Chapter 19 — Bonus SS Volume 5 — Yuki-Chan Dan Ayano-Chan Tampaknya Telah Kembali Ke Masa Kecil Mereka
“Apaan
nih? Kelihatannya seru banget.”
Yuki
bergumam pada dirinya sendiri setelah menonton video mahasiswa yang
bermain-main di taman dengan saling melempar balon air. Lebih tepatnya, balon
air itu sendiri yang menarik perhatiannya.
Balon air
itu sepertinya dibuat dengan menuangkan air melalui tabung dengan balon yang
melekat di ujung lainnya mirip seperti buah anggur matang, tanpa perlu repot-repot
mengisi setiap balon satu per satu. Mata Yuki mulai berkilau saat melihat balon-balon
air mengembang satu demi satu secara berturut-turut sebelum jatuh ke dalam
ember yang ditempatkan di bawahnya ketika mereka mengembang melewati berat
tertentu.
“Heeh ~
musim panas, ya ... sepertinya sudah waktunya bagiku menghidupkan kembali masa
kecilku juga ...”
Sambil
menatap ke luar jendela, Yuki mengucapkan kalimat
norak yang sama sekali tidak keren. Pada
saat yang bersamaan, Ayano masuk sembari membawa secangkir teh.
“Permisi…?”
Begitu
dia memasuki ruangan, Ayano berkedip beberapa
kali ketika kedatangannya
segera disambut dengan seringai. Pada saat itu sudah diputuskan bahwa dirinya
akan menjadi korban dalam ulah iseng majikannya.
◇◇◇
“Hah?
Onii-chan enggak ada di sini?”
“Ya, Ia baru saja pergi, kok?”
Yuki yang
tahu betul kalau dirinya tidak bisa melakukannya di taman atau tempat umum yang
terbuka, menuju rumah kakek-nenek
dari pihak ayahnya ... tapi sayangnya, keberadaan Masachika
tidak ditemukan di mana pun.
“Maaf
tentang ini ya,
Yuki-chan. Sebenarnya, nenek juga harus pergi sebentar dulu ... Nenek diminta
untuk membantu Kakek
sebelumnya.”
“Eh?
Bukannya Ojii-chan berjalan-jalan dengan
Riru? Jangan bilang dia terluka?”
“Bukan
begtu. Riru duduk di depan toko yakitori, dan tidak mau pergi dari sana”
“Damai
banget, oi? Hati-hati di jalan ya, Nek.”
Setelah
melihat kepergian neneknya yang berangkat untuk membawa pulang anjing itu, Yuki
mencari-cari di ruang penyimpanan di taman. Dia menemukan pistol air, kolam
plastik yang biasa dia gunakan ketika dia masih kecil, serta inflator.
“Ohhh~ kebetulan banget, tidak
diragukan lagi aku bisa menghidupkan kembali masa kecilku dengan barang-barang
ini. Mari kita bermain dengan ini nanti. "
Dengan
mata berbinar penuh kegembiraan, Yuki menyisihkannya dan mengambil sepasang
ember biru yang dicarinya. Dia kemudian mengisinya dengan air dan segera
membuat balon air.
“Ooh~”
“Ini
kelihatannya cukup menarik.”
Air
dituangkan ke dalam beberapa balon sekaligus dari tabung yang bercabang, dan
satu demi satu balon air terbentuk. Setelah bersorak kecil melihat pemandangan
itu, Yuki dan Ayano berganti dengan seragam renang sekolah dan mengambil posisi
di kedua ujung taman. Di kaki mereka ada seember balon air.
“Tanpa
basa-basi lagi, mari kita mulai ... pertempuran balon air kita tanpa
kehormatan!”
Yuki
menyatakan dengan senyum kecut, dan Ayano mengangguk tanpa ekspresi. Kemudian,
Yuki meraih salah satu balon air dan melemparkannya sekuat tenaga sebagai
tembakan peringatan.
“Hyoi!”
Lemparan
pertama yang dilemparkan dengan suara yang bersemangat tinggi, menandai awal
pertempuran ... tapi sayangnya, lemparannya justru meleset jauh dari sasarannya
dan menghantam dinding dengan keras.
“...
Lah?”
“.....”
Suasana
yang tak terlukiskan mengalir melalui taman musim panas. Sambil berdeham untuk
menutupi keadaan, Yuki mengambil balon air
kedua dan sekali lagi melemparkannya ke arah tubuh Ayano.
“Huph!”
Balon
airnya kembali dilemparkan ... dan kali ini, balon air itu menghantam tanah
jauh di depan Ayano dan hanya berfungsi untuk melembabkan tanah. Saat
keheningan kembali menyelimuti, Yuki mendongak kaget dan menatap balon-balon
air di dalam ember. Kemudian, dia bergumam dengan suara yang penuh kengerian.
“Ja-Jangan
bilang ... yang begini juga dianggap sebagai 'bola'!?”
Yuki dan
Masachika sangat berbakat dalam berbagai bidang. Namun, di sisi lain, mereka
sangat payah dalam permainan bola. Mereka berdua seolah-olah mendapat kutukan
bola karena bola yang datang ke arah mereka selalu saja menghantam di tempat yang menyakitkan, dan jika mereka
melempar atau menendangnya.... Seperti yang bisa dilihat, itu adalah usaha yang
sia-sia.
“Sungguh
takdir yang kejam sekali ... kalau begini sih, tidak bisa dibilang menjadi
pertempuran ...”
Sambil
menjatuhkan bahunya dengan kecewa, Yuki menyadari bahwa tidak ada serangan
balik yang datang dan melihat ke arah Ayano.
“...Ada
apa?Aku tidak keberatan kalau kamu terus menyerangku, tau?”
“Ah. Umm…”
“Sekarang
bukan waktu untuk berpikir tentang bersikap kasar. Jangan khawatir tentang
etiket majikan dan pelayan. Jadi kamu boleh menyerang kapan saja, oke?”
“Ka-Kalau
begitu ...”
Setelah
diminta oleh Yuki, Ayano dengan canggung mengambil balon air dan melemparkannya
ke arah Yuki.
“Eei~!”
...
dengan matanya tertutup rapat.
“Lemparan
begitu sih takkan mengenaiku.”
Balon air
tersebut melayang di udara dalam garis lurus, dan seperti yang diprediksi Yuki,
balon air menabrak tanah dan pecah menjadi air. Ayano mengumpulkan sisa-sisa
balon air pecah dan menempatkannya di ember terdekat. Yuki tersenyum padanya
saat dia melakukan begitu ...
“Ternyata ini berbeda dari yang aku bayangkan!!!”
Dia
menggelengkan kepalanya dan berteriak dengan sekuat tenaga. Bahu Ayano
tersentak kaget ketka dia mengangkat tangannya dalam pose yang aneh.
“Sekarang
kita sedang dalam pertempuran! Kenapa kamu malah menahan diri dengan memungut
sampah seperti itu! Ayo tunjukkan nyalimu!”
“Ta-Tapi
...”
“Mati dan
hidup tidak masalah! Sudah kubilang aku akan menghidupkan kembali masa kecilku!
Aku akan melakukan segala cara untuk mengembalikan usia mentalmu!!”
“Bahkan
jika Anda mengatakan itu…”
“Lihat
bagian itu! Jangan bicara dengan cara bicara formal! Bertingkahlah seperti
teman masa kecil yang normal dan kembalilah ke masa-masa kecil kita!”
“E-Ehhh
...?”
“Sekarang,
ayolah!”
Yuki
menurunkan pinggulnya dan menggenggam tangannya. Mata Ayano berkeliaran tanpa
tujuan sebelum dia menganggukkan kepalanya sebagai tanda menyerah.
“Saya
paham.”
“Paham?”
“Ak-Aku
mengerti, oke? Yu...ki-chan?”
Mendengar
ucapan penurut Ayano yang canggung, mata Yuki membelalak sejenak, lalu dia
tersenyum.
“Yup ...
ya, itu bagus! Yosh ~! Sekarang aku akan menghidupkan kembali masa kecilku
juga!”
Ketika
Yuki menyatakan begitu dengan gembira, dia mengacungkan jari telunjuknya ke
langit dengan sekejap.
“Ayo
bersiaplah! Mode malaikat, aktifkan~☆!”
Jika ini
adalah anime fantasi, adegan transformasinya akan dipenuhi dengan berbagai
cahaya dan efek suara. ... Pada kenyataannya, tentu saja, tidak ada efek
semacam itu. Setelah beberapa detik misterius berlalu, Yuki tersenyum polos ke
arah Ayano.
“Kalau
gitu ayo kita mulai, Ayano-chan!”
“Y-Ya! Uh
... oke! Yuki-chan. “
Maka,
untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, mereka menyingkirkan hubungan
majikan dan pelayan, lalu bermain seperti anak-anak. Tapi tiga puluh menit
kemudian…
“Fumu ...
entah bagaimana, sekarang ... aku benar-benar ingin bermain dengan Onii-chan.”
Di sana
ada sosok Yuki yang duduk di dalan kolam plastik mirip seperti bos mafia yang duduk di atas sofa. Tidak ada jejak
kepolosan yang tersisa sampai saat itu. Sebaliknya, mungkin sebagai reaksi atas
kepolosan yang dia
tunjukkan dalam mode malaikat, sekarang tidak ada lagi kepolosan yang tersisa, kecuali
ekspresi jahat.
Ayano
disuruh mandi terlebih dahulu, dan Yuki menatap langit musim panas dengan
pistol air di tangannya.
“Heh.
Musim panas, ya ... musimnya untuk si bajingan mesum beruntung.”
Yuki
melontarkan kalimat yang menyebalkan dengan senyum nihilistik di wajahnya.
Kemudian, Yuki menyeringai jahil saat mendengar suara gerbang besi terbuka.
Sebelumnya | Daftar isi | Selanjutnya