Bab 3 — Di Antara Reaksi
Bagian 2
Setelah
kembali ke mansion, aku
segera memberitahu Narika
tentang apa yang terjadi hari ini.
“Jadi,
kita akan memperkuat keamanan Shimax dengan Horizon Viewing.”
“Dimengerti!”
Setelah
berbagi informasi produk yang aku terima dari Horizon, kami berdiskusi dan
memutuskan untuk menerapkan Horizon Viewing di Shimax sesuai rencana.
“Aku yang
akan menjadi penghubung untuk transaksi dengan Horizon, ya?”
“Ah,
aku tidak berniat mengambil prestasi Itsuki!”
Kekhawatiran
itu sebenarnya tidak pernah ada. Sederhananya, karena aku yang melakukan riset
tentang produk Horizon, aku hanya ingin bertanggung jawab sampai akhir.
Karena
aku sudah mendapatkan izin dari Narika,
aku segera mulai melakukan transaksi dengan Horizon Corporation dalam permainan
manajemen.
Ngomong-ngomong,
Presiden Sorano sempat menyebutkan tentang trik...
(…Eh? Jika dilihat lebih dekat, ada formulir
input.)
Aku menemukan formulir input aneh di sudut
layar transaksi.
Dengan
mencoba memasukkan angka dan huruf yang tertera di catatan yang diberikan oleh
Presiden Sorano, aku mencoba untuk mengisi formulir tersebut.
Kemudian—harga
Horizon Viewing menjadi lebih murah.
“...Oh,
jadi maksudnya trik seperti ini.”
Trik ini
adalah cara untuk mencerminkan negosiasi di dunia nyata ke dalam permainan.
Perusahaan
pemasaran yang diperkenalkan oleh Asahi-san juga serupa. Karena perusahaan itu
dikelola oleh siswa, mereka
memberikan diskon langsung dengan alasan “karena diperkenalkan oleh Asahi-san,”
tetapi Horizon dikelola oleh AI, jadi mungkin itulah cara mereka memberikan
diskon.
Sungguh,
ini adalah permainan yang dibuat dengan sangat
baik.
Permainan
ini dapat mencerminkan hubungan di dunia nyata dengan baik.
“Narika, sepertinya harganya lebih
murah dari yang aku kira.”
“Eh,
aku merasa senang sih, tapi...
kenapa bisa begitu?”
“Mungkin,
karena presiden adalah orang yang sangat baik.”
Manajemen
adalah sesuatu yang dilakukan oleh manusia.
Oleh karena
itu, ada kalanya kita diselamatkan oleh sifat manusiawi seorang pengusaha.
Tentu saja, sebaliknya juga bisa terjadi.
“Tapi,
Itsuki benar-benar luar biasa. Tak
kusangka kamu
akan mengunjungi perusahaan aslinya...”
“Itu
karena kebetulan ada kesempatan. Secara
pribadi aku juga tertarik.”
“Kalau itu aku,
meskipun ada kesempatan, aku pasti
akan merasa tertekan dan tidak akan bisa pergi...”
Dari
reaksi Presiden Sorano, sepertinya orang
seperti diriku adalah tipe yang langka, jadi tidak masalah jika
Narika tidak bisa melakukannya.
“Ngomong-ngomong,
Itsuki. Apa kamu punya waktu luang hari
Sabtu ini?”
“Hari
Sabtu? Ah, aku bebas, kok.”
“Kalau
begitu, maukah kamu datang ke rumahku?”
Ke rumah Narika?
“Akhir-akhir
ini, aku terus dibantu oleh Itsuki.
Ada juga keinginan untuk mengucapkan terima kasih... Selain itu, ayahku ingin
meminta maaf tentang kesalahpahaman di masa kecil dulu.”
“Kesalahpahaman...
oh, yang itu?”
Dulu,
ketika aku menginap di rumah Narika, aku merasa tidak disukai oleh ayahnya,
Musashi-san. Baru setelah kompetisi selesai, aku tahu bahwa itu adalah kesalahpahaman.
