Gimai Seikatsu Volume 12 Epilog Bahasa Indonesia

 

Epilog — Buku Harian Ayase Saki

 

20 Oktober (Rabu)

 

Tergantung pada Asamura-kun, ya. 

Kenapa sih aku harus mengatakan hal seperti itu? 

Padahal pembicaraannya mengenai aku akan melanjutkan pekerjaan paruh waktuku atau tidak. Seharusnya itu tidak ada hubungannya dengan apa yang akan dilakukan Asamura-kun. 

Namun, aku sudah samar-samar sedikit menyadari alasan mengapa kata-kata itu keluar dari mulutku... Meskipun Yomiuri Shiori-san mungkin akan berhenti karena pekerjaan barunya nanti, di sana masih ada Kozono-san yang imut dan dekat dengan Asamura-kun yang tinggal di toko buku. Jika hanya aku yang berhenti dan Asamura-kun terus melanjutkan bekerja... 

Pastinya aku akan terus memikirkan apa yang mereka berdua lakukan akhir-akhir ini sementara Asamura-kun melakukan pekerjaan paruh waktunya. Karena ketakutan seperti itu, aku tidak ingin menjadi satu-satunya yang berhenti bekerja. Jadi, aku ingin tahu lebih dulu apa yang akan dilakukan Asamura-kun. 

Aku tahu kalau pemikiran seperti ini tidak sehat. 

Mana mungkin aku bisa mengetahui setiap tindakannya saat aku tidak ada. 

Dalam perjalanan pulang atau pergi sekolah, ketika jadwal kerja kami tidak sama, saat Asamura-kun bermain dengan teman-temannya—di mana pun itu, selalu ada kemungkinan ada gadis lain di sana. 

Ini bukan tentang apa aku bisa mempercayainya atau tidak. 

Dalam esai cinta yang aku baca baru-baru ini (aku tidak pernah menyangka aku akan membaca sesuatu seperti itu!), ada tulisan yang ditulis seperti ini. Jika satu hari memiliki 24 jam, maka sepertiga dari itu dihabiskan untuk tidur dan sepertiga untuk bekerja. Artinya, meskipun pasangan menghabiskan semua waktunya untukku, itu hanya sepertiga dari hidupnya. Sisa waktunya adalah miliknya. Mana mungkin kita bisa mendapatkan lebih dari setengah hidup orang lain. 

Meski aku memahami hal itu secara logika, tapi keinginan manusia tidak ada batasnya, dan itu sangat menyiksaku.

Aku harus terbiasa dengan rasa cemburu. 

Aku tidak boleh mengikatnya dengan rasa cemburu dan merampas pilihan hidupnya. Aku tidak ingin ia bertindak sesuai kehendakku. Jika aku berharap seperti itu, aku sama saja dengan orang itu. 

 

◇◇◇◇

 

Sepertinya Asamura-kun tidak berniat berhenti dari pekerjaannya. 

Selama masa ujian—atau lebih tepatnya, dari bulan November hingga ujian selesai, ia akan mengajukan cuti panjang, tetapi jika memungkinkan, ia ingin melanjutkan setelah diterima di universitas. Lagipula, ia akan tetap pergi ke toko buku, jadi lebih efisien jika tempat kerjanya tetap di toko buku. 

Cara bicaranya yang menganggap kalau pergi ke toko buku sebagai hal yang sudah pasti terasa agak lucu.

Ia benar-benar menyukainya, ya, buku. 

Baiklah, bulan Oktober akan segera berakhir. 

Apa yang harus kulakukan? 

Apa aku akan bertemu dengan orang itu atau tidak. 

Aku tidak ingin bertemu dengannya

Namun, aku juga tidak ingin merepotkan ibuku. 

Masalah yang aku pikirkan beberapa hari terakhir ini tidak ada hubungannya dengan Asamura-kun. 

