Chapter 1 — Mantan Heroine di Gang Sempit
Ada
sebuah game otome yang berjudul [Kizuna no Mahou to Seinaru Yakai] atau sering disingkat [Kizuyoru].
Game ini
menceritakan kisah Fine Staudt, seorang rakyat biasa yang
mampu menggunakan sihir khusus, yang diterima di Akademi Sihir Kerajaan yang
hanya mengizinkan anggota kerajaan dan bangsawan. Dalam cerita ini, dia
berinteraksi dengan empat karakter target. Fine harus menjelajahi dungeon untuk
meningkatkan levelnya, dan pada akhirnya, dia terbangun sebagai ‘Saintess Cahaya,’ mengalahkan Raja Iblis yang terbebas dari segelnya dan
menyelamatkan dunia, serta menjalin hubungan dengan salah satu dari empat
karakter target. Meskipun tampak seperti cerita RPG yang sangat klasik, tapi ada satu elemen yang secara
mendasar berbeda dari game otome lainnya.
Elemen
tersebut adalah rute akhir buruk. Rute ini akan dimasuki jika Fine tidak
mencapai tingkat persahabatan yang cukup dengan karakter target mana pun dan
juga memiliki tingkat persahabatan yang rendah dengan karakter teman saat dia
naik ke kelas dua. Dalam skenario tersebut,
sihir suci yang hanya bisa digunakan oleh Fine dianggap sebagai ‘sihir kegelapan yang menjijikkan’ oleh karakter target utama, dan dia bahkan dihina
secara terbuka sebagai ‘wanita
jahat’ serta
mengalami penganiayaan yang kejam. Pada akhirnya, Fine dipanggil oleh Pangeran
Alberich, salah satu karakter target, yang memberinya surat pengeluaran dan memaksanya untuk memilih
opsi [terima]. Di akhir cerita, Fine yang
biasanya ceria dan murni ditunjukkan kehilangan cahaya di matanya dan
menghilang sendirian di malam kota, yang merupakan elemen gelap dari skenario.
Sementara
rute normal dan rute setiap karakter target memiliki skenario yang klasik baik
atau buruk, skenario rute akhir buruk ini terasa sangat rumit. Setelah dirilis,
forum-forum menyebarkan rumor bahwa “apa
yang sebenarnya ingin dibuat oleh tim produksi adalah game depresif”. Selain
itu, rute akhir buruk ini hanya dapat dilihat jika pemain secara sengaja tidak
meningkatkan persahabatan dengan semua karakter, menjadikannya lebih sulit
daripada akhir reverse harem, dan sering disebut sebagai “akhir sejati.”
Akibatnya, game [Kizuyoru] menarik perhatian sebagai game
depresif, bukan sebagai game otome, dan dibeli oleh orang-orang yang penasaran
untuk melihat bagaimana Fine yang ceria, murni, dan polos berubah menjadi gadis yang suram. Secara komersial, game ini
menjadi sangat sukses, tetapi juga memicu kontroversi yang cukup besar dalam
sejarah game.
Sekarang,
aku, Ash Leben, memiliki
apa yang disebut sebagai ingatan kehidupan sebelumnya. Meskipun sebagian besar
yang kuingat adalah bahwa game terakhir yang aku mainkan adalah [Kizuyoru] dan pengetahuan luas tentang
latar belakang dan bug dalam game tersebut.
Ketika
aku merayakan ulang tahun ke-10 di kehidupan ini, suatu hari aku mulai
mengumpulkan informasi sendiri, dan sebuah pemikiran melintas di kepalaku.
—Dunia
ini sangat mirip dengan [Kizuyoru].
Misalnya,
ada orang yang memiliki penampilan dan nama yang sama persis dengan karakter
dari [Kizuyoru], sejarah negara ini sesuai
dengan garis waktu yang tertera dalam buku panduan, dan banyak kesamaan
lainnya. Bentuk geografis dan peta game sama, serta nama dan efek sihir,
monster, dan item juga persis sama. Terlalu banyak kesamaan untuk dianggap
sebagai kebetulan.
Dari
hal-hal tersebut, aku berpikir bahwa dunia ini adalah dunia [Kizuyoru] itu sendiri, atau setidaknya
dunia paralel yang sangat mirip. Namun, tidak ada karakter bernama Ash Leben dalam [Kizuyoru]. Keluarga Leben sendiri adalah keluarga
bangsawan terendah yang hanya memiliki sejarah panjang, dan meskipun mereka
diterima di Akademi Sihir Kerajaan yang menjadi latar belakang [Kizuyoru], mereka hanya bisa masuk ke
kelas bangsawan rendah, bukan kelas bangsawan tinggi di mana protagonis dan
heroine belajar.
Artinya,
aku hanyalah keberadaan yang lebih rendah dari mob A dan tidak bisa terlibat
dalam alur utama. Seperti yang sudah
kukatakan sebelumnya, keluargaku adalah keluarga bangsawan terendah, baron
tanpa wilayah, dan karena ada anak sulung yang merupakan pewaris dan telah
lulus dari Akademi Sihir Kerajaan, posisiku di keluarga Leben adalah yang terendah, dan aku
diperlakukan seolah tidak ada.
Sebagai
anak bangsawan, aku tinggal di sebuah rumah kecil yang lebih miskin daripada
rumah biasa, dengan pelayan yang tidak bersemangat dan diberikan biaya hidup,
tetapi tidak pernah bertemu wajah dengan keluargaku dan bahkan tidak ada surat
menyurat dengan mereka.
Dengan
kata lain, bagi keluargaku, Ash Leben
hanyalah keberadaan yang lebih rendah dari mob. Namun, dalam arti tertentu, ini
adalah keberuntungan bagiku. Jika aku lahir sebagai anak sulung bangsawan,
mungkin aku tidak akan memiliki waktu luang sama sekali karena semua kegiatan
yang harus diikuti.
Menyadari
situasi ini sebagai kesempatan, aku memanfaatkan pelayan yang tidak bersemangat
dengan menawarkan uang untuk menjadi pengawalku. Aku mendaftar sebagai
petualang yang bisa menukarkan item yang dijatuhkan oleh monster yang telah aku
kalahkan di guild, dan sekaligus memintanya
untuk menjadi penjamin agar aku bisa membuka rekening pribadi. Setelah mengirim
pelayan itu pulang, aku langsung menyelam ke dalam
saluran air bawah tanah di ibu kota, yang merupakan
satu-satunya tempat monster muncul, dan menuju ke lokasi tertentu. Dengan
menggunakan teknik menghasilkan uang yang sudah terbukti dari [Kizuyoru], aku berhasil mendapatkan cukup
uang dan status untuk hidup nyaman setelah mandiri.
