Roshidere Jilid 9.5 Chapter 22 Bahasa Indonesia

Chapter 22— Bonus SS Volume 6 — Ramalan Kecocokan Mereka Bertiga Yang Akur (?)

 

“Rumah ramalan...?”

Alisa terlihat sedikit curiga saat melihat pintu masuk ke ruang kelas yang dipandu oleh Yuki. Tapi, Yuki tampak tidak terlalu terganggu dan hanya mengangguk, 'ya'.

“Proyek ini diprakarsai oleh temanku, Misu-san, yang pandai meramal. Aku mendengar bahwa mereka membawa beberapa alat canggih yang tidak biasa mereka gunakan, jadi kupikir aku akan sekalian meminta mereka untuk meramal nasibku.”

“Hmmm~, gitu ya ...”

Walaupun ada banyak gambaran kalau gadis-gadis lumayan suka dengan yang namanya ramalan, tapi reaksi Alisa terlihat datar-datar saja.

(Yah, karena Alya tampaknya tipe orang yang berpikir, “Kamu harus menciptakan takdirmu sendiri,” dan tidak terlalu percaya pada yang namanya ramalan, sih.)

Masachika lalu mendukung ajakan Yuki sambil tersenyum masam pada Alisa yang kelihatannya kurang tertarik.

“Ramalan, ya~ ... kalau dipikir-pikir, aku belum pernah melakukan yang namanya ramalan. Mumpung lagi ada di sini, aku jadi ingin mencobanya juga.”

“Ya, ayo lakukan itu. Alya-san, kamu juga tidak keberatan, ‘kan?”

Sambil mengatakan itu, Yuki secara alami merangkul lengan Masachika, dan Alisa mengangguk sambil mengangkat alisnya.

“Kalau begitu, ayo masuk.”

Masachika menuju pintu masuk sambil secara alami melepaskan rangkulan tangan Yuki. Dan ketika ia hendak memanggil siswa yang menjadi pemandu, Yuki justru menyumbat mulutnya dari belakang.

“Permisi, aku ingin meminta Misu-san untuk meramal kami.”

“Misu-san, ya. Ummm, ah, kebetulan baru saja dia sedang tidak ada pengunjung. Silakan pergi ke ruang terdalam~”

Ketika mereka bertiga memasuki ruang yang dipisahkan oleh sekat, mereka disambut oleh pemandangan spektakuler berupa bola kristal besar di atas taplak meja berwarna hitam. Orang yang duduk di belakang adalah seorang gadis yang mengenakan kain tudung berwarna ungu tua. Dengan senyum menawan nan glamor di bibirnya, suaranya yang terdengar sangat memikat mulai menyambut kedtanagn mereka.

“Selamat datang, akulah si peramal, Miss. Misu....”

“Memangnya kamu tidak punya nama panggung lain yang lebih baik? Kedengarannya seperti sebuah kesalahan (miss).” (TN: Yup, namanya itu bikin ribet karena bikin lidah kagok, coba sebutin namanya yang missu misu wkwkw)

“Ara, kelihatannya kamu jago ngelawak, ya.”

“Benarkah...?”

Seraya memiringkan kepalanya, Masachika duduk tanpa perlu berpikir panjang, akan tetapi——

(Ahh, gawat)

Masachika sedikit menyesal ketika baru menyadari kalau dirinya terjepit di antara Yuki dan Alisa. Tapi semuanya sudah terlambat.

(Yah, kurasa tidak ada masalah...)

“Jadi, ramalan seperti apa yang kalian inginkan?”

“Hmmm benar juga, kalau begitu, aku ingin mencoba ramalan kecocokan.”

(Imouto yoooooooooo!!!!)

Masachika memelototi adiknya, yang segera memberikan saran yang bisa dibilang hanya dipenuhi dengan niat jelek. Tapi, Yuki hanya menganggapnya sebagai angin lalu.  Miss Misu juga sepertinya tidak terlalu peduli, tapi dia meletakkan tangannya di pipi dengan ekspresi yang sedikit bermasalah.

“Hmm~, ramalan kecocokan pada dasarnya adalah sesuatu yang dilakukan oleh dua orang, loh~...”

“Kalau begitu, bagaimana kalau kita minta meramalnya secara bergantian. Kamu juga setuju, ‘kan?”

Usai mengatakan itu, Yuki bukan melihat ke arah Masachika, tapi dia justru  menatap ke arah Alisa. Dengan sorot mata yang provokatif, Yuki pun tersenyum tipis.

“Siapa yang paling cocok dengan siapa? Mari kita lihat bagaimana hasilnya.”

Setelah mendengar tantangan seperti itu, Alisa secara alami...

“Siapa takut? Ayo kita lakukan.”

Dan begitulah, seraya mengabaikan niat Masachika, ramalan kecocokan yang tidak akan membuat siapapun merasa bahagia dimulai.

“Lalu, pertama-tama, siapa dulu yang mau diramal?”

Ketika Miss Misu bertanya setelah menerima bayaran, Yuki berkata sambil melihat ke arah Masachika dan Alisa.

“Sudah kuduga, bukannya kali ini merupakan kesempatan yang bagus untuk kalian berdua sebagai pasangan kampanye pemilihan?”

“...Yah, aku sih tidak masalah.”

Langkah pertama adalah menentukan kecocokan antara Masachika dan Alisa, sekali lagi dengan mengabaikan keinginan Masachika. Setelah memberi tahu ulang tahun dan golongan darah mereka, Miss Misu lalu menunjuk ke sebuah bola kristal di atas meja.

“Kalau begitu, tolong letakkan tangan kalian berdua di atas bola kristal ini, oke?”

Pada saat itu, punggung tangan kanan Masachika dicolek-colek, dan ketika ia membuka tangannya, ia menerima sebuah goretan telapak tangan berkecepatan tinggi dari Yuki.

“Eh, apa ini aman? Ini enggak bakalan meledak, iya ‘kan?”

“Ini bukan kristal penilaian status, oke?”

“Oi, oi, seberapa besar rasa percaya diri yang kamu miliki?”

“Bukannya kamu sendiri yang mulai ngelawak!?”

Sambil melakukan lakon komedi dengan Yuki melalui tangan kanannya, Masachika memegang bola kristal dengan tangan kirinya. Alisa kemudian meletakkan tangannya di atasnya.

“Ah, kamu tidak perlu menumpuknya, oke?”

“Hah?!”

Perkataan Miss Misu membuatnya melepaskan tangannya dengan tergesa-gesa, dan entah mengapa Alisa justru menatap tajam ke arah Masachika.

“Lah, kenapa kamu malah memelototiku?”

“Bukan apa-apa, kok.”

Sambil membuang muka dengan “Hmph”, Alisa sekali lagi meletakkan tangannya ke atas bola kristal. Kemudian Miss Misu, yang sedang melihat ke dalam bola kristal, mengangguk perlahan dan berkata.

“Yup, sudah cukup, oke? Hmm~, sepertinya kecocokan kalian berdua terlihat sangat bagus.”

“Eh, be-benarkah?”

Suara terdengar Alisa sedikit melengking ketika dia memain-mainkan rambutnya, keadaannya yang sekarang sangat berbeda dengan sikapnya yang tidak terlalu tertarik saat beberapa menit yang lalu.

“Ya, kalian berdua saling mengisi kekurangan satu sama lain dan berjalan berdampingan.......”

“Fufu~n”

Alisa terus memainkan rambutnya dan matanya berkedipsampai beberapa kali. Kemudian Miss Misu menyimpulkan dengan senyuman.

“Aku yakin kalian berdua akan menjadi mitra bisnis yang sangat ideal.”

“Mitra bisnis....”

Gerakan jari-jemari Alisa langsung berhenti mendadak.

“Wahhh! Bukannya ini hasil yang sempurna untuk kalian berdua? Karena kalian berdua adalah parter dalam kampanye pemilihan.”

Kemudian, Yuki menimpali dengan serangan yang lebih fatal.

Bisnis... Apa hubungan kami hanya sekedar hubungan bisnis?

Alisa menanggapi hasil ramalan itu dengan terlalu serius.

(Bukannya dia terlihat sangat syok banget....)

Di depan Alisa yang pupilnya sedikit melebar, Masachika bertanya-tanya bagaimana ia harus menghiburnya. Namun, sebelum Masachika bisa mengatakan apapun, Miss Misu kembali berkata, “Lalu...”

“Selanjutnya... kalau begitu, sekarang gilirannya Suou-san dan Kuze-san. Karena aku sudah tahu data diri Suou-san, jadi bisakah kalian berdua memegang bola kristal ini?”

Masachika dan Yuki melakukan apa yang diperintahkan dan mengangkat tangan mereka secara bersamaan.

Kemudian tatapan mata Miss Misu, yang tersembunyi di balik tudung dan poninya, membelalak dengan lebar.

“In-Ini...ini...! Menakjubkan, sungguh menakjubkan sekali! Aku belum pernah melihat pasangan sesempurna ini!”

Mungkin karena kegembiraannya, suaranya terdengar tidak terlalu centil.

“Aku sudah melihat banyak orang selama hidupku, tapi bahkan pasangan yang paling serasi pun tidak bisa sampai sesempurna ini... apa ini sudah berada di tingkat sepasang suami istri? Tidak, ini adalah.... betul, hubungan yang melampaui semua kepentingan, dengan kata lain, keluarga....”

((Kami memang beneran keluarga, kakak beradik kandung, tau?))

Suara hati mereka berdua saling tumpang tindih.

Mereka berdua terikat oleh hubungan yang erat... fufufu, sedangkan aku hanya sebatas hubungan dingin dengan penuh kepentingan

Sementara itu, tatapan mata Alisa sudah terlihat seperti ikan mati. Setelah melihat reaksinya dengan geli, Yuki dengan sengaja memeluk lengan Masachika.

“Fufu~♪ sudah kuduga, kami memang pasangan yang sempurna~.”

Yuki mengatakan itu dengan nada provokatif sembari melihat ke arah Alisa, tapi Alisa hanya balas menatapnya dengan tersenyum hampa. Begitu melihat reaksi yang tak terduga itu, Yuki berkedip kaget…. lalu menjentikkan telapak tangan Masachika lagi.

“Lalah? Apa jangan-jangan dia lebih peduli daripada yang kukira?”

“Mungkin, dia merasa enggan bukan karena dia tidak percaya, tapi mungkin karena dia terlalu khawatir dengan hasil yang buruk?”

“Ahh, bisa jadi~”

Saat mereka sedang melakukan itu, Miss Misu memanggil Yuki dan Alisa.

“Lalu yang terakhir, Suou-san dan Kujou-san. Silakan letakkan tanganmu di atas bola kristal lagi.”

“Ah, iya.”

“...”

Mereka berdua mengulurkan tangan, dan Miss Misu menatap bola kristal itu dengan ekspresi serius...

“Ah~~”

Entah kenapa, suaranya terdengar seperti seolah-olah telah melihat sesuatu yang seharusnya tidak boleh dia lihat.

“Ah~~……”

Dia kemudian meraba-raba ke bawah meja, lalu mengambil sesuatu dan mengulurkannya kepada Masachika.

“Hmm??”

Ketika Masachika memiringkan kepalanya dan menerimanya, apa yang diberikan kepadanya adalah uang biaya untuk meramal yang baru saja dibayarkan.

“Apa maksudnya ini!?”

Apa dia bermaksud ingin menganggap kalau semua hal ini tidak pernah terjadi? Apa dia baru saja melihat sesuatu yang begitu gawat?... ketika Masachika mengerutkan kening dengan penuh tanda tanya, Miss Misu  memberitahunya dengan suara yang penuh simpati.

“Aku berharap kalau kamu memiliki masa depan yang sangat bahagia.”

“Kenapa kamu malah memberitahu itu padaku!?!?!”

Mengapa dia memberitahu kepada Masachika, dan bukan kepada orang-orang yang diramalnya seperti Alisa dan Yuki? Atau lebih tepatnya,

“Lagipula, menurutmu ini semua karena ulah siapa sampai membuat suasananya jadi begitu suram?”

Usai melihat Alisa yang tertekan dengan pandangan matanya dan menatap ke arah Masachika. Miss Misu meletakkan jarinya ke dagunya dan berkata.

“Bukannya itu salah Suou-san?”

“Tepat sekali. Oi, cepat merenungkan diri napa.”

Menanggapi argumen jujur ​​​​yang diberitahukan kepadanya, Masachika menjentik dahi Yuki dengan keras.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama