Chapter 2 —Vol 1 SS Baru: Yuki-Chan Adalah Seorang Mata-Mata Ulung?
“...”
Alisa
meninggalkan restoran ramen pedas dengan langkah yang goyah
dan sempoyongan, kemudian dia langsung
duduk di bangku taman terdekat dan tidak bergerak lagi. Melihat
wajah Alisa yang hampir seperti orang sekarat
itu, Yuki menggerakkan pandangannya ke atas sambil menengok.
“Eh?
Alya-san, kamu mau pergi ke mana?"
“Dia belum
kehilangan nyawanya kali!”
Yuki
menyeringai pada kakaknya yang langsung menimpali
candaannya dan menoleh ke arahnya.
“Kalau
begitu, tolong jaga Alya-san, ya. Aku
ingin pergi berbelanja sendiri dulu sebentar.”
Meskipun tujuannya sengaja dibuat samar, Masachika
bisa menebak bahwa Yuki akan pergi membeli barang-barang otaku, dan ia
mengangguk sambil memperhatikan Alisa.
“......
Ah. Hati-hati ya.”
“Iya.”
Dengan
tetap menjaga sikapnya seperti
seorang Ojou-sama, Yuki dengan anggunnya meninggalkan
taman, dan setelah berjalan sedikit, dia
menyisihkan diri di tepi jalan dan berhenti untuk mengeluarkan ponselnya.
Sambil berpura-pura mencari jalan, dia
memanggil seseorang dari
belakang.
“Ayano.”
“Ya,
Yuki-sama.”
Ketika mendengar
panggilan majikannya,
Ayano muncul dari gang belakang... sebenarnya, Ayano sudah mengikuti sejak Masachika
dan Yuki sejak mereka turun di
stasiun tujuan. Saat menonton film, Ayano juga duduk di kursi paling kanan,
lima baris di belakang kakak beradik itu. Ayano juga
menguntit Alisa, yang sedang membuntuti duo kakak beradik itu. Ayano
yang sedang melakukan eksperimen berjudul [Kapan
Onii-chan akan menyadarinya kalau Ayano
berusaha keras untuk menghilangkan keberadaannya dan menguntitnya],
mulai menunjukkan dirinya.
“Ikuti
mereka dan laporkan situasinya secara berkala. Jangan sampai keberadaanmu ketahuan.”
“Baiklah, saya mengerti.”
Ayano
yang menerima perintah dari majikannya
tampak menghilang lagi. Tanpa menoleh ke belakang,
Yuki memastikan hal itu dan mulai melepas ikatan rambutnya yang bergaya kuncir kuda, lalu dia mengikatnya menjadi gaya ekor kembar di posisi yang lebih
tinggi. Ini adalah penyamaran yang sekadar untuk berjaga-jaga, memikirkan
tempat yang akan ditujunya. Jika dia bertemu dengan seseorang dari akademi, dia bisa menggunakan alasan “Aku sedang jalan-jalan bersama Masachika-kun~” jika sedang
bersama kakaknya, tetapi dia tidak
bisa menggunakan alasan itu jika sendirian, jadi penyamarannya ini untuk
berjaga-jaga.
(Hmm...............
yah, kalau sekilas aku pasti tidak akan ketahuan)
Yuki
memeriksa penampilannya melalui
kamera depan ponselnya dan tersenyum puas. Kemudian, sambil menghubungi Ayano, dia mengeluarkan earphone nirkabel
dan hanya memasangkan satu di telinga kanannya.
“Di sni
Ayano. Yuki-sama, apa Anda bisa mendengar saya?”
“Aku bisa
mendengarnya dengan jelas. Bagaimana keadaan target?”
“Saat
ini, tidak ada pergerakan sama sekali.”
“Bagus. Segera
laporkan jika ada pergerakan.”
“Dipahami.”
Sambil
berjalan, Yuki memberikan perintah dengan serius
tanpa banyak menggerakkan mulurnya,
lalu mematikan mikrofon. Rasanya mirip seperti
menjadi komandan dalam film mata-mata. Yuki sudah merasa cukup senang dalam suasana sehari-hari yang
terasa tidak biasa ini.
“Ah,
permisi~. Aku
ingin bertanya arah sedikit, boleh~?”
Di saat dirinya sedang asyik-asyiknya memainkan permainan
mata-mata, ada seorang pengganggu tidak sopan yang tiba-tiba mengganggunya. Namun, Yuki tidak terganggu sama sekali.
“Saya
masih SD loh om~, apa Om baik-baik saja?”
“Eh?
Anak SD? Ak-Aku akan mencarinya sendiri deh~.”
Dengan
senyuman polos yang mematikan dan sedikit memperlihatkan alarm keamanan, Yuki
mengusir pria yang mendekat sambil tertawa lebar.
Karena
belakangan ini banyak gadis-gadis yang terlihat seperti anak remaja meskipun mereka masih SD,
Yuki yang bertubuh mungil dan
ramping untuk gadis yang berusia lima
belas tahun, bisa terlihat seperti anak SD tergantung ekspresi dan perilakunya.
Terutama ketika dia
mengenakan pakaian tomboy
dan gaya rambut kekanak-kanakan seperti hari ini. Kuncinya adalah melakukan
setiap gerakan dengan tubuh secara keseluruhan dan mengangkat suara dengan
besar dan tinggi.
(Hm,
elemen yang tidak pasti yang mengganggu misi, segera mengubah wajah dan
mengusirnya dengan cemerlang...)
Rasanya mirip seperti seorang mantan mata-mata legendaris yang kini mundur untuk melatih generasi berikutnya.
Dengan
senyuman sinis yang ceria, Yuki melangkah
dengan percaya diri menuju toko anime. Pada saat
yang bersamaan, laporan dari Ayano masuk di telinganya.
“Yuki-sama,
ada pergerakan dari target.
Sepertinya mereka membeli es krim di truk es krim
keliling. Sepertinya mereka tidak akan pindah dari
taman untuk sementara. Ganti.”
“Baiklah. Aku
sendiri hampir sampai di tempat
tujuan. Aku mungkin
tidak bisa merespons untuk sementara, tapi teruskan laporan seperti biasa.”
“Dimengerti.”
Dengan
tetap menjaga sambungan telepon, Yuki mematikan mikrofon dan akhirnya masuk ke dalam toko yang dituju. Begitu masuk, dia menghitung urutan kunjungannya untuk berkeliling di area
penjualan, bergerak tanpa membuang-buang waktu untuk mengamankan barang-barang
satu per satu.
Ya, bagi
Yuki saat ini, bahkan dirinya yang sedang mencari barang-barang otaku hanyalah
penyamaran untuk menyembunyikan dirinya dari
dunia. Sosok asli
Yuki yang sebenarnya adalah... pemimpin dari
tim mata-mata cantik yang menyelidiki interaksi antara kakaknya dan teman perempuannya yang sedang berduaan!
(Bukannya kamu orang
yang paling berbahaya!?)
Bagian
tenang dari Yuki berteriak, tetapi Yuki yang sedang bersemangat dengan santai
mengabaikan suara itu.
“Eh.........?”
Namun,
meskipun begitu, seorang otaku tetaplah otaku. Ketika berada di toko seperti
ini, mau tak mau dirinya akan
tergoda oleh barang-barang di sekitarnya.
(‘Kakak perempuan berusia yang dua puluh tahun berubah menjadi anak SMP'...?)
Perhatian
Yuki tertuju pada sampul dan judul yang kebetulan muncul di pandangannya. Dia mengambil novel ringan itu,
membaliknya untuk memeriksa sinopsisnya.
(Ah~ jadi
begitu rupanya. Ini
bukanlah genre fiksi ilmiah seperti peremajaan atau
perjalanan waktu, melainkan tentang kehilangan ingatan~. Ini adalah cerita
tentang seorang kakak yang tiba-tiba kehilangan enam tahun ingatannya dan adik laki-lakinya.......)
Tampaknya
ini adalah karya unggulan dari pihak penerbit,
dan ada juga buku percobaan di dekatnya, sehingga Yuki tanpa sengaja
mengambilnya.
(Hoho~....... woahh. Hmm, tapi, yah~, pastinya begitu. Dari
sudut pandang si kakak perempuan, selama masa liburan
musim panas di kelas 2
SMP, dia tidur sambil
berpikir, 'Besok aku
akan pergi ke pantai bersama
teman-temanku~,'
dan ketika bangun, tiba-tiba dia sudah menjadi orang dewasa yang berusia
dua puluh tahun....... itu pasti
membingungkan dan membuatnya menangis
terisak.)
Alur
cerita yang menarik terus berlanjut sejak awal, dan Yuki tanpa sadar melupakan
permainan mata-matanya, terlalu fokus dalam membaca buku percobaan
itu.
“Yuki-sama,
mereka berdua sudah
mulai bergerak.”
“!!!”
Namun, setelah mendengar laporan
Ayano, Yuki menutup buku percobaan itu dengan keras, mengambil satu novel
ringan dan memasukkannya ke dalam keranjang, lalu dia cepat-cepat menuju ke tempat
berikutnya.
(Gawat, gawat. Aku hampir saja terlena dengan bacaan tadi.)
Buku bisa
dibeli kapan saja, tetapi barang dagangan mungkin tidak bisa dibeli jika
kesempatan terlewat. Dan yang lebih penting, acara jalan-jalan Masachika dan Alisa
hari ini hanya bisa diamati hari ini!
(Oke baiklah, kira-kira bagaimana suasana
mereka berdua setelah ditinggal berduaan?)
Yuki sudah mendengar dari kakaknya bahwa Alisa merupakan teman perempuan yang cukup akrab dengannya, tetapi ketika melihat Alisa
bersama Masachika, tampaknya Alisa memiliki ketertarikan yang lebih dari
sekadar teman biasa terhadap Masachika.
Apa itu
berhubungan dengan perasaan cinta, ataukah lebih mirip dengan rasa kepemilikan
terhadap salah satu dari sedikit teman? Itu masih belum jelas. Justru karena perasaan tersebut belum
jelas, acara ini tidak bisa dilewatkan.
(Baiklah,
sepertinya aku
sudah membeli semua yang aku
inginkan~?)
Yuki
mencocokkan daftar barang yang ingin dibeli yang dia
catat di ponsel dengan barang-barang di dalam keranjang.
(Hmm,
baiklah. Kurasa sudah
saatnya untuk membayar......)
Saat dirinya hendak melangkah, tiba-tiba
sebuah poster menarik perhatiannya.
(Apa!? In-Ini........!!)
Itu
adalah poster undian terkait anime yang sedang ditayangkan musim ini. Dari
hadiah peringkat S hingga F, masing-masing
dilengkapi dengan foto barang yang bisa didapatkan, dan barang yang sudah
keluar ditandai dengan garis merah.
(Semua
hadiah S dan A sudah dimenangkan,
dan yang tersisa hanyalah hadiah
peringkat B.....?
Jangan-jangan, itu bisa
keluar? Hadiah Penghargaan terakhir!)
Hadiah Penghargaan Terakhir. Itu
adalah hadiah spesial yang diberikan kepada orang yang menarik undian terakhir
di toko tersebut. Bisa dibilang, itu adalah barang yang lebih langka daripada
hadiah peringkat S, barang yang unik dan tak
tertandingi.
(Hadiah Penghargaan Terakhir.......
figur orisinal dengan warna berbeda, mau banget......!)
Namun, dia tidak bisa memastikan masih ada berapa
banyak undian yang tersisa. Meskipun beberapa undian atas sudah keluar, masih
ada kemungkinan banyak undian yang tersisa. Namun, melihat tanggal rilis
undian, kemungkinan itu tampak rendah.
(Apa aku bisa mendapatkannya dengan modal.........
10 ribu yen? Tidak,
sepertinya itu bakalan sulit......
setidaknya aku
akan menarik undian senilai 10 ribu
yen, jika tidak bisa mendapatkannya,
aku akan menyerah di situ.......
tapi, jika sudah mengeluarkan 10 ribu
yen, aku pasti
akan terus-menerus mencobanya sampai
dapat...... dan jika aku terus menarik banyak barang,
mungkin aku tidak bisa menyembunyikan
barang belanjaanku saat bertemu kembali Alya-san....... Selain
itu, aku juga
sudah kehilangan kesempatan untuk membeli pakaian bersama Alya-san...... tapi, tapi, hmm~...)
Haruskah aku mencobanya atau menyerah?
Yuki terus
dibuat bimbang sambil memeriksa isi dompetnya.
“Yuki-sama,
mereka berdua telah tiba di bagian pakaian wanita. Sepertinya Kujou Alisa-sama sedang membeli pakaian.”
