Prolog
“Woahh, hujan deras ya?”
“Menurut
alat prediksi cuaca sihir di asrama, cuaca saat
ini seharusnya mendung, parah banget ih.”
Di dekat
pintu masuk gedung Akademi Sihir Kerajaan, para siswa yang baru saja dibebaskan
dari waktu pengekangan yang panjang
yang disebut sebagai jam pelajaran,
terjebak oleh cuaca hujan dan
mengeluh.
“Oi
Ash, kalau kamu bagaimana?”
“Aku
punya payung lipat di dalam tas,
jadi aku akan pulang seperti ini.”
“Eh,
boleh aku ikut di bawah payung itu—”
“Maaf,
tapi cuma ada cukup untuk
satu orang saja. Mendingan menyerah saja.”
Setelah
menolak permintaan temanku, aku mengeluarkan payung lipat dan membukanya,
mengabaikan tatapan penuh dendam yang menusuk punggungku, lalu berjalan di
jalan menuju asrama yang sudah mulai dipenuhi genangan air.
Walau[un asrama
akademi terletak tidak jauh dari akademi, tapi tetap saja, aku perlu berjalan
sebentar di tengah kota.
(Seperti yang kudugam ddengan
cuaca seperti ini, tidak ada kios
atau stan yang buka.)
Sembari
memikirkan hal itu dengan santai,
aku berusaha memasuki gang yang baru-baru ini kutemukan sebagai jalan pintas
menuju asrama, tapi
tiba-tiba.
“Wah!?”
“Uh,
...””
Ketika aku
terus berjalan menyusuri gang, sesuatu yang awalnya kukira
tumpukan sampah yang tertutup kain tiba-tiba bergerak, dan dari kegelapan
muncul dua cahaya yang mengarah ke arahku.
Tanpa
sadar, aku mengeluarkan suara seperti teriakan dan melangkah mundur, tetapi dengan menjaga
jarak, aku menyadari bahwa benda di bawah kain itu adalah seorang gadis yang
mengenakan pakaian bertudung dan jubah compang-camping di atasnya,
dan pikiranku mulai tenang.
(Hah? Bukannya orang ini adalah siswi dari akademiku...?)
Sekilas aku
tidak mengenalinya karena gadis itu mengenakan pakaian bertudung yang sangat kotor hingga tampak
sangat compang-camping, tetapi dia mengenakan seragam kelas bangsawan atas yang
dihiasi dengan ornamen emas di lengan, yang dirancang oleh perancang busana
terkenal di ibukota kerajaan, yang juga sangat memperhatikan
bahan. Dia tampaknya seumuranku, berjongkok
di gang belakang sambil terkena hujan.
Aku
mendengar bahwa perundungan
di antara bangsawan, terutama di kalangan bangsawan atas, merupakan hal yang umum.
Mereka
menggunakan anak buah untuk mengganggu orang-orang dari keluarga yang berseteru
atau keluarga baru, dan ketika perundungan
itu terungkap, mereka akan mengorbankan anggota terlemah dalam faksi mereka.
Di
Akademi Sihir Kerajaan, yang merupakan ruang tertutup di mana anak-anak
bangsawan diwajibkan untuk masuk—tidak, ini benar-benar cerita yang bisa
terjadi di mana saja.
“...”
Meskipun
begitu, aku bisa melihat melalui celah di
tudung bahwa mata gadis itu,
yang telah kehilangan cahayanya dan dipenuhi dengan keputusasaan tentang segala
hal di dunia ini, membakar hatiku dengan cara yang aneh, sehingga aku tidak
bisa pergi dari tempat itu.
“Oi,
kalau kamu tetap di sini, kamu akan demam tau.”
Walaupun
aku sadar bahwa berurusan dengannya bisa membawa masalah, aku secara alami
memanggil gadis itu.
“──Tolong
jangan terlibat denganku.
Aku di sini karena kemauanku sendiri.”
Gadis itu
menjawab sambil menyentuh tudungnya yang basah dan berat karena air hujan, yang
pasti terasa sangat tidak nyaman, dengan tatapan yang masih tidak menunjukkan
kehidupan sama sekali. Dia menjawab dengan suara menolak
dan seolah meminta agar aku tidak melibatkan
diri lebih jauh lagi.
…Tidak,
siapa yang bisa mempercayai kata-kata “aku di sini karena kemauanku sendiri” dengan
wajah seperti itu?
Aku tidak
setega itu untuk membiarkan gadis yang
basah kuyup dan baju
compang-camping sendirian di tempat seperti ini.
Namun,
sepertinya dia tidak berniat untuk berpindah meskipun aku mencoba
meyakinkannya.
Kalau
begitu...
“Ini.
Kamu tidak perlu mengembalikannya, tapi pastikan kamu memakainya saat kamu ingin pergi ke suatu
tempat.”
Aku
memaksa gadis itu untuk memegang payung dan jaket seragam yang aku miliki, lalu
berlari cepat menuju asrama.
Aku
merasa seolah mendengar suara gadis itu memanggilku
dari belakang, tetapi suara itu terhalang oleh bunyi
hujan yang semakin deras.
Dia
adalah siswa kelas bangsawan atas. Sepertinya dia tidak akan pernah berurusan
lagi dengan orang seperti aku, siswa kelas bangsawan bawah.
Pada saat
aku buru-buru kembali ke asrama kelas bangsawan
bawah sembari memikirkan hal itu, tubuhku
sudah basah kuyup.
Setelah
masuk ke dalam kamarku,
aku memasukkan seragam ke dalam mesin cuci sihir otomatis generasi beberapa
tahun yang lalu agar tidak terkena flu, lalu berganti pakaian santai dan mandi
dengan shower sihir.
Ketika
aku bereinkarnasi, aku telah bersiap menghadapi kehidupan yang sulit di dunia
bergaya Eropa abad pertengahan, tetapi berkat sihir, aku bisa menjalani
kehidupan yang hampir tidak berbeda dengan negara Jepang
modern, yang mana membuatku sangat
beruntung.
Saat
semua pekerjaan selesai, kelelahan tiba-tiba melanda, jadi aku langsung
berbaring di tempat tidur dan tidak bisa melawan rasa kantuk, lalu tertidur
nyenyak.
Sebelumnya | Daftar isi | Selanjutnya