Chapter 5 —Vol 2 SS Bonus: Hari Dimana Bangkitnya Atribut Kemomimi
(Sudut
Pandang Orang Pertama: Masachika)
Festival
sekolah terakhir di masa-masa SMP.
Rumah hantu yang direncanakan oleh kelas kami menunjukkan kesuksesan yang cukup baik.
“Registrasi
untuk rumah hantu ada di sebelah
sini~”
Di
samping Kujou-san yang
masih canggung memanggil pengunjung, aku mengangkat tirai di pintu masuk kelas
dan mengundang pengunjung masuk.
“Oke silakan~, satu pria dan satu wanita
masuk~!”
Pada saat
yang bersamaan, aku memanggil ke dalam tirai dan
menyampaikan jenis kelamin, usia, dan jumlah pengunjung kepada teman sekelas
yang berperan sebagai hantu.
Hal tersebut
merupakan pertimbangan agar tidak menakut-nakuti pengunjung
wanita atau anak-anak terlalu berlebihan, serta untuk menghindari insiden
kontak yang tidak diinginkan.
Setelah
mengantarkan pengunjung yang tampaknya adalah orang
tua dan anak, aku menghela napas sejenak ketika ketua kelas
dari ruang sebelah muncul.
“Kuze,
Kujou-san, apa kalian bisa segera masuk sebagai hantu?”
“Hmm,
oke.”
“Baiklah.”
Kami
bergantian dengan teman sekelas yang datang, dan aku serta Kujou-san masuk ke ruang sebelah.
Kelas sebelah membuka stan di halaman sekolah, jadi mereka tidak menggunakan
ruang kelas sebagai tempat jualan. Oleh karena itu, kami meminjam setengah
belakang kelas sebagai ruang ganti sekaligus ruang istirahat.
“Kuze
di sebelah sini, sementara Kujou-san di sana. Kostum buat peran hantunya sudah ada
di dalam.”
“Ngomong-ngomong,
kostumnya ada apa saja?”
“Kalau Kuze jadi hantu tanpa wajah, sedangkan Kujou-san bakalan jadi siluman kucing. Kalau begitu, mohon kerja samanya, ya.”
Setelah
mengatakan itu, ketua kelas segera keluar dari ruang kelas dengan cepat.
Ternyata, dia cukup sibuk karena bertanggung jawab atas kelas sendirian.
“Yuk,
kita ganti baju.”
“Ya.”
Setelah
saling bertukar tatapan dengan Kujou-san,
aku masuk ke ruang ganti sederhana yang hanya ditutupi kain di sudut kelas. Ketika aku masuk ke ruang ganti, ada
kotak kardus yang berisi yukata putih dan sandal jepit di bawah, serta topeng
hantu tanpa wajah yang harus dipakai di kepala.
“Sepertinya
topeng ini bakalan bikin
sesak nafas...”
Meskipun
ada banyak lubang kecil di bagian mata, tapi
tidak ada lubang bernafas di area
mulut. Memakai ini terus-menerus sepertinya akan cukup menyakitkan.
Seperti yang diharapkan, aku
tidak berniat memakainya, jadi aku hanya mengenakan yukata dan sandal jepit,
lalu memasukkan pakaianku ke dalam kotak kardus dan keluar.
Aku
menulis namaku di bagian luar kotak kardus dan meletakkannya di atas lemari di
belakang kelas, lalu memeriksa kostumku di cermin.
“Hm...
kostumnya sedikit pendek, tapi ya sudahlah.”
Kostum
untuk peran hantu adalah kostum yang dipakai ulang, jadi mana mungkin ukurannya bisa pas. Tapi, ya, segini masih
bisa...
(Hah? Tunggu dulu sebentar?)
Saat itu,
aku tiba-tiba menyadari sesuatu.
Karena aku sedikit lebih tinggi dari rata-rata tinggi badan pria, jadi segini
masih oke... tapi badan Kujou-san yang jauh di atas rata-rata
tinggi badan wanita, sepertinya cukup sulit baginya.
Begitu aku memikirkan hal itu, aku
berpaling ke arah ruang ganti sederhana di sebelah jendela, seperti yang
kuduga, ada tanda-tanda bahwa dia mengalami masalah. Ketika aku mendekat, aku
mendengar suara Kujo-san yang penuh kecemasan dan kebingungan, “Eh? Tapi... eh?”
“Kujou-san? Kamu baik-baik saja?”
“Ku-Kuze-kun? Ah, ya... maksudku, aku baik-baik saja, tapi...”
“Jangan-jangan
ukurannya kecil ya? Apa kamu ingin menukarnya dengan ukuran
yang lebih besar?”
“Tidak,
ukurannya pas, tapi...”
“?
Jadi, apa kamu tidak tahu cara memakainya?"
“Bukan
itu... bukan itu...”
Dengan jawaban
yang agak tidak jelas dan tidak memuaskan, aku memiringkan
kepalaku dengan keheranan.
Kostum siluman kucing seharusnya terdiri dari
yukata dengan telinga kucing dan ekor yang dipasang, serta aksesori lainnya.
Cara mengikat obi sudah dilatih oleh semua orang, dan karena alasan biaya serta
tidak bisa dipakai ulang, lensa kontak mata kucing dibatalkan, jadi aku rasa
tidak ada yang terlalu sulit.
“Umm,
kamu sudah mengganti
bajumu, ‘kan?”
“I-Iya
sih...”
“Jadi,
apa masalahnya?”
“Meski
ditanya apa yang salah...”
“Ya sudahlah.
Coba keluar dulu sebentar.
Aku akan memeriksanya dulu jika memang ada masalah.”
“......”
Namun,
Kujou-san masih tidak kunjung keluar. Dia terus diam,
sepertinya dia merasa ragu.
(Apa?
Jangan-jangan dia tidak ingin meminta bantuan orang lain lagi?)
Berusaha
menyelesaikan segalanya sendiri dengan sempurna adalah salah satu kelebihan
sekaligus kekurangan Kujou-san.
Jika kami memiliki banyak waktu,
aku bisa membiarkan dia sampai puas,
tetapi... sekarang ini kami sedang menunggu teman sekelas yang lain. Mana mungkin kami terus-menerus
berdebat tanpa arti di sini.
(Saat sedang merasa kesulitan,
seharusnya dia bisa
meminta bantuan orang lain... Sudahlah, aku akan sedikit memaksa.)
Jika dia
sudah selesai ganti baju, seharusnya tidak ada masalah. Dengan
pemikiran itu, aku meletakkan tangan di kain ruang ganti.
“Aku
akan buka, ya~? Aku akan membukanya, nih~?”
“Eh?
Ah, itu... ..............”
“Baiklah,
aku buka ya~”
Tanpa
memperhatikan suara bingung Kujo-san, aku menarik kain ruang ganti—
“Ah............”
"Hah.........?”
Kami berdua saling bertatapan. Dengan Kujou-san yang menunjukkan banyak warna
kulitnya.
“Eh,
ah, ha............?”
Sekilas,
aku mengira itu adalah pakaian dalam, tetapi... tidak. Tidak, itu jauh lebih
luar biasa daripada pakaian dalam! Telinga kucing dan ekor berwarna putih
keabu-abuan yang cocok dengan rambut peraknya. Sebaliknya, kulit putihnya
dihiasi dengan warna hitam... tidak, ini sudah seperti pakaian dalam! Dan dia
bahkan mengenakan choker dan lonceng di lehernya! Siluman hantu? Tidak! Ini lebih mirip
dengan peri kucing. Dia adalah kucing peri yang
keberadaannya membingungkan manusia!
“Ah,
hi, tidak ......”
Kujou-san yang selama ini tercengang, bergegas menutupi dadanya dengan kedua
tangan dan matanya mulai terlihat berkaca-kaca
saat dia menatapku, otak otakuku dalam keadaan membeku.
“Ma-Maaf——!”
Setelah melihat
penampilannya, aku juga secara refleks hampir mengucapkan kata maaf—namun aku
menelan kata-kata itu.
(Tidak!
Bukan itu! Jika aku meminta
maaf sekarang, itu akan mengakui bahwa aku melihat sesuatu yang tidak
seharusnya kulihat! Kujou-san
telah menunjukkan sesuatu yang tidak seharusnya dia tunjukkan! Jika itu yang terjadi, aku akan melukai
hati Kujou-san!
Sekarang bukan saatnya untuk
meminta maaf. Sekarang, apa yang harus kulakukan adalah—)
Aku
menajamkan tatapanku dan
melompat mundur, sambil
mengambil napas dalam-dalam. Lalu, dengan gerakan yang lancar, aku melakukan dogeza dengan segenap tenaga dan
mengeluarkan suara dari perutku.
“Terima
kasih banyak!!”
“Eh――”
Tanpa
mempedulikan suara bingung Kujo-san, aku
menempelkan dahiku ke lantai
kelas dan berteriak dengan semangat.
“Itu
sangat luar biasa! Aku bisa menyembah dan mengagumi penampilanmu, dan jika kamu
terlihat sedikit malu sambil berkata 'nya,
nya~', aku yakin aku bisa mati! Bahkan lonceng sudah menjadi perlengkapan
standar, kamu benar-benar mengerti! Selain itu, aku tetap berpikir bahwa warna hitam memang warna yang terbaik! Ah, terima
kasih banyak!”
Setelah
meluncurkan kata-kata cepat khas otaku, suasana di dalam kelas menjadi hening.
Kujou-san tampaknya tertegun, dia bahkan tidak bergerak maupun berteriak.
(Fyuh, berhasil.)
Aku yakin
bahwa aku telah sepenuhnya menghilangkan rasa malu dan kejutan Kujou-san dengan semangat dan
keberanian, lalu aku tersenyum puas
sambil menatap lantai... sekarang, apa yang harus kulakukan selanjutnya?
Tiba-tiba,
pintu di belakang terbuka, dan suara ketua kelas terdengar.
“Maaf,
maaf, terima kasih sudah menunggu, Kujou-san~.
Sekarang, aku membawa anak yang berperan sebagai siluman hantu...”
Saat aku
menoleh ke belakang sambil masih dalam posisi dogeza, dan di
sana ada ketua kelas dan seorang siswi yang mengenakan kostum kucing hantu,
berdiri dengan ekspresi bingung.
“Ah,
eh... Kujou, san?”
“Eh...
eh?”
“Ah,
tidak, kostum itu berasal dari
klub kerajinan... itu, cuma semacam
lelucon... tapi aku tak menyangka,
kamu benar-benar memakainya.”
Setelah
mengatakan itu dengan tertegun, tiba-tiba mereka berdua terlihat terkejut, lalu
buru-buru menutup pintu dan berlari ke arahku.
“Pokoknya!
Cepat ganti baju dengan kostum anak ini!”
“Kujou-san! Ay-Ayo cepat sembunyi! Hei, Kuze-kun! Cepetan keluar sana!”
“............iya.”
Aku segera
menundukkan pandangan dan buru-buru pergi dari kelas yang tiba-tiba menjadi
ramai.
(Ya,
sepertinya kerusakannya tidak parah, ya?)
Sambil
memikirkan hal itu, aku perlahan-lahan meletakkan tangan di pintu kelas,
ketika...
“Kuze-kun.”
Aku
dipanggil oleh suara sedikit tajam dari belakang, dan setelah terkejut, aku
menoleh ke belakang dengan hati-hati. Kujou-san yang menyembunyikan tubuhnya
dari leher ke bawah dengan kain ruang ganti, menatapku dengan tajam.
“Ka-Kamu
harus
melupakan itu secepatnya!”
“......Aku
akan berusaha.”
Meskipun di dalam hati aku merasa itu pasti tidak mungkin,
aku memberikan jawaban yang tidak menyinggung. Seolah-olah Kujou-san bisa membaca pikiranku,
tatapannya semakin tajam. Namun, segera dia mengalihkan pandangannya ke samping
dan...
Tangannya yang memegang kain itu sedikit
ditekuk. Apa itu... hmm? Tangan kucing, ya?
【Mяyyy!】
【....】
Pada saat
itu, aku merasa seolah-olah sudah
mati.