Bad-end go no Heroine Vol 1 Prolog Bahasa Indonesia

Prolog

 

Woahh, hujan deras ya?

Menurut alat prediksi cuaca sihir di asrama, cuaca saat ini seharusnya mendung, parah banget ih.

Di dekat pintu masuk gedung Akademi Sihir Kerajaan, para siswa yang baru saja dibebaskan dari waktu pengekangan yang panjang yang disebut sebagai jam pelajaran, terjebak oleh cuaca hujan dan mengeluh.

“Oi Ash, kalau kamu bagaimana?”

Aku punya payung lipat di dalam tas, jadi aku akan pulang seperti ini.

Eh, boleh aku ikut di bawah payung itu—

Maaf, tapi cuma ada cukup untuk satu orang saja. Mendingan menyerah saja.

Setelah menolak permintaan temanku, aku mengeluarkan payung lipat dan membukanya, mengabaikan tatapan penuh dendam yang menusuk punggungku, lalu berjalan di jalan menuju asrama yang sudah mulai dipenuhi genangan air.

Walau[un asrama akademi terletak tidak jauh dari akademi, tapi tetap saja, aku perlu berjalan sebentar di tengah kota.

(Seperti yang kudugam ddengan cuaca seperti ini, tidak ada kios atau stan yang buka.)

Sembari memikirkan hal itu dengan santai, aku berusaha memasuki gang yang baru-baru ini kutemukan sebagai jalan pintas menuju asrama, tapi tiba-tiba.

Wah!?

Uh, ...””

Ketika aku terus berjalan menyusuri gang, sesuatu yang awalnya kukira tumpukan sampah yang tertutup kain tiba-tiba bergerak, dan dari kegelapan muncul dua cahaya yang mengarah ke arahku.

Tanpa sadar, aku mengeluarkan suara seperti teriakan dan melangkah mundur, tetapi dengan menjaga jarak, aku menyadari bahwa benda di bawah kain itu adalah seorang gadis yang mengenakan pakaian bertudung dan jubah compang-camping di atasnya, dan pikiranku mulai tenang.

(Hah? Bukannya orang ini adalah siswi dari akademiku...?)

Sekilas aku tidak mengenalinya karena gadis itu mengenakan pakaian bertudung yang sangat kotor hingga tampak sangat compang-camping, tetapi dia mengenakan seragam kelas bangsawan atas yang dihiasi dengan ornamen emas di lengan, yang dirancang oleh perancang busana terkenal di ibukota kerajaan, yang juga sangat memperhatikan bahan. Dia tampaknya seumuranku, berjongkok di gang belakang sambil terkena hujan.

Aku mendengar bahwa perundungan di antara bangsawan, terutama di kalangan bangsawan atas, merupakan hal yang umum.

Mereka menggunakan anak buah untuk mengganggu orang-orang dari keluarga yang berseteru atau keluarga baru, dan ketika perundungan itu terungkap, mereka akan mengorbankan anggota terlemah dalam faksi mereka.

Di Akademi Sihir Kerajaan, yang merupakan ruang tertutup di mana anak-anak bangsawan diwajibkan untuk masuk—tidak, ini benar-benar cerita yang bisa terjadi di mana saja.

...

Meskipun begitu, aku bisa melihat melalui celah di tudung bahwa mata gadis itu, yang telah kehilangan cahayanya dan dipenuhi dengan keputusasaan tentang segala hal di dunia ini, membakar hatiku dengan cara yang aneh, sehingga aku tidak bisa pergi dari tempat itu.

“Oi, kalau kamu tetap di sini, kamu akan demam tau.

Walaupun aku sadar bahwa berurusan dengannya bisa membawa masalah, aku secara alami memanggil gadis itu.

──Tolong jangan terlibat denganku. Aku di sini karena kemauanku sendiri.

Gadis itu menjawab sambil menyentuh tudungnya yang basah dan berat karena air hujan, yang pasti terasa sangat tidak nyaman, dengan tatapan yang masih tidak menunjukkan kehidupan sama sekali. Dia menjawab dengan suara menolak dan seolah meminta agar aku tidak melibatkan diri lebih jauh lagi.

…Tidak, siapa yang bisa mempercayai kata-kata “aku di sini karena kemauanku sendiri” dengan wajah seperti itu?

Aku tidak setega itu untuk membiarkan gadis yang basah kuyup dan baju compang-camping sendirian di tempat seperti ini.

Namun, sepertinya dia tidak berniat untuk berpindah meskipun aku mencoba meyakinkannya.

Kalau begitu...

Ini. Kamu tidak perlu mengembalikannya, tapi pastikan kamu memakainya saat kamu ingin pergi ke suatu tempat.”

Aku memaksa gadis itu untuk memegang payung dan jaket seragam yang aku miliki, lalu berlari cepat menuju asrama.

Aku merasa seolah mendengar suara gadis itu memanggilku dari belakang, tetapi suara itu terhalang oleh bunyi hujan yang semakin deras.

Dia adalah siswa kelas bangsawan atas. Sepertinya dia tidak akan pernah berurusan lagi dengan orang seperti aku, siswa kelas bangsawan bawah.

Pada saat aku buru-buru kembali ke asrama kelas bangsawan bawah sembari memikirkan hal itu, tubuhku sudah basah kuyup.

Setelah masuk ke dalam kamarku, aku memasukkan seragam ke dalam mesin cuci sihir otomatis generasi beberapa tahun yang lalu agar tidak terkena flu, lalu berganti pakaian santai dan mandi dengan shower sihir.

Ketika aku bereinkarnasi, aku telah bersiap menghadapi kehidupan yang sulit di dunia bergaya Eropa abad pertengahan, tetapi berkat sihir, aku bisa menjalani kehidupan yang hampir tidak berbeda dengan negara Jepang modern, yang mana membuatku sangat beruntung.

Saat semua pekerjaan selesai, kelelahan tiba-tiba melanda, jadi aku langsung berbaring di tempat tidur dan tidak bisa melawan rasa kantuk, lalu tertidur nyenyak.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama