Chapter 2.5 — Obrolan Tongkrongan Antara Akari-chan dan Marimero
Dua gadis
sedang duduk berhadapan sambil minum teh di sebuah restoran keluarga di kawasan
pemukiman.
“Meskioun
begitu, Akari-chan, perutmu luar biasa besar ya,”
kata gadis berambut hitam.
Gadis
yang dipanggil Akari-chan di hadapannya memang memiliki perut yang besar,
seakan-akan dia akan melahirkan kapan saja.
“Benar, seriusan, aku juga merasa ini gila!
Perutku jadi menghalangi, aku bahkan tidak
bisa melihat kakiku, lucu banget,”
jawabnya.
“Apa kamu baik-baik saja keluar rumah begini? Kelihatannya kamu bisa melahirkan kapan saja, ‘kan?”
“Ya,
tapi tempat ini dekat dengan rumah, jadi kalau tiba-tiba air
ketuban pecah pun tidak masalah! Maaf ya, aku harus
membuatmu datang jauh-jauh kemari, Marimero.”
“Itu sih tidak apa-apa. Jaraknya tidak
terlalu jauh juga.”
Saat
gadis yang dipanggil Marimero
menjawab, raut wajah Akari-chan
terlihat bersemangat.
“Serius?
Kalau begitu, tolong datang lagi setelah
bayiku lahir, ya. Aku pikir sulit untuk bertemu
teman-temanku karena
tidak bisa jauh-jauh.”
“Aku
pasti datang! Jadi, kali ini sepertinya akan jadi perayaan kelahiran”
“Yay!
Melahirkan secara normal itu benar-benar menakutkan, tapi aku akan berusaha sebaik mungkin!”
Akari-chan
berkata demikian sambil tersenyum kecut.
“Aku
jadi menantikannya! Katanya
bayi perempuan, ‘kan?”
“Ya,
itulah yang dikatakan dokter saat pemeriksaan terakhir.
Karena aku terus-menerus
di rumah dan merasa bosan, aku sudah membuat banyak ikat rambut yang lucu!”
“Woah, aku jadi ingin melihatnya! Karena
kamu benar-benar fashionable, pasti bayimu juga akan dikenakan pakaian yang
lucu.”
Ketika mendengar
itu dari Marimero, Akari-chan tersenyum
bahagia.
“Rencananya
begitu! Rasanya senang sekali bisa membuat
pakaian sendiri karena aku tidak punya uang! Untuk bayi, kain yang digunakan
juga sedikit, jadi aku akan membuat banyak gaun lucu dan memakaikannya!”
“Sepertinya
dia akan jadi gadis dengan selera fashion yang bagus.”
“Aku
akan memberikan pendidikan yang baik! Aku akan membuat pakaian dengan desain
yang sama dan kita bisa memadukannya bersama sebagai ibu dan anak!”
“Kedengarannya
seru! Nanti tunjukkan
fotonya ya.”
“Ya!
Aku berencana untuk mengunggahnya di Instagram dan menjadikannya viral!”
“Kalau
Akari-chan sih pasti bisa jadi mama influencer.”
“Aku
ingin banget jadi begitu! Dan aku
ingin mendapatkan penghasilan cukup dari endorsement!”
“Sepertinya
kamu bisa, Akari-chan, benar-benar bisa.”
Akari-chan
yang menatap senyuman Marimero
tiba-tiba menunduk seolah kembali menyadari suasana hatinya yang
sebelumnya.
“Ah,
seriusan deh… semoga itu bisa terjadi. Menjalani kehidupan dengan
melakukan hal yang disukai itu ideal banget.”
“…Iya,
benar.”
Marimero juga ikut menunduk dan ekspresinya sedikit
murung.
Melihat
Marimero seperti itu, Akari-chan
teringat sesuatu dan membuka mulutnya.
“Ngomong-ngomong,
Marimero, bagaimana dengan pencarian
kerjamu?”
Marimero melihat Akari-chan dan
tersenyum kecil.
“Yah…
aku sedang mencarinya, tapi sepertinya persaingan di penerbitan sangat ketat…”
“Benarkah? Dengan wajahmu, seharusnya
tidak ada masalah, ‘kan?”
“Kalau
perusahaan penerbitan sih berbeda.”
Marimero tertawa sambil berkata
demikian.
“Di
seminar pencarian kerja, mereka bilang kalau terlalu fokus pada satu industri
bisa menyulitkan, jadi aku juga melamar ke perusahaan lain...”
“Aku
berharap kalau kamu bisa diterima
di perusahaan penerbitan.”
“Ya...”
Setelah keheningan sejenak, Akari-chan tiba-tiba terlihat
terkejut dan berkata,
“Ngomong-ngomong,
bagaimana kelanjutan hubunganmu dengan
si cowok dari kampus Houou?
Temannya Kashima-kun.”
“Oh…
kami masih sesekali bertukar pesan
di LINE.”
“Ehh~,
hebat banget! Jadi
hubungan kalian masih berlanjut. Kapan kencan?”
“Belum…
Kalau ia ingin mengajakku, sudah ada banyak kesempatan untuk membahasnya.
Mungkin ia tidak ingin menjalin hubungan romantis denganku."
“Eh,
masa sih? Ia bukan
tipe yang biasa nongkrong
dengan teman cewek, ‘kan?”
“Sepertinya
begitu.”
“Yusuke
mengatakan kalau cowok introvert itu
biasanya sangat sadar dengan cewek di sekitarnya sebagai 'lawan jenis', jadi
tidak ada kesempatan untuk menjalin persahabatan
dengan cewek.”
“…Tapi
itu cuma pendapat pribadi Iijichi-kun, ‘kan?”
“Uwahh muncul tuh,
argumen yang dibantah!”
Akari-chan
tertawa terbahak-bahak.
“Ah,
hentikan deh, Marimero. Candaan
itu terlalu mendadak
sampai-sampai membuat perutku
sakit.”
Setelah tertawa beberapa saat, Akari-chan
tiba-tiba berubah serius dan berkata,
“…Tunggu
sebentar. Mungkin perutku sakit bukan karena tertawa terlalu banyak…”
“Eh,
apa kamu baik-baik saja?”
“Parah,
perutku beneran sakit banget. Jangan-jangan ini
kontraksi!?”
“Eh,
jangan bercanda deh!? Yang bener!”
Marimero juga terlihat panik, dan Akari-chan
mengambil smartphone-nya dan mulai mengoperasikannya.
“Ah gawat,
aku harus menghubungi rumah sakit! Apa aku
harus menghubungi Yusuke dulu!?”
“Setidaknya
kamu harus menghubungi rumah sakit dulu, ‘kan?”
“Benar juga…
uwah, gawat,
gawat, parah banget,
rasanya jadi semakin sakit…!”
“Akari-chan,
kamu baik-baik saja!? Tenanglah dulu!
Biar aku yang bicara, jadi pinjamkan ponselmu padaku!”
Marimero menerima smartphone yang sudah
berada di layar panggilan dan menempelkannya di telinganya.
“Hallo?
Aku adalah teman dari Tanikita… eh salah, maksudku, Iijichi Akari yang akan
melahirkan di rumah sakit anda…”
“Adududuh, sakit banget! Tolong bantu aku!"
Mendengar
suara Akari-chan, orang-orang di meja sekitar mulai berbisik.
Acara
kumpul-kumpul yang awalnya menyenangkan berubah menjadi suasana tegang dalam
sekejap.