Dirinya juga sibuk dengan ujian, jadi aku tidak ingin merepotkannya. Aku berpikir seperti itu dan meminta Ayah tiri untuk tidak memberitahunya. 

Jadi, seharusnya dia tidak tahu. 

Aku ingin kamu memaklumi bahwa aku mengkhawatirkanmu pada jarak seperti ini. 

Saat aku sedang melamun di halaman, Asamura-kun memberiku teh susu hangat. 

Aku masih bisa merasakan kehangatan yang tersisa di telapak tanganku. 

Aku harus cepat memutuskannya

Bahkan Kozono-san sampai khawatir padaku.

 

21 Oktober (Kamis)

 

Saat jam pelajaran olahraga, aku sedikit berbicara dengan Maaya. 

Dia mengatakan bahwa Makihara-san dari kelasnya dan Yoshida-kun dari kelasku sedang berpacaran, tetapi sepertinya akhir-akhir ini hubungan mereka tidak berjalan baik. 

Alasannya cukup jelas, Yoshida-kun sering pergi ke rumah Makihara-san, tetapi Makihara-san sepertinya belum pernah diundang ke rumahnya Yoshida-kun. 

Hal tersebut tampaknya menjadi masalah bagi Makihara-san

 

Kenapa dia merasa begitu khawatir

Ketika aku bertanya seperti itu, Maaya terlihat terkejut. Kamu tidak mengerti? katanya, tapi apa yang harus aku pahami? 

Setiap keluarga pasti memiliki alasan masing-masing, dan mungkin ada alasan mengapa dia tidak bisa diundang ke rumahnya

“Pasti ada alasan besar nan raksasa yang membuatnya tidak bisa mengundang orang yang disukainya ke rumahnya, Saki. 

Begitulah katanya, Tapi, tentu saja ada. Lagipula, besar dan raksasa itu sama saja, bukan? 

Ketika aku mengomentari itu, Maaya menghela napas panjang dan berkata, Inilah sebabnya gadis yang tinggal di bawah atap yang sama dengan Onii-chan kesayangannya itu menyebalkan. Dia kurang menyadari kebahagiaan dan keberuntungannya! … atau sesuatu seperti itu. 

 

…Tapi, ada hal-hal yang sulit dilakukan justru karena tinggal di rumah yang sama. 

Maaya berkata, Pokoknya, jika memang ada alasan, dia ingin Yoshida-san membicarakannya. 

Dia mengatakan bahwa orang yang paling terluka adalah Makihara-san

Jika ada alasan, maka bicarakanlah──. 

Seandainya saja memang bisa dilakukan semudah itu, sih

 

22 Oktober (Jumat)

 

Sepertinya Yoshida-kun dan Makihara-san akan makan siang bersama. Seharusnya mereka sedikit canggung kemarin, tapi hari ini mereka sudah berdamai. Apa yang sebenarnya terjadi? 

Aku jadi merasa khawatir untuk hal yang tidak perlu. Tapi itu hal yang baik, sih. 

Ketua kelas dan Satou-san juga mengajak Asamura-kun untuk makan bersama. Setelah festival budaya, hal-hal seperti ini semakin sering terjadi. Mungkin Asamura-kun merasa sulit makan di bawah tekanan tiga gadis. Namun, aku merasa senang hanya dengan melihatnya di sudut pandangku. 

Seharusnya aku merasa senang, tetapi kadang-kadang, kekhawatiran tentang masalah beberapa hari terakhir ini terlintas di benakku. Aku berharap bulan Oktober cepat berlalu. 

 

◇◇◇◇

 

Sepulang sekolah, di tempat kerja paruh waktu, para junior Yomiuri berkumpul lagi setelah sekian lama. 

Dengan kata lain, ada Yomiuri-san, Asamura-kun, aku, dan Kozono-san. 

Kami mulai membicarakan tentang Halloween yang akan datang minggu depan. Dari situ, kami berbicara tentang perbedaan antara Shibuya dulu dan sekarang.