Namun…
※
※ ※
“Ah,
aku bermimpi nostalgia lagi… Hachoo!”
Di pagi
hari. Mungkin karena kemarin aku berlari pulang di tengah hujan dan angin, aku
terbangun dengan tubuh menggigil,
kedinginan, dan sedikit lesu. Aku menggumamkan komentar membosankan tentang
mimpi yang membuatku merenungkan kehidupanku hingga saat ini.
Jika ada
termometer atau pelayan, aku bisa memberi tahu akademi bahwa aku tidak bisa
hadir, tetapi yang pertama tidak ada di asrama ini, dan yang kedua sudah lama
pergi. Lagipula, hanya kelas bangsawan tinggi yang aku temui kemarin yang bisa
membawa pelayan mereka ke asrama.
(Tapi apa yang sebenarnya terjadi di dunia ini?)
Mungkin karena
isi mimpiku tadi, mau tak mau aku jadi berpikir
tentang hal itu. Seharusnya skenario utama [Kizuyoru] sudah dimulai, tetapi nama
heroine, Fine, sama sekali tidak terdengar, dan aku bahkan tidak tahu apakah
monster bos sudah dikalahkan atau belum.
Kemungkinan
bahwa waktu kelahiran atau waktu masuk sekolahku berbeda dengan Fine bisa
dikesampingkan karena Yang Mulia Pangeran
Alberich A Lacresia dari
Kerajaan Lacresia, yang merupakan target utama, menyambut sebagai perwakilan
siswa baru seperti di awal game.
Apa itu
berarti heroine bernama ‘Fine’ tidak ada di dunia ini? Lalu
siapa yang akan mengalahkan bos terakhir?
“Ini
bukan sesuatu yang perlu dipikirkan segera setelah bangun…”
Setelah berpikir
sejauh itu dan merasa bodoh, aku mengambil sarapan dengan menu sereal yang
diberi susu, kemudian menggigil karena kedinginan saat mengenakan seragam yang
sudah dicuci dan dikeringkan oleh
mesin cuci otomatis sihir tanpa ada kerutan. Meskipun merasa lesu, aku mengunci
pintu kamar asrama dan berangkat ke akademi.
※
※ ※
“…aku
sudah melakukan kesalahan.”
Aku ahirnya pergi ke sekolah, tetapi
Ian mengatakan bahwa aku terlihat sangat pucat.
Setelah diperiksa di ruang kesehatan, ternyata aku demam dan mengalami flu
ringan, jadi aku harus pulang lebih awal.
Aku hanya
bisa terbaring di tempat tidur, menderita sakit tenggorokan, pusing, kram di
kaki, dan rasa lelah. Seandainya aku berasal dari keluarga bangsawan tinggi,
mungkin ada pelayan yang merawatku sekarang, tetapi keluarga bangsawan rendah
tidak memiliki kemampuan untuk menyewa pelayan yang akan menjaga mereka selama
di akademi.
Dan
sepertinya pihak akademi
juga menyadari hal itu, karena kamar di asrama bangsawan rendah dirancang
dengan asumsi bahwa penghuninya bisa tinggal sendiri.
Lebih
jauh lagi, ini mungkin juga untuk memfasilitasi acara kencan di dalam game di
mana Fine membuatkan bento.
Jika
seseorang menghabiskan tiga tahun di Akademi
Sihir Kerajaan tanpa menimbulkan masalah, mereka akan otomatis
lulus. Meskipun demikian, nilai di akademi sangat berpengaruh terhadap jalur
karier setelah lulus, jadi aku tidak bisa mengabaikan studiku.
Orang-orang
dari keluarga bangsawan tinggi tampaknya terlibat dalam persaingan fraksi untuk
menjatuhkan fraksi lawan, tetapi itu bukan urusan bangsawan rendah.
Oleh
karena itu, aku, yang hanya berpura-pura menjadi bangsawan, tidak masalah untuk
beristirahat seperti ini…
“Seandainya
saja levelku naik sehingga kekebalan tubuhku meningkat…”
Ini juga
mungkin untuk memicu event di mana Fine merawatku saat aku sakit, dan kemudian
dia tertular flu dan merawatku pada hari berikutnya.
Ketika
aku memikirkan hal ini, aku benar-benar merasakan bahwa dunia ini berputar di
sekitar Fine.
Dia
adalah pusat dunia, sang protagonis. Betapa beratnya tanggung jawab yang datang
dengan takdir yang sudah ditentukan sejak lahir.
Dan
betapa menyedihkannya jika dia diusir dari posisi protagonis itu.
Gawat.
Karena demam ini, pikiranku jadi semakin kacau.
Setidaknya
aku harus minum air. Begitu aku berpikir demikian dan
berdiri, tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu kamarku.
Tok tok.
Aneh.
Pada jam seperti ini, seharusnya semua siswa sedang mengikuti pelajaran.
Kemungkinan
bahwa pengelola asrama datang untuk menjengukku juga kecil. Orang itu hanya
berpura-pura merawat dan hanya bisa menjilati
bangsawan yang berprestasi.
Tok tok
Selagi aku berpikir demikian, suara
ketukan di pintu terus berlanjut. Jika itu orang kasar, dia pasti sudah
menerobos masuk ke dalam kamar. Sepertinya tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Lagipula,
aku bukan orang yang berada dalam posisi untuk diserang.
“Ya,
siapa di sana──!?”
Aku membuka pintu kamar dengan perasaan lesu dan
terkejut melihat sosok yang mengetuk kamarku.
“…Halo,
Ash-san. Aku datang untuk mengembalikan jas atasmu.”
Dia
memiliki tatapan kosong yang sama seperti saat kami bertemu di gang sempit, dan
karena kemarin dia mengenakan tudung, aku tidak menyadarinya. Seorang gadis
dengan rambut acak-acakan yang tidak terawat berdiri di sana, memegang jas
seragam yang bersih dan dilipat rapi.