Aku
merasa kesalahpahaman itu juga ada di pihakku... tetapi sepertinya Musashi-san
ingin mengadakan pertemuan lagi. Jika begitu, aku tidak punya alasan untuk
menolak. Ini adalah tawaran yang tulus dan aku sangat menghargainya.
“Jadi,
um... Sebenarnya, ini adalah saran dari ayahku, tapi kami berpikir, mengapa kalau kamu tidak sekalian menginap di rumahku
seperti dulu?”
“...Menginap,
ya?”
Sejujurnya, aku merasa senang.
Rasanya menyenangkan
sekali saat aku menginap di rumah Narika saat aku masih kecil dulu. Mungkin itu adalah salah satu
kenangan terindah dalam hidupku. Bagaimana mungkin aku tidak bersemangat
menginap di rumah yang begitu besar? Meskipun kesalahpahaman dengan Musashi-san
tetap teringat jelas di kepalaku.
Aku
pernah mengunjungi rumah Narika
saat semester pertama, tetapi saat itu aku tidak menginap.
Jika aku
bisa menginap di rumah itu lagi seperti dulu... pasti akan menjadi hari yang
menyenangkan.
“...Aku
akan bertanya kepada Konohana-san
juga.”
“Ah,
ya!”
Pertama-tama,
aku harus mendapatkan izin dari Hinako, Shizune-san, dan Kagen-san.
Dengan
pemikiran itu, aku mengunjungi kamar Hinako.
“Hmm... Itsuki?”
“Itsuki-san? Ada apa?”
Selain
Hinako, ternyata Shizune-san juga sedang berada di dalam kamar Hinako.
“Maaf
mengganggu saat belajar. Apa aku
boleh menginap di rumah Narika pada akhir pekan depan?”
Aku
bertanya kepada Shizune-san terlebih dahulu.
Tiba-tiba,
Hinako membuka matanya lebar-lebar.
“It-It-It-Itu...apaan...... maksudnya...!?”
“Eh?
Tidak, aku hanya ingin menginap saja...”
“Kenapa kamu sampai mau menginap...!?”
Aku merasa bingung mengapa dia begitu terkejut.
Pada saat
itu, Shizune-san mendekatiku dan
berbisik di telingaku supaya
Hinako tidak bisa mendengarnya.
“Itsuki-san. Sekadar penjelasan...
menginap di rumah lawan jenis bagi seorang pelajar SMA itu tidak biasa, tau.”
“Ah...
begitu. Tapi, bukannya sekarang aku sudah tinggal bersama
Hinako?”
“Itu dan
ini adalah dua hal yang
berbeda. Setidaknya bagi Ojou-sama.”
Berbeda...
ya?
Aku tidak
merasa bersalah, jadi aku akan menjelaskan situasinya.
“Yah, tidak ada alasan yang mendalam kok? Hanya saja, ayah Narika menyarankan agar kami
menghabiskan waktu seperti dulu.”
“O-Oh, begitu ya. Hmm...”
Sepertinya
keraguannya sudah teratasi.
Meskipun
aku merasa frustrasi, aku tidak akan dengan berani memberi tahu bahwa aku akan
menginap di rumah seorang gadis.
“...Baiklah, aku mengerti. Kamu boleh pergi.”
Hinako
mengizinkanku.
Ketika
aku melihat ke arah Shizune-san, dia mengangguk. Sepertinya tidak ada masalah.
“Hinako,
apa kamu juga mau ikut?”
“Aku
tidak mau. ...sepertinya rumah Itsuki dan Miyakojima-san sudah memiliki hubungan
sejak lama, dan aku ingin menghabiskan waktu tanpa ada orang lain.”
Yah, jika
topik masa lalu muncul dan Hinako ada di sampingku, mungkin rasanya memang akan
canggung.
“Terima
kasih. Kalau begitu, aku akan memberi tahu Narika
tentang ini.”
◇◇◇◇
Malam
Sabtu. Hinako berdiri di depan gerbang rumah bersama Shizune untuk mengantarkan Itsuki.
“Kalau begitu, aku pergi dulu ya.”
“Hmm...
selamat jalan.”
Sesuai rencana,
Itsuki berangkat menuju rumah Narika.
