Chapter 20 — Bonus SS Volume 5 — Sensei~ Ketua Dan Wakil Ketua Masih Terus Bermesraan Di Depan Orang Terluka ~
“Fuh,
fuh.”
“A-Alya-chan,
apa yang sudah kamu lakukan... Kuze-kun, kamu baik-baik saja!?”
Masachika
yang terkena sepatu yang dilemparkan Alisa tepat di wajahnya jatuh tanpa
mengeluarkan suara. Melihatnya tidak bergerak sama sekali, Maria merasa
khawatir dan berlari mendekatinya meskipun hanya mengenakan pakaian dalam.
Kemudian,
dia mengambil kemeja Alisa yang menutupi wajah Masachika dan──
“…Ara?”
“Masachika,
kun…? Eh, tidur?”
“Bagaimana,
ya? Sepertinya tidak ada benjolan…”
Maria
mengelus belakang kepala Masachika dengan khawatir, sementara Alisa mengamati
dengan sedikit canggung. Keduanya hanya mengenakan kaus kaki dan pakaian dalam.
Dari sudut pandang orang luar, pemandangan itu cukup mencolok.
Tiba-tiba,
ketika Maria sedikit mengangkat kepalanya,
darah mengalir dari lubang hidung Masachika.
“Ah,
eh? Hidungnya mimsan…”
Apa mimisan ini disebabkan karena sepatu yang menghantam
wajahnya, atau…
“…”
“…”
Dalam
keheningan yang canggung, Alisa secara diam-diam mengulurkan tisu, dan Maria menyumbat hidung Masachika.
“…Untuk
sementara, mari kita ganti pakaian dulu?”
“Ya,
benar.”
Dengan
suasana yang canggung, mereka berdua meninggalkan Masachika sejenak dan
cepat-cepat mengganti pakaian seragam baru. Selama itu, Masachika tidak
terbangun sama sekali. Setelah selesai mengganti pakaian, mereka saling
memandang, merasa bingung
harus berbuat apa.
“────iya.”
“──jadi,────kan?”
Saat itu,
dari luar ruang OSIS, mereka
mendengar suara yang sudah dikenal. Mendengar suara itu, Alisa dan Maria
langsung mengangkat wajah mereka, dan beberapa detik kemudian, pintu ruang
dewan siswa dibuka dengan suara keras.
“Eh?
Kenapa terkunci?”
“Ah,
maaf~!”
Mendengar
suara Chisaki yang curiga dari balik
pintu, Maria segera membuka kunci. Di sana, terlihat Touya dan Chisaki dengan ekspresi
bingung.
“L-Loh~
Kalian berdua? Ada apa?”
“Eh,
seharusnya kami yang bilang begitu…
Aku dan Touya baru
saja berbicara dengan guru tentang festival sekolah, dan kami datang untuk
menaruh dokumen ini…”
Mendengar
itu, Maria secara instingtif berpikir, ‘Sekarang
bukan waktu yang tepat untuk masuk’. Karena, suasananya sudah seperti
lokasi kejadian.
“Oh,
begitu~? Terima kasih atas kerja
kerasnya~ Oh, aku akan meninggalkan dokumen itu di sini untukmu~”
“Eh,
tidak, aku bisa menaruhnya sendiri… Maksudku, ada apa? Apakah ada sesuatu di
dalam?”
Maria
membuka satu sisi pintu ganda, tidak bergerak dari tempatnya, dan Touya bertanya dengan bingung. Maria
menjawab dengan sedikit cemas dan suara pelan.
“Saat
ini, Alya-chan sedang mengganti pakaian
seragam baru di dalam…"
“Ah,
oh, begitu.”
Begitu mendengar
kata-kata Maria, Touya
mengalihkan pandangannya dengan canggung dan menyerahkan dokumen yang
dipegangnya kepada Maria.
“Kalau
begitu, bisa tolong taruh ini di atas mejaku?”
“Baik~”
Ketika
Maria mencoba mengambilnya dan melepaskan tangan dari pintu,
“──Ada
bau darah.”
Saat
Chisaki menggumamkan hal itu, dia tiba-tiba menyelinap melewati Maria dan
memasuki ruangan.
“Ah,
Chisaki-chan!”
Tanpa
menghiraukan suara Maria, Chisaki melihat ke dalam ruangan. Dan,
“!
Kuze-kun!”
Dia
menemukan Masachika terbaring
di belakang sofa dan berlari mendekat. Dia meletakkan tangannya di leher
Masachika, dengan ekspresi ketakutan.
“I-Ia sudah
mati…”
“Ia tidak
mati!”
“Eh,
maaf. Aku hanya ingin mencoba mengatakannya saja.”
Dengan
komentar tajam Alisa, Chisaki tersipu malu-malu
dan berdiri.
“Jadi,
sebenarnya apa yang terjadi di sini?
Kuze-kun?”
“Ah,
itu…”
“Ah,
haha…”
Alisa
yang tampak canggung dan Maria yang tersenyum cemas.
“Ada
apa? Memangnya ada sesuatu yang terjadi pada Kuze?”
“Ah~
kamu boleh masuk sekarang, Touya.”
Dengan
dorongan dari Chisaki, Touya masuk
dengan ragu-ragu ke ruang OSIS.
Lalu, saat ia melihat
Masachika terbaring di belakang sofa dengan hidung tersumbat, ekspresinya sulit
untuk dijelaskan.
“…Sebenarnya,
apa yang terjadi?”
Touya
bertanya demikian, namun kedua gadis itu hanya mengalihkan
pandangan. Saat itu, bel tanda masuk berbunyi, dan keempatnya langsung melihat
jam.
“Ah,
gawat. Jam pelajaran
kelima akan dimulai.”
“Ya,
benar… Kurasa apa boleh buat. Untuk
sementara, aku akan membawa Kuze ke ruang kesehatan, jadi dik Kujou, apa kamu bisa menyampaikan detailnya ke guru
kesehatan?”
“Tunggu
sebentar, Touya. Jika
ketua OSIS datang terlambat ke kelas, itu akan menjadi
masalah, jadi biar aku saja yang akan membawa Kuze-kun.”
“Tidak,
itu──”
“Tenang
saja, aku akan cepat──”
Setelah Chisaki mengatakan itu dan mencoba
mengangkat Masachika,
“Chisaki!”
Touya mengeluarkan suara tajam, dan Alisa
serta Maria terkejut hingga pundak mereka bergetar. Chisaki juga menatap Touya dengan wajah sedikit
terkejut.
“…Apa?
Ada apa, Touya?”
“Ah,
tidak….”
Ketika
mellihat tatapan pacarnya yang sedikit menuduh, Touya menggaruk pipinya dengan
canggung. Sambil mengalihkan pandangan, ia berkata pelan.
“Meski
dengan Kuze, tapi tidak
sepantasnya kamu melakukan itu yang
membuat tubuh kalian terlalu
dekat…”
“Touya…”
Touya dengan
malu-malu mengungkapkan kecemburuannya kepada pacarnya. Chisaki terlihat
terkejut sejenak, lalu tersenyum dengan campuran rasa malu dan senang.
Kemudian,
“Ugh!
Duhh Touya,
kamu ini!”
Demi
menyembunyikan rasa malunya, Chisaki mencoba menyikut bahu Tōya.
“Ah──”
Sikut Chisaki
meluncur dari bahu Touya dan
mengenai dagunya dari belakang. Segera setelah itu, tubuh besar Touya mulai
sempoyongan dan jatuh ke tanah tanpa suara.
“Eh~…”
“Ara~…”
“Ah,
ma-maafkan aku, Touya…”
Sebelum Touya jatuh ke lantai, Chisaki
menangkap tubuhnya dan mengerutkan alisnya. Kemudian, dia melihat ke arah Masachika dan
menatap Alisa seolah menyadari sesuatu.
“…Mungkin
Kuze juga?”
“…Ya,
begitulah.”
“Ah~…”
Mereka
saling memahami di tempat yang tidak terduga, dan Chisaki serta Alisa
menunjukkan wajah yang sulit dijelaskan.
“Untuk
sementara… mari kita bawa mereka berdua ke ruang kesehatan?”
“Ya,
benar.”
“Be-Betul.”
Setelah
itu, Touya dan Masachika dibawa ke ruang
kesehatan oleh para gadis, dan pemandangan itu dengan cepat menyebar sebagai
rumor di seluruh sekolah, memunculkan berbagai spekulasi tentang apa yang
terjadi.
Namun,
karena semua pihak yang terlibat tetap diam, kebenarannya terpendam dalam
kegelapan… suasana yang seolah-olah ingin dihindari itu justru semakin memicu
rasa penasaran. Peristiwa ini dinamakan 'Misteri Siswa Setelah Liburan
Musim Panas' dan menjadi topik pembicaraan di seluruh
sekolah selama beberapa minggu.