Aku tahu banyak tentang Shibuya sejak aku lahir hingga sekarang. Tapi aku tidak tahu apa-apa tentang Shibuya sebelum aku lahir. Kota Shibuya yang juga dilalui ibuku tampaknya sangat berbeda dari sekarang. 

Meskipun disebutkan tentang pemandangan Shibuya di era Showa, hanya ada gambaran samar yang muncul di benakku.

 

Dalam perjalanan pulang dari tempat kerja, Asamura-kun mengajakku berkencan di akhir pekan. 

Aku merasa ia memperhatikanku. Aku segera menyadarinya. Rasanya agak menyesal, tetapi di saat yang sama, aku juga berpikir ini adalah kesempatan yang bagus

Saat kami membicarakan tentang Shibuya di masa lalu dan sekarang, ada tempat yang teringat. 

Museum Daerah

Aku menyebutkan tempat itu sebagai tempat yang ingin kami kunjungi berdua.

Ketika aku mencarinya dulu, aku berpikir itu bukan tempat yang terlalu ramai. 

Itulah sebabnya aku menunda untuk pergi ke sana, karena aku merasa bisa pergi kapan saja. 

Tempat itu sepertinya lokasi yang bagus untuk berduaan.

 

23 Oktober (Sabtu)

 

Kencan pertamaku dengan Asamura-kun setelah sekian lama. 

Museum Daerah” bukanlah tempat pameran yang besar, tapi itu adalah fasilitas yang baik untuk dikunjungi di akhir pekan. Sepertinya ada pameran berkala yang isinya diganti, jadi mungkin kami bisa datang lagi di lain waktu.

Saat kami menjelajahi area yang memperkenalkan penulis terkenal yang terkait dengan Shibuya, Asamura-kun, seperti biasa, memberikan informasi menarik. 

Tentang Shiga Naoya

Rupanya penulis itu konon telah pindah rumah lebih dari dua puluh kali sepanjang hidupnya. 

Ia seorang pengembara sejati

Aku bahkan merasa berpindah ke rumah Asamura-kun saja sudah memerlukan banyak tenaga.

 

Pindah rumah, ya. 

Aku berencana untuk meninggalkan rumah saat masuk universitas. 

Tapi, akhir-akhir ini aku merasa ragu. 

Aku ingin lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluargaku. Aku juga ingin tinggal bersama Asamura-kun. 

Ah, mungkin itu terlalu manja. 

Tapi tidak apa-apa. Ini kan buku harianku.

 

Di taman yang kami singgahi dalam perjalanan pulang. 

Akhirnya, aku mengungkapkan tentang orang itu kepada Asamura-kun. 

Sejujurnya, aku tidak ingin menemuinya.

Aku juga berpikir bahwa orang itu sebenarnya tidak ingin bertemu denganku. 

Ia hanya ingin memainkan perannya sebagai ayah yang baik yang tetap peduli pada putrinya meskipun sudah bercerai. Rasanya terlihat seperti itu. 

Dan aku benci melihat diriku sendiri yang memiliki pandangan sinis seperti itu.

 

Sekarang sudah hampir akhir Oktober. Satu-satunya waktu kita harus bertemu adalah akhir pekan depan. Jika aku bisa melewati itu, Ito Fumiya akan kembali ke Amerika tempat dirinya tinggal. Tapi jika aku terus menolak, ibuku yang telah melindungiku akan dianggap menjadi orang jahat. 

Aku menceritakan situasi itu. 

Kemudian Asamura-kun mengusulkan sesuatu yang mengejutkan.

 

Melarikan diri dengan persetujuan orang tua.

 

Aku terkejut dan bertanya-tanya apa cara seperti itu bisa diterima, sementara Asamura-kun terus merencanakan semuanya. 

Ayo ke Atami, katanya. 

Dua anak SMA pergi berlibur sendirian, itu tidak biasa. 

Meskipun kami kakak beradik.

 

Tiba-tiba, apa yang harus aku lakukan? 

Kamu terlalu memaksa, baka.

 

…Tapi, aku senang sih.

 

30 Oktober (Sabtu)

 

Semua berlangsung dengan sangat cepat. Ternyata izin dari Ayah tiri dan ibuku bisa didapat dengan begitu mudah. Mungkin karena mereka tahu kalau aku tidak ingin bertemu orang itu. 

Bagaimanapun, terima kasih. Semuanya.

Aku menyiapkan perjalanan dua hari satu malam. Karena ini adalah pelatihan belajar, penting untuk membawa perlengkapan belajar untuk persiapan ujian. 

Rasanya sangat membantu tidak perlu memikirkan berbagai hal untuk bersenang-senang, tetapi tetap saja, akan merepotkan jika orang berpikir persiapan perjalanan seorang gadis bisa selesai dalam dua jam, bukan setengah hari. Sungguh.

Aku tidak bisa menulis tentang apa yang terjadi selama perjalanan di dalam buku harian

Tentu saja tidak terjadi apa-apa

Aku ingin menekankan bahwa itu sepenuhnya tentang belajar… 

Tidak ada sesuatu yang perlu dikhawatirkan oleh orang tua. Aku bersumpah. Meski begitu, jika aku menjelaskan semuanya di sini, aku merasa bisa menimbulkan kesalahpahaman jika ada yang membacanya. 

Jadi aku hanya akan menulis bahwa tidak terjadi apa-apa

Pandanganku tentang diriku sendiri, Ayase Saki, terasa sedikit lebih jelas. 

Untuk memastikan hal itu, 

Aku merasa kalau aku harus bertemu.

Dengan orang itu.

 

31 Oktober (Minggu)

 

Aku menggunakan pemandian dalam yang ada di kamar. 

Aku berniat masuk dan keluar dengan cepat sebelum Asamura-kun bangun, tetapi sepertinya aku tidak bisa melakukannya dengan tenang. Saat aku keluar dari bak mandi dan mengenakan yukata, aku merasakan kehadiran Asamura-kun yang baru bangun dari kamar tidur. 

Lagipula, aku harus mengeringkan rambut dengan pengering, jadi mungkin aku sudah membangunkannya. 

Aku duduk di kursi yang saling berhadapan di dekat jendela dan mengarahkan pengering rambut ke rambutku. 

Sambil merasakan angin hangat di rambutku, aku mengingat apa yang kulakukan setelah bangun tidur.

Pesan yang aku kirimkan kepada ibuku sebelum tidur. 

Saat pagi tiba, aku menerima balasan darinya

Sepertinya dia sudah bangun, jadi aku meneleponnya untuk membicarakan rencana. 

Tidak ada jalan mundur lagi. Meski Asamura-kun telah repot-repot memberiku kesempatan untuk melarikan diri… 

Sambil aku merasa kebingungan bagaimana mengatakannya, Asamura-kun mendekat dan bertanya padaku. 

Aku mengungkapkan niatku. 

Aku akan bertemu dengan ayahku. 

Besok sudah bulan November, tetapi sepertinya masih ada waktu untuk bertemu di pagi hari.

Asamura-kun mengatakan bahwa aku dan ayahku adalah orang yang berbeda. 

Untuk memastikan itu, aku merasa harus bertemu ayahku sekali lagi. 

Besok pagi, pukul 7. Di kafe di daerah Shibuya. 

Aku akan pergi bersamamu, ucap Asamura-kun.

Meskipun aku berpikir apa aku diperbolehkan begitu manja, aku merasa jika Asamura-kun ada di dekatku, semuanya akan baik-baik saja. 

Ia membantu mengeringkan rambutku dengan pengering. 

Sambil merasakan angin hangat yang membuatku mengantuk, aku berpikir tentang bagaimana cara membalas budi ini.

Dalam perjalanan pulang, aku membeli es krim dan memakannya. 

Karena tidak ada waktu, aku makan dengan terburu-buru dan membuatku merasakan sakit yang menusuk di bagian belakang kepala, sehingga aku harus memejamkan mata dan menahannya selama perjalanan menuju Stasiun Atami. 

Sungguh tidak baik makan tanpa berpikir. Aku bukan anak kecil lagi. 

Namun, 

Aku merasa mungkin tidak apa-apa jika aku sedikit bertingkah seperti anak kecil.

 

1 November (Senin)

 

Orang itu yang kutemui setelah sekian lama tampak berbeda dari saat ia baru berpisah dengan ibuku, ketika dirinya dalam keadaan terpuruk dan kehilangan kepercayaan diri. 

Hanya dengan sedikit percakapan, aku merasa bahwa dirinya sebenarnya tidak banyak berubah.

 

Orang itu tidak memperhatikan sekeliling. 

Mungkin ia melihatnya, tetapi ia tidak berusaha mengamati seperti Maaya

Ia mungkin mendengar suara-suara itu, tapi ia tidak berusaha membaca makna yang tersirat seperti Asamura-kun. 

Dan yang selalu ia perhatikan hanyalah hubungan kekuasaan antara dirinya dan orang lain. 

Jika merasa diuntungkan, ia bisa berperilaku percaya diri, tetapi jika ia menyadari posisinya yang tidak menguntungkan, dia akan merasa takut dan menyusut. 

Aku pikir ia adalah orang yang lemah. Itulah sebabnya ia ingin terlihat kuat.

 

Asamura-kun kuat. Ia tidak berusaha terlihat kuat, tetapi ia memang kuat. 

Ia terlihat sangat dewasa. 

Meskipun itu urusan tentang orang lain. Meskipun itu adalah cerita orang tua dan anak yang tidak ada hubungannya dengan dirinya

Ia menghadapi orang dewasa dengan tegas.

 

Melihat sosoknya, aku merasa frustrasi

Seolah-olah hanya dirinya saja yang sedang menaiki tangga kedewasaan. Seolah-olah hanya aku yang tetap menjadi anak-anak. 

Aku juga harus menghadapinya, sebagai orang dewasa, dan berhadapan langsung dengan ayahku. 

Saat aku berpikir begitu, kata-kata yang selama ini tidak muncul tiba-tiba mengalir dengan begitu lancar.

 

Terima kasih, Asamura-kun. 

Tapi, aku juga tidak akan kalah, Asamura-kun. 

Aneh sekali. Selama ini aku tidak pernah merasakan hal seperti ini. 

Lebih dari merasa ingin menang, aku merasa tidak ingin kalah. 

Karena jika aku kalah, Asamura-kun akan selamanya menjadi “Yuuta-niisan”.

 

Menjadi adiknya pasti mudah. 

Ia akan memanjakanku tanpa batas. 

Dan selama aku merasa begitu, aku akan tetap menjadi adiknya. Itulah sebabnya, aku mau menerimanya

Aku ingin memanggilnya dengan bangga. 

Yuuta, begitu.

 

Karena, jika aku dan dirinya menjadi seperti ayah dan ibuku, seperti ayah tiri dan ibu… 

Jika ada masa depan di mana aku dan dirinya menjadi pasangan dalam hidup. 

Aku ingin menjadi manusia yang setara dalam arti sesungguhnya. Tidak hanya dibantu olehnya, tetapi aku juga ingin bisa membantunya. Tidak hanya bergantung padanya saja, tetapi dirinya juga bisa bergantung padaku. 

Supaya aku bisa merasa aman dan menunjukkan kelemahanku kapan saja. 

Sehingga dirinya bisa merasa aman dan menunjukkan kelemahannya kapan saja. 

Memberi, menerima, dan berbagi.

 

Jika aku bisa yakin bahwa itu mungkin. Aku berpikir kalau aku ingin mengatakannya sendiri.

Mari kita hidup bersama selamanya. Mari kita menyapa orang tua kita.

Begitulah.

 

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama