Chapter 3 — Pengambilalihan
(Sudut
Pandang Fine)
Sejak dulu,
aku memiliki kekuatan misterius yang dapat menyembuhkan segala
luka atau penyakit dalam sekejap. Awalnya, aku mengira bahwa kekuatan ini
adalah sihir atau sesuatu yang serupa, tetapi setelah mendengar bahwa tidak ada
sihir yang bisa menyembuhkan orang, aku semakin tidak mengerti tentang kekuatan
ini.
Namun, Mother Hilda
berkata kepadaku, “Kamu tidak perlu
mengetahuinya. Kamu tidak
perlu memahaminya,”
dan memperingatkanku agar tidak
menggunakan kekuatan ini di depan orang lain tanpa seizinnya.
Pada saat
itu, aku merasa bahwa Mother Hilda
mengetahui tentang kekuatan ini. Namun, Mother Hilda
selalu merawatku dan menyayangiku dengan
tulus dari lubuk hatinya. Oleh karena itu, aku berpikir bahwa apa yang dia
katakan tidak salah, dan aku dengan tulus menerima kata-katanya.
Aku hanya
boleh menggunakan kekuatan ini jika Mother Hilda
memberikan izin, dan hanya ketika orang yang akan aku bantu dalam kondisi parah
yang tidak bisa disembuhkan dengan ramuan atau sejenisnya. Aku hidup dengan damai bersama
banyak adik-adikku di panti
asuhan terpencil, sambil mematuhi ajaran Mother Hilda.
Namun,
tiga tahun yang lalu, pada hari itu, aku melanggar ajaran Mother Hilda.
Pada hari itu, aku pergi ke gunung untuk mengambil ramuan. Namun, cuaca cerah
di pagi hari berubah menjadi badai petir yang hebat.
Karena aku
sudah mendaki gunung itu sejak kecil dan tahu bahwa ada gua aman yang bisa menjadi tempat berlindung dari
hujan dan angin, aku tetap tenang dan memutuskan untuk menuju ke sana.
Dalam
perjalanan, aku bertemu dengan seseorang. Ia
memiliki mata berwarna emas dan rambut berwarna cokelat kemerahan, serta
mengalami cedera akibat jatuh dari lereng batu,
dengan ekspresi kesakitan yang terlihat di wajahnya. Cedera orang itu sangat
parah, dan ia berada dalam keadaan yang bisa mengancam nyawanya jika tidak
segera dibawa ke rumah sakit di desa di kaki gunung.
Namun,
cuaca saat itu membuat turun
gunung sangat berbahaya, jadi aku memutuskan untuk membantunya sambil menuju
gua. Setelah sampai di gua, aku meletakkan orang itu dan tanpa izin Mother Hilda, aku
menggunakan ‘kekuatan’-ku.
Melihat
luka-lukanya sembuh dengan cepat berkat kekuatan itu, pria itu terbelalak dan bertanya kepadaku,
“Aku belum pernah melihat sihir
seperti ini. Apa ini hasil dari penggunaan alat sihir khusus? Atau apa kamu
seorang murid dari seorang penyihir terkenal?”.
Menanggapi pertanyaannya, aku menjawabnya tanpa ragu, “Ini adalah kekuatan yang bisa aku
gunakan sejak lama. Aku tidak tahu banyak tentang itu”.
Dirinya tampak
terkejut dengan jawabanku, tetapi ia tidak bertanya lebih lanjut
tentang kekuatan itu. Namun,
ketika hujan badai reda dan kami bisa turun dari gunung, pria itu bertanya
kepadaku.
“Berkat bantuanmu, aku bisa selamat. Aku
ingin membalas budi ini. Bisakah kamu memberitahuku namamu?”
Di kampung halamanku, tidak
ada kejahatan yang terjadi, dan jika ada, itu hanya pertengkaran sepele di
kedai minuman. Jadi, aku dengan ceroboh menjawab.
“…Namaku adalah Fine Staudt. Namun, aku tidak membutuhkan imbalan.
Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan sebagai manusia.”
Mendengar
jawaban itu, pria berambut cokelat kemerahan itu tertawa lebar dan berkata, “Aku semakin tertarik padamu”, lalu dia
berjalan turun dari gunung dengan kakinya sendiri.
Setahun
kemudian, pada suatu hari ketika aku hampir melupakan kejadian itu, sebuah
kereta yang sangat mewah ditarik oleh kuda putih yang indah tiba di desa.
Orang-orang
berpakaian rapi yang turun dari kereta itu tanpa ragu datang ke panti asuhan
dan memberi tahu Mother
Hilda yang menyambut mereka, “Sebagai
pengecualian, Fine Staudt-sama
telah diberikan izin untuk masuk ke Akademi Sihir Kerajaan.”
Mother
Hilda hanya menjawab, “Aku
sangat bersyukur,” lalu
memanggilku dan berbicara kepada aku. Dia berkata bahwa keputusan untuk masuk
ke Akademi Sihir Kerajaan tergantung pada diriku sendiri.
Aku
menjawab bahwa jika aku bisa menyelamatkan lebih banyak orang dengan kekuatan
ini, aku ingin melakukannya, dan aku memutuskan untuk masuk ke dalam Akademi Sihir Kerajaan.
Sejak
saat itu, keseharianku
benar-benar menjadi sibuk. Aku
diajari etiket dan cara berbicara yang diperlukan dalam masyarakat bangsawan,
pengetahuan umum yang harus dimiliki di ibu kota, dan apa itu Akademi Sihir
Kerajaan. Pada akhirnya,
tibalah hari dimana aku harus meninggalkan kampung
halamanku.
Anak-anak
di panti asuhan dan penduduk desa memberikan kata-kata penyemangat kepadaku yang menuju ibu
kota, tetapi aku masih tidak bisa melupakan ekspresi sedih yang ditunjukkan
oleh Mother Hilda.