“…Bagaimana
kamu bisa tahu
namaku? Dan bagaimana kamu bisa
tahu nomor kamar di asrama──”
“Aku
menemukan ini di jas seragammu.”
Dia
berkata demikian sambil mengeluarkan kartu identitas pelajar dari saku.
Di situ
terdapat foto wajahku dan namaku yang ditempel dengan sihir transkripsi.
“Karena
saat ini sedang jam pelajaran, awalnya aku ingin menyerahkannya kepada penjaga,
tetapi aku mendengar bahwa kamu
ada di kamar asrama, jadi aku datang langsung
untuk mengantarkannya.”
“A-Ahh, terima kasih…”
Aku
benar-benar bodoh karena melupakan kartu identitas dan memberikan jas seragamku. Sambil merasa terkejut dengan
tindakanku, aku berusaha menerima jas seragam dari gadis itu──.
“Ah,
eh…?”
Tiba-tiba
tubuhku kehilangan tenaga dan aku terhuyung ke arah gadis itu.
Dia
dengan lembut menangkapku dan dengan serius menyentuh dahiku.
“Um,
kamu sedang flu, kan?”
“…Ya.
Tapi tidak apa-apa, jika aku tidur, aku akan kembali normal dalam waktu
singkat, jadi tidak perlu khawatir.”
Begitu
aku mencoba menjauh darinya, tubuhku memang tidak memiliki tenaga, dan kali ini
aku hampir jatuh telentang.
Ketika melihat
itu, gadis itu masuk ke dalam kamar dan menarikku agar tidak jatuh.
“Aku
akan membawamu ke kamar tidur. Tidak masalah,
‘kan?”
“Tidak,
tidak perlu sampai segitunya.”
“Tidak
masalah, ‘kan?”
“…Ya.”
Aku menyerah
karena tekanan tersebut
dan dengan bantuan gadis itu, aku berhasil kembali ke tempat tidur di kamar
tidur dan terbaring di sana.
Rasanya sungguh
sangat memalukan, tetapi sepertinya lebih baik mengikuti kata-katanya saat ini.
“Apa
ada bagian yang sakit?”
“Hidung
dan tenggorokan, dan juga kepalaku…”
“Sepertinya
memang flu. Apa kamu ada obat?”
“…Tidak
ada.”
“Begitu
ya. Baiklah.”
Setelah mendengar
jawabanku, gadis itu mengangguk seolah telah membuat keputusan, lalu
mengulurkan kedua tangannya ke arahku.
“Tolong pejamkan matamu. Dan mungkin kamu akan merasa tidak nyaman,
tetapi mohon bersabar sedikit.”
Kemudian,
setelah mengatakan itu seolah-olah ingin memberikan
peringatan, gadis itu menggumamkan
sesuatu dengan pelan.
Rasa
lelah dan sakit tenggorokan yang aku rasakan sebelumnya mulai menghilang.
“Sepertinya
demammu sudah mulai turun.
Kamu sudah baik-baik saja, tetapi untuk berjaga-jaga, istirahatlah dengan
tenang hari ini. Kalau begitu, sampai
jumpa.”
Gadis itu
menyentuh dahiku dan tanpa mendengarkan jawabanku, dia berusaha keluar dari
kamar tidur.
“Tu-Tunggu dulu! Aku ingin berterima kasih──”
“Niat
baikmu saja sudah lebih dari cukup. Seperti
yang aku katakan kemarin, aku…”
Dan pada saat
itu, terdengar suara perut keroncongan dari suatu tempat.
Awalnya
aku mengira itu berasal dari perutku yang belum makan sejak pagi, tetapi
melihat wajah gadis itu yang sedikit memerah dari celah tudungnya, aku bisa
menebak.
“Ok-Oke?
Aku merasa lapar, jadi aku berpikir untuk
makan sesuatu. Bisakah kamu
membantuku memasak?”
“…Kalau
begitu, Ash-san, apa ada
makanan yang ingin kamu makan?”
“Eh?
Kamu akan membuatkannya untukku?”
“Tentu
saja, aku tidak bisa membiarkan orang yang baru sembuh memasak. Jadi, apa yang
ingin kamu makan?”
“…Kalau
begitu, bubur.”
“Baiklah.
Silakan tunggu di sini ya.”
“O-Oke,
kamu bisa menggunakan apa pun yang ada
di dalam kamar.”
Gadis itu
berjalan keluar dari kamar tidur menuju dapur dengan tampak malu.
Mungkin
karena [Kizuyoru]
adalah game otome buatan Jepang, jadi meskipun latarnya di Eropa abad
pertengahan, menu makanan yang ada termasuk masakan Jepang, dan budaya mandi
yang sama seperti di Jepang juga ada.
Berkat
itu, aku bisa hidup tanpa merasakan perbedaan sebagai orang Jepang.
Sambil
memikirkan hal itu dan menatap langit-langit kamar,
gadis itu masuk kembali ke kamar tidur dengan nampan yang berisi panci tanah
liat dan mangkuk teh.
Saat dia
membuka tutupnya, terlihat bubur telur yang sangat menggugah selera.
“Maaf
sudah membuatmu menunggu. Aku tidak tahu
apakah ini enak atau tidak, sih…”
“Tidak,
ini sangat enak!”
Rasa
bubur telur yang hangat dan lembut ini terasa luar
biasa, dan bubur yang disajikan di mangkuk itu habis dalam sekejap.
“Eh,
kamu tidak memakannya?”
“…Apa
aku juga boleh makan?”
“Tentu
saja karena kamu sendiri yang membuatnya, jadi tidak
perlu ragu. Ayo.”
“…Kalau
begitu, aku akan menikmatinya.”
Setelah
berkata demikian, gadis itu mengambil mangkuk baru, menyajikan bubur di
dalamnya, dan menggunakan sendok untuk mengambilnya dan memasukkan ke mulutnya,
mengunyah perlahan.
Lalu, setetes air mata mengalir di
pipinya.
“Ka-Kamu
kenapa?”
“Tidak,
hanya saja rasanya sudah lama sekali aku tidak makan masakan hangat…”
Mengingat bagaimana keadaan
dia yang terpuruk di gang sempit, aku bisa menebak bahwa gadis ini tidak
mendapatkan makanan yang layak.
Mengingat
itu, mungkin ini benar-benar menjadi pengalaman pertama baginya untuk menikmati
makanan yang layak setelah sekian lama.
Kemudian,
kami perlahan-lahan menikmati bubur telur.
Saat
panci kosong, gadis itu tampaknya telah melepaskan ketegangan dan tertidur
bersandar di tempat tidur.
“…Sepertinya
dia sangat lelah.”
Aku
menaruh peralatan makan di nampan dan berjalan ke dapur dengan hati-hati agar
tidak membangunkan gadis itu.
※
※ ※
Keesokan
paginya, saat membuka mata, aku mendapati diriku di atas sofa di ruang tamu.
Aku merasa aneh mengapa aku tidur di sini, tetapi segera teringat dengan apa yang terjadi kemarin.
Saat aku
mengintip ke dalam kamar tidur, aku melihat
gadis itu tertidur nyenyak di tempat tidur dengan suara napasnya.
(Ah,
benar juga. Setelah
itu, aku membiarkannya tidur di kasurku)
Aku
berpikir apakah sebaiknya membangunkannya, tetapi ketika melihat jam, masih ada
waktu yang cukup sebelum jam pelajaran dimulai.
Sepertinya
aku bangun lebih awal karena kemarin aku sakit flu.
Setelah
mempertimbangkan beberapa hal,
aku memutuskan untuk membiarkannya tidur lebih lama, lalu dengan cepat menulis
catatan yang berbunyi, “Silakan
gunakan barang-barang di kamar. Saat keluar, kunci pintu dan masukkan kunci ke
kotak pos di depan,” dan meletakkannya bersama kunci cadangan di atas meja ruang tamu.
Kemudian,
aku mengganti pakaianku dengan
seragam dan keluar dari kamar asrama.
Sambil
berharap dia bisa tidur dengan nyenyak, aku berlari menuju sekolah.
※
※ ※
“Haah!”
“Guguh!?”
“Pemenangnya,
Ash Leben!”
Setelah
mengalahkan tiga teman sekelas dalam latihan pedang kelas bangsawan bawah, aku menandatangani papan skor
dan menghapus keringat dengan handuk sambil bergerak ke tempat teduh.
“Yo,
hari ini kamu kelihatannya sangat bugar, ya.”
Saat aku
mendengar suara, aku menoleh dan mendapati
Ian yang sedang bersantai
di bawah naungan pohon, memegang botol air sambil menyaksikan pertandingan yang
masih berlangsung.
“Sakit
tenggorokan, pusing, sakit kepala, dan rasa lelah. Ditambah lagi, pegal di bahu
juga sudah hilang, jadi aku benar-benar merasa baik.”
Tanpa berbohong sama sekali, aku
bisa mengatakan bahwa saat ini aku merasa lebih baik daripada beberapa tahun
terakhir.
Tubuhku
tidak merasakan ketidaknyamanan, dan kekuatanku
meningkat. Aku bahkan mulai curiga apakah aku tanpa sadar telah meminum obat
kuat berbahaya.
“Bagaimana
kalau kamu terus melanjutkan dan menciptakan legenda
dengan mengalahkan lima orang?”
“Kalau sudah
sejauh ini jelas-jelas badanku sudah kelelahan, jadi
aku pass saja deh.
Aku akan santai di sini sampai istirahat siang.”
Setelah mengatakan
itu, aku berbaring dengan posisi telentang di bawah pohon.
Kemudian,
teman-teman sekelas yang telah menyelesaikan latihan melewati kami, dan ketika
melihat wajahku, mereka tampak ketakutan seolah-olah
melihat setan.
“…Apa
aku melakukan sesuatu yang membuat mereka ketakutan
begitu?”
“Tidak,
bayangkan saja ada cowok yang hampir
pingsan kemarin dan hari ini ia sudah kembali beraksi dengan
hebat. Bahkan aku pun dibuat terkejut.”
—Memang
benar, kemarin aku bahkan sampai sulit
berdiri.
Namun, keesokan
harinya, aku tampak
baik-baik saja dan mengikuti pelajaran seolah tidak terjadi apa-apa.
Jika
dipikir-pikir, wajar saja mereka merasa takut… atau tidak?
“Hm,
sudah selesai ya.”
Pada waktu
itu, suara lonceng yang menandakan akhir pelajaran pagi terdengar
dengan tepat.
Para
siswa terlihat kelelahan saat mereka mengembalikan pedang yang dipinjam kepada
petugas penyimpanan dan berjalan menuju kantin
akademi sambil mengobrol tentang apa yang akan mereka
makan untuk makan siang.
“Ian,
kamu mau makan siang apa?”
“Aku
berencana untuk memesan katsu kari seperti biasa. Kamu?”
“Aku…
mungkin akan memilih set ramen daun bawang.”
Saat kami
berdiskusi tentang makanan yang akan
dimakan, Ian tiba-tiba berseru, “Ah!” seolah teringat sesuatu.
“Kemarin
kamu pulang lebih awal, ‘kan?
Jadi, kamu tidak melihat acara besar itu, ya?”
“Acara
besar?”
“Pangeran
Alberich mengumumkan pertunangannya!”
Pangeran Kedua Alberich. Salah satu karakter
yang bisa dijadikan target dalam [Kizuyoru], yang seharusnya mengalahkan raja
iblis bersama Fine yang terbangkit sebagai Saintess Cahaya di rute normal.
Namun,
karena bangsawan rendah dan bangsawan tinggi memiliki kelas yang terpisah,
kesempatan untuk berinteraksi hampir tidak ada, dan pelajaran juga dilakukan
secara terpisah, jadi aku hanya melihat wajah pangeran kedua itu dari jauh saat
dia berpidato sebagai perwakilan siswa baru pada upacara penerimaan siswa baru.
“Hee,
jadi dia bertunangan dengan siapa? Apa
pasangannya putri dari keluarga Duke atau cabang
keluarga bangsawan?”
“Tidak,
tidak, dia bertunangan dengan putri dari keluarga baron yang sama dengan kita.”
Keluarga
baron tempat dimana aku dan
Ian dilahirkan adalah yang paling banyak dan sekaligus paling rendah dalam
hierarki bangsawan. Jika kepala keluarga saat itu tidak mencapai prestasi
tertentu, gelar mereka bisa dicabut.
Selain
itu, hak istimewa sebagai bangsawan hampir tidak ada, dan gelar tersebut bisa
dibeli jika ada uang, sehingga mereka diperlakukan sama seperti rakyat biasa
oleh bangsawan tingkat lebih tinggi…
“Bagaimana
putri dari keluarga baron bisa memiliki hubungan dengan keluarga kerajaan? Apa
namanya sudah diumumkan?”
“Ummm, kalau tidak salah namanya
Elise Ringshtadt? Aku melihat dia mendampingi Pangeran Alberich saat pengumuman
pertunangan, dan dia cukup cantik.”
Elise…
Aku tidak pernah mendengar nama karakter dengan nama itu saat bermain [Kizuyoru].
Tapi yah, setelah akhir buruk di mana
Fine dikeluarkan dari akademi,
aku tidak tahu apa yang terjadi pada karakter target, jadi memang wajar jika
aku tidak tahu.
Namun,
meski mengingat hal itu, aku
penasaran bagaimana putri dari keluarga baron bisa berhubungan dengan keluarga
kerajaan.
“Apa
kamu tahu di kelas mana Elise itu berada? Aku ingin melihatnya sekali.”
“Dia
dipindahkan ke kelas bangsawan tinggi bersamaan dengan pengumuman
pertunangannya, jadi kita tidak bisa menemuinya. Tapi kurasa kita akan bisa
melihat wajahnya sebentar lagi.
Bagaimanapun juga, dia
melakukan hal yang sangat mencolok.”
Sambil
mengatakan itu, Ian menunjuk ke arah jendela.
Aku
melihat ke luar jendela, dan segera memahami
apa yang ia maksud dengan ‘mencolok’.
“Alberich,
aku membawakan sekeranjang sandwich
hari ini. Apa kamu mau memakannya?”
“Tentu
saja, Elise. Aku akan menerima apapun
yang kamu buat.”
Di
halaman Akademi Sihir Kerajaan, tempat banyak siswa berkumpul, Pangeran
Alberich dan seorang gadis kecil sedang makan bersama dengan mesra, seolah-olah
ingin memamerkan hubungan mereka kepada orang-orang di sekitar.
“…Hei,
kalau tiidak salah, bukannya sandwich keranjang itu menu yang dijual di kantin, ‘kan?”
“Ya,
benar sekali. Ditambah
lagi itu juga yang paling murah.”
“Pepatah
mengatakan kalau cinta itu buta, tapi tampaknya ungkapan itu benar adanya.”
Kami tiba di
kantin akademi sambil melihat kemesraan Elise dan Pangeran
Alberich dari jauh. Setelah memutuskan menu, kami
mulai mencari tempat duduk yang terkena sinar matahari.
Kemudian,
aku menyadari bahwa siswa perempuan kemarin sedang makan di pojokan teras. Sepertinya dia bangun
dengan normal setelah aku meninggalkan asrama dan datang ke sekolah.
Tempat
duduk itu tampaknya memiliki sinar matahari yang sempurna… Ya, kita akan duduk
di sana. Aku juga ingin memastikan bagaimana dengan kunci cadangan.
“Ash,
apa ada tempat duduk yang bagus?”
“Ya.
Tapi kita akan berbagi meja, apa kamu tidak
keberatan?”
“Aku
sih tidak keberatan.”
Baiklah,
dengan ini, aku bisa mengambil kesempatan. Aku membawa Ian bersamaku dan menuju
ke arahnya.
“Apa itu kamu orang bodoh yang tidak
layak berada di akademi sihir yang mulia ini?”
Saat aku
berusaha berbicara dengan siswa perempuan kemarin, seorang siswa laki-laki
bertubuh gemuk dengan rambut pirang seperti jamur, yang disebut ‘sleeve-holder’, berdiri di depannya dengan nada
sinis dan menindasnya.
‘Sleeve-holder’ adalah istilah sarkasmu yang digunakan oleh siswa kelas
bangsawan rendah untuk menyebut siswa kelas bangsawan tinggi.
Asal usulnya sudah dari beberapa dekade yang lalu.
Ketika desain seragam akademi diubah, seragam yang sebelumnya sama untuk semua
siswa diganti menjadi seragam dengan hiasan emas di lengan hanya untuk siswa
kelas bangsawan tinggi, dan siswa atau orang tua yang menolak perubahan itu
mulai menyebutnya seperti itu, sehingga istilah ini menjadi populer di kalangan
siswa kelas bangsawan rendah hingga hari ini.
Sebaliknya,
siswa kelas bangsawan tinggi menyebut siswa kelas bangsawan rendah dengan
istilah penghinaan ‘sleeveless’.
“Apa
kamu menyadari seberapa banyak kehormatan
Akademi Sihir Kerajaan dan kami yang bersekolah di sini telah dirusak karena
keberadaanmu!? Orang seperti kamu seharusnya segera menghilang saja, dasar
penyihir jahat!”
Siswa
laki-laki ‘sleeve-holder’ itu meludahi siswa perempuan
dengan kata-kata cacian.
Meskipun
ia berteriak dengan sangat marah, siswa perempuan itu tampak seperti tidak peduli
dan hanya meminum air dari gelasnya, seolah-olah
kejadian semacam ini merupaka hal biasa.
Meskipun
dia tahu bahwa membalas tidak ada gunanya.
Meskipun
dia tahu bahwa semua keluhan akan diabaikan.
Seolah-olah
dia mengatakan itu, gadis itu memilih untuk
tetap diam.
“Begitu
ya. Makananmu lebih
penting daripada bicaraku, ya, dasar penyihir
jahat. Padahal kamu pasti sudah mendengar cerita itu dari Yang Mulia.”
Siswa ‘sleeve-holder’ yang gemuk itu mengangkat ember
kayu yang berisi air untuk membersihkan yang diletakkan di sudut teras, dan
tanpa ragu-ragu menuangkan air itu di atas kepala siswa perempuan.
“……”
“H-Hey,
Ash──”
Begitu aku
melihatnya, aku mendengar suara sesuatu pecah, dan aku segera berjalan cepat
menuju siswi itu.
“Cih, apa
kamu masih berniat diam? Kalau begitu!”
Di sisi
lain, siswa ‘sleeve-holder’ yang gemuk itu masih terlihat marah tidak
mendapatkan reaksi yang diharapkan, sehingga ia menarik
pedangnya dari sarung dan mengarahkannya ke gadis
tersebut.
“Aku
akan membuatmu menyadari
bahwa tidak ada tempat untukmu di akademi ini, tidak, di dunia ini. Aku akan
memberi bekas luka yang tidak akan pernah hilang di wajahmu!”
Siswi perempuan
itu tetap tidak mengatakan apa-apa meski
melihat itu, tetapi tubuhnya memang terlihat bergetar.
“Aku
akan memberimu waktu lima detik. Jika dalam waktu itu kamu tidak berlutut, aku
akan memberimu bekas luka seumur hidup. Satu, dua…”
Lima
detik? Ia kelihatannya
sangat santai. Dengan waktu sebanyak itu, ia bisa mengalahkan satu atau dua
monster.
“Tiga,
empat…”
Aku
mengambil pisau steak yang terletak di meja terdekat
dan mendekati siswa perempuan itu.
“Lima.
Waktu habis, dasar penyihir
sialan.”
Dan saat
siswa ‘sleeve-holder’ yang gemuk itu mengayunkan
pedangnya, aku berdiri di depan siswa perempuan itu dengan sekuat tenaga dan
menahan pedang itu hanya dengan pisau steak.
“Ha…!?
Bajingan ini!”
Siswa ‘sleeve-holder’ yang gemuk itu berusaha mengerahkan seluruh tenaganya ke dalam
pedang, tetapi aku memanfaatkan celah itu untuk menendang pedangnya, sekaligus
memberikan pukulan ke perutnya yang gemuk.
“Guah…!
K-Kamu tahu kamu berpihak pada siapa, kan…!?”
“Aku
berpihak pada gadis yang hampir mengalami hal buruk karena bajingan sialan seperti dirimu!”
“Brengsek…!”
Mungkin perkataanku membuatnya marah, salah satu
pengikut siswa gemuk itu mengeluarkan belati dan menyerangku. Aku menendang tangan siswa
laki-laki itu, membuat belatinya terlempar, lalu menjatuhkannya ke tanah.
Hmm,
ternyata hari ini kondisi badanku
merasa sangat baik. Penghematan tenaga dan cara tubuhku bergerak berjalan
sesuai keinginanku.
(Tapi,
tetap saja)
Tentu
saja, para staf dan siswa menjadi gempar karena aku
memulai keributan besar di kantin siang bolong.
Kalau begitu…
“Hei,
Ash! Mau dilihat bagaimanapun juga, ini
sudah keterlaluan──”
“Ian,
tolong simpan tasku. Sampai jumpa.”
“Hah!?
Apa maksudnya itu!?”
“Fu-Fuee!?
A-Anu!?”
Kekacauan
ini sudah terlalu besar, dan itu hanya akan membawa kesengsaraan baginya jika kami tetap di sini. Dengan pemikiran seperti itu, aku mengangkat gadis itu
dalam gendongan ala putri, keluar dari teras
yang terbuka menuju halaman, dan melompati pagar untuk keluar ke arah kota.
Dengan
ini, aku tidak perlu khawatir akan mendengar hal-hal menyebalkan dari mereka
lagi.
“…A-Anu”
Saat aku sedang berpikir demikian, aku mendengar suara datang dari arah dadaku. Ketika aku melihat ke
bawah, siswa perempuan yang masih kugendong
itu tampak malu dan bergerak-gerak.
“To-Tolong, turunkan aku!”
“Maaf,
akulah yang salah. Bagaimana bilangnya ya, rasanya
emosi mengalahkan akal sehat.”
“…Sudah cukup. Aku sudah cukup memahami siapa dirimu. Dan memang benar
kamu telah menolongku.”
Di kafe
yang terletak sedikit jauh dari akademi, saat kami pindah ke sana, dia berkata demikian sambil minum air lemon dengan
sedotan.
“Jadi,
apa rencanamu selanjutnya? Setelah kejadian seperti itu, jika kita kembali ke
akademi, kita pasti akan menimbulkan
keributan. …Jika kita berkeliaran di luar akademi dengan penampilan seperti
ini, itu juga akan menjadi masalah.”
Persis
seperti yang dia katakan. Bahkan di ibukota kerajaan, seragam Akademi Sihir Kerajaan
sangat mencolok, apalagi dia adalah ‘sleeve-holder’, jadi penampilannya semakin mencolok.
Namun,
aku juga tidak melompat keluar tanpa berpikir.
“Ada
vila keluargaku yang letaknya tidak
jauh dari sini. Di sana ada pakaian, meskipun hanya untuk pria, jadi kita bisa
mengganti pakaian dan menghabiskan waktu sampai besok.”
“…Meski sudah terlalu terlambat untuk menanyakannya
sekarang, tapi mengapa
kamu begitu baik padaku? Aku tidak memiliki uang banyak.”
Mengapa
aku melakukan semua ini untuk gadis ini.
Alasannya
sangat sederhana.
“Karena aku
tidak bisa meninggalkanmu begitu
saja?”
“…Hanya
dengan alasan itu kamu menolongku”
“Ya.
Setiap kali aku melihatmu,
ekspresimu tampak tertekan sampai-sampai aku tidak tahu apa yang akan kamu
lakukan, jadi aku tidak bisa menahan diri untuk turun tangan. Tidak ada alasan
lain.”
“…Begitu...ya.”
Dia
menundukkan kepala dengan malu.
Sementara
kami berbicara seperti itu, jumlah orang yang memperhatikan kami semakin
bertambah.
Sangat
jarang bagi para bangsawan dari Akademi Sihir Kerajaan untuk berjalan-jalan di
luar pada jam-jam seperti ini, jadi hal itu
bisa dimengerti.
“Kurasa
sekarang sudah saatnya bagi kita untuk pindah tempat, bagaimana?”
“…Aku setuju. Jika ada begitu banyak
orang yang menatap, aku tidak bisa tenang.”
Dengan
begitu, aku mengambil nota dan segera menyelesaikan pembayaran.
“Ah,
uangnya…”
“Kamu
bisa membayarnya nanti. Yang penting sekarang adalah waktu. Oke?”
“…Baiklah.”
Setelah
meyakinkannya dengan mengatakan itu, kami
menuju rumahku yang berada di ibukota, bukan ke asrama akademi.
※
※ ※
Ada banyak
siswa di Akademi Sihir Kerajaan yang memiliki rumah di ibukota. Namun, 100% siswanya masih tinggal di asrama akademi, dan tidak ada yang pulang pergi dari rumah mereka sendiri.
Alasan
utamanya adalah ‘tinggal
di asrama akademi memungkinkan untuk menjalin hubungan dengan bangsawan dari
keluarga lain’.
Koneksi
merupakan salah satu hal penting agar dapat bertahan hidup dalam masyarakat bangsawan.
Asrama
akademi memang menyediakan ruang pribadi, tetapi jarak dengan anak-anak
bangsawan lainnya cukup dekat. Oleh karena itu, lebih mudah untuk bergabung
dengan faksi atau membangun aliansi, sehingga siswa lebih memilih tinggal di
asrama.
Lalu,
mengapa aku yang tidak begitu tertarik dengan masyarakat bangsawan tinggal di
asrama akademi?
Alasannya
adalah…
“Apa
sih yang sebenarnya terjadi sampai-sampai jadi
seperti ini…?”
Siswa perempuan
itu menghela napas dengan bingung, melihat keadaan lorong dan ruang tamu yang
berantakan dan mengeluh.
Ngomong-ngomong,
aku tidak memberitahunya (lebih tepatnya, tidak bisa) bahwa keadaan di
luar lorong, ruang tamu, kamar mandi, dan lemari jauh lebih parah daripada
ini.
Jika aku
harus memberikan alasan mengapa keadaan ini bisa terjadi, itu karena, berbeda
dengan di dalam game, ada batasan jumlah item
yang bisa dijual sekaligus di guild.
Guild
petualang memiliki uang tunai yang cukup, tetapi tidak cukup untuk membeli
banyak item langka yang ada di rumah yang dibangun di lokasi utama ibukota dengan pembayaran tunai sekaligus.
Oleh karena itu, item langka yang aku peroleh perlu dijual secara terpisah,
sehingga secara alami item untuk dijual menumpuk di rumah.
Mungkin
sebaiknya menyewa
gudang atau berhenti mengumpulkan item langka, atau mungkin yang berantakan
bukan hanya item langka saja, jika ada yang mengatakan itu, perkataan mereka memang
benar.
Untungnya,
tidak ada bekas sisa
makanan, jadi baunya tidak terlalu parah, dan lemari pakaian terpisah, jadi
pakaianku mungkin aman.
“Ah,
lemari pakaian ada di sudut lantai dua. Kamu bisa menginjak barang-barang yang
berantakan dengan sembarangan. Sementara itu, aku akan pergi ke brankas.”
Aku berkata
sambil menggaruk kepala, tetapi siswa perempuan itu tidak mengucapkan sepatah
kata pun.
…Apa dia
marah karena dibawa ke rumah berantakan yang mirip
pembuangan sampah ini?
“…Di
mana itu?”
Saat rasa
cemas itu menyerangku, dia akhirnya membuka mulut.
“Eh,
sekarang….”
“Aku
bertanya di mana alat kebersihannya berada.”
“Kenapa
kamu butuh alat kebersihan…?”
Ketika
aku bertanya padanya, dia
membuka matanya lebar-lebar dan berkata,
“Tentu saja
untuk membersihkan rumah ini lah! Itu
sama sekali tidak sehat untuk tinggal di tempat yang
berantakan dan penuh debu seperti ini!”
“Tapi,
aku biasanya tinggal di asrama…”
“Bagaimana
jika asramanya tidak
bisa digunakan lagi!?”
“Itu,
um…”
Yup, kurasa
aku tidak boleh memberikan alasan yang buruk. Sebaiknya aku perlu mengikuti apa yang dia
katakan.
“Mungkin
semua alat kebersihan disimpan di gudang di ujung lorong…”
Aku
berkata dengan lemah sambil menunjuk tempat di mana alat kebersihan
disimpan.
“Apa kamu
sudah mengganti pakaian yang bisa kotor?”
“Ya,
aku sudah menggantinya.”
Tiga
puluh menit kemudian, aku muncul di hadapannya setelah mengganti pakaian murah
untuk pekerja yang aku gunakan saat berpetualang.
“…Ngomong-ngomong,
apa kamu baik-baik saja tetap menggunakan
seragam?”
“Aku…
celemek yang kamu pinjamkan padaku sudah cukup. Sekarang, ayo kita selesaikan
ini dengan cepat.”
Dia
berkata demikian sambil mengenakan apron dan
bertepuk tangan.
“Pertama-tama, mari kita atur barang-barang
yang berserakan. Aku pikir kita bisa mengeluarkannya semua ke taman, apa kamu tidak keberatan?”
“…Iya, tidak masalah.”
“Baiklah.
Jadi, aku akan mengatur barang-barang di lorong, sementara Ash-san mengeluarkan
barang-barang di ruang tamu.”
“…Ya.”
Sungguh
memalukan, tetapi semua ini akibat dari kebiasaan malasku
sendiri. Sebaiknya aku mendengarkan apa yang dikatakan
oleh komandan pembersihan besar ini.
(Tapi,
sudah cukup banyak yang menumpuk.)
Aku
berpikir demikian saat
melihat berbagai perlengkapan, bahan penguatan, dan buku sihir yang berserakan
di ruang tamu.
Jika ini
diubah menjadi tampilan seperti dalam game,
mencari barang yang diinginkan di dalam inventaris pasti akan sangat sulit.
Sekarang saja sudah cukup, bahkan lebih parah.
(Kurasa aku harus memulainya dengan buku sihir kecil yang
ringan, lalu mengeluarkan bahan penguatan.)
Dengan
pemikiran itu, aku mulai mengangkat barang-barang dan menaruhnya di sudut
taman.
Kalau
dipikir-pikir kembali sekarang, bagaimana bisa aku tinggal di
rumah dalam keadaan seperti ini. Aku merasa bersalah terhadap pelayan yang
bekerja di sini.
…Yah,
pekerjaan pelayan itu sepertinya bukan untuk merawatku, tetapi lebih untuk
mengawasi agar aku tidak menimbulkan masalah sampai kakakku menikah.
(Dan jika
aku punya waktu untuk memikirkan hal-hal yang sepele seperti itu, seharusnya
aku mulai bekerja.)
Saat aku
terus melanjutkan pekerjaanku
dengan diam, lantai ruang tamu yang sudah lama tidak kulihat mulai
terlihat.
“Ruang
tamu sepertinya… berjalan dengan baik.”
Pada saat
itu, dia masuk ke ruang tamu sambil membawa tangga.
“Itu buat apa?”
“Karena
langit-langit dan dinding juga cukup kotor, jadi kupikir
aku akan sekalian membersihkannya.
Silakan terus angkat barang-barang tanpa mempedulikanku.”
“O-oh.”
Setelah
mengatakan itu, dia merakit tangga dan mulai mengelap langit-langit
dan dinding dengan kain lap, tetapi ada satu masalah.
(Kancutnya jadi kelihatan
jelas…)
Dia
sepertinya tidak menyadarinya
sama sekali, tetapi setiap kali aku mengangkat barang, aku bisa melihat celana
dalam hitam yang dia pakai.
Haruskah
aku memberitahunya, dan jika iya, kapan waktu yang tepat untuk
mengatakannya?
Sementara
aku berpikir tentang hal itu, dia dengan cekatan membersihkan langit-langit dan
dinding, lalu berusaha memindahkan tangga ke tempat lain.
Dan pada saat
itu.
“Ah.”
“A-Awas!”
Dia tidak
menyadari bahwa ada kristal kecil yang aku ambil dari sebuah dungeon di bawah
kakinya, dan hampir tertimpa tangga yang jatuh.
Aku
bergerak hampir secara refleks dan menariknya ke sampingku.
“Te-Terima
kasih…”
Dia terlihat malu saat aku merangkulnya,
tetapi dia tetap mengucapkan terima
kasih.
“Tidak,
akulah yang tidak hati-hati. Maafkan
aku. Apa kamu tidak terluka?"
“Karena kamu melindungiku… Apa kamu juga tidak terluka di mana pun?”
“Aku
baik-baik saja. Aku akan mencari apakah ada barang kecil lainnya.”
“Ak-Aku juga akan ikut mencarinya.
Jadi, um, bisa tolong menjauh sedikit…?”
Dengan
kata-kata itu, aku akhirnya menyadari bahwa aku masih memeluknya, dan buru-buru
melepaskan kedua tanganku.
“Sekali lagi
benar-benar minta maaf…!”
“Ti-Tidak.
Aku juga kurang berhati-hati.”
“Dan,
um, kebetulan aku ingin memberitahumu…”
“Apa?”
“Sejak
beberapa waktu yang lalu, celana
dalam yang kamu pakai terlihat sedikit…”
“Kenapa
kamu tidak memberitahuku lebih awal!?”
Setelah mendengar
itu, wajahnya memerah dan dia berteriak sebelum berlari keluar ruangan untuk
mengenakan celananya.
※
※ ※
“Ini benar-benar
terlihat jauh lebih bersih sekarang…”
Saat
matahari benar-benar terbenam, rumahku yang diterangi oleh lampu sihir telah berubah
dari rumah kumuh menjadi tempat yang layak untuk ditinggali.
“Hahh...
mulai sekarang, tolong bersihkan secara teratur, ya.”
“Ya,
aku akan melakukannya. Aku sudah cukup lelah seperti ini.”
“Ngomong-ngomong,
ruang tamunya masih
baik-baik saja, tetapi kondisi di kamar
asramamu tidak sampai seburuk ini, kan?”
Kata-katanya
mengingatkanku pada kamarku di asrama yang dipenuhi tumpukan buku, meskipun
tidak seberantakan rumahku sebelum
dibersihkan.
“Ja-Jadi, kita mau makan malam apa? Aku bisa mentraktir loh…?”
“Aku
merasa kamu secara terang-terangan mengalihkan topik pembicaraan, tapi bisakah
kamu meminjamkanku shower
dan handuk?”
“Kamu
bebas menggunakannya, tapi apa kamu
tidak merasa keberatan menggunakan shower di rumah orang lain, apalagi di rumah pria?”
“Setelah
digendong ala
putri dan celana dalamku terlihat, aku tidak akan peduli lagi.”
Dia
berkata demikian dengan ekspresi cemberut.
“Ah,
ya. Maafkan aku untuk itu.”
Ketika
aku segera menundukkan kepala dan meminta maaf, dia tertawa kecil.
“Maaf,
aku hanya bercanda. Aku benar-benar tidak peduli. Jadi, aku akan meminjam
shower, ya?”
“Ah.
Kamu bisa menggunakan pakaian ganti dan handuk mana saja yang kamu mau.”
“Baik,
terima kasih.”
Setelah
mengucapkan itu, dia membawa handuk yang sudah dicuci dan dikeringkan selama
proses pembersihan menuju kamar mandi.
Sekarang,
apa yang harus kulakukan untuknya sekarang?
Melihat
kejadian hari ini, dia sangat tidak disukai oleh para siswa ‘sleeve-holder’ lainnya. Jika dia kembali ke
akademi, jelas sekali dia akan
menghadapi situasi terburuk lagi.
Namun,
tidak ada orang luar yang ingin terlibat dalam konflik antara anak-anak
bangsawan di akademi. Jika tidak, cerita [Kizuyoru] tidak akan berjalan.
Pertama-tama,
aku harus tahu mengapa dia begitu dibenci oleh siswa "‘sleeve-holder’.
Atau
lebih tepatnya, karakter yang dibenci sampai sejauh ini mirip dengan karakter
dari rute tertentu…
“Maaf,
aku sudah meminjam terlalu lama.”
Saat aku
merenungkan hal itu, aku kembali mendengar suaranya.
“Kamu tidak
perlu khawatir—”
Aku baru
saja ingin mengatakan itu ketika aku terdiam melihat penampilannya.
Rambutnya
yang berwarna pink, yang kini terawat dan berkilau, matanya yang berwarna hijau
pirus kembali hidup, dan entah bagaimana, dia mengenakan piyama yang muncul di
pikiranku sebelumnya, yang akan dikenakan oleh karakter tertentu dalam event
piyama [Kizuyoru].
“Fine
Staudt…?”
Orang
yang selama ini bersama denganku sampai
sekarang adalah gadis yang menjadi protagonis dan pahlawan
dalam dunia ini.
Sebelumnya | Daftar isi | Selanjutnya