“Apa-apaan itu? Kedengarannya
bakalan seru! Aku akan segera
pergi ke sana!”
Setelah mendengar
laporan dari Ayano, Yuki
menutup dompetnya dengan keras dan tanpa ragu bergabung dengan antrean kasir.
Karena sekarang adalah hari libur, antrean kasir
membentang di tengah toko. Biasanya, antrean ini dapat dilalui tanpa stres
sambil melihat-lihat barang di sisi kiri dan kanan, tetapi hari ini terasa
sangat mengganggu. Dengan menggigit bibirnya
menunggu giliran sambil mendengar laporan dari Ayano bahwa “Alisa sudah mulai mencoba pakaian,” Yuki menunggu gilirannya di
kasir.
“Terima
kasih banyak~”
Setelah
menyelesaikan pembayaran sembari dengan
susah payah menahan diri dari perassaan gelisah,
Yuki meninggalkan kasir tanpa memeriksa poin yang didapat dari promosi.
Setelah
keluar dari toko, dia
berjalan cepat menembus kerumunan menuju toko pakaian yang diinformasikan oleh
Ayano. Kemudian saat dirinya tiba di
depan toko, Yuki langsung
meraih tangan Ayano yang datang menyambutnya dan melangkah ke dalam toko dengan
semangat.
“Jadi,
di mana mereka?”
“Ah,
di sini――”
Saat Yuki
dengan cekatan menaikkan nada suaranya sambil menjaga suaranya tetap rendah, dia menarik tangan Ayano untuk
menunjukkan jalan. Mereka tiba di depan sebuah manekin, dan saat mengintip dari
baliknya, mereka melihat Masachika yang berdiri di depan ruang ganti dengan
sedikit canggung... dan tepat pada saat
itu, pandangan mata mereka saling
bertatapan.
(Uwahh, rasanya seolah-olah ada telepati di antara kami.)
Ketika
Yuki memikirkan betapa tepatnya waktu kepergoknya
mereka, tatapan Masachika bergerak dan menangkap Ayano
yang mengintip dari bawah Yuki.
(Ah~
terungkap secara tidak langsung, ya.)
Karena memutuskan bahwa nasi sudah menjadi bubur,
Yuki meninggalkan Ayano di tempat itu dan mendekati Masachika.
“Halo,
halo~ kelihatannya kamu sedang
bersenang-senang ya?”
“Tidak,
kamu... setidaknya, kembalikan gaya
rambutmu.”
“Upss,
aku lupa tentang itu.”
Setelah
mendapat teguran dari kakaknya, Yuki mengubah gaya dua
ekor kuncirnya menjadi kuncir kuda,
sementara Masachika melihat Ayano yang sedang membungkuk memberi salam dari
balik manekin.
“Ngomong-ngomong,
kenapa Ayano bisa ada di sini? Eh, sejak kapan?”
“Sejak
awal?”
“Awal
itu kapan?”
“Sejak awal
penciptaan alam semesta.”
“Aku
belum lahir saat itu, tau.”
“Itu
bukan poinnya.”
Saat
mereka saling berbisik, tiba-tiba tirai ruang ganti di samping mereka tersibak,
dan Alisa muncul mengenakan rok mini dan kamisol
dengan gaya yang sedikit condong ke
depan.
“Bagaimana
dengan, ini......”
Tatapannya—— menangkap Yuki yang berdiri di
depan Masachika, dan ekspresinya tiba-tiba menjadi kaku.
Di bawah
wajah Alisa yang kaku, belahan payudaranya mengintip keluar dari garis leher
yang terbuka lebar, dan lebih jauh di bawahnya, pahanya yang mempesona terlihat
jelas.
Sambil
melihat pemandangan itu tanpa mengubah ekspresi,
Yuki menyisir poninya dalam
hati dan berkata dengan tatapan dingin.
(Hmm......
bukankah penampilannya itu sedikit
terlalu seksi?)
Namun
tentu saja, dia tidak
bisa mengucapkan itu dengan lantang. Jadi,
Yuki, dengan sikap anggun khas Ojou-sama,
meletakkan tangan di mulutnya dan berkata dengan mata yang sedikit
terbelalak.
"Wah,
Alya-san, kamu sangat berani sekali!"