MrJazsohanisharma

Kimizero Jilid 9 Bab 3 Bahasa Indonesia

Chapter 3

 

Setelah libur panjang di bulan Mei berakhir, praktik mengajarku pun dimulai. 

Ketika aku masuk universitas, banyak teman-teman di sekitarku yang mengambil program pendidikan, dan karena saat SMA, Kurose-san pernah bilang Kamu sepertinya cocok jadi guru, aku jadi mengambil program pendidikan ini dengan tujuan untuk memperluas pilihan masa depan. 

Seiring berjalannya waktu, semakin banyak mahasiswa yang terpaksa putus kuliah karena kesulitan mendapatkan kuota SKS, tetapi aku, karena disiplin bawaan, tetap hadir di kelas yang harus dihadiri dan menyelesaikan tugas yang harus diserahkan, sehingga aku tidak merasakan kesulitan yang berarti dalam mendapatkan SKS

Setelah mengumpulkan banyak kredit, aku merasa sangat disayangkan jika aku tidak mengambil lisensi mengajar, jadi aku memutuskan untuk ikut praktik mengajar yang merupakan syarat wajib. Selain itu, karena sudah memasuki bulan Mei tahun keempat dan belum melakukan pencarian kerja yang serius, aku merasa perlu memiliki jaminan untuk masa depan, terutama jika tidak bisa pergi ke tempat Fujinami-san. 

Tempat praktikku adalah SMA Seirin, sekolah asalku. Meskipun aku bisa memilih untuk praktik di SMP, aku mendaftar di SMA karena merasa lebih mudah mengajar siswa SMA yang lebih dekat dengan orang dewasa dibandingkan siswa SMP. 

Mungkin, tanpa disadari, aku juga ingin kembali ke ruang di mana aku dan Luna menghabiskan waktu bersama. 

Eh, jasmu keren banget!

Di pagi hari hari pertama, saat aku melihat penampilanku di cermin besar di kamar tidur, Luna datang dan berseru. 

“Baru pertama kalinya aku melihat Ryuuto memakai jas! 

“Bukannya aku pernah mengirim foto waktu upacara masuk universitas?

“Tapi ini pertama kalinya aku melihat secara langsung! 

Setelah berkata demikian, dia memandangku dengan seksama, lalu tiba-tiba memelukku. 

Jas itu membuatmu kelihatan seperti pria dewasa, bikin jantungku berdebar-debar…

Dia berkata begitu sambil memelukku erat-erat. Dari pakaian rumahnya yang mengembang, aku merasakan sentuhan lembut dari tubuhnya. 

Tu-Tunggu, Luna.

Aku segera menjauh darinya. 

Aku sudah mau berangkat sekarang…

Jika dia terus memelukku, tubuh mudaku bisa saja terpengaruh. 

Biasanya Luna lebih sering keluar rumah lebih awal, tapi selama tiga minggu ke depan, aku yang akan keluar lebih awal. Memikirkan hal itu, aku teringat bahwa menjadi guru itu ternyata sangat sulit, terutama karena harus bangun pagi… sesuatu yang tidak pernah aku pikirkan saat masih jadi siswa. 

Uhm, baiklah.

Luna tersenyum sedikit kecewa dan mundur setengah langkah. 

…Eh! Ikatan dasimu kelihatan miring, biar aku perbaiki. 

Sembari berkata demikian, dia mengulurkan tangannya ke dadaku dan merapikan dasiku. 

Lalu, dia menatapku dari jarak dekat dengan senyuman. 

Kalau Ryuuto sudah bekerja, aku ingin setiap pagi mengikatkan dasi untukmu~ 

…………

…Ada apa? Tidak mau?

Karena aku tidak menjawab apa-apa, Luna bertanya dengan cemas. 

Eh, ah, tidak… aku hanya merasa sangat senang. 

Aku menjawab dengan cepat, dan Luna tersenyum penuh kasih. 

Hehe, Ryuuto tuh memang sangat pemalu, ya. 

…………

Memang, apa yang kukatakan barusan bukanlah kebohongan.

 

Jika aku mendapatkan pekerjaan dan pergi ke Indonesia mulai April, maukah kamu menikah dan ikut denganku?

 

Kata-kata yang terlintas di kepalaku, perlahan kutelan tanpa mengucapkannya. Waktu sampai berangkat dari rumah tinggal sepuluh menit lagi. Aku tidak bisa terlambat di hari pertama praktik mengajar, dan sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk membahas hal yang begitu penting.

 

◇◇◇◇

 

SMA Seirin terletak sekitar sepuluh menit berjalan kaki dari Stasiun O, sama seperti saat aku bersekolah dulu. Pemandangan di jalan menuju sekolah hampir sama, tetapi ada beberapa toko baru yang tidak aku kenal, dan tempat yang dulunya adalah bangunan kini menjadi lahan parkir, membuatku tersadar bahwa sudah cukup lama waktu berlalu sejak aku lulus. 

Kashima-kun? Sudah lama tidak bertemu! 

Saat aku menuju ruangan yang ditunjukkan di meja administrasi, seorang wanita melambaikan tangannya dari ujung lorong. 

Dia adalah Matsumoto-sensei, wali kelasku saat aku kelas dua dulu

Selamat pagi, memang sudah lama.

Aku menghampiri Matsumoto-sensei yang berhenti dan menundukkan kepala untuk menyapa. 

“Kamu sudah tahun keempat, ya. Kamu kuliah di Universitas Houou, kan? 

Ya. Anda mengingatnya dengan baik.

Tentu saja. Aku masih mengingatnya karena kelas Kashima-kun banyak sekali peristiwa. Saat itu aku juga masih di tahun kedua atau ketiga, jadi masih ada banyak hal yang membingungkanku.

Matsumoto-sensei tersenyum seperti melihat cucunya. Aku merasa heran, apakah dia selalu sering berbicari seperti ini? Jika dia saat itu tahun kedua atau ketiga, sekarang dia pasti sudah di usia tiga puluhan. Penampilan sederhana dan rambut hitam pendeknya tidak banyak berubah sejak aku diajar olehnya. 

Memangnya ada banyak hal yang terjadi? 

Karena peristiwa terbesar dalam kehidupanku adalah memulai hubungan dengan Luna, aku tidak memiliki banyak kenangan tentang kehidupan sekolahku di masa kelas 2

Usai mendengar pertanyaanku, Matsumoto-sensei tersenyum dengan sedikit rasa malu. 

“Ada banyak siswa yang sulit diatur dalam hal pakaian dan rambut, jadi itu cukup berat bagi guru baru. Hubungan antara Shirakawa-san dan Kurose-san juga… aku cukup terkejut karena tidak mengetahuinya. 

Ah… memang, itu benar. 

“Aku berharap semuanya baik-baik saja. 

Mereka baik-baik saja, kok.

Jawabanku membuat wajah Matsumoto-sensei terkejut. 

“Kalian berdua masih berpacaran? …Ah, jika kamu tidak ingin membicarakannya, tidak apa-apa.”

Dia menambahkan dengan sedikit panik. Mungkin dia sudah tahu tentang hubunganku dengan Luna. 

Tidak, um… sekarang, aku sedang tinggal bersama Shirakawa-san.

Matanya terbuka lebar ketika mendengar itu. 

Eh, benarkah? Baguslah. Aku ikut senang mendengarnya. Shirakawa-san, sekarang dia bekerja di mana?

Dia sudah lama bekerja di bidang fashion, tetapi sekarang dia ingin menjadi pengasuh anak dan sedang mengikuti sekolah kejuruan.

Begitu ya.

Matsumoto-sensei menyipitkan matanya dan mendengarkan dengan senang hati. 

“Jadi Kashima-kun akan menjadi guru SMA, ya?

Eh, ah, ya. Jika memungkinkan...

Aku merasa perlu menjawab demikian agar tidak terkesan tidak sopan sebagai orang yang akan dibantu, jadi aku mengangguk. 

Kamu pasti bisa, Kashima-kun. Dari dulu kamu sudah menjadi murid yang cemerlang. 

Aku hanya bisa mengangguk pelan tanpa bisa merespons pujian itu dengan baik. 

“Walaupun aku bukan pebimbingmu, tapi jika ada yang tidak kamu mengerti, kami bebas tanyakan saja padaku. Semoga praktikmu berjalan baik. 

Terima kasih.

Aku menundukkan kepala dan meninggalkan tempat itu. 

Aku merasa beruntung Matsumoto-sensei adalah wali kelasku, sambil mengenang kembali acara-acara cerah di masa kelas 2 SMA yang kuhabiskan bersama Luna, seperti festival olahraga, festival budaya, dan perjalanan sekolah.

Saat aku pergi ke ruang tunggu untuk mahasiswa praktik, akulah orang pertama yang tiba di sana

Rupanya tahun ini ada dua mahasiswa praktik lain selain aku. Keduanya juga lulusan dari angkatan yang sama, dan sepertinya semua laki-laki, jadi para siswa pasti akan kecewa. 

Saat aku merenungkan hal itu, tiba-tiba pintu kelas terbuka dan seorang mahasiswa praktik berpakaian jas masuk. 

“Halo!

Melihat pemuda yang masuk dengan suasana ceria, aku sejenak berpikir. 

Ia siapa, ya... wajahnya kelihatan sangat familiar... 

Eh, tunggu-tunggu, kelihatannya kamu lupa padaku ya?

…………

Aku tidak lupa, tetapi namanya tidak muncul di pikiranku. 

Serius!? Bukannya sikapmu itu terlalu cuek, Kashima Ryuuto!? Kita pernah sekelas tau!

Setelah berkata demikian, dia tiba-tiba menarik dasinya dengan kuat, membuatnya terlihat acak-acakan, dan mengeluarkan ujung kemejanya dari celana. 

Melihat penampilannya yang berantakan, aku langsung ingat. 

Ah, anggota klub sepak bola…! 

Kalau tidak salah rambutnya juga tidak hitam seperti ini, tetapi lebih terang. 

Benar! Ini aku, Oosuga Shuya, kamu ingat? 

Setelah mendengar namanya, aku langsung sepenuhnya ingat. Ia adalah anggota klub sepak bola yang dipanggil Shuya oleh Luna dan teman-temannya. Aku pernah memergokinya menyatakan cinta pada Luna yang dikira masih lajang. 

Kalau Shuya saja sudah dilupakan, keberadaanku pasti sudah sepenuhnya terlupakan.

Dari belakang Oosuga-kun, muncul seorang pria lain yang sepertinya juga mahasiswa praktik. 

Aku juga sekelas saat kelas 2 dulu. Apa kamu masih ingat dengan Sugiura Touto?

…Ah… ya, tentu saja.

Aku rasa aku tidak akan pernah bisa mengingat namanya, tapi aku merasa familiar. 

Aku meyakini kalau ia adalah ketua klub teater, yang pernah berperan sebagai pemeran utama di pertunjukan festival budaya, dan sepertinya ia juga cukup akrab dengan Oosuga-kun yang aktif di bidang olahraga. 

Dari sekian banyak orang, aku harus melakukan praktik mengajar dengan kedua orang cowok gaul seperti mereka... rasanya membuatku merasa berat. 

Kashima, kamu mengajar mata pelajaran apa?

Eh, um, IPS... 

Begitu ya. Kalau aku sih olahraga.

Sambil berbicara begitu, Oosuga-kun duduk di depanku. 

Ruang tunggu mahasiswa praktik menggunakan ruang rapat yang luasnya sekitar setengah dari ruang kelas biasa, dengan empat meja yang disusun berhadapan seperti saat makan siang di sekolah SD

“Kalau aku sih mata pelajaran musik. Aku belajar musik vokal di universitas... oh iya, kamu kuliah di mana, Kashima?

Sambil berkata demikian, Sugiura-kun duduk di sebelah Oosuga-kun. 

“Lah, memangnya kamu tidak tahu? Kashima kuliah di Universitas Houou lho? Ia sekarang super elit!

Eh, serius!? 

Ketika upacara kelulusan dulu, ada banyak kehebohan. Para gadis bilang, 'Kyaa! Luna memang punya selera bagus!' Seriusan, aku sangat iri sampai-sampai hampir muntah." 

…………

Aku tidak tahu apakah cerita Oosuga-kun itu benar atau tidak, tapi aku sama sekali tidak mengingatnya. Jika ada dunia di mana para gadis berteriak memanggil-manggil namaku, aku ingin sekali melihatnya dengan mataku sendiri. 

…Ehmm, apa kalian berdua akan mengikuti ujian penerimaan guru?

Aku merasa tidak enak hanya diam setelah dipuji, jadi aku mengubah topik pembicaraan. 

Aku sih iya. Itulah sebabnya aku di sini.

Walaupun bisa wisuda dari sekolah seni, tidak semua orang bisa hidup sebagai seniman. Tapi jika ingin menjadikan hobi sebagai pekerjaan, menjadi guru adalah pilihan yang aman.

Aku juga. Aku berharap bisa jadi pemain profesional di sepak bola, tapi realistisnya mungkin jadi guru olahraga. Jika bisa menjadi pembimbing klub, aku bisa terlibat dalam sepak bola sampai pensiun.

Be-Begitu ya.

Aku terkejut melihat dua orang ini ternyata sudah menjadi orang dewasa yang cukup serius. Maksudku, aku juga merasa senang bisa berbicara dengan mereka dengan santai seperti ini. Dulu semasa SMA, bertemu tatapan mata dengan mereka saja sudah membuatku takut. 

Mungkin sebenarnya tidak ada sistem kasta di sekolah, dan jika aku mau berbicara dengan mereka saat itu, komunikasi seperti ini bisa saja terjadi? 

Kashima, apa kamu yakin ingin menjadi guru? Bukannya kamu bisa mencoba bekerja di perusahaan besar, seperti sesuatu di bidang bisnis dengan nama 'Mansax'?

Apa itu?

Itu perusahaan yang keren. Aku tidak tahu lebih lengkapnya, sih.

Tidak, aku tidak bisa... aku dari fakultas sastra. Jadi aku harus berusaha lebih keras. 

Karena aku sedikit memahami perusahaan yang disebutkan Osuga-kun, aku hanya bisa tersenyum pahit dan menjawab. 

Jadi kamu dari fakultas sastra tapi mengajar IPS? Bukan bahasa Jepang?

Sugiura-kun bertanya padaku. 

Ya. Di fakultas sastra ada berbagai jurusan, dan jurusan sastra Jepang untuk guru bahasa Jepang, sastra Inggris untuk guru bahasa Inggris, tapi jika ingin mendapatkan lisensi mengajar dari jurusan lain, biasanya menjadi guru IPS. 

Begitu ya.

Jadi seperti itu, ya."

Keduanya tampak tidak terlalu tertarik saat menjawabnya

“Oh iya, apa kamu seriusan masih pacaran dengan Luna?

Ah, aku juga mendengar itu!

Mendengar pernyataan Oosuga-kun, Sugihara-kun juga terlihat bersemangat. 

Dan katanya kalian sudah mulai tinggal bersama?

Woahh, serius!?! 

Apa kalian mungkin akan menikah!? 

Mereka berdua tiba-tiba melihatku dengan penuh kegembiraan. Aku terkejut dengan jaringan pertemanan mereka di SMA. Memang, mereka adalah orang-orang yang ceria. 

…Menikah, ya, aku memang berencana begitu, tapi...

Aku hanya bisa tersenyum pahit dan menghindari pertanyaan mereka. Aku teringat bahwa aku harus memberitahu Luna tentang rencana tawaran pekerjaanku ke Indonesia. 

“Pastinya bisa, kan? Kalian sudah tinggal bersama, jadi Luna juga pasti ada niatan begitu, kan?

Apa jangan-jangan ada cewek lain yang kamu incar?

Tidak, bukannya begitu…

Aku hampir ditatap sinis oleh keduanya, dan buru-buru membantah, tetapi tidak bisa mengungkapkan dengan jelas, sehingga suasananya menjadi canggung. Namun, memikirkan jaringan mereka, aku merasa tidak bisa mengungkapkan hal ini sebelum berbicara dengan Luna. 

Kalau ada pernikahan, undang aku, ya!

Aku ingin melihat Luna dalam gaun pengantin. Dia pasti terlihat sangat menawan. Ah, Luna, benar-benar tipeku!

Oosuga-kun sendiri tampak terpesona. Meskipun aku berpikir, Apa maksudmu!?, tapi aku juga merasa sedikit superior daripada dirinya, jadi aku berharap bisa memaafkan diriku sendiri, mengingat masa-masa sulit di SMA. 

 

◇◇◇◇

 

Hari pertama praktik mengajar berakhir hanya dengan rasa tegang. Setelah menyapa guru IPS yang akan membimbingku di kelas dua, aku duduk di belakang kelas dan mengamati pelajaran sepanjang hari. 

Besok dan seterusnya, aku akan melakukan hal yang sama, dan di sela-sela pengamatan pelajaran, aku akan melakukan penelitian materi untuk membuat rencana pengajaran untuk kelas simulasi yang dimulai minggu kedua. Meskipun aku sudah memiliki pengalaman mengajar sebagai pengajar les, aku harus mempersiapkan diri dengan baik untuk mengajar di depan lebih dari tiga puluh siswa, dan jadwalnya ternyata cukup padat. 

“Rasanya pasti sulit untuk benar-benar mengajar di kelas! Aku tidak bisa membayangkannya! Ryuuto memang luar biasa!

Malam harinya, saat aku membuka laptop di meja di sudut ruang tamu, Luna memanggilku. 

Terima kasih atas kerja kerasmu Mau kopi?

Saat aku menoleh, Luna menawarkan secangkir kopi. Dengan piring kecil di sampingnya, ada biskuit yang menyertainya. 

Kebaikan Luna membuat hatiku menghangat. Pada saat yang sama, aku teringat hal yang belum aku katakan padanya. 

…………

Tidak, aku harus fokus pada persiapan pelajaran sekarang. 

Aku ingin menjaga hubunganku dengan Luna. 

Untuk itu, aku ingin membahas hal-hal yang berkaitan dengan masa depan kami pada waktu yang tepat untuk kami berdua. 

…Terima kasih.

Sembari mengatakan itu, aku menerima kopi itu dan menikmatinya dengan penuh rasa syukur. 

Luna, kamu boleh tidur lebih dulu. Besok juga ada jadwal ke sekolah, kan? 

Saat aku berkata demikian, wajah Luna sedikit terlihat sedih. 

Ya... baiklah. Selamat malam, Ryuuto.

Setelah berkata demikian, dia pergi ke kamar tidur. 

Selamat malam, Luna.

 

Setelah menyelesaikan pekerjaan hingga titik tertentu dan mempersiapkan untuk besok, aku menuju kamar tidur. Luna tidur dengan wajah damai dan mengeluarkan suara napas yang tenang. 

…………

Melihat wajahnya, aku teringat bahwa aku belum bisa mengatakannya hari ini, dan kembali teringat tentang rencana ke Indonesia. 

Ada rasa harapan bahwa Luna akan mau ikut, tetapi aku tidak bisa meminta hal itu darinya. Karena itu berarti akan menghambat pembentukan karirnya sebagai pengasuh anak. 

Walaupun aku benar-benar ingin mendukung impian baru Luna, tetapi di sisi lain, aku justru akan menghalanginya. 

Pertentangan ini membuatku merasa berat untuk berbicara. Meskipun begitu, terus-menerus menunda memberitahunya tidak akan menyelesaikan masalah itu sendiri... 

………… 

Besok, aku harus mengatakannya dengan jelas. 

Dengan pemikiran itu, aku berusaha masuk ke ruang kosong di tempat tidur tanpa mengguncangnya, dan akhirnya tidur di samping Luna. 

 

◇◇◇◇

 

Namun, keesokan harinya dan hari-hari berikutnya, aku memiliki banyak sekali pekerjaan yang harus dilakukan selama praktik mengajar, jadi aku sama sekali tidak mempunyai waktu santai untuk berbicara dengan Luna ketika pulang ke rumah

…Ngomong-ngomong, siapa lagi yang ikut praktik mengajar?

Saat kami duduk di meja makan untuk sarapan, aku terkejut mendengar pertanyaannya. Aku menyadari seberapa disibukkannya aku dengan pelajaran simulasi hingga tidak membahas hal-hal dasar seperti itu. 

Mungkin Luna juga memperhatikanku dan sengaja tidak banyak berbicara. 

Ah... ada Oosuga-kun dan Sugiura-kun. Apa kamu mengingat mereka? 

Eh, Shuya dan Touto!? Seriusan! Aku tak menyangka mereka menjadi guru! 

Luna menjawab dengan reaksi yang besar. Aku sudah tahu betapa cerianya dia memanggil nama teman sekelasnya dengan nama depan, jadi aku tidak merasa cemburu... meskipun aku masih merasa sedikit kesal mungkin karena teringat saat Oosuga-kun mengungkapkan perasaannya. Atau mungkin karena tekanan dari pelajaran simulasi yang membuatku merasa tidak nyaman. 

Atau mungkin... 

…………

Karena reaksiku tidak begitu baik, Luna tidak melanjutkan pembicaraan tentang keduanya. 

…Eh, Ryuuto, kamu mau jadi guru? 

Saat ditanya dan melihat ke arahnya, Luna tersenyum dengan penuh perhatian. 

Belakangan ini, aku banyak mendengar cerita tentang pencarian kerja dari Maria. Tapi, Ryuuto sepertinya belum mencari kerja, kan? Jadi, aku berpikir, apa kamu mau jadi guru... Lihat, Maria juga sempat mengambil kategori pendidikan, tetapi karena praktiknya bertabrakan dengan pencarian kerja, dia berhenti.

Ritme bicaranya sedikit aneh, mungkin karena dia mengamatiku sambil berbicara. Luna mengatakannya dengan hati-hati

…………

Sebenarnya, aku tidak sedang marah atau dalam suasana hati yang buruk. Aku hanya mencari waktu yang tepat untuk memberi tahuLuna bahwa aku ingin pergi ke Indonesia dengan ajakan Fujinami-san. 

Kurasa, aku tidak cocok jadi guru.

Alhasil, kata-kata yang aku pilih adalah pengungkapan perasaanku yang sebenarnya. 

Ini adalah kesimpulan yang pernah aku capai saat bekerja paruh waktu sebagai pengajar les, tetapi sekarang aku merasakannya kembali. 

Menjadi guru... terutama guru di depan banyak siswa, itu pekerjaan yang diawasi oleh orang lain, jadi... bagi seseorang sepertiku yang merasa tertekan dengan pandangan orang, kurasa pekerjaan itu tidak cocok. 

Tapi, jika sudah terbiasa, mungkin rasanya akan lebih mudah, kan? ...Sekarang, mungkin sulit karena belum terbiasa...

…………

Perkataan Luna ada benarnya

Tapi. 

…Aku tidak tahu apakah kamu masih mengingatnya, tapi dulu, ketika Luna disarankan oleh Tanikita-san untuk 'menjadi model', kamu mengatakan...

──Meskipun sedikit imut dan punya tubuh yang bagus, model itu kan kumpulan orang-orang seperti itu? Bahkan aku sendiri tidak percaya bahwa seseorang yang menjalani hidup tanpa beban, tanpa memikirkan apa pun, dan tanpa berusaha membuat dirinya terlihat baik, tiba-tiba bisa meraih kesuksesan dengan gemilang. 

──Makanya, jika kamu bisa jadi model, mungkin kamu bisa berusaha dari situ, kan? Memikirkan cara untuk sukses dan berusaha keras... 

──Itu benar... orang yang sukses pasti melakukan itu. ...Masalahnya, aku tidak punya semangat untuk 'berusaha sebaik mungkin'. Setidaknya, dalam hal model atau dunia hiburan... 

“Masalahnya adalah aku tidak punya semangat untuk berusaha'... Aku juga merasakannya.

Beban mental karena selalu dilihat oleh banyak siswa dan ketidakmampuan untuk mendekati setiap individu karena jumlah yang banyak membuatku merasa tidak bisa berusaha sebelum merasakan tantangan. Aku bahkan sudah merasakannya di tahap praktik mengajar

Kamu tidak bisa berusaha sebagai guru?

Saat Luna bertanya, aku mengangguk. 

Ya... Tapi, aku ingin melakukan pekerjaan yang bisa membantu orang lain, memberi saran, mendukung... Aku rasa pekerjaan seamcam itu cocok untukku. 

“Be-Begitu ya. Itu berarti... mungkin seperti perawat? Atau mungkin editor yang pernah kamu sebutkan? 

…………

Aku tidak bisa mengatakannya karena jika aku harus menjelaskan alasanku bisa menjalani praktik pendidikan sementara Kurose-san yang juga bercita-cita menjadi editor sedang aktif mencari pekerjaan. 

Aku tidak seharusnya mencampurkan laporan penting yang bisa memengaruhi kehidupan Luna dalam obrolan santai seperti ini. 

…Hmm, rasanya sulit ya.

Saat aku masih tetap diam, Luna memaksakan senyum dan berkata, 

Tapi, tidak apa-apa! Aku akan bekerja keras untuk kita berdua sampai Ryuuto menemukan pekerjaan yang bisa diterima!

…………

Aku merasa sedikit bersalah karena tampaknya Luna sudah siap untuk membiayai pacar yang menganggur, jadi aku tersenyum padanya. 

Tidak apa-apa, aku sudah punya sedikit rencana untuk pekerjaan.

…Benarkah?

Ya.

Aku ingin segera meyakinkannya demi menenangkannya, tetapi ada masalah lain yang muncul, jadi aku kesulitan untuk mengatakannya. 

Luna akan lulus dari sekolah kejuruannya pada bulan Juli tahun depan. 

Perjalananku ke Indonesia dimulai pada bulan April. 

Jika kami menikah, kapan waktu yang tepat untuk pergi? Dia baru saja mendapatkan kualifikasi dan akan mulai bekerja sebagai pengasuh anak yang dia impikan. 

Mungkin, setelah menikah, aku akan terpaksa pergi jauh sendirian. Atau bahkan, apa kami harus menunda pernikahan? Apa kami akan terpisah begitu saja? 

Jika kami tidak membicarakannya, tidak ada yang bisa diputuskan. Namun, jika dibicarakan, itu bisa merusak kebahagiaan hidup bersama kami saat ini. 

Karena itulah, aku terus mencari alasan dalam pikiranku dan menunda pembicaraan tersebut. Aku tahu itu. 

Waktu yang aku dapatkan dengan Luna sangat berharga... 

…………

Mungkin Luna menyadari bahwa aku tidak berniat mengungkapkan detail tentang pekerjaan yang ingin aku lakukan, sehingga dia mengubah suasana dan tersenyum cerah. 

…Ngomong-ngomong, bagaimana dengan siswi SMA? Apa kamu menganggap kalau gadis muda itu imut? 

Dia berkata demikian dengan tatapan yang seolah-olah menggoda, dengan campuran cemburu. 

“Mahasiswa dari Universitas Houou pasti sangat populer di kalangan gadis-gadis, kan?

Itu tidak benar, kok.

Aku hanya bisa tersenyum pahit. 

Pada hari pertama, ada yang bertanya 'Apa Sensei sudah punya pacar?' dan aku menjawab 'Kami tinggal bersama', jadi itu saja. 

Ada siswa yang tampak ingin tahu lebih banyak tentang pacarku, tetapi karena aku bukan tipe orang yang membahas hal-hal seperti itu, mereka tampaknya menyerah untuk menggodaku. 

Eh, benar begitu? Padahal aku sudah sangat siap untuk bersaing dengan gadis SMA!

Itu bukan persaingan. ...kemenangannya terlalu mudah. 

Meskipun aku merasa malu, aku sudah bisa mengatakan hal seperti ini, yang merupakan kemajuan besar sejak masa SMA. 

Ufufu, senangnya 

Berkat Luna, suasana di meja makan menjadi lebih hangat, dan aku merasa lebih rileks. Kemudian, aku menyadari bahwa aku selalu tegang di rumah. Aku merasa bersalah kepada Luna karena membawa ketegangan dari praktik mengajar ke dalam rumah setiap hari. 

Dalam situasi seperti ini, aku tidak bisa membicarakan rencana ke Indonesia. Pada saat yang sama, aku menyadari bahwa aku bukan tipe orang yang bisa berusaha dalam pekerjaan yang tidak cocok untukku.

Setelah praktik ini selesai dan mentalku sudah merasa tenang, aku akan membicarakannya lagi. 

Setelah berpikir demikian, hari ini aku berangkat menuju sekolah SMA-ku dulu sambil diantar oleh Luna.

 

◇◇◇◇

 

Setelah praktik mengajar resmi dimulai, semuanya terasa sangat cepat. Dengan umpan balik dari guru pembimbing, aku merevisi rencana pengajaran untuk kelas berikutnya, mengubah cara mengajar berdasarkan reaksi siswa, dan ada banyak hal yang perlu diperbaiki. Setiap kali aku merasa kewalahan dan berpikir, Ternyata aku tidak cocok jadi guru, tetapi karena itu adalah pengalaman sekali seumur hidup, aku berusaha keras. 

Akhirnya, praktik selama tiga minggu pun berakhir. 

Entah bagaimana, aku merasa terikat dengan siswa yang aku ajar, dan guru yang bertanggung jawab sangat baik padaku, sehingga perpisahan terakhir terasa menyedihkan. 

Di ruang tunggu, kami saling memberi semangat dan bekerja sama mempersiapkan pelajaran... teman-temanku, Oosuga-kun dan Sugiura-kun, juga merasakan persahabatan yang hangat... meskipun aku tidak tahu apakah itu tumbuh, tetapi karena ajakan mereka Ayo kita minum-minum hari ini! kami memutuskan untuk merayakan di Stasiun A. Kami berpikir jika pergi ke Stasiun O yang lebih dekat, mungkin kami akan terlihat oleh siswa atau guru, jadi kami tidak bisa bersenang-senang.

 

◇◇◇◇

 

“““Bersulang~!”””

Karena keduanya adalah orang yang suka bir, meskipun aku tidak terlalu menyukainya, aku juga bersulang dengan bir. 

Restoran izakaya yang mereka pilih adalah restoran masakan Okinawa, dan di dalamnya terdengar lagu rakyat Okinawa. Pembatas meja terbuat dari anyaman bambu, dan tirai dengan pola bingata menggantung di sana-sini, interiornya juga bernuansa Okinawa, memberikan suasana tropis yang khas. 

Di ruang santai seperti itu, sambil menikmati goya champuru dan umibudo, minuman kami bertiga semakin mengalir. 

Kashima, setelah kamu pulang hari ini pasti ada Luna yang menunggumu di rumah, kan? Enak ya...

Oosuga-kun yang duduk di depanku tiba-tiba berkata dengan nada penuh rasa isi. Mungkin karena sudah meminum dua gelas, keadaannya mulai sedikit mabuk. 

Serius, Luna itu cewek yang bagus. Aku pengen pacaran sama dia.

…………

Ah, tidak apa-apa, tidak apa-apa. Aku juga sekarang punya pacar, kok.

Oosuga-kun tertawa lepas karena mungkin ia menyadari tatapanku yang curiga. 

Kamu dari masa SMA selalu punya pacar, kan?

Sugiura-kun yang duduk di sampingku langsung menyela. 

Tapi, jika aku bisa pacaran dengan Luna, aku akan putus kapan saja!

Serius? Jadi, saat aku mengungkapkan perasaanku kepada Luna, ia sebenarnya sudah punya pacar lain? Ia benar-benar pria playboy yang tidak bisa dimaafkan... aku mengepalkan tanganku di dalam hati. 

Ah, aku akan bilang ke pacarmu yang sekarang!

Sugiura-kun berkata dengan nada bercanda, sambil mengambil ponsel. 

Hei, jangan! Jika aku masih berpacaran dengan dia, aku pasti tidak akan putus!

Melihat Oosuga-kun yang terbata-bata menjelaskan, aku berpikir, Hmm? 

…Apa Sugiura-kun kenal dengan pacar Oosuga-kun yang sekarang? 

Saat aku bertanya begitu, Sugiura-kun mengangguk seolah itu hal yang wajar. 

“Kashima juga seharusnya mengenalnya, kan? Dia teman sekelas kita di SMA.

Eh?

Pacarku juga begitu. Kaneda Yuna, kamu masih mengingatnya? Dulu dia berpenampilan Gyaru semasa SMA, dan aku rasa dia akrab dengan Shirakawa-san.

Setelah mendengar itu, aku mencoba mengingat-ingat kenangan yang jauh di masa lalu. 

Yuna… Yuna… Sepertinya aku pernah mendengar namanya, dan wajahnya pun samar-samar terbayang. 

Ah, gadis itu, ya, di layar LINE yang ditunjukkan oleh Luna… 

 

Luna Yuna Akari (3) 

Yuna: Nikoru sedang berkencan dengan cowok polos dari kelas, haha. 

Akari: Serius? Itu sangat lucu! 

 

Jadi, itu dia Yuna yang menyebutku cowok polos”

Yuna masih berpacaran sama aku setelah masuk universitas. Ketika aku bermain dengan Shuya, Yuna datang bersama teman-teman SMA-nya, dan akhirnya dia menjalin hubungan dengan salah satu dari mereka. 

Itu Miyu… namanya Fujii Miyu. Dia pacarku yang sekarang. 

Sepertinya aku juga pernah mendengar nama itu dari Luna. 

Secara bersamaan, aku menyadari bahwa dia adalah bagian dari jaringan teman sekelas mereka. Termasuk Yamana-san dan Tanikita-san, aku juga sedikit mengetahui bahwa teman-teman perempuan Luna dari SMA sering saling memberi kabar melalui SNS. 

“Hubungan Sugin juga sudah lama banget, ya. Kalau tidak salah dari awal kelas dua SMA, kan? Keren, ya?

Ya, meskipun kami beberapa kali putus dan sempat pacaran dengan orang lain. Tapi, aku merasa paling nyaman bersama Yuna, dan tiba-tiba kami saling menghubungi lagi, dan akhirnya kembali bersama.

Sugiura-kun bercerita dengan ekspresi yang mirip mengeluh namun juga tersenyum. 

“Kalau tidak salah saat kelas dua SMA? Ketika aku sedang berkencan dengan Yuna di dekat Stasiun O sepulang sekolah, aku melihat Kashima dan Yamana-san. Aku bilang kepada Yuna, 'Ayo ambil foto mereka, kelihatannya lucu banget!' Sekarang aku pikir-pikir lagi, apakah itu karena kamu ingin mencari tahu Shirakawa-san? Yamana-san kan mantan yankee. 

…………

Jadi itu semua ulah kamu, ya! 

Karena foto itu, ada momen aneh antara aku dan Luna, tetapi aku melihat sisi imut Luna yang cemburu, jadi aku memaafkan Sugiura-kun dalam hati. 

Aku juga jadi mengingat foto skandal Kashima. Itu terjadi saat musim panas kelas dua SMA, kan? Ada anak dari tim sepak bola yang bilang dia punya foto yang dikirim oleh teman SMP. Ketika aku lihat, itu foto Kashima dan Kurose-san yang sedang berpelukan, dan karena kelihatannya menarik, jadi aku menyebarkannya ke seluruh angkatan. 

Jadi kamu pelakunya!

Itulah yang menjadi penyebab mengapa aku tidak berkomunikasi dengan Luna selama dua minggu di liburan musim panas, dan berbeda dengan Sugiura-kun, rasanya sulit untuk memaafkannya… aku menggigit gigi belakangku sejenak. 

Tapi semua kejadian itu sudah berlalu, dan jika aku menilik kembali ke belakang, semuanya adalah kenangan masa muda. 

Ah, kejadian itu memang bikin heboh. Shirakawa-san baru saja mengumumkan bahwa dia pacaran dengan Kashima." 

“Beneran banget. Setelah itu, ketika terungkap bahwa Kashima selingkuh dan putus, aku pikir itu kesempatan Luna untuk kembali lajang, jadi aku berusaha keras menyebarkannya. 

Tidak, itu…!

Aku hampir menyangkal dengan semangat, tetapi karena ada kehormatan Kurose-san, aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya dan terdiam. 

…Yah, pokoknya itu bukan tentang perselingkuhan atau semacamnya.

“Memangnya itu mungkin!? 

Apa kammu jangan-jangan melakukan hubungan dengan kakak beradik kembar sekaligus!?

Serius? Aku sangat iri! Aku ingin hidup seperti Kashima!

Seperti yang diharapkan dari Cowok Houou, kamu memang hebat! Bermain dengan wanita juga sukses!

“Mas pelayan, kami dua highball lagi, tolong!

Anheho!? Eh, tidak ada tequila!?

Sugiura-san, ini sudah keterlaluan!

Ya, keterlaluan! Keterlaluan!

…………

Kedua orang itu entah bagaimana mulai meminum highball dengan cepat, dan aku hanya bisa bertepuk tangan mengikuti suasana sambil tersenyum. 

Karena aku tidak memiliki teman pria seperti ini di sekitarku, suasana ini terasa segar dan menyenangkan. 

Jika bukan karena hal seperti ini, kurasa aku tidak akan pernah ikut dalam pertemuan minum seperti ini seumur hidupku, jadi aku merasa senang telah datang untuk praktik mengajar dalam arti memperluas wawasan. 

 

Kedua orang yang minum dengan cepat itu, seperti yang diperkirakan, langsung mabuk berat. 

…Serius, Kashima. Kamu harus menghargai Luna dan menjaganya baik-baik, ya.

Pada akhirnya, Oosuga-kun hanya mengulang dan mengigau itu. 

Menjadi jujur adalah hal baik dari dirimu.

Aku mendengarkan ceramah yang entah sudah keberapa kali dengan mengangguk-angguk. Sugiura-kun, di sampingku, bersandar di dinding dengan tangan disilangkan dan tertidur. 

Jangan buat rahasia. Jangan sampai membuat Luna menangis.

Kata-kata itu membuatku terkejut. 

Kata rahasia mengingatkanku pada undangan dari Fujinami-san. 

…………

Setelah berpikir sejenak dan mengangkat wajahku. 

Oosuga-kun juga tertidur. Ia sudah terkulai lemas di atas meja. 

Hah?

Maksudku, ini akan jadi bagaimana? 

Apa aku boleh pulang? 

Siapa yang akan membayar tagihan? 

Hei, Oosuga-kun? Sugiura-kun?

Aku terburu-buru membangunkan keduanya, tetapi mereka berdua hanya mengeluarkan suara uhmm dan tidak berusaha membuka mata. 

…………

Aku terdiam. 

Pada saat yang sama, aku teringat bahwa pernah ada kejadian serupa di masa lalu… saat aku pergi ke izakaya tempat kerja paruh waktu Yamana-san bersama Icchi dan Nisshi. Mereka berdua meminum minuman yang mencurigakan dan mabuk, dan aku merasa putus asa seperti sekarang. 

Saat itu, Yamana-san, yang merupakan tersangka dalam kasus itu, bertanggung jawab dan menjaga mereka berdua, tapi kali ini apa yang harus kulakukan? 

Saat aku berpikir seperti itu, ponsel Sugiura-kun yang terletak di atas meja bergetar dengan layar panggilan masuk. 

Ketika melihat nama penelepon yang ditampilkan Yuna, aku merasa seolah-olah menemukan secercah harapan dan segera menggeser tombol panggilan. 

Hey, kamu masih belum pulang juga? Katanya akan datang setelah acara menium-minum selesai, jadi aku menunggu! Aku sudah menulis di pesan juga, jadi tolong beli tisu toilet, ya?

Ketika aku mengaktifkan speaker, suara perempuan yang cepat dan tidak sabaran terdengar. 

…Halo?

Aku berbicara perlahan-lahan ke arah ponsel. 

Eh, siapa?

“Ini aku, Kashima, orang yang bersama Sugiura-kun dalam praktik mengajar…

Eh, seriusan!? Nostalgia banget! Hei, nanti undang aku ke pernikahanmu, ya!?

…………

Kenapa dia dan pacarnya berusaha untuk diundang ke pernikahan? Sambil berpikir begitu, aku mempercepat penyampaian maksudku. 

Sekarang aku sedang minum-minum dengan Sugiura-kun dan Oosuga-kun, tetapi mereka berdua sudah ketiduran karena terlalu mabuk, jadi aku butuh bantuan…

“Ah, serius!? Lagi!? Di mana!?

Di restoran masakan Okinawa di depan Stasiun A… 

Baiklah, aku akan datang menjemput dengan mobil! Ada Shuya juga, kan? Aku akan mengajak Miyu! 

Sepertinya kejadian semacam ini sudah menjadi kebiasaan mereka, jadi aku merasa terbantu karena percakapan ini berlangsung cepat. Jika orang yang waras datang, mungkin kami bisa mengumpulkan biaya minum. 

Sekitar tiga puluh menit kemudian, Yuna-san menghubungi ponsel Sugiura-kun lagi, dan aku membantu Sugiura-kun dan Oosuga-kun satu per satu untuk keluar dari restoran dan memasukkan mereka ke dalam mobil Solio milik Yuna-san yang terparkir di pinggir jalan. 

“Makasih banyak ya, Kashima-kun.

Maaf ya.

Yuna-san dan Miyu-san juga keluar dari mobil dan berbicara padaku dengan tampak menyesal. 

Berbeda dengan Luna dan Yamana-san yang masih terlihat seperti gadis-gadis, mereka berdua sudah tampil dengan penampilan yang sangat kasual. Mereka terlihat seperti wanita biasa berusia dua puluhan yang mungkin tidak akan aku kenali jika bertemu di jalan. 

Tidak apa-apa, jadi… aku pamit pulang dulu

Sambil mengangguk, aku berusaha menuju arah stasiun. 

“Ah iya, maksudku, di mana rumahmu, Kashima-kun? 

Katanya sekarang kamu tinggal bersama dengan Luna, ya?

Mendengar pertanyaan itu, aku berhenti sejenak. 

Oh, iya. Aku tinggal di Kota K…

Eh, bukannya itu jauh banget!? Bukannya itu di luar distrik 23! Memangnya masih ada kereta!?

Karena masih pukul 10 malam lebih, tentu saja masih ada. Seberapa jauh sih menurut mereka? 

Aku akan mengantarmu, kalau mau, silakan naik!

Eh!? Tidak usah, masih ada banyak kereta yang beroperasi kok 

Tidak apa-apa~, tidak apa-apa~! Aku juga ingin bertemu dengan Luna! 

Eh…!?

Pada akhirnya, entah kenapa, aku terpaksa diantar oleh Yuna-san ke rumahku di kota K. 

 

◇◇◇◇

 

Kursi belakang yang dipenuhi dengan dua orang mabuk yang tidur nyenyak tidak terlalu nyaman. Sambil berharap Miyu-san mau menggantikan tempat duduk di sampingku, aku tetap bersandar pada Oosuga-kun dan menikmati perjalanan selama sekitar satu jam.

Dua orang di depan menyanyikan lagu yang mengalun dari ponsel dan terlibat dalam obrolan ala perempuan, sambil sesekali berbicara padaku dengan perhatian. Aku merasa lega karena biaya minum yang aku bayarkan juga bisa diselesaikan. 

Saat aku gelisah menunggu waktu kedatangan yang diperkirakan oleh navigasi mobil, 

Shuya bilang ia merasa senang bisa bertemu Kashima-kun di praktik mengajar, kata Miyu-san sambil sedikit menunjukkan wajahnya dari kursi depan. 

Eh… masa?

Ya. 'Dulu hawa keberadaannya hampir tidak pernah ada, tapi setelah diajak bicara, ternyata ia sebenarnya orang yang baik. Seharusnya aku lebih banyak bicara dengannya dari dulu,' katanya. 

Meskipun penilaian tentang masa SMA itu berbeda, aku merasa senang mendengar bahwa ia memikirkan hal itu. Aku juga merasa senang bisa berbicara dengan Oosuga-kun dan yang lainnya lebih dari yang aku duga. 

Kashima-kun memang sangat biasa saja! Ketika mendengar ia berpacaran dengan Luna, aku berpikir, 'Seriusan?'. 

Yuna-san juga tertawa sambil memegang setir. Aku tidak tahu apakah dia ingat pernah memanggilku pria biasa, tapi ketika melihat ekspresinya, sepertinya tidak ada niatan buruk, jadi aku merasa bisa memaafkannya. 

Tapi, setelah mendengar banyak dari Luna, aku yakin ia orang yang baik. 

“Iya ‘kan? Mereka bahkan sudah berpacaran sangat lama.

Waktu kelas tiga, kita sekelas dengan Luna, kan? Setiap hari kita mendengar ceritanya.

Oh iya, benar. Katanya persiapan ujian masuk Kashima-kun sangat sulit, jadi mereka berdua tidak bisa banyak bermain.

Ketika kelas dibagi berdasarkan jalur karir dan tingkat kemampuan saat kelas tiga SMA, Luna ternyata tidak berada di grup yang sama dengan teman-teman perjalanan sekolahnya, tetapi kedua orang ini adalah teman sekelasnya. 

Luna itu tipe yang ingin bersama pacarnya setiap hari, kan? Karena kelasnya berbeda dan mereka tidak bisa bermain setelah sekolah atau di akhir pekan, pasti sangat sulit baginya.

Kadang-kadang dia terlihat stres. Dia bilang, 'Aku ingin bilang lebih sering ingin bertemu dengannya, tapi itu akan mengganggu belajarnya Ryuuto, jadi aku tidak bisa bilang.' 

Jadi seperti itu… Aku tahu dia merasa kesepian, tetapi aku tidak tahu dia sampai secemas itu dalam pikirannya. 

Saat mereka mulai tinggal bersama, aku lihat di Instagram, akhirnya! pikirku.

Ya, aku pikir setelah lulus mereka langsung tinggal bersama. 

Setidaknya sekarang Luna tidak perlu merasa kesepian lagi, itu sangat bagus!

Benar, Instagram Luna akhir-akhir ini terlihat sangat bahagia, aku jadi iri!

…………

Usai mendengar percakapan mereka, aku merasa campur aduk. Jika aku pergi ke luar negeri, apa yang akan dilakukan Luna? 

…Oh! Di sana itu Luna, kan?

Eh? Oh iya, benar! 

Setelah Miyu-san berkata demikian, Yuna-san menekan lampu hazard. Dia kemudian menepikan mobil di pinggir jalan. 

Ketika aku melihatnya, Luna berdiri di trotoar dekat sana. Apartemen kami tidak jauh dari situ. 

Karena aku sudah mengirim pesan untuk menjelaskan situasi, mungkin dia menunggu untuk menyapa Yuna-san dan yang lainnya sesuai waktu kedatangan. Dia tidak mengenakan pakaian santai seperti biasanya, tetapi mengenakan pakaian untuk pergi bekerja atau sekolah. Aku merasa sedikit bersalah jika dia sengaja mengganti pakaiannya. 

Miyu! Yuna! Lama tidak ketemu!

Jendela kursi depan terbuka, dan Luna tampaknya menyadari kehadiranku, lalu berlari ke arahku dan berkata, 

Benar-benar lama kita tidak bertemu, ya? 

Karena aku melihatmu di Instagram setiap hari, jadi rasanya tidak seperti itu.

Aku juga! Kapan terakhir kita bertemu langsung begini? Dua tahun lalu di pertemuan gadis-gadis?

“Ehh~ sudah selama itu!? 

Sementara para gadis berbicara, aku mencoba menyandarkan tubuh Oosuga-kun ke arah Sugiura-kun dan berusaha keluar. 

Saat itu, 

“Oi, Kashimaa

Tiba-tiba, Oosuga-kun meraih pergelangan tanganku. 

Apa, ada apa?

Karena aku bukan orang yang terbiasa dengan budaya bersentuhan, aku panik dan bertanya, tetapi Oosuga-kun tidak menjawab. Malahan, wajahnya yang cenderung menunduk masih terlihat seperti orang yang tidur. 

…………

Ini mungkin perilaku aneh karena mabuk… aku mencoba melepas genggamannya dan keluar. 

Dalam momen itu, Oosuga-kun kembali berbicara. 

Katakan dengan jelas… 

…Eh…?

… jika kamu membuat Luna menangis, aku tidak akan memaafkanmu… 

Setelah mengatakannya, Oosuga-kun melepaskan pergelangan tanganku. Meskipun begitu, aku masih tidak bisa bergerak di dalam mobil untuk sementara waktu. 

…………

Oosuga-kun pasti tidak tahu tentang rencanaku pergi ke Indonesia. 

Namun, aku merasa ada makna dalam kebetulan ini. 

Hei Luna, mau minum teh sebentar di sekitar sini?

Ah, aku beneran mau-mau saja sih, tapi besok harus bangun pagi." 

Baiklah! Kalau begitu, mari kita membicarakannya lagi lain kali!

Ya! Aku akan menghubungimu!

Saat percakapan para gadis mulai mereda, aku turun dari mobil. 

Ah, Ryuuto, selamat datang kembali  

Meskipun dia sedang berada di depan teman-teman, Luna tersenyum padaku seperti biasa. 

“Aku pulang

Aku merasa sedikit malu dan menanggapi dengan lebih dingin dari biasanya. 

Jadi, sampai di sini saja! Sampai ketemu lagi!

Ya!

Terima kasih… banyak.

Sambil melambai tangan bersama Luna, aku memberi salam dengan sedikit formal saat mobil pergi. 

…Luar biasa! Aku tak menyangka bisa bertemu Yuna dan Miyu!

Sambil mengamati Luna yang terlihat bersemangat karena bertemu teman lama… 

──Katakan dengan jelas… 

Suara Oosuga-kun terus berulang di kepalaku. 

Ryuuto, kamu tidak banyak minum, kan? Tapi, kamu pasti lelah setelah praktik mengajar, kan? Bagaimana kalau kita bersulang berdua di rumah? 

Jika aku yang biasanya, pada titik ini tekadku mungkin akan runtuh dan aku akan menunda lagi. 

…Ryuuto? 

Melihatku tidak bergerak, Luna yang sudah siap melangkah mendadak berhenti. 

──Katakan… jika kamu membuat Luna menangis, aku tidak akan memaafkanmu… 

…………

Aku tidak pernah menyangka bahwa aku akan memberikan kabar besar di titik penting dalam hidupku kepada Luna, karena dipicu oleh "Shuya" itu. 

Takdir memang sangat aneh. Hidup penuh dengan pertemuan kebetulan dengan orang lain, dan selalu ada hal-hal tak terduga yang terjadi. 

Pertemuan dengan Fujinami-san yang kini sedang berusaha mengubah hidupku secara besar-besaran pun, jika ditelusuri, adalah hasil dari pertemuanku dengan Kurose-san. Dan… 

Kepada Luna, yang merupakan pertemuan terbaik dalam hidupku. 

Dengan tekad yang terpendam, aku membuka mulut. 

Aku berencana untuk bekerja di Indonesia mulai April tahun depan.

Dalam sekejap, wajah Luna tampak kehilangan kata-kata. Matanya membelalak kaget, dan dia menatapku tanpa bisa berkata-kata. 

Sebenarnya aku sudah ingin mengatakan ini sejak lama, tapi maaf, aku baru bisa mengatakannya  sekarang. Fujinami-san yang keluar dari Penerbit Iidabashi mengundangku untuk bergabung sebagai editor di perusahaan baru. Jadi, aku tidak mencari kerja di Jepang.

Luna semakin terdiam, dan setelah beberapa saat, akhirnya dia mengeluarkan suara. 

…Indonesia…? Maksudmu, di luar negeri…?

Aku hanya mengangguk dengan diam. 

Sekarang sudah lewat pukul sebelas malam, dan jumlah orang di sekitar sudah sangat sedikit. Setellah memasuki jalan yang satu ini, jalan tersebut akan menuju apartemen kami, tetapi karena ini adalah jalan besar dengan beberapa toko, masih ada lalu lintas mobil. 

Di tepi trotoar yang cukup lebar, kami saling menatap. 

Wajah Luna, yang sesekali terkena cahaya lampu mobil yang lewat, berubah bayangan. Setiap momen yang diambil, Luna selalu terlihat cantik. 

Sambil memikirkan hal itu, aku terus menunggu perkataan berikutnya dari Luna dalam keheningan yang terasa abadi.

 

 

 

Sebelumnya  Daftar isi  |  Selanjutnya

close
Lebih baru Lebih lama