MrJazsohanisharma

Otonari no Tenshi-sama Jilid 10 SS 3 Bahasa Indonesia

 SS 3

 

“Fujimiya-chan.”

Tepat saat Amane hendak pulang setelah jadwal pekerjaan paruh waktunya, Oohashi memanggilnya untuk menghentikannya. Setelah berganti pakaian dari seragamnya menjadi pakaian kasual, dia memberi isyarat kepada Amane dengan lambaian cepat. Hal ini sedikit membuat Amane khawatir, membuatnya bertanya-tanya apa ada sesuatu yang mendesak telah terjadi atau apa ada masalah dengan penutupan. Namun, ketika Oohashi menuntunnya ke ruang istirahat, ia sedikit lega, meyakinkan bahwa itu pasti bukan sesuatu yang serius.

Meski begitu, Amane menguatkan dirinya, masih tidak yakin tentang apa semua ini. Anehnya, Oohashi bertindak canggung, hampir seperti dia sedang berjuang untuk menemukan kata-kata yang tepat untuk diucapkan. Wajahnya serius, dan bibirnya berkedut karena ketidakpastian.

“Apa ada sesuatu?” tanya Amane.

“Ahh… Hmm, yah, kamu bukan tipe orang seperti itu, jadi kamu mungkin tidak punya jawaban.”

“Aku tidak begitu paham, tapi apa kamu mencoba mencari tahu sendiri?”

Amane tidak terlalu memahami dengan tepat apa yang dimaksud dengan “itu”, jadi Amane mengabaikannya untuk saat ini. Namun, jelas bahwa Oohashi ingin menanyakan sesuatu padanya. Namun melihat sedikit rasa puas di wajah Oohashi, Amane menatapnya dengan penasaran, bertanya dalam hati apa dia sudah menemukan jawabannya sendiri. Mendengar itu, Oohashi dengan cepat menggelengkan kepalanya, bingung.

“Oh—jangan pedulikan aku. Ngomong-ngomong, tentang apa yang ingin kukatakan…”

“Ya?”

“Eh, ini lebih merupakan pertanyaan umum, tapi…sebenarnya, pendapat pribadimu juga tidak apa-apa, Fujimiya-chan.”

“Baiklah.”

“…Apa normal bagi pria untuk, kamu tahu, melakukan segala macam hal kepada seorang gadis yang bahkan tidak mereka sukai dengan cara seperti itu?”

Amane memiliki gambaran yang cukup bagus tentang apa yang dimmaksud Oohashi dengan pertanyaan itu—dan mengapa dia menanyakannya—yang hampir membuatnya meringis. Tetap saja, Amane berusaha tetap memasang wajah datar, tidak ingin membocorkan apa pun. Hampir pasti itu tentang apa yang terjadi antara Oohashi dan Miyamoto tempo hari.

Amane tidak tahu apa yang terjadi di antara mereka, tetapi dirinya tahu bahwa Miyamoto telah melakukan sesuatu yang membuat keadaan menjadi kacau. Meskipun ia tidak bertanya apa yang terjadi, tidak sulit untuk menebak apa yang dimaksud Oohashi.

Amane merasa sulit untuk membayangkan bahwa Miyamoto telah melakukan sesuatu yang benar-benar tidak dapat dimaafkan—atau setidaknya ia berharap demikian—dan dilihat dari suasana hati Oohashi, itu bukan hal yang buruk. Terlepas dari apa pun itu, tampaknya Miyamoto telah membiarkan antusiasmenya menguasai dirinya.

Amane tidak tahu bagaimana reaksi Oohashi jika ia menyebut Miyamoto sekarang, jadi ia memutuskan untuk berpura-pura bodoh dan menjawab seolah-olah ia tidak tahu apa-apa.

Yah, itu tergantung pada apa yang kamu maksud dengan 'segala macam hal.' Jika kita mengambil contoh, katakanlah, kontak fisik, misalnya, bukankah itu tergantung pada orangnya? Maksudku, jika kamu bertanya apakah itu mungkin, maka tentu saja, beberapa pria bisa melakukannya. Namun, itu adalah hal yang sulit bagiku, secara pribadi.”

“…Ya, itu masuk akal.” Oohashi menjatuhkan bahunya. Dia tidak kecewa tetapi malah merasa terganggu.

Amane menghindari menatap matanya. Dirinya berbicara dengan nada yang tenang dan hampir acuh tak acuh. Ia tidak memberikan kata-kata penghiburan atau dorongan dan hanya terus berbagi pikirannya dengan tenang.

Tapi setidaknya, semua pria yang kukenal akan menentangnya. Apa mereka terlibat dengan seseorang atau tidak, tidak ada dari mereka yang akan bertindak jika mereka tidak memiliki perasaan yang tulus terhadap gadis itu.”

“…Jadi itu pendapatmu, Fujimiya-chan?”

“Ya, tetapi itu hanya pendapatku berdasarkan orang-orang yang kukenal. Setiap orang mempunyai standar batasan yang berbeda.”

“…Hmm.”

“Secara pribadi, kupikir melakukan sesuatu ketika kamu bahkan tidak berpacaran sudah dianggap melewati batas.”

Iya ‘kan? Aku juga sangat setuju.”

Oohashi mengangguk dengan penuh semangat sehingga Amane tidak bisa menahan diri untuk bertanya-tanya seberapa jauh Miyamoto sebenarnya telah bertindak. Meski begitu, ia tidak ingin mengusik sarang tawon itu. Amane menjaga ekspresinya tetap netral saat dia menatap Oohashi dengan sikap pura-pura tidak bersalah. Tak lama kemudian, dia tampaknya telah sampai pada kesimpulannya sendiri.

Apa itu menjawab pertanyaanmu, Oohashi-san?

Jawaban? Baiklah... setidaknya aku akan menganggapnya sebagai satu perspektif.

Silakan. Bagaimanapun, pendapatku takkan selalu berlaku untuk semua orang.

Amane lebih tegas daripada yang lain dalam hal ini, tetapi karena sebagian besar pria di sekitarnya juga memiliki catatan bersih dalam hal hubungan, ia tidak menganggap pandangannya terlalu aneh.

Sedangkan untuk Miyamoto, Amane hanya bisa berharap bahwa pria itu dan Oohashi akan membicarakan semuanya sampai mereka mencapai saling pengertian. Dilihat dari reaksi Oohashi, dia tidak benar-benar tidak menyukai Miyamoto. Tapi apakah asumsi itu akurat hanyalah sesuatu yang cuma diketahui Oohashi saja.

Untuk saat ini, saat ia bertugas dengan Miyamoto, Amane merasa ia mungkin bisa lolos dengan memberinya tatapan yang berkata, Jadi, apa sebenarnya yang kamu lakukan?

...Kurasa memang begitulah adanya, ya.”

Amane memilih untuk tidak menanggapi bisikan Oohashi. Ia tetap menutup mulutnya, meninggalkannya sendiri dengan pikirannya.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

Lebih baru Lebih lama