Bagaimanapun,
aku pergi ke ibu kota untuk pertama kalinya dalam kehidupanku, meninggalkan kampung halamanku dan pergi ke Ibukota Kerajaan. Aku
terpesona oleh pemandangan jalanan yang megah dan ramai, yang sangat berbeda
dari desa, dan bertekad bahwa aku akan tinggal di sini selama tiga tahun.
Ketika aku
tiba di asrama, aku menyadari bahwa orang-orang di sekitarku memandangku dengan tatapan aneh. Wajar saja. Akademi Sihir Kerajaan
adalah lembaga pendidikan yang
hanya mengizinkan para bangsawan
untuk masuk, dan aku satu-satunya rakyat
biasa di sini.
“Apa
kamu yang namanya Fine Staudt-san? Namaku Elise. Senang berkenalan
denganmu.”
Di tengah
situasi itu, hanya Elise satu-satunya orang yang berbicara
padaku tanpa rasa takut. Elise
dan aku segera akrab dan mulai beraktivitas bersama.
Akhirnya,
aku mulai mempercayai Elise sehingga aku mengungkapkan semua rahasiaku
kepadanya.
Satu-satunya hal yang menggangguku adalah
mengapa dia sangat memperhatikan jadwal harianku. Dia ingin tahu pelajaran apa yang
aku ambil hari itu, gedung mana yang akan
aku datangi, apakah aku akan keluar ke kota, dan kapan aku
kembali ke asrama.
Dia
memintaku untuk memberitahunya tentang hal-hal itu setiap kali kami bertemu
setiap pagi.
Jujur
saja, aku tidak selalu merencanakan aktivitas setiap hari, jadi aku kesulitan
untuk menjawabnya.
Namun, aku
memberitahu jadwalku secara kasar
seperti “Hari ini aku akan mengikuti
pelajaran ini” atau “Besok aku akan berada di asrama,” dan dia menjawab, “Hari ini lebih baik mengambil
pelajaran ini” atau “Besok lebih baik pergi ke kota”.
Sungguh
cerita yang bodoh, tetapi pada waktu itu, Elise selalu baik kepadaku, jadi aku
memercayai kata-katanya dan membuat rencana yang sesuai.
Aku tidak
tahu persis apa yang dia lakukan tanpa kehadiranku.
Yang aku
ketahui adalah bahwa dia menyimpan banyak ramuan penyembuh dan menggunakannya
untuk merawat Pangeran Alberich dan yang lainnya saat mereka terluka.
Dan kemudian rumor menyebar di seluruh akademi bahwa ‘Fine Staudt mengancam Elise Ringstadt dengan sihir jahat’.
Aku
akhirnya menyadari situasi ini ketika aku menjadi siswa kelas 2, dan pada saat itu, tatapan
siswa lain di akademi terhadapku dipenuhi dengan penghinaan dan kebencian,
aku mulai dicemooh sebagai “pelacur”, “wanita jahat”, “penyihir”, dan
kadang-kadang buku pelajaranku diambil atau kepalaku
disiram air.
Aku mati-matian berusaha keras untuk
membela diri.
Aku tidak
melakukan hal seperti itu kepada Elise. Lagipula, aku tidak tahu dan tidak bisa
menggunakan sihir jahat. Namun,
tidak ada satu pun yang mempercayai
kata-kata itu, dan pembelaanku justru membuat posisiku semakin buruk.
Puncaknya
terjadi saat aku naik kelas dua dan
mengikuti latihan pertempuran lapangan yang sudah beberapa kali diadakan.
Latihan
pertempuran lapangan, seperti yang sudah diketahui,
adalah untuk mempelajari dasar-dasar pertarungan,
meningkatkan level dan meningkatkan kekuatan
sihir siswa kelas dua
melalui pembasmian monster.
Dalam
latihan ini, ada penyihir istana dan para kesatria yang ikut serta sebagai
pengawal, dan siswa akan bertarung secara kelas melawan satu monster, sehingga
kecuali ada hal yang sangat serius, siswa tidak akan terluka.
Namun,
meskipun demikian, cara bertarung teman-teman sekelasku sangat berbahaya.
Sebelumnya,
aku pernah bertarung melawan monster yang muncul di sekitar desa untuk
melindungi anak-anak panti asuhan, tetapi tampaknya siswa lain di Akademi Sihir
Kerajaan tidak terbiasa dengan pertempuran nyata melawan makhluk selain
manusia.
Oleh
karena itu, setidaknya untuk mengurangi resiko adanya cedera serius, aku menggunakan
satu-satunya sihir yang bisa kulakukan, yaitu 'Berkah Perlindungan’.
...Dan
itu menjadi awal dari akhir.
Setelah
pertempuran selesai, orang-orang yang ikut serta dalam latihan pertempuran
lapangan itu mengelilingiku dengan ekspresi tidak senang dan berkata,
“Kamu, apa yang sudah kamu lakukan
kepada kami?”
“Cahaya
aneh yang kamu pancarkan itu dimaksudkan untuk membuat kami dibunuh oleh
monster, kan!?”
Aku
berusaha keras untuk membela diri.
Itu
adalah salah satu kekuatan yang bisa kugunakan, 'Berkah Perlindungan’, dan aku sama sekali tidak
melakukannya untuk menjebak kalian, ucapku.
“'Berkah Perlindungan’? Aku tidak pernah mendengar
sihir yang bisa mempengaruhi orang lain selain serangan.”
“Sudah
kuduga, kamu
memang berusaha menipu kami!”
"Sejak
kapan kami selemah
itu sampai-sampai harus dilindungi oleh rakyat jelata
sepertimu?”
Tidak ada
yang mau mendengarkan ceritaku, dan pada akhirnya, Pangeran Alberich memandangku
dengan tatapan seperti melihat kotoran dan berkata,
“──Menjijikkan sekali. Jangan pernah menggunakan kekuatan menjijikkan itu
di depan kami lagi.”
Aku masih
belum bisa melupakan rasa putus asa dan penderitaan
yang kurasakan saat itu, dan perasaan bahwa segala sesuatu tentang diriku
tertolak.
Beberapa
waktu kemudian, aku dipanggil ke salon yang hanya diperbolehkan untuk bangsawan
tingkat tinggi, dan dikelilingi oleh Yang Mulia
Alberich, Grime-sama, Albach-sama, Venus-sama, dan Elise.
Pangeran
Alberich, sambil melindungi Elise yang berpura-pura ketakutan, tiba-tiba
berkata kepadaku, “Ternyata
memang kamulah pelakunya, dasar penyihir”.
Kemudian,
Grime-sama dan yang lainnya menunjukkan
ekspresi marah seperti api yang membara dan menghakimiku.
Dan
Pangeran Alberich kemudian berkata,
“Aku tidak bisa memaafkan tindakanku yang berusaha
membahayakan kami dana
tindakan biadabmu terhadap Elise. Wanita jahat Fine, aku pasti akan mengusirmu
dari akademi ini.”
Untuk sesaat,
aku tidak mengerti apa yang dikatakan kepadaku.
Tindakan
berbahaya bagi Pangeran? Tindakan biadab terhadap
Elise? Pengusiran dari akademi? Apa ini lelucon yang buruk atau
semacamnya?
Aku
berharap Elise akan mengatakan bahwa ini hanya sebuah prank, dan dalam
kebingungan pikiranku, aku berkata, "Ini hanya bercandaan, kan?”.
Namun, perkataanku itu tampaknya hanya mengipasi api kemarahan Pangeran Alberich
dan yang lainnya, sehingga mereka semua
terlihat semakin murka
dan berkata,
“Apa kamu
masih saja mengeluarkan alasan yang tidak masuk akal seperti itu? Jika kamu tidak mau mengaku, maka panti
asuhan yang membesarkan wanita jahat sepertimu juga harus dihancurkan.”
Saat
Grime-sama mengatakan hal itu, wajah banyak adik-adikku yang
selalu dekat denganku, serta wajah Mother Hilda—nenekku yang selalu
tersenyum lembut—melintas di benakku.
Tempat
hangat itu akan hancur.
Setelah
menyadari hal itu, aku berusaha memohon dan bahkan
bersumpah kepada Dewi Suci bahwa aku tidak melakukan hal seperti itu.
Namun, Yang Mulia Pangeran tidak mau mendengarkan
pengakuanku dan memerintahkanku untuk segera meninggalkan akademi.
Aku tidak
ingat banyak tentang apa yang terjadi setelah itu.
Mungkin
karena terlalu syok dan terkejut,
aku keluar dari wilayah akademi begitu saja. Ketika aku menyadari apa yang
terjadi, aku sudah tiba di gang sempit Ibukota kerajaan.
Saat itu,
aku sudah kehabisan tenaga dan semangat, dan hanya bisa menggunakan sihir untuk
membersihkan diri dari kotoran.
Aku tidak
tahu harus berbuat apa.
Jika aku
dikeluarkan dari akademi, aku tidak akan bisa mewujudkan impianku. Namun, jika aku
tetap terdaftar, aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada semua orang di
kampung halamanku.
Itulah
sebabnya, aku hanya bisa bersembunyi dalam kegelapan,
menghilangkan jejak dan menangis di sana.
Dan ketika air mataku mengering, aku mulai merasa putus asa terhadap segalanya.
Saat itulah,
“Oi,
kalau kamu tetap di sini, kamu akan demam tau.”
Kemudian seseorang
muncul dan berbicara padaku dengan
suara yang benar-benar penuh perhatian.
※
※ ※
(Sudut
Pandang Ash)
Ketika
Fine selesai menceritakan semuanya, hujan telah berhenti, matahari sudah lama terbenam, dan
cahaya merah dari kota menyinari ruangan dari luar jendela.
“…Maafkan aku. Walaupun
hanya segini saja,
tetapi aku menghabiskan begitu banyak waktu untuk menceritakannya.”
“Tidak,
sebaliknya, kamu telah
berbicara dengan baik. Terima kasih banyak telah berbagi hal yang sulit untuk
dibicarakan."
Fine
berbisik kecil, “Terima
kasih,” tapi dia menunduk dengan
ekspresi muram di wajahnya.
Bagaimanapun juga, cerita suram itu diungkapkan
dari mulutnya sendiri. Aku juga merasakan dampak yang cukup besar. Namun, kurasa aku sudah bisa
mendengar apa yang ingin aku ketahui.
Pertama-tama, Mother Hilda meminta Fine untuk tidak
menggunakan kekuatan—'Sihir Suci'—di depan umum, mungkin agar dia
terhindar dari takdir untuk bertarung melawan Raja Iblis sebagai seorang Saintess.
Mother
Hilda adalah mantan kepala pendeta dari agama terbesar di dunia ini, 'Agama
Dewi Suci', dan ada momen di akhir rute reverse harem di mana dia
mengungkapkan bahwa dia tahu kekuatan Fine adalah sihir suci dan bahwa dia akan
menjadi Saintess Cahaya.
Dan pria
berambut coklat kemerahan yang diselamatkan Fine di pegunungan pasti adalah Putra Mahkota Pangeran Elzes.
Mengenai
hal ini, di akhir rute umum, sekitar semester kedua kelas dua, ada peristiwa di mana beberapa
putri bangsawan tingkat atas yang cemburu karena Fine, meskipun berasal dari
kalangan biasa, bersahabat dengan Alberich dan yang lainnya, menyebarkan rumor
bahwa “surat
rekomendasi masuk Fine Staudt ke Akademi Sihir Kerajaan
dipalsukan dengan kekuatannya yang tidak diketahui”. Fine dan
karakter target harus berjuang untuk menghilangkan
rumor tersebut, tetapi pada akhirnya, Pangeran Elzes yang menyelamatkan mereka
dari situasi sulit itu.
Apa yang
diungkapkan saat itu adalah bahwa Fine adalah orang yang menyelamatkannya
ketika dirinya hampir
kehilangan nyawa di pegunungan, dan ia mengaku bahwa kekuatan yang dimiliki
Fine adalah sihir suci yang hanya bisa digunakan oleh Saintess Cahaya, jadi bisa dipastikan
bahwa orang tersebut adalah Elzes.
Masalahnya
adalah Elise.
Dia
mendekati Fine, yang hampir terisolasi di lingkungan khusus di mana dia hanya
dikelilingi oleh anak-anak bangsawan setelah meninggalkan kampung halamannya, dan mendapatkan
kepercayaan darinya.
Jika
sampai di situ, mungkin bisa dianggap bahwa putri bangsawan rendah hanya merasa
kasihan padanya.
Namun,
Elise mendengarkan jadwal harian Fiene, mengarahkan tindakannya, dan tampaknya
mengamankan banyak potion untuk menyembuhkan luka Pangeran Alberich dan yang
lainnya.
…Mungkin,
Elise mengikuti tindakan yang diambil Fine dalam cerita utama [Kizuyoru].
Semua interaksi
Fine dengan karakter target dimulai dengan
dia menyembuhkan luka dan penyakit dengan sihir suci yang hanya bisa dia
gunakan, yang mana hal itu menarik
perhatian karakter target.
Namun,
dengan mengandalkan potion untuk menutupi kemampuan tersebut, Elise mengambil
alih posisi Fine.
Selain
itu, dengan menguasai jadwal harian Fine, dia menghindarkan Fine dari bertemu
Pangeran Alberich dan yang lainnya, sehingga Fine tidak bisa meningkatkan
hubungan baik dengan mereka.
Dan Fine
mempercayai Elise, lebih tepatnya dia berada di bawah kontrol pikiran Elise,
sehingga dia tidak merasakan ketidakcocokan dengan hal itu.
Semua ini
hanyalah spekulasi dariku,
tetapi jika ini benar, maka Elise adalah orang yang luar biasa.
Dengan
memanfaatkan celah kecil di hati Fine, dia mengendalikan Fiene, dan dengan
demikian juga mengendalikan karakter target sesuai keinginannya.
Hal
semacam ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang tahu tentang skenario dan
karakter dari permainan [Kizuyoru], yaitu kemungkinan besar
reinkarnator seperti diriku.
Jika memang begitu, pertarungan antara Elise
dan aku akan bergantung pada siapa yang memiliki pengetahuan lebih tentang
permainan.
“…Umm.”
Saat aku
merencanakan strategi untuk pertarungan melawan Elise, Fine dengan ragu-ragu
mulai berbicara.
“Hmm? Apa ada yang salah?”
“Aku
tidak bisa terus-menerus
merepotkan Ash-san. Jadi, aku berpikir untuk
keluar dari sini.”
“…Setelah
keluar, lalu apa yang akan kamu lakukan selankutnya?”
“Itu…
aku tidak tahu. Tapi menurutku
tidak ada hal baik yang terjadi pada Ash-san
jika aku tetap di sini…”
Fine
berkata demikian dengan ekspresi menyesal yang mendalam,
dan mencoba berdiri untuk keluar dari ruangan.
“Apa
kamu benar-benar ingin menyerah begitu saja?”
“Eh!?”
“Apa kamu
bener-benar tidak mempermasalahkannya setelah
dipermainkan oleh Elise, dihina-hina,
menderita, dan mundur dengan
pasrah?”
Aku
berbicara kepada Fine dengan nada provokatif.
“…Mana mungkin aku tidak mempermasalahkannya.
Tapi! Apa lagi yang bisa aku lakukan!? Aku tidak tahu cara untuk melindungi panti
asuhan dan membuktikan ketidakbersalahanku…”
Fine
berteriak padaku dengan emosional, lalu seolah merasa bersalah atas
kemarahannya, dia bergumam, “Maafkan aku”.
“Sepertinya
semangat juangmu masih ada.”
“…Eh?”
“Kamu
tidak berpikir bahwa menyerah dalam situasi ini adalah hal yang baik. Jadi,
selanjutnya, kita hanya perlu berjuang dan melihat apakah kita menang atau
kalah.”
“Menang
atau kalah…”
“Fine
Stautd,
apa yang akan kamu lakukan? Apa kamu akan mundur begitu saja? Atau berjuang,
melawan, dan menang?”
Fine
terdiam setelah mendengar kata-kataku, merenung
sejenak, lalu dengan ekspresi yang penuh tekad, dia berkata,
“…Aku
ingin berjuang. Aku tidak ingin mundur. Aku ingin menang.”
“Kalau
begitu, mari kita lakukan. Mari kita buktikan ketidakbersalahanmu dan pastikan kalau Elise tidak bisa bertindak
semena-mena. Aku akan membantumu menang.”
Aku
mengulurkan tanganku kepada
Fine.
Dari
penjelasannya dan fakta bahwa dia terus menghadiri akademi, aku bisa merasakan
bahwa Fine sebenarnya tidak ingin menyerah
di sini.
Oleh
karena itu, yang perlu aku lakukan adalah mendorongnya.
“Apa
kamu benar-benar akan membantuku menang?”
“Ya.”
“Apa
aku tidak perlu merasa sengsara
lagi?”
“Benar.”
“Ash-san.
Bolehkah aku mempercayaimu?”
“Ya,
percayalah padaku. Percayalah dan ikuti aku.”
Setelah mendengar
kata-kata itu, Fine langsung
memelukku sembari berlinangan air mata.
“…Kumohon! Tolong,
bantu aku menang…!”
Aku
memeluk Fiene dan mengusap punggungnya, berbicara dengan kuat agar dia bisa
lebih percaya padaku.
“Aku
berjanji. Fine, aku akan membebaskanmu dari penghinaan yang menyedihkan.”
※
※ ※
“Yo,
sudah dua hari yang lalu sejak
terakhir kita bertemu, Ash.”
“Ah,
begitu ya?”
Keesokan
harinya, aku berangkat ke Akademi
Sihir Kerajaan dan bertemu
Ian di kelas.
Ngomong-ngomong,
Fine hari ini istirahat di rumah di ibu kota karena kejadian kemarin. Setelah
mengalami hal seperti itu, pasti sulit baginya untuk masuk sekolah, dan untuk
mengalahkan Elise, aku juga ingin mengumpulkan informasi sendirian.
“…Apa
aku dihindari?”
“Setelah
melakukan aksi besar-besaran dengan siswa 'sleeve-holder'
di kantin, ya, pastinya kamu bakal dihindari.”
Tentu
saja, tidak ada yang ingin terlibat dengan siswa,
terutama jika itu adalah anak kedua dari keluarga baron, setelah berkelahi dengan siswa 'sleeve-holder'.
Yah, di
akademi ini, satu-satunya yang bisa kusebut teman hanyalah Ian, jadi seharusnya
tidak perlu terlalu dipikirkan.
“Ngomong-ngomong,
Ash. Belakangan ini kamu sering bolos kelas, ayahmu jadi khawatir.”
“Siapanya yang ayahku? Ngomong-ngomong, hujan kemarin
sangat deras, tapi bagaimana dengan situasi akademi?”
“Pelajaran
di luar dibatalkan, dan saat hujan reda, sekolah diliburkan dan semua orang
pulang. Musim hujan sudah dekat, tapi jarang sekali terjadi hujan deras seperti
itu pada waktu ini.”
Sepertinya
mereka tidak mengira bahwa hujan deras itu disebabkan olehku yang menggunakan
sihir. Mungkin mereka akan waspada karena kejadian di kantin, tetapi jika hanya
itu, tidak masalah.
“Hei,
kemarin Nona Elise terlihat bermesraan dengan
Pangeran Alberich di halaman. Apa dia melakukan itu setiap hari?”
“…Dia
memang ada di halaman setiap hari, tapi dia tidak
selalu bersama Pangeran Alberich.”
“Apa
maksudnya?”
“Dia
bermesraan dengan para ksatria secara bergiliran. Inilah yang disebut reverse harem."
“Hah!?”
Bagaimana
mungkin dia bisa berselingkuh
setelah mengumumkan pertunangan dengan pangeran?
“Jadi,
apa para ksatria juga saling bersaing satu sama
lain?”
“Tidak,
karena mereka bertunangan secara bersamaan, sepertinya hubungan mereka
baik-baik saja. Katanya itu dimungkinkan berkat wewenang Pangeran Kedua.”
Jika aku
tidak memiliki pengetahuan tentang [Kizuyoru], mungkin aku akan mengeluarkan
komentar, "Itu tidak mungkin”.
Namun,
aku tahu tentang perkembangan itu. Selain itu, jika aku berpikir bahwa keempat
orang yang bertunangan secara bersamaan adalah mereka, aku semakin memahami
situasi aneh ini.
Keempat
pria tampan yang bertunangan dengan Elise adalah karakter
target dalam [Kizuyoru].
Dan dalam
ending sejati, rute reverse
harem, terdapat perkembangan di mana Pangeran Alberich menggunakan wewenang dan
posisinya untuk meyakinkan orang tua mereka tentang pertunangan empat orang
secara bersamaan dengan Fine.
Mempertimbangkan
semua itu, mungkin Elise sedang menjalani rute reverse
harem dalam permainan. Sampai pada titik ini,
hampir pasti bahwa dia memiliki pengetahuan tentang permainan [Kizuyoru].
Yang
tersisa hanyalah memastikan apakah
Elise memiliki ‘niat
jahat’ atau
tidak.
“Hei,
apa benar-benar tidak ada tempat di mana aku
bisa bertemu Nona Elise?”
Ketika
aku bertanya demikian, Ian berpikir sejenak, lalu melihat sekeliling dan
berkata dengan suara pelan.
“Di
kantin, mereka menjual onigiri dan sandwich, ‘kan?
Sepertinya dia setiap hari mendapatkan 'bento buatan sendiri' di sana
sebelum istirahat siang.”
“…Oh,
begitu rupanya ya.”
Cinta
memang bisa membingungkan orang, tetapi tidak sampai
sejauh ini. Mungkin saja keempat ksatria itu tidak mengetahui tentang onigiri dan sandwich yang
dijual dengan harga sangat murah di kantin.
Pokoknya,
sekarang aku telah mendapatkan cara untuk menghubungi Elise. Mari kita coba
segera.
“Hei,
kita harus mulai mempersiapkan pelajaran segera!”
“Oke doke!”
Sambil
mempersiapkan untuk pelajaran pertama, aku memikirkan bagaimana cara berbicara
dengan Elise.
“…Aku sudah memberikan sandwich
telur kepada Eugene sebelumnya. Menu di sini terlalu sedikit variasinya.”
Sebelum
istirahat siang, ada seorang gadis yang tampak ragu di depan onigiri dan
sandwich yang disusun di rak kantin.
Gadis
berpostur kecil dengan rambut cokelat dan gaya ponytail
samping. Tidak diragukan lagi, dia adalah Elise, gadis yang bersama keempat
ksatria yang menghina
Fine.
“Permisi.
Apa Anda Nona
Elise Ringstadt?”
“Ueh!?
Ah, ya, iya! Itu aku!?”
Saat aku
menyapanya, Elise menanggapi dengan ekspresi
terkejut.
“Sudah
kuduga begitu! Aku merasa kamu
terlihat mirip dengan orang yang bersama Pangeran Alberich
kemarin. Selamat atas pertunanganmu dengan Pangeran Kedua!”
“Oh,
terima kasih. Aku senang bisa mendapat ucapan selamat dari seseorang sepertimu.
Apa hujan deras kemarin untuk merayakannya?”
Hmm,
sepertinya dia sudah menyadari itu.
Yah, sampai
di sini, aku akan tetap mempertahankan kebohongan ini.
“Maafkan aku, saat aku berlatih sihir yang
baru kupelajari, tiba-tiba sihirku hilang kendali.
Aku sama sekali tidak berniat membahayakanmu...”
“Hee, apa
iya begitu? Dari sudut pandangku,
kamu kelihatannya seperti melindungi sampah
itu.”
“Itu sama
sekali tidak benar! Nona Elise
adalah orang yang berasal dari 'sleeveless'
dan kini menjadi tunangan Pangeran Alberich, bisa dibilang harapan bagi 'sleeveless'.
