara-acara penting seperti pernikahan.

Ketika berbicara tentang hadiah untuk acara-acara pernikahan, seseorang tidak bisa memilih sesuatu yang murah. Dalam hal ini, kupikir perusahaan kami adalah pasangan yang cocok.

Bila menganalisis pasar hadiah, jelas terlihat keterkaitan dengan acara-acara penting. Hadiah untuk perayaan pernikahan, upacara kedewasaan, dan sebagainya sudah menjadi hal lumrah dalam acara-acara penting.

Olhe karena itu, aku sudah menduga kalau Suminoe-san juga telah menghubungi Ikuno. Suminoe-san memiliki kategori hadiah untuk acara-acara penting di toko onlinenya, jadi kemungkinan besar dia ingin mengembangkan bisnis itu dengan bermitra dengan pemain terbesar di industri pernikahan.

Sejauh itu, aku pun punya pemikiran yang sama. Tapi—

Namun, yang ingin aku sampaikan adalah Tomonari Gift tidak benar-benar terfokus hanya pada transaksi online saja.

...Maksudnya?

Aku bisa melihat dengan jelas kalau Ikuno sangat tertarik.

Ia pasti mengira bahwa aku akan mengajukan usulan yang serupa dengan Suminoe-san.

Tapi tidak. Aku dan Suminoe-san memiliki visi yang berbeda.

Filosofi Tomonari Gift adalah mengedukasi betapa indah dan membanggakan memberi hadiah dengan mudah. Meski fokus utamanya adalah toko online, kami juga ingin memenuhi kebutuhan pelanggan di luar itu. Faktanya, kami bahkan sudah memulai bisnis hadiah katalog yang tidak bergantung pada internet.

Aku menunjukkan data bisnis hadiah katalog kepada Ikuno.

Ikuno menatap data itu dengan serius.

Bagaimana menurutmu?

Aku memandang lurus ke arahnya dan bertanya.

Sepertinya tujuan tersebut mendekati dengan apa yang ingin kamu lakukan, bukan?

Sepertinya tebakan itu benar, karena Ikuno terkejut tanpa bersuara.

“Saat aku mempelajari informasi perusahaan Wedding Needs, di sana tertulis bahwa mereka ingin melanjutkan digitalisasi dan transformasi digital. Tapi menurutku, itu bukan keinginan sebenarnya. ...Sebenarnya, kamu hanya ingin tetap berpegang pada cara tradisional, ‘kan?

Akhir-akhir ini, semua perusahaan sedang mempertimbangkan penerapan teknologi IT untuk meningkatkan efisiensi. Digitalisasi dan transformasi digital memang memiliki arti yang mirip, tapi secara teknis, digitalisasi hanya untuk efisiensi, sementara transformasi digital berarti menciptakan proses bisnis baru dengan teknologi digital.

Wedding Needs disebutkan sedang meninjau transformasi digital.

Tapi aku merasa itu tidak sesuai dengan kenyataan.

Ekspresi Ikuno yang terlihat di balik data... tampak mendung.

...Persis seperti yang kamu katakan.

Ikuno mulai berbicara dengan jari-jarinya yang bertautan.

Sebenarnya, aku hampir selalu menuruti apa yang dikatakan orang tuaku. Mereka cemas karena game manajemen ini cukup diperhatikan kalangan bisnis, jadi mereka menyerahkannya padaku... Termasuk rencana transformasi digital itu, juga keputusan orang tua. Tapi sejujurnya, aku ingin mempertahankan layanan tradisional yang menjunjung tinggi formalitas. Belakangan ini ada layanan pernikahan online atau live streaming, tapi aku tidak setuju dengan itu. Aku ingin menyampaikan betapa berharganya kenangan yang dibuat dengan susah payah, melalui layanan kami.

Aku memang sudah menduga hal tersebut, itulah yang sebenarnya diinginkan Ikuno.

Karena itulah, aku meyakini kalau tawaranku akan tersampaikan padanya.

Yang kita cari bukan efisiensi, tapi menyebarkan budaya. Dalam hal itu, visi kita sejalan. Misalnya di Tomonari Gift, kami menjelaskan dengan jelas tata cara pembungkusan dan etika yang rumit di situs kami. Kami juga bisa menambahkan informasi seputar pernikahan di sana.

Tentu saja, layanan toko online Tomonari Gift juga cocok dengan acara-acara penting seperti yang sudah kusampaikan tadi.

Tapi lebih dari itu, yang ingin kuusulkan pada Ikuno adalah sebuah tempat untuk menyebarkan pandangan pernikahan yang dia inginkan. Untungnya, dasarnya sudah ada.

“Apa kamu bersedia untuk bermitra dengan perusahaanku? Jika perusahaanku bisa bekerja sama dengan Wedding Needs, layanan kami untuk acara-acara penting bisa ditingkatkan secara signifikan.

Sebagai imbalannya, aku ingin mendapatkan dukungan untuk meloloskan diri dari akuisisi Suminoe-san, serta peningkatan layanan untuk acara-acara penting.

Setelah mempertimbangkannya cukup lama, Ikuno menjawab usulanku.

...Awalnya, aku berniat menolaknya.

Ikuno mengatakannya dengan pasrah.

Aku sendiri tidak tertarik dengan transformasi digital, jadi saat perusahaan IT mengajak kerja sama, aku selalu merasa curiga. Suminoe-san juga mengajakku bermitra karena mengusung transformasi digital, jadi sebelum orang tuaku tahu, aku sudah menolaknya. ...Lagipun, sejak awal aku memang tidak terlalu antusias dengan game ini karena harus menuruti kemauan orang tuaku.

Setelah mengatakan itu, Ikuno kemudian menatapku.

Sorot matanya jauh lebih hidup dibandingkan saat ia mulai berbicara.

Tapi, aku merasa senang saat Tomonari-kun bisa mengatakan apa yang sebenarnya kuinginkan. ...Padahal ini game manajemen yang berharga. Jadi, aku akan mengikuti apa yang sebenarnya ingin kulakukan.

Ikuno membungkuk.

“Aku menerima kerja sama bisnis ini. Tolong izinkan aku berinvestasi di perusahaanmu, Tomonari-kun.

Terima kasih banyak.

Aku membungkuk lebih dalam dari Ikuno.

Ketika aku merasa lega di dalam hati, Ikuno menatapku dengan rasa penasaran.

Tapi... Bagaimana mungkin kamu bisa mengetahui apa yang sebenarnya kuinginkan?

Kebijakan untuk melanjutkan transformasi digital itu bukan keinginannya sendiri. Lalu kenapa aku bisa melihatnya?

Pertanyaan yang sangat wajar, tapi aku tidak bisa mengungkapkan jawabannya.

Karena ku menangkap itu dari suasana, atau instingku.

Jadi, itulah sebabnya...

...Entahlah, itu hanya firasatku saja.

Aku hanya bisa menjawab demikian dengan tersenyum getir.

 


Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama