Chapter 22— Bonus SS Volume 6 — Ramalan Kecocokan Mereka Bertiga Yang Akur (?)
“Rumah
ramalan...?”
Alisa
terlihat sedikit curiga saat melihat pintu masuk ke ruang kelas yang dipandu
oleh Yuki. Tapi, Yuki tampak tidak terlalu terganggu dan hanya mengangguk, 'ya'.
“Proyek
ini diprakarsai oleh temanku, Misu-san,
yang pandai meramal. Aku mendengar bahwa mereka membawa beberapa alat canggih
yang tidak biasa mereka gunakan, jadi kupikir aku akan sekalian meminta mereka
untuk meramal nasibku.”
“Hmmm~, gitu
ya ...”
Walaupun
ada banyak gambaran kalau gadis-gadis lumayan suka dengan yang namanya ramalan,
tapi reaksi Alisa terlihat datar-datar saja.
(Yah, karena Alya tampaknya tipe orang yang berpikir, “Kamu
harus menciptakan takdirmu sendiri,” dan tidak terlalu percaya pada yang
namanya ramalan, sih.)
Masachika
lalu mendukung ajakan Yuki sambil tersenyum masam pada Alisa yang kelihatannya
kurang tertarik.
“Ramalan,
ya~ ... kalau dipikir-pikir, aku belum pernah melakukan yang namanya ramalan.
Mumpung lagi ada di sini, aku jadi ingin mencobanya juga.”
“Ya, ayo
lakukan itu. Alya-san, kamu juga tidak keberatan, ‘kan?”
Sambil
mengatakan itu, Yuki secara alami merangkul lengan Masachika, dan Alisa mengangguk
sambil mengangkat alisnya.
“Kalau
begitu, ayo masuk.”
Masachika
menuju pintu masuk sambil secara alami melepaskan rangkulan tangan Yuki. Dan
ketika ia hendak memanggil siswa yang menjadi pemandu, Yuki justru menyumbat
mulutnya dari belakang.
“Permisi,
aku ingin meminta Misu-san untuk meramal kami.”
“Misu-san,
ya. Ummm, ah, kebetulan baru saja dia sedang tidak ada pengunjung. Silakan
pergi ke ruang terdalam~”
Ketika
mereka bertiga memasuki ruang yang dipisahkan oleh sekat, mereka disambut oleh
pemandangan spektakuler berupa bola kristal besar di atas taplak meja berwarna
hitam. Orang yang duduk di belakang adalah seorang gadis yang mengenakan kain tudung
berwarna ungu tua. Dengan senyum menawan nan glamor di bibirnya, suaranya yang
terdengar sangat memikat mulai menyambut kedtanagn mereka.
“Selamat
datang, akulah si peramal, Miss. Misu....”
“Memangnya
kamu tidak punya nama panggung lain yang lebih baik? Kedengarannya seperti
sebuah kesalahan (miss).” (TN: Yup, namanya
itu bikin ribet karena bikin lidah kagok, coba sebutin namanya yang missu misu
wkwkw)
“Ara,
kelihatannya kamu jago ngelawak, ya.”
“Benarkah...?”
Seraya memiringkan
kepalanya, Masachika duduk tanpa perlu berpikir panjang, akan tetapi——
(Ahh, gawat)
Masachika
sedikit menyesal ketika baru menyadari kalau dirinya terjepit di antara Yuki
dan Alisa. Tapi semuanya sudah terlambat.
(Yah, kurasa tidak ada masalah...)
“Jadi,
ramalan seperti apa yang kalian inginkan?”
“Hmmm
benar juga, kalau begitu, aku ingin mencoba ramalan kecocokan.”
(Imouto yoooooooooo!!!!)
Masachika
memelototi adiknya, yang segera memberikan saran yang bisa dibilang hanya
dipenuhi dengan niat jelek. Tapi, Yuki hanya menganggapnya sebagai angin
lalu. Miss Misu juga sepertinya tidak terlalu
peduli, tapi dia meletakkan tangannya di pipi dengan ekspresi yang sedikit bermasalah.
“Hmm~, ramalan
kecocokan pada dasarnya adalah sesuatu yang dilakukan oleh dua orang, loh~...”
“Kalau
begitu, bagaimana kalau kita minta meramalnya secara bergantian. Kamu juga
setuju, ‘kan?”
Usai mengatakan
itu, Yuki bukan melihat ke arah Masachika, tapi dia justru menatap ke arah Alisa. Dengan sorot mata yang
provokatif, Yuki pun tersenyum tipis.
“Siapa
yang paling cocok dengan siapa? Mari kita lihat bagaimana hasilnya.”
Setelah
mendengar tantangan seperti itu, Alisa secara alami...
“Siapa
takut? Ayo kita lakukan.”
Dan
begitulah, seraya mengabaikan niat Masachika, ramalan kecocokan yang tidak akan
membuat siapapun merasa bahagia dimulai.
“Lalu,
pertama-tama, siapa dulu yang mau diramal?”
Ketika
Miss Misu bertanya setelah menerima bayaran, Yuki berkata sambil melihat ke
arah Masachika dan Alisa.
“Sudah
kuduga, bukannya kali ini merupakan kesempatan yang bagus untuk kalian berdua
sebagai pasangan kampanye pemilihan?”
“...Yah,
aku sih tidak masalah.”
Langkah
pertama adalah menentukan kecocokan antara Masachika dan Alisa, sekali lagi
dengan mengabaikan keinginan Masachika. Setelah memberi tahu ulang tahun dan
golongan darah mereka, Miss Misu lalu menunjuk ke sebuah bola kristal di atas
meja.
“Kalau
begitu, tolong letakkan tangan kalian berdua di atas bola kristal ini, oke?”
Pada saat
itu, punggung tangan kanan Masachika dicolek-colek,
dan ketika ia membuka tangannya, ia menerima sebuah goretan telapak tangan
berkecepatan tinggi dari Yuki.
“Eh, apa ini aman? Ini enggak bakalan meledak, iya ‘kan?”
“Ini bukan kristal penilaian status, oke?”
“Oi,
oi, seberapa besar rasa percaya diri yang kamu miliki?”
“Bukannya kamu sendiri yang mulai ngelawak!?”
Sambil
melakukan lakon komedi dengan Yuki melalui tangan kanannya, Masachika memegang
bola kristal dengan tangan kirinya. Alisa kemudian meletakkan tangannya di
atasnya.
“Ah, kamu
tidak perlu menumpuknya, oke?”
“Hah?!”
Perkataan
Miss Misu membuatnya melepaskan tangannya dengan tergesa-gesa, dan entah
mengapa Alisa justru menatap tajam ke arah Masachika.
“Lah, kenapa
kamu malah memelototiku?”
“Bukan
apa-apa, kok.”
Sambil
membuang muka dengan “Hmph”, Alisa sekali
lagi meletakkan tangannya ke atas bola kristal. Kemudian Miss Misu, yang sedang
melihat ke dalam bola kristal, mengangguk perlahan dan berkata.
“Yup,
sudah cukup, oke? Hmm~, sepertinya kecocokan kalian berdua terlihat sangat
bagus.”
“Eh,
be-benarkah?”
Suara terdengar Alisa sedikit melengking ketika dia
memain-mainkan rambutnya, keadaannya yang sekarang sangat berbeda dengan sikapnya
yang tidak terlalu tertarik saat beberapa menit yang lalu.
“Ya,
kalian berdua saling mengisi kekurangan satu sama lain dan berjalan
berdampingan.......”
“Fufu~n”
Alisa terus
memainkan rambutnya dan matanya berkedipsampai
beberapa kali. Kemudian Miss Misu menyimpulkan dengan senyuman.
“Aku
yakin kalian berdua akan menjadi mitra bisnis yang sangat ideal.”
“Mitra
bisnis....”
Gerakan jari-jemari
Alisa langsung berhenti mendadak.
“Wahhh!
Bukannya ini hasil yang sempurna untuk kalian berdua? Karena kalian berdua adalah
parter dalam kampanye pemilihan.”
Kemudian,
Yuki menimpali dengan serangan yang lebih fatal.
【Bisnis... Apa hubungan kami hanya sekedar hubungan
bisnis?】
Alisa
menanggapi hasil
ramalan itu dengan terlalu serius.
(Bukannya dia terlihat sangat syok banget....)
Di depan
Alisa yang pupilnya sedikit melebar, Masachika bertanya-tanya bagaimana ia
harus menghiburnya. Namun, sebelum Masachika bisa mengatakan apapun, Miss Misu
kembali berkata, “Lalu...”
“Selanjutnya...
kalau begitu, sekarang gilirannya Suou-san dan Kuze-san. Karena aku sudah tahu
data diri Suou-san, jadi bisakah kalian berdua memegang bola kristal ini?”
Masachika
dan Yuki melakukan apa yang diperintahkan dan mengangkat tangan mereka secara
bersamaan.
Kemudian tatapan
mata Miss Misu, yang tersembunyi di balik tudung dan poninya, membelalak dengan
lebar.
“In-Ini...ini...! Menakjubkan, sungguh
menakjubkan sekali! Aku belum pernah melihat pasangan sesempurna ini!”
Mungkin
karena kegembiraannya, suaranya terdengar tidak terlalu centil.
“Aku
sudah melihat banyak orang selama hidupku, tapi bahkan pasangan yang paling
serasi pun tidak bisa sampai sesempurna ini... apa ini sudah berada di tingkat
sepasang suami istri? Tidak, ini adalah....
betul, hubungan yang melampaui semua kepentingan, dengan kata lain, keluarga....”
((Kami memang beneran keluarga, kakak beradik kandung, tau?))
Suara
hati mereka berdua saling tumpang tindih.
【Mereka berdua terikat oleh hubungan yang erat... fufufu, sedangkan aku hanya
sebatas hubungan dingin dengan penuh kepentingan】
Sementara
itu, tatapan mata Alisa sudah terlihat seperti ikan mati. Setelah melihat reaksinya dengan geli,
Yuki dengan sengaja memeluk lengan Masachika.
“Fufu~♪
sudah kuduga, kami memang
pasangan yang sempurna~♡.”
Yuki
mengatakan itu dengan nada provokatif sembari melihat ke arah Alisa, tapi Alisa
hanya balas menatapnya dengan tersenyum hampa. Begitu melihat
reaksi yang tak terduga itu, Yuki berkedip kaget…. lalu menjentikkan telapak
tangan Masachika lagi.
“Lalah? Apa jangan-jangan dia lebih peduli daripada yang
kukira?”
“Mungkin, dia merasa enggan bukan karena dia tidak percaya,
tapi mungkin karena dia terlalu khawatir dengan hasil yang buruk?”
“Ahh, bisa jadi~”
Saat
mereka sedang melakukan itu, Miss Misu memanggil Yuki dan Alisa.
“Lalu
yang terakhir, Suou-san dan Kujou-san. Silakan letakkan tanganmu di atas bola
kristal lagi.”
“Ah, iya.”
“...”
Mereka
berdua mengulurkan tangan, dan Miss Misu menatap bola kristal itu dengan
ekspresi serius...
“Ah~~”
Entah kenapa,
suaranya terdengar seperti seolah-olah telah melihat sesuatu yang seharusnya
tidak boleh dia lihat.
“Ah~~……”
Dia
kemudian meraba-raba ke bawah meja, lalu mengambil sesuatu dan mengulurkannya
kepada Masachika.
“Hmm??”
Ketika
Masachika memiringkan kepalanya dan menerimanya, apa yang diberikan kepadanya
adalah uang biaya untuk meramal yang baru saja dibayarkan.
“Apa
maksudnya ini!?”
Apa dia bermaksud ingin menganggap kalau semua hal ini tidak
pernah terjadi? Apa dia baru saja melihat sesuatu yang begitu gawat?... ketika
Masachika mengerutkan kening dengan penuh tanda tanya, Miss Misu memberitahunya dengan suara yang penuh simpati.
“Aku
berharap kalau kamu memiliki masa depan yang sangat bahagia.”
“Kenapa
kamu malah memberitahu itu padaku!?!?!”
Mengapa dia
memberitahu kepada Masachika, dan bukan kepada orang-orang yang diramalnya
seperti Alisa dan Yuki? Atau lebih tepatnya,
“Lagipula,
menurutmu ini semua karena ulah siapa sampai membuat suasananya jadi begitu
suram?”
Usai
melihat Alisa yang tertekan dengan pandangan matanya dan menatap ke arah
Masachika. Miss Misu meletakkan jarinya ke dagunya dan berkata.
“Bukannya
itu salah Suou-san?”
“Tepat
sekali. Oi, cepat merenungkan diri napa.”
Menanggapi
argumen jujur yang
diberitahukan kepadanya, Masachika menjentik dahi Yuki dengan keras.