Di antara kami, kamu terkenal
sebagai 'Cinderella' atau 'Putri Kaguya' zaman modern!”
“Cinderella?
Fufufu, rasanya
senang sekali bisa dipanggil seperti itu!”
Elise
tampak senang dengan pujianku dan jelas terlihat bersemangat. Baiklah, aku akan
bertanya sebanyak mungkin.
“Ngomong-ngomong,
untuk pembelajaran di masa mendatang, apa aku boleh
bertanya bagaimana kamu bisa menjadi dekat dengan Pangeran
Alberich?”
“Begini.
Aku jadi akrab dengan Yang Mulia Pangeran...
mungkin karena ada seseorang yang baik hati menunjukkan contoh sebelumnya.”
“Contoh?
Itu maksudnya apa, secara spesifik?”
“Maaf,
ini adalah sesuatu yang sulit kamu pahami, jadi aku tidak bisa menjelaskannya.”
“…Begitu
ya. Ngomong-ngomong, sepertinya kamu mendapatkan perlakuan buruk dari seorang
siswa rakyat biasa bernama Fine. Apa kamu
baik-baik saja?”
“Mengenai
hal itu, Pangeran Alberich sudah berkonsultasi dengan kepala
sekolah, dan ia akan menyelesaikannya semua besok, jadi kamu tidak perlu khawatir. Dia akan
diberikan surat pemberitahuan pengunduran diri dan secara resmi meninggalkan
akademi ini.”
“Oh,
begitu ya. Aku merasa lega
mendengarnya. Ngomong-ngomong, apa yang menjadi alasan Fine mulai mengganggumu?”
“Hmm,
begini. Dia mulai cemburu setelah aku akrab dengan Pangeran Alberich dan mulai
menyebarkan rumor jahat. Itu semakin memanas, dan akhirnya dia mencuri dan
merusak barang-barangku...”
Elise
menutupi wajahnya dengan kedua tangan, menunjukkan betapa buruknya perlakuan
yang dia terima.
“Begitu,
itu pasti pengalaman yang
menyakitkan.”
Aku
berkata demikian sambil merasa iba kepada Elise dan kemudian menjauh darinya.
“Ups, aku
benar-benar minta maaf karena sudah menyita waktumu. Aku mendukung
perjalanan cintamu, Elise-san.”
“Tidak
apa-apa. Terima kasih atas dukungannya.”
Setelah
mengatakan itu, aku berpisah dengan Elise dan langsung menuju kantin sekolah.
Sekarang,
aku bisa menyatakan dengan tegas. Dia adalah orang yang bereinkarnasi seperti diriku.
Tidak ada
yang namanya 'Cinderella'
dan 'Putri Kaguya' dalam cerita
dongeng dunia ini. Mungkin ada cerita yang serupa, tetapi jika dia adalah
manusia murni yang lahir di dunia ini, mendengar nama 'Cinderella' atau 'Putri
Kaguya' seharusnya membuatnya bertanya, “Siapa?”
Namun, bukannya merasa bingung, Elise
justru terlihat senang ketika mendengar
kedua kata itu.
Dia juga
mengatakan bahwa dia bisa dekat dengan Pangeran Kedua karena ada anak baik yang
menunjukkan contoh, yang mungkin merujuk pada cerita utama [Kizuyoru].
Bagaimanapun juga, sekarang aku bisa menghadapi
Elise tanpa ampun dan menghancurkannya secara menyeluruh.
Kemudian
aku memeriksa kalender yang mencantumkan jadwal akademi untuk seminggu ke depan, kembali ke dalam ruang kelas, dan berhasil melewati pelajaran hari
itu.
※
※ ※
“Fine,
besok kita harus pergi ke sekolah sedekat mungkin.”
“H-Haa…”
Setelah
pulang sekolah, aku langsung menyampaikan hal itu kepada Fine saat kembali ke
rumah.
“Besok,
Elise akan memberikan ultimatum terakhirnya
kepadamu. Itu akan menjadi
sinyal untuk serangan balik kita.”
“Ultimatum
terakhir? Apa
maksudnya…?”
“Itu
berarti dia akan memaksamu untuk dikeluarkan dari Akademi Sihir Kerajaan. Elise
sendiri mengatakan bahwa dia akan melakukannya besok, jadi menurutku informasi ini cukup
dapat dipercaya.”
“Di-Dikeluarkan secara paksa!?”
Akhir
dari rute akhir buruk adalah
saat Fine dipaksa untuk menandatangani surat pengunduran diri. Meskipun dalam
timeline permainan itu adalah peristiwa yang masih jauh, sepertinya Elise
berencana untuk memaksakannya terjadi pada waktu ini.
Namun,
jika pengunduran diri itu bukan karena keputusan Fine sendiri, melainkan karena
surat pengunduran diri dari akademi, kita masih memiliki cara untuk melawannya.
“Kita
akan mengklaim kepada semua orang bahwa apa yang tertulis dalam surat
pengunduran itu adalah kebohongan belaka.
Dan kita akan membuktikan bahwa kamu tidak menggunakan sihir jahat dan tidak
pernah melakukan perundungan
terhadap Elise. Dengan cara duel.”
Di negara
ini, duel sangat dihormati, dan jika ada ketidakpuasan terhadap keputusan
seperti pengunduran paksa ini, seseorang dapat bertaruh segalanya dalam duel,
dan jika menang, keputusan tersebut dapat dibatalkan. Sekali lagi, duel sangat
dihormati di negara ini. Jika keputusan tersebut ditentang dengan cara seperti
itu dan seseorang menolak untuk berdiri dalam duel, maka kehormatan sebagai
bangsawan atau anggota kerajaan akan hancur.
“Tapi,
Yang Mulia Alberich dan Grime-sama adalah orang-orang yang diakui
sebagai ksatria dan penyihir istana profesional, ‘kan?
Bagaimana kita bisa…?”
Memang benar bahwa dalam permainan [Kizuyoru], meskipun level awal karakter
lain adalah satu, karakter target seperti Alberich memiliki status setara
dengan level lima meskipun level mereka juga satu.
Dan
sekarang, waktunya sudah
beberapa minggu sejak mereka naik ke kelas dua.
Jika mereka tidak aktif dalam meningkatkan level dan hanya mendapatkan
pengalaman dari karakter bos, mereka seharusnya sudah mencapai level sepuluh (dengan
status yang setara dengan level dua puluh).
Hal yang
sama juga berlaku untuk Fine, tetapi dia adalah
satu-satunya penyembuh dan buffer di dunia ini, dan karena kelemahannya, jika mereka bertarung secara langsung, dia
pasti akan kalah. Tentu saja, aku tidak berniat membiarkan Fine bertarung
sendirian. Namun, duel ini adalah untuk membuktikan bahwa Fine tidak bersalah.
Oleh karena itu, dia perlu berjuang setidaknya dalam batas tertentu.
“Tentu
saja, kamu akan diminta untuk berusaha lebih dari biasanya hingga hari duel. Apa
kamu siap untuk itu?”
“…Ya,
jika itu yang bisa aku lakukan, aku akan melakukan apapun.”
Fine
mengangguk dengan ekspresi penuh tekad.
“Baiklah.
Maka Fine akan──”
Aku mulai
membicarakan persiapan dan rapat strategi untuk hari duel. Ketika semuanya
selesai dibicarakan, matahari sudah terbit, tetapi kami tidak merasakan kantuk
atau kelelahan.
“Baiklah,
kalau begitu, sesuai rencana.”
“Ya!”
Kami meninggalkan
rumah untuk menghadapi mereka dengan tantangan.
※
※ ※
“Kamu memang
tidak pernah kapok ya, ya? Kamu benar-benar tidak
memiliki kemampuan belajar.”
Begitu
Fine tiba di akademi, dia bertemu dengan Alberich dan yang lainnya yang
menunggu di gerbang utama, dan Eugene langsung menyerangnya. Di sekeliling
mereka ada kerumunan yang terdiri dari para ‘sleeve-holder’.
Mungkin ini semua sudah dipersiapkan untuk merendahkan Fiene secara menyeluruh
sejak sehari sebelumnya.
Namun,
Fine sama sekali tidak gentar, dan dengan
tatapan penuh tekad, dia membalas tatapan Eugene tanpa berkata-kata.
“…Sial.
Apa-apaan sih dia ini!?”
“Sudah cukup, Eugene. Biarkan aku yang akan menghabisi wanita jahat ini!”
Eugene,
yang merasa tertekan oleh tatapan Fine, secara refleks mundur, tetapi sebagai
gantinya, Alberich berdiri di depan Fiene.
“Fine
Staudt.
Kamu telah menggunakan sihir jahat dan membahayakan nyawa siswa, serta
menyebarkan rumor jahat dengan merundung
Elise Ringstadt, dan
meskipun bukti dari kejahatan ini telah ditunjukkan, kamu tidak mengakuinya.
Keberadaan wanita jahat sepertimu akan merusak martabat Akademi Sihir Kerajaan.
Oleh karena itu, Fine Staudt, aku memerintahkanmu untuk
dikeluarkan secara paksa.”
Ketika
Alberich memberinya surat
pengunduran, kerumunan menjadi heboh.
“…Jadi
itulah alasan kamu ingin mengeluarkan aku,
ya?"
“A-Ah, ya. Memang…?”
Fine
dengan tenang bertanya kembali dan melihat ke arahku.
──Kalau begitu, sekarang saatnya aku
memulai tugasku.
“Aku
menyatakan bahwa itu hanyalah fitnah.
Dan untuk membuktikannya, aku menantang Yang Mulia Pangeran
untuk duel!”
“Apa,
duel!?”
“Haha,
lucu sekali. Memangnya
kamu pikir kamu bisa mengalahkan kami yang berada di peringkat tertinggi dalam
ujian umum!?”
Pernyataan
duel Fine membuat Alberich dan yang lainnya tertegun sejenak, tetapi segera
mereka menertawakan itu.
“Selain
itu, kami ada empat orang. Meskipun kamu bisa menggunakan sihir jahat, mana mungkin kamu bisa menang
sendirian──”
“Kalau
begitu, aku akan berpasangan dengan Nona Fine.”
Aku menyela perkataan Alberich dan mengangkat
tangan untuk menyatakan dukunganku kepada Fine, lalu berdiri di sampingnya
setelah menggeser kerumunan.
“Kamu
siapa?”
Alberich
menunjukkan ekspresi murka. Itu adalah reaksi yang wajar.
Tiba-tiba seorang bangsawan rendah yang bukan bagian dari kelompok mereka
menginterupsi dan muncul dengan percaya diri.
Sementara
itu, aku mengabaikan sikap pangeran
kedua dan membuka mulutku.
“Namaku
Ash Leben, putra kedua dari keluarga Leben. Senang bisa berkenalan denganmu.”
“Leben?
Aku belum pernah mendengar nama keluarga itu.”
“Wajar saja.
Karena keluargaku adalah bangsawan
tingkat bawah yang tidak pernah mencapai prestasi besar selama beberapa
generasi.”
Aku
menjawab Alberich dengan sikap santai.
“Kamu
tahu apa artinya mengajukan tantangan dalam duel ini, kan!?"
“Tentu
saja.”
Melihat
sikapku yang masih tenang,
Alberich menjadi kesal dan mengangkat suaranya untuk menanyakan konsekuensi
dari tindakan ini. Saat aku menjawab tanpa ragu, pangeran kedua itu menggigit
giginya.
──Di
belakangnya, Elise yang tersembunyi menatapku dengan ekspresi bingung dan tidak
senang, seolah berkata, “Kenapa
kamu di sini?” dan “Kamu sudah membuat masalah yang merepotkan.”
“Duel
ini akan dilakukan antara kami berempat dan kalian berdua. Apa kamu benar-benar
setuju dengan itu?”