Mobil
keluarga Konohana yang mengangkut Itsuki
mulai bergerak perlahan dan akhirnya menghilang dari pandangan.
“Ojou-sama, apa benar-benar tidak apa-apa?”
“...Tidak
apa-apa. Aku tidak ingin mengambil tempat Itsuki
lagi karena diriku.”
Hal yang
teringat adalah kesalahannya yang dia temukan di akhir liburan musim
panas.
Secara
kebetulan, Hinako telah menugaskan Itsuki
sebagai pelayan di tempat penculikan yang terjadi. Karena itu, Itsuki kehilangan kehidupan
sehari-harinya yang dulu.
Walaupun Itsuki
sendiri tampaknya tidak terlalu peduli, tetapi hal tersebut membuat Hinako merenung.
Dia tidak
boleh lagi merebut tempat Itsuki
hanya karena keinginannya sendiri.
(Itsuki akan kembali dengan baik.
...Aku harus mempercayainya.)
Dia juga
membaca di manga shoujo.
Wanita
yang terlalu kegatelan akan
dibenci pria.
(Tapi... Miyakojima-san itu
keren...)
Dia adalah
yang tangguh bagi Hinako yang mengantarkan Itsuki dengan sepenuh hati.
Bagi
Hinako, Narika adalah
sosok yang menarik. Saat acara teh, dia menunjukkan sisi pemalu, tetapi itulah
yang membuat sikapnya yang anggun semakin menonjol. Dalam pelajaran olahraga,
Hinako masih belum bisa mengalahkannya... bahkan, dia merasa tidak mungkin bisa
menang melawannya. Seharusnya, untuk berperan
sebagai gadis sempurna, nilai Hinako selalu harus di peringkat teratas, tetapi
ayahnya bahkan berpikir bahwa apa boleh buat jika
dia kalah dalam olahraga dari Narika.
Meskipun
dia sangat keren...
tetapi dia memiliki sifat yang canggung dan tidak
pandai dalam berkomunikasi, yang pasti disukai Itsuki.
Tidak
adil. Posisi itu seharusnya milikku.
Itsuki adalah pengasuhku.
(Uuu... aku semakin tidak nyaman...)
Jika Itsuki tidak kembali dari rumah Miyakojima...
Jika dia
lebih menyukai rumah Miyakojima
dibandingkan rumah ini...
‘Hinako.
Mulai hari ini, aku akan menjadi pengasuhnya
Narika.’
Di dalam
kepalanya, Itsuki
mengucapkan hal seperti itu.
Jika itu menjadi kenyataan... dirinya mungkin akan pingsan karena syok.
“U-uuhhh~~~~...”
“Ojou-sama... betapa menyedihkannya...”
Hinako
terjatuh lemas dari lututnya dan meringkuk.
Dia
berusaha keras untuk menyembunyikan kecemasannya demi orang yang dicintainya.
Melihat punggung gadis yang anggun itu, Shizune menahan air mata yang menggenang di sudut matanya.
◆◆◆◆
(Sudut
Pandang Itsuki)
Di
depanku saat aku keluar dari mobil terdapat sebuah rumah panjang horizontal
yang tampak seperti kediaman samurai.
Sudah
lama sekali sejak aku tidak datang ke rumah
Narika. Suasananya masih megah
seperti biasa. Rumah keluarga Konohana tempatku tinggal sekarang dan rumah
Tennouji-san
adalah bangunan bergaya Barat, yang memberi kesan mewah, elegan, dan indah,
tetapi rumah bergaya Jepang memberikan kesan yang berbeda. Tenang, khidmat, dan
memiliki keindahan yang berbeda dari arsitektur Barat. Mungkin inilah yang
disebut sebagai wabi-sabi. (TN: Wabi-sabi adalah sebuah estetika dan
filosofi Jepang yang menekankan keindahan dalam ketidaksempurnaan dan siklus
alami kehidupan.)
“Anda Tomonari-sama, kan? Kami sudah menunggu.”
Aku melewati
gerbang sembari dipandu oleh pelayan keluarga Miyakojima.