Lalu pada
saat itu, Recon memaksakan diri untuk mengalihkan
pembicaraan dan mengonfirmasi kembali kepadaku dan Fine.
“…Ya,
itulah yang kami inginkan.”
“Aku
juga tidak akan mengubah niatku. Atau apa kalian benar-benar hanya ingin
berempat? Bukankah lebih baik jika Nona Elise
juga ikut bergabung?”
“Tidak,
aku tidak akan membiarkan orang-orang bodoh sepertimu melibatkan Elise!”
Ketika
aku mengusulkan agar Elise ikut berpartisipasi,
ekspresi kemarahan muncul di wajah pangeran Alberich.
“Permintaan
kami adalah 'mengakui bahwa rumor yang menyebutkan Fine telah membahayakan
nyawa Yang Mulia Pangeran
dan mengganggu Elise-sama
adalah fitnah, dan
bahwa pemberitahuan pengeluaran dari Pangeran Alberich adalah tidak adil, serta
meminta maaf kepadanya.
Dan tidak akan pernah lagi membahayakannyaa
atau orang-orang terdekatnya.' Apa permintaan Yang Mulia Pangeran?”
“Fine
Staudt,
dan Ash Leben! Kami tidak ingin melihat sampah seperti kalian berdua bahkan di
sudut pandang kami! Permintaan kami adalah mengusir kalian dari negara ini dan
tidak pernah membiarkan kalian menginjakkan kaki di tanah ini lagi!”
Jadi,
permintaan mereka adalah mengusir kami tidak hanya dari akademi tetapi juga
dari kerajaan Lacreshia selamanya.
“Kalau
begitu, mari kita bertarung dengan syarat itu.”
“Apa
kamu yakin? Jika kamu kalah dan merengek
untuk kembali, kami tidak akan ragu-ragu mengusir kalian dari negara ini?”
“Ya,
tidak masalah. Fine juga setuju, ‘kan?”
“Ya.
Sejak awal, aku tidak berniat kalah.”
Orang
yang bereaksi paling jelas terhadap kata-kata Fine adalah Elise, yang
bersembunyi di
belakang Pangeran Alberich. Dia menggigit kukunya sambil berbisik, “Padahal aku sudah berhasil sampai sejauh ini, tapi…”,
menunjukkan rasa kesalnya.
Tentu
saja, aku berencana agar dia merasakan penghinaan yang lebih kuat setelah ini.
“Sebagai
sedikit belas kasihan, kami akan mempertimbangkan pendapat kalian mengenai
tanggal duel. Tentu saja, aku tidak akan membiarkan ini ditunda sampai upacara
kelulusan.”
“Bagaimana
kalau seminggu dari sekarang?”
“…Baiklah.
Maka seminggu dari sekarang, di dalam arena koloseum
akademi, aku akan menghancurkan kalian tanpa ampun.”
Setelah
menjawab demikian, Alberich mendengus dan membawa kroninya serta Elise menuju gedung
sekolah. Aku pun meninggalkan kerumunan yang tertegun, melangkah dengan percaya
diri bersama Fine melalui gerbang utama Akademi Sihir Kerajaan.
※
※ ※
“Oi, oi, oi, Ash! Kamu seriusan!?”
Setelah
menyelesaikan proses pengajuan cuti belajar selama seminggu dan keluar dari
ruang staf, Ian mendekat dengan wajah benar-benar cemas.
“Ah,
maksudmu tentang duel?”
“Memangnya
ada hal yang lain! Apa kamu benar-benar
berpikir bisa mengalahkan keempat ksatria itu!? Atau kenapa kamu malah berpihak
kepada Nona Fine di sana!?”
Suara
keras Ian tentu saja terdengar oleh siswa-siswa di sekitarnya yang menjaga
jarak dariku, dan tatapan mereka serentak mengarah ke sini.
Kalau aku
berada di posisi mereka, mungkin aku akan melakukan hal yang sama, jadi aku
tidak terlalu memikirkan itu.
“Pertama-tama,
aku mengangkat tanganku karena
aku yakin bisa menang. Aku tidak berniat bertanding dalam pertandingan yang
sudah tahu aku akan kalah.”
Kata-kataku
membuat beberapa bangsawan rendah berseru, “Oh!” sementara yang lain melontarkan
tatapan penuh penghinaan, mengatakan, “Kamu cuma
bicara omong kosong”.
“Dengar,
meskipun kita tidak pernah sekelas, Pangeran Alberich dan tiga orang lainnya
adalah jenius yang diakui oleh kesatria pengawal dan penyihir istana, tahu
tidak!? Memang kamu juga
cukup kuat, tapi dibandingkan dengan mereka──”
“Aku
tahu tentang itu. Dan dengan pengetahuan itu, aku yakin bisa menang, jadi aku
memutuskan untuk ikut duel”
“Jadi
kenapa kamu
berpihak pada Nona Fiene!? Kamu
tahu posisi dia di akademi ini, kan!?”
…Hmm,
bagaimana aku harus menjawab ini? Sekarang bukan waktu yang tepat untuk mengungkapkan
ancaman yang diterima Nona Fine dari Pangeran Alberich.
“Karena
aku tertarik, mungkin?”
“O-Oi,
itu berarti kamu──”
“Maaf,
aku tidak punya waktu sekarang.
Kita bisa membahas detailnya setelah duel selesai. Oh, dan jika ada taruhan
tentang siapa yang menang antara aku dan Pangeran Alberich, aku sarankan kamu bertaruh padaku.”
Bagaimanapun juga, semua prosedur yang diperlukan
sudah selesai. Sekarang, satu-satunya yang harus kulakukan adalah berlatih
keras selama seminggu ini untuk membuktikan ketidakbersalahan Fine.
Dengan
pemikiran itu, aku meninggalkan Ian yang tertegun dan pulang ke rumah, menuju
tempat pertemuan yang dijanjikan dengan Fine, yaitu dungeon "Menara
Pengintai" yang terdekat dengan ibu kota.
Sebelumnya | Daftar isi | Selanjutnya