Setelah menyusuri
jalan setapak dan masuk ke
dalam bangunan—.
“—Se-Selamat datang! Di kediaman Miyakojima!”
“Wah!?”
Dengan
suara yang ceria, kertas berwarna-warni beterbangan.
Aku menoleh
dan melihat Narika
memegang petasan crakcer sambil tersenyum canggung.
“...Apa
yang sedang kamu lakukan?”
“Ak-Aku...
hanya ingin memeriahkan suasana...”
Meskipun
niatnya membuatku senang, aku tidak bisa mengikuti karena terlalu mendadak.
Sepertinya
Narika bisa merasakan perasaanku, dan dia mendadak tampak lesu.
“...Hahaha,
aku memang tidak berguna. Selalu gagal. Tidak ada perkembangan sejak dulu...”
“Ah,
tidak!? Itu sama sekali tidak
benar!”
Aku tidak
ingin suasana canggung ini berlanjut, jadi aku berusaha membuatnya bangkit
kembali.
“Yah, aku senang! Asli, aku sangat menantikan hari ini loh~!”
“Be-Begitukah?
Apa kamu benar-benar senang!? Aku merasa usaha ini tidak sia-sia...!”
Sepertinya
suasana hatinya sudah merasa lebih
baik, jadi Narika tersenyum bahagia.
Saat itu,
seorang wanita berpakaian kimono muncul dari arah lorong.
“Tomonari-san, sudah lama tidak
bertemu.”
“...Sudah
lama tidak bertemu, Otsuko-san.”
Wanita
ini adalah Miyakojima Otsuko, ibunya
Narika.
Dia
terlihat cantik dalam balutan kimono
dengan rambut hitam yang dipotong rapi, memberikan kesan tenang. Kecantikan Narika mungkin diwarisi dari ayahnya,
Musashi.
Otsuko-san
melihatku dan menunduk dengan anggun.
“Terima
kasih banyak telah menemani lelucon putriku.”
“Lelucon!?”
Dengan
ucapan ibunya yang berlebihan, Narika
membuka matanya lebar-lebar.
Jika
Otsuko-san sudah menyadarinya,
seharusnya dia menghentikannya...
“Kamu pasti merasa lapar, ‘kan? Makan malam sudah siap, mari ke ruang tamu.”
“Ya.
Terima kasih atas sambutannya sampai besok.”
“Oh, sungguh anak yang sopan sekali. Aku berharap Narika bisa mencontohmu.”
Narika mengeluarkan suara erangan “Ugh” yang kecil.
Otsuko-san...
dia cukup sering menggoda Narika, ya...
Kami pun
bergerak ke ruang tamu bersama.
Di meja
makan besar, terdapat banyak hidangan yang disajikan.
“O-ohhh...”
Ini
adalah hidangan kaiseki yang otentik. Sushi, tempura, shabu-shabu, dan ikan air tawar yang dipanggang dengan garam.
Semua hidangan disajikan dengan warna yang cerah dan indah.
Tentu
saja ini adalah makanan untuk menyambut tamu, tetapi melihat hidangan semewah
ini membuat suasana hati menjadi ceria.
Sepertinya
Narika juga
merasakan hal yang sama.
“Ibunda, Anda
telah bekerja keras!”
“Ya. Aku
telah berusaha sebaik mungkin.”
Otsuko-san
mengatakan itu dengan sedikit senyum.
“Apa Otsuko-san sendiri yang membuatnya?”
“Aku
dibantu oleh pelayan juga, tetapi sebagian besar akulah yang membuatnya.”
Luar
biasa...
Entah
kenapa, Otsuko-san memiliki citra bisa melakukan segalanya, dan sepertinya itu
memang benar. ...Keterampilan itu sepertinya tidak diwariskan kepada Narika.
Ketika
aku duduk di samping Narika,
seorang pria masuk ke ruang tamu.
Pria yang
mengenakan kimono itu menatapku.
“Musashi-san.”
“...Kamu
sudah datang, ya.”
Musashi-san
menatapku dengan tajam.
“Umm, sudah lama tidak bertemu.”
“...Ah.”
“...”
“...”
...Eh?
Apa
kesalahpahaman sudah teratasi...?
Saat
kompetisi berlangsung,
Otsuko-san mengatakan bahwa Musashi-san hanya kurang pandai berbicara. ...Aku
ingin berpikir bahwa keheningan ini adalah hal yang sama.
“Yuk,
mari kita makan sebelum dingin.”
Semua
orang mengucapkan “itadakimasu” dan aku juga mulai
makan hidangan di depanku.
Dalam
hidangan kaiseki, ada urutan dan etiket tertentu, tetapi semua hidangan disajikan
di meja tanpa urutan. Mungkin suasananya diciptakan agar bahkan seseorang
seperti aku yang tidak tahu etiket seperti dulu bisa menikmatinya.
Pertama,
aku mengambil sup dan mencicipinya.
“...Rasa
ini.”
“Apa kamu
menyadarinya?”
Otsuko-san
tersenyum lembut saat melihatku terkejut setelah meneguk sup.
“Ini
adalah hidangan yang pernah aku sajikan untukmu dulu.”
“...Pantas
saja, rasanya begitu familiar.”
Aku
mengingat perhatian Otsuko-san saat menikmati rasa lembut dari sup tersebut.
“Dalam
permainan manajemen, sepertinya putriku sangat terbantu olehmu.”
“Tidak...
Aku hanya seorang konsultan, jadi itu hanya bagian dari pekerjaanku.”
Sepertinya Otsuko-san tahu juga tentang permainan manajemen.
Mungkin dia mendengarnya dari Narika.
“Itsuki tuh
luar biasa! Ia baru
saja memulai perusahaan kedua, tetapi sudah bisa berjalan dengan baik! Di
kelasku, semakin banyak orang yang memperhatikan Itsuki!”
“Aku senang mendengar pujianmu, tetapi sebenarnya, semuanya
berkat Narika yang
telah membantuku, ‘kan? Pekerjaan
pertamaku adalah konsultan untuk Shimax, jadi
dibilang aku sangat beruntung.”
“Apa yang
kamu katakan! Itu semua karena tindakan baik Itsuki...”
“Kalau
begitu, itu juga karena Narika...”
Saat aku
ingin membalas, aku tiba-tiba menyadari tatapan.
Otsuko-san
mengamati interaksi kami dengan senyuman.
“Bagus
sekali melihat kalian berdua begitu akur.”
Aku
merasa sedikit malu, jadi aku mengambil teh untuk menyembunyikan rasa maluku. Narika
juga melakukan hal yang sama.
“Narika. Aku perlu mengingatkanmu sekarang, jangan terlalu bergantung pada
Tomonari-san.”
“Y-Ya...”
Narika menunjukkan sikap menyesal.
Sebenarnya,
aku merasa tidak ada yang terlalu bergantung padaku...
“Kamu
juga, Tomonari-san.”
“Eh?”
Apa
maksudnya?
“Dari apa
yang aku dengar dari perkataan Narika,
sepertinya sekarang kamu dikelilingi oleh banyak wanita, ‘kan?”
“Tidak...
sebenarnya, itu tidak hanya tentang wanita...”
Misalnya masih ada Taisho, Kita, dan Ikuno. Tapi, sepertinya yang sering aku ajak bicara adalah Taisho saja...
“...Bukannya memang cuma ada wanita saja?”
Tatapan
dingin Narika
menusukku.
“Tomonari-san
memang selalu suka membantu orang. Hal itu sendiri merupakan sesuatu yang baik, tetapi
jika kamu terlalu peduli pada siapa saja...”
“...Jika
terlalu peduli pada siapa saja?”
Otsuko-san
tersenyum dengan ekspresi yang tampak dipaksakan.
“Suatu
saat, kamu akan ditusuk dari belakang.”
“Hii!”
Aku
terkejut, tetapi sepertinya itu terlalu berlebihan dari Otsuko-san.
Ketika
aku melihat ke arah Narika, dia
menatapku dengan mata yang tajam.
...Hei, Narika?
Kenapa
kamu tidak membantahnya?
Sebelumnya | Daftar isi | Selanjutnya